Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anton Ojong
"Latar belakang: Influenza-like illness merupakan penyakit yang terbanyak dijumpai di PT. X, yang dikhawatirkan akan menurunkan produktivitas kerja. Program imunisasi influenza baru diikuti oleh 30% pekexja Belum diketahui efektivitas imunisasi tersebut terhadap kejadian influenza-like illness. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas imunisasi influenza di PT. X
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan disain kasus-kontrol dengan perbandingan l:l. Jumlah sampel perkelompok 88 orang. Sampel dipilih dengan random. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner, wawancara, pemeriksaan fisik dan rekam medik serta dari dokumen sumber daya manusia.
Hasil penelitian: lnfluenza~Iike illness dipengaruh oleh imunisasi (OR=4.83), lokasi kerja (0R=3.94), kebiasaan olahraga (OR=3.86), kebiasaan merokok (OR=2.86), dan Indeks Massa Tubuh (0R=0.44). Subyek yang mendapat imunisasi median lama sakit 3 (3-5) sedangkan pada yang tidak diimmmisasi median larna sakit 4 (2-7) hari. Dua nilai tersebut berbeda bermakna (p 0.008). Efektivitas imunisasi influenza terhadap kejadian influenza-like illness sebesar 69.4%.
Kesimpulan Imunisasi influenza merupakan falctor determinan utama influenza illness dengan efektivitas 69.4%.

Background : Influenza-like illness is an illness found mostly among staff members in PT X. It?s great concem due to the fact of lowering workers? productivity. Influenza immunization program in PT X has just covered 30% of the whole number of workers. So far, the effectiveness regarding the immunization on the Influenza-like illness symptoms is not known yet. This research is carried out to observe, etfectiveness of influenza immunization in PT X.
Methods: This research used the design of Case-control of l:l. The number of random samples per group was 88 persons. Data was collected through carrying out questionainnaires, interview, physical observation; medical record and human resources document observation.
Result: Influenza-like illness was influenced by immunization (OR=4.83), workers location (OR=3.94), sport activities (OR=3.86), smoking (OR=2.86) and Body Mass Index (0R=0.44). Workers who got imunization, their length of illness was 3 (3-5) days, while those who did not get immunization, their length of illness was 4 (2-7) days. The difference was significant with p value of 0.008. The effectiveness of influenza immunization on Influenza-like illness symptoms is 69.4%.
Conclusion: The influenza immunization was main determinant factor of the influenza-like illness, the effectiveness was 69.4%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32308
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfi Fauziah
"Tesis ini membahas pengelompokan virus-virus influenza A. Virus influenza A adalah virus RNA yang berbahaya, karena memiliki kemampuan mutasi yang tinggi dan menyebabkan wabah di beberapa negara. Dengan kemajuan bioinformatika, virus-virus dapat dikelompokkan dengan menganalisis sekuens-sekuens protein dari virus-virus tersebut. Markov clustering (MCL) telah diaplikasikan dengan baik pada bioinformatika, seperti; mengelompokkan jaringan-jaringan antara protein yang satu dengan yang lain, jaringan kemiripan antar protein, dan penentuan keluarga protein.
Tujuan penelitian ini adalah mengelompokkan virus-virus influenza A berdasarkan protein hemaglutinin (HA) menggunakan algoritma Markov clustering (MCL) dan program menggunakan perangkat lunak Octave berbasis open source. Simulasi program menggunakan tiga buah faktor penggelembungan yang berbeda, yaitu; r = 1.5, r = 2.0, dan r = 2.5.
Pengelompokan virus-virus influenza A menghasilkan dua kelompok. Kelompok pertama dengan pusat kelompoknya A/duck/Jiangsu/115/2011(H4N2) dan kelompok kedua dengan pusat kelompoknya A/duck/Victoria/0305-2/2012 (H5N3). Struktur pengelompokan virus-virus influenza A berdasarkan sekuens protein hemaglutinin (HA) yang diperoleh dengan menggunakan algoritma Markov clustering (MCL) mempunyai kemiripan struktur dengan struktur pengelompokan protein hemaglutinin (HA), dengan demikian pengelompokan virus-virus influenza A dapat mengacu pada pengelompokan keluarga protein hemaglutinin (HA).

