Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186341 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edi Supriyatna
"Latar Belakang dan pennasalahan :
Hasil pemeriksaan darah petani padi di satu kecamatan Kabupaten Bekasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2009 menunjukkan, 3% mengalami keracunan berat, 15,5% keracunan sedang, 3l,5% keracunan ringan. Hasil tersebut menunjukkan adanya petani yang mengalami keracunan akut akibat penggunaan pestisida golongan organophosfat dan atau karbamat Dampak keracunan organophosfat karbamat jangka panjang, antara lain adalah gangguan memori jangka pendek Penelitian ini ingin mengetahui, apakah kadar kolinesterase darah dapat digunakan sebagai prediktor risiko gangguan memori jangka pendek.
Metode:
Desain Penelitian menggunalcan Cross sectional, penelitian dilakukan di satu kecamatan dengan I02 responden dari 200 orang petani padi. Data diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan darah, tes pengingatan selelctif, pengamatan dan data sekunder hasil pemeriksaan aktivitas kolineslerase darah. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-square dan Logistik Regresi.
Hasil:
Didapatkan prevalensi gangguan memori jangka pendek 20,6%. Dari analisis multivariat ditemukan bahwa kadar kolinestemse tidak ada hubungan bermakna dengan gangguan memori jangka pendek. Faktor risiko yang bermakna meningkatkan risiko gangguan memori jangka pendek adalah faktor perilaku personal hygiene dengan nilai OR suaian sebesar 4,20 (p=0,0l5, 95%CI=l,32-135)
Kesimpulan dan Saran:
Pemeriksaan kadar kolinestcrasc tidak dapat digunakan untuk memprediksi adanya efek jangka panjang. Upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku personal hygiene disarankan untuk diimplementasikan.

Background and problem statement:
Results of blood tests among rice farmers in a subdistrict conducted by Bekasi District Public Health Department in year 2009; showed that 3% have obtained severe poisoning, lS,5% had medium level poisoning and 3l,5% had mild level poisoning. Those results showed that farmers had acute poisoning due to use of organophosfat and or carbamat. Long term effect of organophosfat carbamat poisoning among other is short tcm: memory loss. The main objective of this study is to know if blood cholinesterase levels can be used as predictor for risk of short term memory loss.
Methods:
This Research used Cross sectional design, study location was a district using 102 respondents from 200 farmers. Data was obtained through interviews using a questionare, physical examination, selective memory tests, observation and examination of secondary data of cholinesterase activity in blood. Data analysis was done using Chi-square and Logistic Regression.
Results:
The prevalence of short-term memory loss was 20.6%. Multivariate analysis showed that there is no significant relation between blood cholinesterase levels and short term memory loss. Signiticant risk factors that increase the risk of short term memory disorder is personal hygiene behavior with the value of adjusted OR 4,20 (p=0,015, 95%CI=l,32-13,32).
Conclusion and Recommendation :
Blood cholinesterase levels can not be used to predict the risk short term memory loss. Implementation of health promotion efforts to improve personal hygiene behavior is suggested."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T32303
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Afni Afifah
"Latar belakang: Produktivitas pertanian yang tinggi di Kabupaten Brebes berpotensi untuk menimbulkan berbagai gangguan kesehatan akibat pestisida pada pekerja tani. Beberapa penelitian sebelumnya pada lokasi yang sama menunjukan bahwa terdapat beberapa efek kesehatan, baik akut maupun kronis yang dialami pekerja tani akibat pajanan pestisida.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan pestisida yang banyak digunakan, aktivitas enzim kolinesterase darah, gejala gangguan saraf, dan gejala gangguan kulit serta hubungannya dengan faktor lama pajanan dan karakteristik individu.
Metodologi: Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Sampel merupakan petani dan buruh tani pada lima desa di Kecamatan Kersana yang berjumlah 121 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, pengukuran status gizi, dan pengukuran enzim kolinesterase darah.
Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin (26%). Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu (p=0,015). Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja (p=0,045), lama pajanan per minggu (p=0,005), umur (p=0,002), jenis kelamin (p=0,044), dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida (p=0,000).
