Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134386 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chaerul Basri
"Penyakit antraks atau yang sering dikenal juga sebagai penyakit radang limpa, radang kura, miltbrand, miltvuur atau splenic fever merupakan salah satu zoonosis utama di hampir seluruh negara di dunia. Berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan, dikenal 3 tipe penyakit antraks yaitu antraks tipe kulit atau cutaneus anthrax, antraks tipe pencernaan atau gastrointestinal anthrax dan antraks tipe pernapasan atau pulmonary anthrax. Setiap tahun diperkirakan terjadi sekitar 2,000 - 20.000 kasus antraks pada manusia secara global di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan antraks tipe kulit. Penyakit antraks tipe kulit mencapai 90% dari seluruh kejadian infeksi antraks di seluruh dunia. Di Indonesia selama periode tahun 2002-2006 ditemukan 282 kasus antraks pada manusia dengan kematian 20 kasus, Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyebutkan selama periode tahun 2001 hingga tahun 2007 di Kabupaten Bogor pada manusia telah terjadi 97 kasus penyakit antraks dengan kematian mencapai 8 .orang atau CFR yang mencapai 8,2%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit antraks tipe kulit pada manusia di Kabupaten Bogor. Desain yang dirancang untuk mencapai tujuan penelitian ini menggunakan desain penelitian epidemiologi observasional kasus kontrol. Kasus dalam penelitian diambil dari catatan penderita penyakit antraks tipe kulit di Puskesmas dan dinyatakan positif terinfeksi bakteri antraks berdasarkan pemeriksaan serologis Laboratorium Balivet Bogor. Kontrol diperoleh dari penduduk Kabupaten Bogor yang tinggal pada Rukun Tetangga (RT) yang sama dengan orang yang didiagnosis sebagai penderita penyakit antraks tipe kulit dan tidak menunjukkan gejala-gejala klinis penyakit antraks tipe kulit.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur dan observasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri dibantu oleh Staf Puskesmas Kabupaten Bogor. Analisis data melalui tiga tahapan yaitu univariat untuk analisis distribusi frekuensi, biavariat dengan uji Chi-square, serta analisis muitivariat dengan pendekatan regresi logistik model prediksi. Seluruh analisis diproses dengan menggunakan software SPSS 13,0 dan SAS 9,1. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit antraks tipe kullt adalah memegang hewan rentan yang memiliki OR=6,648 (95% CI=2,914-15,167) dan variabel menangani daging yang memiliki OR=5,318 (95% CI: 1,801-15,702). Logit kejadian penyakit antraks tipe kufit = -0.1857 + 0,9472 memegang hewan rentan + O,8355 menangani daging.
Berdasarkan penelitian ini disarankan agar masyarakat yang memegang temak atau menangani daging yang berasal dari daerah 'endemis diharapkan memproteksi dirinya dengan menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan sepatu boot. Perlu disosialisasikan kepada masyarakat mengenai gejala dan akibat yang ditimbulkan dari penyakit antraks pada hewan. Selain itu, kepada pemilik hewan ternak tidak diperbolehkan memotong paksa hewan ternak yang sakit karena dapat menyebarkan kuman antraks. Upaya meminimalisasi kontak antara masyarakat dengan hewan ternak rentan dapat diupayakan dengan melakukan restrukturisasi peternakan dengan memisahkan kawasan pemukiman dan kawasan sentra peternakan.

Anthrax disease or well known as spleenitis, kura inflammation, miltbrand, miltvuur or spleenic fever is one of important zoonotic disease in almost the entire country of the world. Based on clinical signs was emerged, it famed 3 types of anthrax disease namely skin type or cutaneous anthrax, digestive type or gastrointestinal anthrax and respiratory type or pulmonary anthrax. Every year 2000 - 20000 cases of anthrax disease were occurred in human in entire world and most of parts are skin type or cutaneous anthrax, Skin type of anthrax disease was reached 90% from entire infection of anthrax in the world, In Indonesia for along 2002-2006 periods has found 282 cases of anthrax in human with 20 cases death. Health Service Bogor District reported that along period 2001-2007 in Bogor District occurred 97 human cases of anthrax disease with 8 death or CFR 8.2%.