The focus of this study is the clustering of influenza A viruses. Influenza A virus is an RNA virus that is dangerous, because it has a high mutation capability and caused outbreaks in several countries. With the development of bioinformatics, the viruses can be clustered by analyzing the protein sequences of these viruses. Markov clustering (MCL) has been very well applied to bioinformatics, such as to cluster protein-protein interactions (PPI) networks, determine the similarity between the protein network, and determine the protein families.
The aim of this study is to cluster influenza A viruses based on hemagglutinin protein (HA) using Markov clustering (MCL) and programs using software Octave which based on open source. The simulation of program using three different inflation factors, ie; r = 1.5, r = 2.0 and r = 2.5.
Clustering of influenza A viruses resulted in two clusters. The center of the first cluster is A / duck / Jiangsu / 115/2011 (H4N2) and the center of the second cluster is A / duck / Victoria / 0305-2 / 2012 (H5N3). Clustering structure of influenza A viruses using Markov clustering (MCL) have the similar structure with clustering structure of the hemaglutinin protein (HA), thus clustering of influenza A viruses can refer to the clustering of hemagglutinin proteins (HA) families.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihdina Inti Rachma
"Avian influenza H5N1 ningga november 2007 telan menyerang dan menevvaskan 81orang dari 102 orang yang terinfeksi di Indonesia. Pada saat ini, masalan penting yang dikuatirkan oleh para anli adalah kemungkinan munoulnya subtipe baru virus influenza yang mampu menular antar manusia_ Hal ini dapat terjadi senubungan dengan adanya virus subtipe baru yang mungkin terbentuk akibat mutasi atau reasorsi (reassortment) virus avian influenza asal unggas dan virus human imfuenza. lV|utasi pada virus influenza dapat menimbulkan perubanan komposisi atau susunan asam amino pada virus yang dapat mempengaruni aktivitas virus.
Penelitian melalui bioinformatika pada beberapa virus avian imfuenza menunjukkan banvva, dibandingkan dengan NA (Neuraminidase) dan NP (Nuk/eoprotein), ternyata HA (Haemagg/utinin) Iebin mudan mengalami mutasi_ Kemampuan virus Avian imfuenza untuk melakukan mutasi memungkinkan virus untuk berubah sifat patogenisitasnya.
Pada penelitian ini dilakukan analisis mutasi yang terjadi pada virus H5N1 yang terjadi di Indonesia, dengan Cara melihat perubanan nukleotida dan analisis posisi epitop pada asam aminonya. Dengan demikian dapat diperkirakan apakan mutasi tersebut dapat mempengaruhi patogenitas atau tidak. Virus yang dianalisis diambil hanya dari kasus H5N1 yang menyerang manusia.