Kesimpulan: Pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu. Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja, lama pajanan per minggu, umur, jenis kelamin, dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida.

Backgrounds: Brebes Region is one of various region which has high productivity in agricultural products, so this region has a potency for any health effects due to pesticide exposure. Several studies have shown that many health effects has occured in agirucultural workers in Brebes.
Objectives: This research’s objectives are knowing the groups of pesticide that commonly used, red blood cell cholinesterase activity, symtomps of neurological and skin disorders and their associatons with length of exposure and individual characteristics.
Methods: This research is located on Kersana sub-District, Brebes District, Central Java. Samples are farmers and fam labourers who live in five village on Kersana District. The number of samples is 121 persons. Quota sampling methods hava chosen by researchers to collect the samples. Data collecting was done by structured-interview, cholinesterase measurement, and nutritional status measurement.
Results: The result has shown that pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week (p=0,015). There are also significant association between the number of skin disorders with working periods (p=0,045), length of exposure in week (p=0,005), age (p=0,002), gender (p=0,044), and hand-washing behaviours after working with pesticides (p=0,000).
Conclusions: Pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week. There are also significant association between the number of skin disorders with working periods, length of exposure in week, age, gender, and hand-washing behaviours after working with pesticides.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Iwan Rivai Alam
"ABSTRAK
Latar belakang: Penambang emas skala kecil meningkat di Indonesia, prosesnya menggunakan cairan merkuri untuk mengikat partikel emas. Jenis pekerjaan peleburan smelting berisiko paling tinggi terpajan uap merkuri. Gangguan memori jangka pendek merupakan salah satu gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan uap merkuri.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gangguan memori jangka pendek pada penambang emas skala kecil.Metode: Desain menggunakan potong lintang untuk menentukan prevalensi gangguan memori jangka pendek kemudian kasus kontrol berpasangan, jumlah kasus 15 dan kontrol 75 pada penambang emas skala kecil di Lombok dan Banten, menggunakan data sekunder dari Prodia Occupational Health Institute. Diagnosis gangguan memori jangka pendek dengan pemeriksaan Forward Digit Span Test. Pemilihan 75 kontrol dilakukan dengan cara berpasangan kelompok.Hasil: Prevalensi gangguan memori jangka pendek sebesar 6 . Variabel usia merupakan faktor risiko terjadinya gangguan memori p = 0,039, OR: 5,091 dan KI 95 : 1,182-21,930 . Sedangkan faktor indeks massa tubuh p = 0,215 , kebiasaan merokok p = 0,726 , kebiasaan konsumsi alkohol p = 0,744 , penyemprot pestisida p = 0,343 , jenis pekerjaan berupa penambang galian batu miner p = 0,369 , amalgamasi amalgamation p = 0,066 , peleburan smelting p = 0,127 , masa kerja p = 0,369 dan hasil pemeriksaan merkuri di urin p = 0,643 bukan merupakan faktor yang mempengaruhi secara bermakna terhadap gangguan memori jangka pendek.Kesimpulan: Usia ge; 50 tahun merupakan faktor risko paling bermakna terhadap gangguan memori jangka pendek pada pekerja penambang emas skala kecil.ABSTRACT
Background: Artisanal small scale mining activity increase in Indonesia that the processing used mercury to bind gold particle. The smelting process is the most risk exposured by mercury vapour.Short term memory impairment is one of health effect caused vapour of mercury.Objective: To know about short term memory impairment in artisanal small scale mining gold miningMethode: Cross sectional design to get short term memory impairment prevalene and then case control matched group design, case 15 and controls 75 artisanal small scale gold mining at Lombok and Banten use secunder data from Prodia Occupational Health Institute. Diagnose short term memory impairment used by forward digit span test and controls choiced by matched group. Result: Prevalence of short term memory impairment is 6 . Age variable is risk factor to short term impairment p = 0,039, OR: 5,091 dan CI 95 : 1,182-21,930 . Body mass index p = 0,215 , smoking p = 0,726 , drinking alcohol p = 0,744 , chronic exposured by pesticide p = 0,343 , type of work process like miner p = 0,369 , amalgamation p = 0,066 , smelting p = 0,127 , work periode p = 0,369 , mercury in urine result test p = 0,643 are not risk factors to short term memory impairment.Conclusion: Age ge; 50 years old is risk factor to short term impairment at artisanal small scale gold mining."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Rachmanniar