This research is aim to know several of risk factors which are related with occurrence of skin type of anthrax disease in Bogor district for 2003 - 2007.. The research was designed to reach out for the goal of this research is use case Control epidemiological research design. Case of this research is taken from victim of skin type of anthrax disease record in Puskesmas (Center for Health Services) and clarified as positive infected by anthrax bacterial based on laboratory serological examination in Balitvet Bogar. Control is taken from inhabitant in Bogor district which are live in the same area with people who is diagnose as a victim of skin type of anthrax disease and do not showed clinical signs of skin type of anthrax disease.
Data collection is done through by structured interview and observation which is doing by researcher itself and assisted by Puskesmas Staff in Bogor District. Analysis data is done trough three steps that are univariate for analysis of frequency distribution, bivariate with Chi-square and also multivariate analysis with prediction model of logistic regression approaches. All analysis processed by SPSS 13.0 and SAS 9.1 The risk factors which are related with occurrence of skin type of anthrax disease are holding susceptible animal with OR=6.648 (9S% CI=2.914-15.l67) and variable of meat handling with OR=5.318 (95% CI= 1.801 -15.702). Logit of occurrence of skin type of anthrax disease = -0.1857 + 0.9472 holding susceptible animal + 0.8355 meat handling.
According to this research is suggested in order that societies who are hold their livestock or handled the meat which come from endemic area is able to protect them with coverall such as glove and boot. It is necessary to socialize the societies about clinical signs and the consequences from anthrax disease in animals. Beside that. the livestock owners have not allowed to slaughter by forced sick animals since it will be able to spread anthrax organism. Minimalism contact between society and susceptible animals can be done by restructures of animal husbandry and separated the settlement area from central of animal husbandry area as efforts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21284
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Listiono
"Di Kabupaten Bogor diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan rnasyarakat yang cukup serius, selain angka kejadian yang tinggi, dalam 5 tahun terakhir selalu menimbulkan KLB. Bahkan pada tahun 2009 tezjadi 8 icali kejadian KLB diare di empat kecamatan, salah satunya di wilayah kerja Puskesmas Lebakwangi, Kecamatan Cigudeg, sebanyak 258 penderita dengan CFR sebesar 0,78%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeiahui falctor-faktor yang berhubungan dngan kejadian diare di wilayah keija Puskesmas Lebakwangi, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor tahun 2009.
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol, sebagai kasus adalah penderita diare diwilayah keija Puskesmas Lebakwangi periode 22 Agustus 2009 sarnpai dengan periode KLB berakhir, sebagai kontrol penduduk di wilayah yang sama. Sampel berjumlah 130 untuk kasus dan 130 untuk I-control- Pengumpulan data dengan wawancara langsung menggunakan kuesionr terstmktur. Kuesioner berisi pertanyaan tentang variabel karakteristik responden, perilaku dan lingkungan. Analisis data secara univariat, bivariat dan multivariat.
Dari analisis secara multivariate diperoleh bahwa faktor kebiasaan mencuci alat-alat makan tidal-c menggunakan sabun berisiko 3,38 kali lebih besar unnik teljadinya diare dibanding dengan yang mencuoi dengan menggunakan sabun. Responden yang tidak menggunakan jamban keluarga berisiko 2,76 kali dibading dengan yang menggunakan jamban keluarga. Ketersediaan sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 1,79 kali Iebih besar dibanding dengan yang menggunakan air bersih.
Kesimpulan: mencuci alat makan dengan sabun, ketersediaan jamban keluarga clan ketersediaan sumber air bersih merupakan risiko yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Lebakwangi 2009.

In Bogor District diarrhea is still a very serious public health problem, in addition to high morbidity, in the last five years always cause outbreaks. Even in 2009, have been 8 times occurrence of diarrhea outbreak in four sub district, one occur in the working area of Lebakwangi Public Health Center, Cigudeg Sub District, with a total of 258 patients and CFR 0-78%. The purpose of this study was to determine factors associated with occurrence of diarrhea in the working area of Lebakwangi Public Health Center, Cigudeg Sub District, Bogor District in 2009.
This study design case-control, as case is patients with diarrhea in Lebabkwangi Public Health Center territory, since 22 August 2009 until outbreak ends, as a control is persons without diarrhea in population in the same region. The number of sample 130 for cases and 130 for controls. The collection of data by direct interviews using a structured questionnaire. The questionnaire obtains questions about variable characteristics of respondent, behaviors and environment variable. Data analysis was done using univariate, bivariate and multivariate.