Penelitian ini menggunakan metode Sequence allignment dengan program MAFFT dan prediksi epitop menggunakan program IMMUNEEPITOPE Didapatkan banyak sekali perubanan nukleotida pada sekuen hemagglutinin pada H5N1 di Indonesia, namun berdasarkan prediksi epitope ternyata belum mengalami mutasi yang cukup drastis ningga menguban patogenitas virus tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Salim Ridlo
"Kemampuan virus Influenza A dalam menginfeksi manusia sangat bergantung pada receptor binding yang dimiliknya. Protein yang berfungsi sebagai receptor binding pada virus ini adalah haemagglutinin. Influenza A akan mampu menginfeksi manusia dan dapat menyebar antar manusia apabila protein haemagglutinin telah mengenali SA α-2,6 Gal sebagai receptor pada manusia. Virus Influenza A subtipe H5N1 telah ditemukan dapat menginfeksi manusia namun belum mampu menular antar manusia. Dari hasil analisis mutasi terhadap sekuan haemagglutinin didapatkan bahwa sekuen protein haemagglutinin pada virus H5N1 belum menyamai sekuan protein haemagglutinin pada virus Influenza A yang telah menjadi pandemik yaitu subtipe H1N1, H2N2, dan H3N2 sehingga belum mampu menyebar antar manusia. Sekuan utama yang mendukung penyebaran pada manusia adalah asam amino posisi 226 dan 228 pada protein Haemagglutinin. Pada saat virus menjadi pendemik maka asam amino posisi 226 telah berubah menjadi Leu dan pada posisi 228 telah berubah menjadi Ser. Sedangkan pada virus H5N1 masih berupa Gln pada posisi 226 dan Gly pada posisi 228 yang merupakan pengenal SA α-2,3 Gal receptor pada burung. Selain pada posisi tersebut perbedaan juga ditemukan pada posisi 251 dan posisi 258. Pada subtipe yang telah menjadi pandemik sekuen posisi 251 adalah Leu dan posisi 258 adalah Phe, sedangkan pada H5N1 Phe pada 251 dan Tyr pada 258. Dari hasil ini dapat diprediksi sekuen H5N1 yang dapat menjadi pandemik yaitu apabila telah terjadi perubahan pada sekuen posisi 226 dan 228 serta didukung dengan perubahan pada posisi 251 dan 258."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30368
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan: Mengetahui proporsi kasus SARI yang disebabkan oleh virus infl uenza. Metode yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus infl uenza adalah metode Reverse Transkriptase - Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Metode: Usap tenggorok yang diambil dari pasien yang memiliki simptom mengarah ke SARI di ekstrak untuk memperoleh RNA, kemudian diamplifi kasi menggunakan 5 pasang primer dan probe (infl uenza A, Infl uenza B, A/H1N1, A/H3N2 dan A/H5N1) dengan metode real-time RT-PCR.
Hasil: Dari 549 sampel diketahui bahwa 6% pasien SARI disebabkan oleh virus Infl uenza, dan 4% disebabkan oleh virus Infl uenza A, 2% disebabkan oleh virus Infl uenza B. Virus infl uenza A yang paling banyak menyebabkan SARI adalah virus A/H3N2. Sedangkan 94% dari keseluruhan sampel SARI yang diterima menunjukan hasil negatif terhadap Infl uenza.
Kesimpulan: Sebagian besar kasus SARI tidak disebabkan oleh virus infl uenza. Virus infl uenza A yang paling sering menyebabkan SARI adalah A/H3N2. Kondisi bahwa Kasus fl u burung A/H5N1 sudah pernah diidentifi kasi di Indonesia serta penyebaran virus baru infl uenza A/H1N1 pada tahun 2009 meningkatkan kembali pentingnya survelians SARI.

Aim: To access the proportion of Infl uenza which caused SARI cases Methods: From April 2008 until March 2009, 549 samples of nasal and throat swabs were collected from SARI patients from eight hospitals in eight provinces in Indonesia.
Methods: The samples were analyzed for Infl uenza by real-time RT-PCR method using several specifi c primers for infl uenza A (A/H1N1, A/H3N2 and A/H5N1) and Infl uenza B. The sequence of these primers was provided by CDC, Atlanta.
Results: We found 516 (94%) of the specimens testing results were not infl uenza A or B viruses. There was 21 (4%) cases caused by infl uenza A and 12 (2%) caused by infl uenza B. From the infl uenza A cases, one case of SARI was caused by A/H1N1, two cases were A/H5N1, 17 cases were A/H3N2 and one case was unsubtypeable Infl uenza A.