"Pestisida golongan organo fosfat dan karbamat adalah pestisida yang paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga dan merupakan golongan pestisida yang dapat menurunkan aktifitas enzim kolinesterase dalam darah manusia yang terpapar pestisida. Tinggi rendahnya aktivitas enzim kolinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan dan dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh petani holtikultura yang rentan terpajan pestisida di wilayah Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross-sectional, danjumlah sampel sebanyak 57 petani penyemprot. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan enzim kolinesterase pada darah petani di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukan 25,5 sampel darah tidak normal atau 14 orang dengankadar enzim kolinesterase dibawah 5,4 kU/L. Usia Petani penyemprot 50,9 masih berusia produktif yaitu antara 18 sampai 49 tahun. Berdasarkan statistik, faktor umur, status gizi, frekuensi pajanan, durasi kerja, penggunaan alatpelindung diri APD dan tingkat pengetahuan petani tentang pestisida tidak berhubungan dengan kadar enzim cholinesterase dalam darah petani sayuran.

Organophosphate and carbamate pesticides are the most widely used pesticides of farmers in eradicating insects and are a class of pesticides that can decrease Cholinesterase enzyme activity in human blood exposed to pesticides. The lowlevel of cholinesterase enzyme activity is an indicator of the high level ofpoisoning and can be an indication of the presence of pesticides in the blood. Thestudy population of this study is all horticultural farmers who are vulnerable toexposure to pesticides in the area of Desa Cibodas Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. The study used an observational analytical study with cross sectional design, and a sample size of 57 farmers. Data collectionby interviewing and examination of cholinesterase enzyme on farmer 39's blood at Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta by spectrophotometric method. The results showed 25.5 abnormal blood sample or 14 people with cholinesterase enzyme levels below 5.4 kU L. Age of sprayer Farmers 50.9 are still productive age between 18 to 49 years. Based on statistics, age factor, nutritional status, exposure frequency, duration of work, use of personal protective equipment PPE and the level of knowledge of farmers about pesticides are not related to cholinesterase enzyme levels in the blood of vegetable farmers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Marganda D.A.
"Tujuan: Untuk mengetahui prevalens gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja, hubungan gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja dengan pajanan debu biji padi, dan faktor-faktor yang berhubungan seperti usia, jenis kelamin, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, tingkat pendidikan, ISBB, kelembaban udara, kadar debu dan kebiasaan berolah raga pada petani dengan riwayat batuk berdahak.
Metode: Penelitian ini menggunakan disain penelitian cross sectional. Pcngumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan langsung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometer, arus puncak ekspirasi (APE) mcnggunakan peak flowmeter dan pengukuran kadar debu menggunakan stationerer dust sampler di lapangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 11.5. Terhadap semua variabel dilakukan nji bivariat, kemudian variabel yang mempunyai nilai p < 0.25 dilakukan uji multivariat.
Hasil: Prevaiens gangguan obstruksi saluran napas adalah 2,6%. Tidak ditemukan prevalens asma kerja. Pada analisis bivariat, tidak ditemukan adanya hubungan yang bemakna antara faktor usia, jenis kelamin, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, tingkat pendidikan, ISBB, kelembaban udara, kadar debu dan kcbiasaan berolah raga, dengan gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja. Hasil pengukuran kadar debu, berkisar < 3mg/m3, sedangkan indeks APE berkisar 3,38 dan l0,5. Analisis multivariat tidak dilakukan karena hanya terdapat satu faktor risiko yang memenuhj syarat yaitu kebiasaan berolah raga.
Kesimpulan: Prevalens gangguan obstruksi saluran napas adalah 2.6%. Tidak ditemukan prevalens asma kerja, serta tidak terdapat hubungan yang bemakna antara pajanan debu biji padi, dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan obstruksi saluran napas dan asma kerja.

Objectives: The aim of this study, was to know the prevalence of obstructive pulmonary disease and work-related asthma and relation between it with dust exposure from grain and the other related factors likes age, sex, length of employment, work period, smoking habits, body mass index, level of education, wet and buld globe temperature (WBGT), humidity, level of dust from grain and exercise habits among rice farmers with phlegm-cough history in Samarang village.
Method: The study design was a cross-sectional study which data was collected by using questionnaire, field observation, meastutement of workplace environment and physical examination. Interview and their questionnaire were used to collect data about demography, health and smoking habits. Spirometry test was done to diagnose obstructive pulmonary disease and peak-Flowmeter test to diagnose work-related asthma. All variable were bivariate tested by using Chi-square test or Fischer test. The variables which have p value < 0.25 were included into multivariate analysis by using binary logistic regression.
Result: It was found that prevalence of obstructive pulmonary disease was 2.6%. Bivariate analysis shows that no significant relationship between related factors like age, sex, length of employment, work period, smoking habits, body mass index, level of education, wet and buld globe temperature (WBGT), humidity, level of dust from grain and exercise habits with obstructive pulmonary disease and work-related asthma. The range level of dust from grain was < 3 mg/m3 with peak flowmeter index was 3.38 and l0.5. Multivariate analysis was not done because only one factor like exercise habits have p value < 0.25.
Conclusion: There is no significant relationship between obstructive pulmonary disease and work-related asthma with dust exposure from grain and the other related factors. Prevalence of obstructive pulmonary disease was 2.6%
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32310
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sanny Kusuma Sary
"Masa yang paling rentan sepanjang kehidupan anak adalah masa neonatus dengan kematian paling banyak terjadi dalam minggu pertama kehidupan. Penyebab kematian tertinggi adalah kelahiran prematur, asfiksia, infeksi dan cacat lahir. Deteksi dini dengan pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memahami faktor yang berpengaruh terhadap keluaran buruk dalam menentukan pengawasan ketat dan tindakan intervensi dengan segera. Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan darah tali pusat dapat menjadi solusi. Penelitian ini menganalisa hubungan antara kadar glukosa, hemoglobin (Hb) dan nilai hematokrit (Ht) darah tali pusat dengan keluaran buruk jangka pendek neonatus yang terdiri dari skor Apgar 5 menit < 7, IVH, distres napas atau kardiovaskular yang butuh perawatan intensif, diagnosis sepsis neonatorum dan kematian neonatus. Empat puluh empat subjek yang terdiri dari 22 subjek dengan keluaran buruk dan 22 subjek tanpa keluaran buruk diikutsertakan dalam penelitian ini. Rerata kadar glukosa, Hb dan nilai Ht pada kelompok neonatus dengan keluaran buruk lebih rendah dari kelompok neonatus tanpa keluaran buruk. Terdapat hubungan antara kadar glukosa, Hb dan nilai Ht dengan tingkat kejadian keluaran buruk jangka pendek neonatus. Parameter kadar glukosa, Hb dan nilai Ht masing-masing memiliki area under curve (AUC) 70,6%; 71,1% dan 65%. Analisis regresi logistik menghasilkan model probabilitas keluaran buruk menggunakan parameter metode persalinan, usia kehamilan dan kadar Hb tali pusat dengan titik potong 15,55 g/dL.