Conclusion: The majority of SARI cases were not caused by infl uenza viruses. From this surveillance the most common infl uenza A related to SARI is A/H3N2. Facts of the avian infl uenza virus A/H5N1 cases have been found in Indonesia and the spread of novel virus infl uenza A/H1N1 in 2009 raised our concern about the importance of SARI surveillance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkyana Avissa
"Avian Influenza diakibatkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang dapat mengalami mutasi sehingga antigennya, neuraminidase dan haemaglutinin, dapat beradaptasi dan menjadi lebih patogen dari sebelumnya serta resisten terhadap obatobatan yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan suatu obat baru yang dapat digunakan secara umum, yaitu jenis inhibitor neuraminidase. Pada penelitian ini 300 senyawa stibenoid diujicobakan terhadap neuraminidase H5N1 strain Indonesia secara in silico. 61 ligan senyawa stilbenoid memiliki energi ikatan lebih rendah dibandingkan standar oseltamivir karboksilat dan zanamivir. 30 ligan terbaik diuji sifat fisika dan kimianya, sebagian ligan tidak memenuhi Lipinski’s rule of five. Terdapat 2 (dua) senyawa beresiko genotoksik dan karsinogenik berdasarkan hasil uji toksikologi. Terdapat 11 ligan yang memiliki drug score cukup baik. Berdasarkan uji farmakologi dan efek kesehatan, diperoleh 2 (dua) ligan yang berpotensi baik. Ligan terbaik dipilih berdasarkan efek negatif terhadap kesehatan yang lebih sedikit adalah gnetumontanin A dari spesies Gnetum montanum. Kestabilan kompleks dengan ligan terbaik diuji kestabilannya dengan keberadaan pelarut menggunakan simulasi dinamika molekul. Berdasarkan hasil RMSD dinamika molekul pada suhu 310 dan 312 K kompleks enzim-ligan memiliki kestabilan yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kandidat inhibitor neuraminidase yang lebih potensial.

Avian Influenza is a respiratory disease caused by influenza A virus subtype H5N1 which can undergo mutation in its antigens, neuraminidase and haemaglutinin, and build a much more pathogenic virus. The mutation leads to resistance towards standard drugs. Therefore, a new drug that can be used in general which is the types of neuraminidase inhibitors is an urgent need. In this research, 300 stilbenoid compounds were tested to neuraminidase H5N1 Indonesia strain by using in silico method. According to the result of molecular docking, 61 ligands have binding energy lower than standard oseltamivir acid and zanamivir. 30 ligands were tested toward its physical chemistry properties, half of those ligands could not fulfil Lipinski's rule of five. Virtual toxicity test were done and only 2 ligand is potent to be genotoxic carcinogenic. Only 11 ligands have good drug scores, and only 2 of them are potential to be developed as new oral-drugs based on pharmacology and health effect test. The best ligand selected by lower negative health effect is gnetumontanin A which can be isolated from plant species Gnetum montanum. Stability of enzyme-best ligan complex with the addition of solvent were tested in molecular dynamic simulation. RMSD curve of dynamic simulation shows that the complex is stable while conducted in 310 and 312 K."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjandra Yoga Aditama
"Avian influenza atau Flu Burung adalah penyakit menular pada binatang yang kemudian menulari manusia pula. Penularan pada manusia menimbulkan masalah kesehatan penting sejak tahun 2004, apalagi dengan adanya ancaman pandemi. Sampai I Maret 2006 pasien penyakit ini pada sudah dilaporkan di 7 negara, yaitu Cambodia, Indonesia, Thailand, Viel Nam, China, Irak dan Tnrki. Jumlah total kasus adalah 174 orang, 94 diantaranya meninggal dunia (54.02%). Sampai 1 Maret 2006 Indonesia mempunyai 27 pasien, 20 meninggal (74.07%). Pasien A! Indonesia sebagian besar adalah pria (62.5%) dan semuanya datang dengan kehtlum demam. Pandemi influenza terjadi bila muncul virus sub tipe baru yang sebelumnya tidak menyerang manusia. Karena itu, avian H5N} punya potensi unluk menimbulkan pandemik karena mungkin menulari antar manusia. Dampak pandemik dapat berupa tingginya angka kesakitan serta pekerja absen dari tugasnya, yang semuanya akan memberi dampak sosio ekonomi yang besar. Tentang kematian, pengalaman masa lalu temyata bervariasi, tergantung dari 4 faktor, yaitu jumlah orang yang terinfeksi, vindensi virus, keadaan kesehatan pasien dan efektfitas upaya pencegahan yang ada. Prediksi akurat tentang angka kematian sulit dibuat. (Med J Indones 2006; 15:125-8)