The most vulnerable period throughout a children life is neonatal period with most deaths occurring in the first week of life. The leading cause of death are prematurity, asphyxia, infection and birth defects. Early detection using laboratory testing is needed to understand factors that influence bad outcomes and to determine intensive care or immediate intervention. Laboratory testing using umbilical cord blood sample can be a solution. This study analyzed the relationship between cord blood glucose, hemoglobin (Hb) levels and hematocrit (Ht) values with short-term neonatal bad outcomes consisting of 5-minute Apgar score less than 7, intraventricular hemorrhage (IVH), respiratory or cardiovascular distress requiring intensive care, diagnosis of neonatal sepsis and neonatal death. Forty-four subjects consisting of 22 subjects with bad outcomes and 22 subjects without bad outcomes were included in this study. The mean glucose, Hb levels and Ht values in the group of neonates with bad outcomes were lower than the group of neonates without bad outcomes. There is a relationship between glucose, Hb levels and Ht values with the incidence of short-term neonatal adverse outcomes. Cord blood glucose, Hb levels and Ht values each have an area under curve (AUC) of 70.6%; 71.1% and 65%. Logistic regression analysis showed a bad outcome probability model using delivery method, gestational age and the cord blood hemoglobin levels cut-off point of 15,55 g/dL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Suryo Aji
"Latar Belakang: Pengaruh sering kontak dengan white spirit di lingkungan kerja menjadi salah satu hal yang dicurigai sebagai pencetus penurunan atensi/konsentrasi/ingatan para mekanik sehingga terjadinya kecelakaan. Dari toxicological profilenya zat tersebut memiliki efek terhadap susunan saraf pusat yang kronis salah satunya adalah gangguan memori jangka pendek.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Subjek penelitian para mekanik kontraktor pertambangan batubara PT.A di Kalimantan Selatan, berjumlah 80 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemberian kuesioner serta pemeriksaan fungsi memori dengan RAVL dan ROCF test.
Hasil: Dari 80 sampel 57 (71,3%) mengalami gangguan memori jangka pendek. Tingkat pajanan ≥2,64 memiliki risiko 3,1 kali terjadi gangguan memori jangka pendek dibanding tingkat pajanan <2,64 (nilai p=0,048; OR=3,109; CI=1,012-9,551). Secara statistik faktor risiko yang bermakna adalah status gizi (nilai p=0,026; OR=0,276; CI=0,089-0,858) dan usia (nilai p=0,045; OR=0,310; CI=0,099-0,972)
Kesimpulan: Prevalensi gangguan memori jangka pendek para mekanik kontaktor PT.A sebesar 71,3%. Tingkat pajanan ≥2,64 memiliki risiko gangguan memori jangka pendek 3,1 kali lebih besar dari tingkat pajanan <2,64. Secara statisitik status gizi dan usia bermakna dalam risiko gangguan memori jangka pendek.
Kata kunci: gangguan memori jangka pendek, white spirit, tingkat pajanan.

Background: The effect of white spirit chemicals suspected as the cause of
attention/concentration/memories decreasses of mechanics. It can occurs the accidents. Having known of the toxicological profile that these chemicals have chronical effects on the central nervous system. Then one of the disorders examined is something related to the function of the central nervous system is impaired of short-term memory. Methods: This study used a cross-sectional design. The subjects are PT.A coal contractor mechanics in South Borneo, totaling 80 people. Data collected through interviews, physical examinations, questionnaires and examination administration with memory function RAVL and ROCF test.
Results: There are 80 samples of 57 (71.3%) experiencing short-term memory impairment. The white spirit exposure level ≥2,64 has risk 3,1 times bigger than white spirit exposure level <2,64 become a short term memory loss (p value=0,048; OR=3,109; CI=1,012-9,551). Statistically the factors that has a significant association are nutritional status (p value=0,026; OR=0,276;
CI=0,089-0,858) and age (p value=0,045; OR=0,310; CI=0,099-0,972)
Conclusion: 57 (71.3%) from 80 people experiencing short-term memory impairment. White spirit exposure level ≥2,64 has risk 3,1 times bigger than white exposure level <2,64 become a short term memory loss There are statistics relations between age dan nutritional status with short term memory loss.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah Indriani
"Latar Belakang: Petani sawit seringkali terpajan dengan berbagai macam polusi berupa debu dari pupuk dan pajanan pestisida.Pestisida yang paling sering digunakan adalah organofosfat (OP) dan insektisida karbamat (34%). Tingkat kejadian penyakit pernapasan yang berhubungan dengan pestisida di tempat kerja sebesar 1,17 per 100.000 penuh waktu pekerja setara (FTEs).
Tujuan: Menilai faalparu dan kadar kolinesterse serum padapetani sawit di Kuantan Singingi, Propinsi Riau.