Avian influenza, or "bird flu", is a contagious disease of animals which crossed the species barrier to infect humans and gave a quite impact on public health in the world since 2004, especially due to the threat of pandemic situation. Until 1" March 2006, laboratory-confirmed human cases have been reported in seven countries: Cambodia, Indonesia, Thailand, Viel Nam, China, Iraq and Turkey with a tola! of 174 cases and 94 dead (54.02%). Indonesia has 27 cases, 20 were dead (74.07%). AI cases in Indonesia are more in male (62.5%) and all have a symptom of fever. An influenza pandemic is a rare but recurrent event. An influenza pandemic happens when a new subtype emerges that has not previously circulated in humans. For this reason, avian H5NI is a strain with pandemic potential, since it might ultimately adapt into a strain that is contagious among humatts. Impact of the pandemic could include high rates of illness and worker absenteeism are expected, and these will contribute to social and economic disruption. Historically, the number of deaths during a pandemic has varied greatly. Death rates are largely determined by four factors: the number of people who become infected, the virulence of the virus, the underlying characteristics ami vulnerability of affected populations, and the effectiveness of preventive measures. Accurate predictions of mortality cannot be made before the pandemic virus emerges and begins to spread. (MedJ Indones 2006; 15:125-8)"
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-2-AprilJune2006-125
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maksum Radji
"Avian influenza A (H5N1), or highly pathogenic avian influenza (HPAI), has become the world's attention because of possibility of global pandemic. This review describes the features of human infection, pathogenesis, transmission, and clinical management of avian influenza A (H5N1)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Aziza Nursyirwan
"ABSTRAK
Latar Belakang : Infeksi virus influenza menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan pada lansia. Vaksin influenza sebagai satu-satunya modalitas pencegahan yang ada saat ini memiliki efikasi yang lebih rendah pada lansia dibanding dewasa muda 17-53 vs 70-90 . Hal ini dimungkinkan karena pada lansia terjadi perubahan respons imun akibat penuaan serta faktor-faktor risiko lain. Beberapa studi telah dilakukan untuk menilai status kesehatan lansia sebagai faktor risiko terhadap respons antibodi terhadap vaksinasi influenza. Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada populasi lansia di posyandu lansia Jakarta Timur yang mendapatkan vaksin influenza. Sebanyak 277 subjek diperiksa titer antibodi pra dan satu bulan pasca-vaksinasi influenza. Faktor-faktor risiko berupa usia, jenis kelamin, status olahraga, status merokok, penyakit DM tipe 2, paru, kardiovaskular, status nutrisi MNA Mini Nutritional Assessment , status GDS Geriatric Depression Scale , dan titer antibodi pra-vaksinasi dinilai pada masing-masing subjek. Hasil Penelitian : Proporsi lansia yang mengalami serokonversi kenaikan titer pasca-vaksinasi sebanyak 4 kali lipat titer awal adalah 50,9 141/277 . Pada analisis multivariat, faktor-faktor prediktor serokonversi satu bulan pasca-vaksinasi influenza pada lansia di komunitas adalah keadaan tidak depresi p=0,048, OR=2,1, IK=1,01-4,30 , status olahraga ge; 5 kali seminggu minimal 30 menit p=0,013, OR 4,0, IK 1,34-11,76 , dan titer antibodi pra-vaksinasi yang tidak seroprotektif p=0,000, OR 6,4, IK 3,40-11,99 . Kesimpulan : Faktor-faktor prediktor serokonversi pasca-vaksinasi influenza pada lansia di komunitas adalah status depresi, status olahraga, dan titer antibodi pra-vaksinasi influenza. Kata Kunci : influenza, vaksinasi, serokonversi, faktor prediktor.

ABSTRACT
Background Influenza virus infection causes significant morbidity and mortality in the elderly. The influenza vaccine as the only existing prevention modalities currently has lower efficacy in the elderly than younger adults 17 53 vs. 70 90 . This is possible because the elderly changes due to aging of the immune response as well as other risk factors. Several studies have been conducted to assess the health status of the elderly as a risk factor for antibody responses to influenza vaccination. Methods This study is a retrospective cohort study in the elderly population in East Jakarta Posyandu who got the influenza vaccine. A total of 277 subjects with antibody titre pre and one month post vaccination influenza were examined. Risk factors such as age, gender, exercise status, smoking status, type 2 diabetes, pulmonary, and cardiovascular disease, nutritional status of MNA Mini Nutritional Assessment , GDS Geriatric Depression Scale , and pre vaccination antibodi titre were assessed in each subject. Results The proportion of elderly people who seroconverted fourfold rise or more in antibody titer post vaccination was 50.9 141 277 . On multivariate analysis, the predictor factors that affect seroconversion of one month post influenza vaccination in the elderly on the community is a no depression state p 0.048, OR 2.1, CI 1.01 to 4.30 , exercise status ge 5 times per week minimal 30 minutes p 0.013, OR 4.0, CI 1.34 to 11.76 , and not seroprotective pre vaccination p 0.000, OR 6.4, CI 3.40 to 11.99 . Conclusion Predictor factors affecting seroconversion post influenza vaccination in the elderly on the community is depression status, exercise status and pre vaccination antibody titre. Keywords influenza, vaccination, seroconversion, predictor factor. "
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hauwla Husnulkhotimah
"ABSTRAK
Influenza merupakan penyakit menular yang dapat mengancam nyawa kelompok orang dengan resiko tinggi terkena komplikasi. Karena vaksin merupakan cara ampuh mencegah suatu penyakit termasuk influenza, maka pada skripsi ini dibahas model SVIRS yang merupakan model penyebaran penyakit influenza yang mempertimbangkan vaksinasi dan penjagaan jarak sosial. Populasi manusia dibagi menjadi empat subpopulasi, yaitu manusia rentan terhadap penyakit influenza, manusia yang telah diberi vaksin influenza, manusia terinfeksi influenza, serta manusia yang sembuh dari influenza. Subpopulasi manusia yang telah diberi vaksin dan manusia yang sembuh dari influenza diasumsikan dapat kembali rentan karena efektivitas vaksin tidak sempurna. Karena kami berasumsi bahwa daya tahan tubuh tidak bertahan untuk waktu yang panjang, maka ada kemungkinan individu yang sembuh dapat terinfeksi kembali. Kajian analitik mengenai proses nondimensionalisasi, eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan juga dilakukan terhadap model. Berdasarkan kajian analitik yang dilakukan, (R0) dapat menjadi penentu strategi terbaik untuk mencegah penyebaran influenza pada populasi. Terakhir, beberapa simulasi numerik dilakukan untuk beberapa skenario vaksinasi dan strategi penjagaan jarak sosial.

ABSTRACT
Influenza is an infectious disease that can threaten the lives of a group of people at high risk of complications. Since vaccines are a powerful way of preventing disease including influenza, then this research discusses the SVIRS model which is a model of the spread of influenza disease which consider vaccination and social distancing. The human population is divided into four subpopulations, namely humans susceptible to influenza, humans who have been given influenza vaccines, humans infected with influenza, and humans who recover from influenza. Subpopulations of people who have been given the vaccine are assumed can be infected by influenza because of the imperfect vaccine effectiveness. Since we assume that the immunity is not for long-life, then there is a possibility that recovered individual may get re-infected. Analytical studies of the nondimensionalization process, the existence and stability of the equilibrium points are carried out on the model. Based on the analytical studies, (R0) give an insight to determine the best strategies to prevent the spread of influenza among the population. At last, some numerical simulations were carried out using for several scenarios of vaccination and social distancing strategy."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>