Metode: Penelitian cross sectional pada petani sawit di Kuantan Singingi, Propinsi Riau  bulan Agustus 2018. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling. Variabel yang dinilai adalah karakteristik sosiodemografik, klinis, spirometri dan serum kolinesterase. Analisis data menggunakan program SPSS 20.0 dengan hasil dinyatakan berbeda bermakna bila p<0,05.
Hasil: Didapatkan 116 subjek penelitian dengan rerata usia 34,5±8 tahun, berjenis kelamin perempuan (87,1%), tingkat pendidikan terakhir SD (59,5%), tidak merokok (89,7%), dan masa kerja >2 tahun (84,5%). Indeks Massa Tubuh median 24,5 Kg/m2 (16,85 – 44,44 Kg/m2) dan rerata kolinesterase serum 8,1±1,5 kU/L. Hasil spirometri menunjukkan kelainan restrikif pada 21,6% dan obstruktif pada 0,9% subjek penelitian. Hasil analisis menunjukkan terdapat  hubungan antara lama pajanan (p=0,035) dengan kelainan faal paru. Analisis korelatif antara lama masa kerja dengan KVP (rs=-0,205; p=0,027), VEP1 (rs=-0,235; p=0,011) dan VEP1/KVP (rs=-0,234; p=0,011).
Kesimpulan: Rerata kolinesterase serum petani sawit di Kabupaten Singingi, Propinsi Riau sebesar 8,1±1,5 kU/L dan terdapat hubungan antara lama pajanan pestisida dengan kelainan faal paru.

Background: Palm oil farmers are in risk to be exposed to various kinds of pollution, pesticide and fertilizer. Organophosphate (OP) and carbamate 34% insecticidesare the common pesticides used in palm oil farms. The incidence rate of pesticide-related respiratory diseases at work is 1.17 per 100.000 full-time equivalent workers (FTEs).This studyaims to characterize lung function and serum cholinesterase levels of palm oil farmers in Kuantan Singingi Regency, Riau, Indonesia.
Methods: This cross-sectional study involved oil palm farmers in the study location on August 2018 by cluster sampling design. Sociodemographic, clinical, spirometry and serum cholinesterase level characteristics were observed and statistically analyzed.
Results: The study involved 116 subjects with mean age of 34.5±8 y.owhich predominated by females (87.1%), elementary school degrees (59.5%), non-smokers (89.7%) and workers with working period >2 years (84.5%). Mean body mass index was 24.5kg/m2 (16.85–44.44 Kg/m2) and mean serum cholinesterase was 8.1±1.5kU/L. Spirometric examination showed restrictive (21.6%) and obstructive (0.9%) lung function. There was a significant correlation between length of working period and FVC (r=-0.205; p=0.027), VEP1 (r=-0.235; p=0.011) and VEP1/FVC (r=-0.234; p=0.011). There was no significant difference of serum cholinesterase level between abnormal lung function groups (p> 0.05).
Conclusions: The mean serum cholinesterase of palm oil farmers was 8.1±1.5kU/L. The study showed there wascorrelation between the duration of exposure to pesticides and lung function abnormalities."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shinthia Suwardi
"Pestisida meningkatkan hasil 40% tanaman coklat di Amerika Latin, 33% tebu di Pakistan juga mengatasi masalah hama pada program intensifikasi di Indonesia. Pestisida memberikan dampak buruk jika penggunaannya dilakukan secara terus menerus tanpa memperhatikan aturan pemakaian dan cara mengaplikasikan yang baik dan benar. Pestisida banyak digunakan petani dengan cara disemprotkan, terutama golongan organofosfat yang dapat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim cholinesterase. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko pajanan pestisida terhadap aktivitas cholinesterase dalam darah petani penyemprot hama padi. Desain penelitian cross sectional.
Penelitian dilakukan bulan April-Mei 2014, menggunakan data sekunder kuesioner responden serta hasil pemeriksaan cholinesterase yang dilakukan Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang di 3 Desa pada 2 wilayah kerja UPTD Puskesmas. Hasil penelitian, 81% petani mempunyai aktivitas cholinesterase normal atau tidak mengalami keracunan pestisida.
Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis pestisida yang digunakan, umur, berat badan, masa kerja, frekuensi kerja, durasi kerja, kontak terakhir dengan pestisida dan penggunaan APD terhadap aktivitas cholinesterase.

Pesticides increase the yield of 40% cocoa in Latin America, 33% of sugarcane in Pakistan also solving pest problems in the intensification program in Indonesia.
Pesticides had a devastating impact if used continuously regardless of usage rules and how to apply the rules. Pesticides are widely used by farmers by spraying, especially the organophosphate class which can affect nerve function by inhibiting the enzyme cholinesterase. The aim of research to analyze the risk factors of pesticide exposure to cholinesterase activity in the blood of farmers rice pest sprayer. The study used Cross-sectional design.
The study was conducted in April-May 2014, using secondary data of the questionnaire respondents as well as the result of cholinesterase which has been conducted by Environmental Health Section of Karawang District Health on 3 villages at 2 UPTD Puskesmas.
The results, 81% of farmers had normal cholinesterase activity or no pesticide poisoning. Bivariate analysis showed no correlation between the type of pesticide used, age, body weight, years of service, working frequency, duration of action, last contact with pesticides and the use of personal protective equipment against cholinesterase activity.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Amir Sharifuddin
"ABSTRAK
Pengendalian merupakan kegiatan penting dalam rangka mengatasi masalah kehilangan hasil akibat serangan organisme pengganggu tanaman khususnya tanaman padi sawah. Di antara cara-cara pengendalian yang ada., pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (pestisida) yang paling banyak dipakai oleh petani.
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan berbagai permasalahannya memberikan tantangan yang perlu segera diatasi dalam rangka mengamankan produksi dari gangguan organisme pengganggu.
Perubahan lingkungan hidup buatan karena pestisida terlarang yang dialami petani padi sawah, mengakibatkan kualitas lingkungan hidup menurun. Oleh karena itu menuntut mereka untuk dapat mengembangkan cara-cara pengendalian yang ada dengan jalan melakukan perpaduan antara cara pengendalian yang satu dengan cara pengendalian yang lain atau yang dikenal dengan sebutan PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dari kenyataan di lapangan ternyata terdapat indikasi tentang rendahnya kemampuan petani dalam mengatasi masalah gangguan organisme pengganggu tanaman. Hal ini diduga ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman dengan penggarapan sawah, cara memilih pestisida terlarang , cara bertindak terhadap pestisida terlarang, kesadaran terhadap bahaya pestisida terlarang, lingkungan dan perizinan pestisida yang berlaku.
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat dengan sampel sebanyak 300 petani padi sawah yang berlokasi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sukatani dan Kecamatan Tambelang. Sampel ini diambil dengan cara purposive sampling untuk menentukan lokasi penelitian, dan randomize sampling bagi petani penggarap sawah sebagai responden. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencegah penggunaan pestisida terlarang oleh petani pada lingkungan padi sawah di Kabupaten Bekasi.
Untuk memperoleh data yang diperlukan, menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara secara mendalam. Data yang sifatnya kuantitatif dianalisis dengan uji statistik Chi Kuadrat dan Koefisien Kontingensi. Data yang kualitatif dianalisis dengan cara interpretasi dan pemahaman.
Dari analisis data diperoleh bahwa :
1. Serangan serangga hama yang terluas dan dominan menyerang tanaman padi adalah penggerek batang pada varietas IR64 dan Cisadane, di lapangan dikendalikan dengan insektisida karbamat dengan dosis 1-3 1/kg/musim tanam;
2. Umumnya petani padi sawah berstatus penduduk tetap dengan umur terbanyak ditemukan yaitu 35 - 43 tahun dan sudah bermukim di atas 10 tahun dan terbanyak melakukan penggarapan sawah di atas 1 - 3 ha pada sawah milik orang lain;
3. Pekerjaan tetap petani selain bertani ada yang berdagang, buruh harian, pegawai desa dan mengganggur dengan memiliki anggota keluarga terbanyak 4 - 5 jiwa serta berpenghasilan di atas 1 - 2 juta rupiah per tahun dan pengeluaran di atas 100 - 200 ribu rupiah per bulan;
4. Cara petani memilih pestisida terlarang dipengaruhi Oleh pendidikan non formal, pengetahuan dan pengalaman (C.C ' a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal (C.C < a 0,05);
5. Cara petani bertindak terhadap pestisida terlarang dipengaruhi oleh pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengalaman (C.C < a 0,05);
6. Kesadaran petani terhadap bahaya pestisida terlarang dipengaruhi oleh pendidikan non formal, pengetahuan dan pengalaman (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidikan formal (C.C C a 0,05);
7. Kesadaran petani terhadap lingkungan dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pengalaman (C.C 4 a 0,05);
8. Kesadaran petani terhadap perizinan pestisida dipengaruhi oleh pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pengalaman (C.C < a 0,05);
9. Penggarapan sawah dipengaruhi oleh pendidikan non formal dan pengetahuan (C.C > a 0,05), tetapi tidak dipengaruhi oleh pendidkan formal dan pengalaman (C.C < a 0,05).

Control of crop pests has been an important activity in overcoming yield loss problems due to their attack particularly on rice. Among available control method, chemical control is mostly and widely used by farmers. Subsequently, control of crop pests along with the emerging problems give us challenge which should be undertaken, so that crop production can be exempted from pest attack.
Changes in artificial environment due to the use of banned pesticides experienced by farmers have resulted. in the reduction of the environment quality. Therefore, the farmers are demanded to be capable of developing existing control measures and combining them in a compatible manner as well, which is then so called Integrated Pest Management (IPM). However, in fact, there has been an indication on the capability of the farmers in solving this problem. In this case maybe there are relation between levels of knowledge, education, experience with paddy field cultivated, ways of selecting banned pesticides, handling banned pesticides, awareness of banned pesticide danger, their environment, and pesticide permission .
This study was carried out in Kabupaten Bekasi, West Java Province with the sample comparising of 300 rice field farmers. Two kecamatan in this area were chosen, viz. Kecamatan Sukatani and Kecamatan Tambelang. These sample were taken by using purposive method to decide locations of study, and using randomized sampling to select the rice field farmers as the respondents. In general, this study was aimed to figure out the effects of chemical control using banned pesticides to humans and the environment in Kabupaten Bekasi.
To obtain required data, a list of questions and thorough interview were used. Quantitative data were statistically analyzed by using Chi-square test and Coefficient of Contingency (C.C), whereas qualitative data were analyzed with interpretation and comprehension methods.
Data analysis shows that :
1. The stem borer is the predominantly attacking insect pest to rice of IR-64 and Cisadane varieties and is widely present in the rice field. The chemical control is mostly by using carbamate insecticide with the dosage of I - 3 1/kg/planting season;
2. The status of rice farmers is generally residents with the age ranging from 35 to 43 years old and have already resided for more than 10 years. Among these are mostly doing farming on 1 - 3 ha of rice field belonging to others;
3. Instead of farming, farmers also sell things, become daily laborers, village officers, and some others are unemployment. The member of family is mostly 4 - 5 with the income of more than two million rupiah/year and the outcome of more than two hundreds thousand rupiah/month
4. The farmers' way of selecting banned pesticides is influenced with non formal education, knowledge and experience (C.C > a 0.05), but is no influenced with formal education (C.C < a 0.05);
5. The farmers' way of handling banned pesticides is influenced with knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education, non formal education and experience (C.C < a 0.05);
6. The farmers' awareness to the danger of banned pesticide is influenced with non formal education, knowledge and experience (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education (C.C ? a 0.05);
7. The farmers' awareness to the environment is influenced with formal education, non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with experience (C.C < a 0.05);
8. The farmers' awareness to pesticide approval is influenced with formal education, non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with experience (C.C < a 0.05);
9. Rice cultivation is influenced with non formal education and knowledge (C.C > a 0.05), but is not influenced with formal education and experience (C.C < a 0.05).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>