From multivariate analysis found that behaviors factor did not 'use Soap to wash eating equipment 3.38 times greater risk for the occurrence of diarrhea compared with washing with soap. Respondent that didn't utilize family latrine will be risk 2,76 times for occurance diarrhea compaired they utilize family latrine. The availability of clean water sources that do not meet health requirements 1.79 times greater risk for the occurrence of diarrhea compared than using clean water that meet health requirements.
Conclusion: washing eating tool with soap, availability of family latrine and availability of clean water source that meet health requirements is risk factors that associate with occurrence of diarrhea in Lebakwangi Health Center Territory, Cigudeg Sub District in 2009.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33208
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evawangi
"Skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan berat yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Di Indonesia, prevalensi skizofrenia adalah 1,7 per 1.000 populasi. Jumlah kunjungan gangguan jiwa di puskesmas Kabupaten Bogor telah meningkat secara signifikan dari 1.648 menjadi 13.390 pada tahun 2013-14. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan skizofrenia di Kabupaten Bogor tahun 2017.Studi kasus kontrol tidak berpasangan dilakukan di 63 puskesmas Kabupaten Bogor mulai Mei-Juni 2017. Kasus adalah penderita skizofrenia yang berusia 15-50 tahun yang didiagnosis oleh dokter / spesialis dan dicatat dalam register pasien puskesmas kabupaten Bogor pada tahun 2017. Kontrol Adalah orang sehat berusia 15-50 dan berdomisili di Kabupaten Bogor. Sebanyak 229 kasus dan 229 kontrol dipilih dengan teknik multistage sampling. Probability proportional to size digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing puskesmas. Kuesioner semi terstruktur yang telah diuji sebelumnya digunakan untuk mengumpulkan data yang relevan dari kontrol dan salah satu anggota keluarga kasus.
Test Chi Square dan regresi logistik multivariat diterapkan untuk analisis data.Faktor-faktor yang berhubungan dengan skizofrenia: jenis kelamin laki-laki AdjOR: 11.68; 95 CI: 4,96 -27.50 , riwayat keluarga skizofrenia AdjOR: 4.02; 95 CI: 1,90-8,48 , pendidikan dasar AdjOR: 30,63; 95 CI: 4.21-222.81 , pendidikan menengah AdjOR: 25,35; 95 CI: 3,51-182.90 , pengangguran AdjOR: 5,6; 95 CI 2,52-12,45 , tidak menikah AdjOR: 8,20; 95 CI 2,52-12,45 , masalah dalam keluarga AdjOR: 4,93; 95 CI 2,43-9,99 dan masalah di tempat kerja / sekolah AdjOR: 32.60; 95 CI 7.29 - 145.76 .Dalam studi ini, faktor biologis laki-laki dan riwayat keluarga skizofrenia , sosio-demografi tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja dan tidak menikah dan faktor lingkungan masalah dalam keluarga dan tempat kerja/sekolah berhubungan dengan skizofrenia. Studi analitis prospektif diperlukan untuk mengeksplorasi lebih jauh hubungan ini.

Schizophrenia is a a chronic and severe mental disorder that affects thinking, feeling, and behavior of a person. In Indonesia, the prevalence of schizophrenia is 1.7 per 1,000 populations. The number of visits of mental disorders in puskesmas of Bogor Regency has increased significantly from 1,648 to 13,390 in 2013 14. This study aimed to determine the factors associated with schizophrenia in Bogor Regency 2017.An unmatched case control was conducted in 63 health centers of Bogor regency from May June 2017. Cases were schizophrenic patient aged 15 50 years diagnosed by physicians specialists and recorded in the register of Bogor district health centers in 2017. Controls were the healthy people aged 15 50 and domiciled in Bogor Regency. A total of 229 cases and 229 controls were selected by multistage sampling technique. Probability proportional to size was usedto determine the number of samples from each puskesmas. A pre tested semi structured questionnaires was used to collect relevant data from controls and one of the family members of cases.
Chi square test and multivariate logistic regression were applied for data analysis.Folowing factors were associated with schizophrenia male gender AdjOR 11.68 95 CI 4.96 27.50 , family history of schizophrenia AdjOR 4.02 95 CI 1,90 8,48 , basic education AdjOR 30.63 95 CI 4.21 222.81 , secondary education AdjOR 25.35 95 CI 3.51 182.90 , unemployed AdjOR 5.6 95 CI 2,52 12,45 , unmarried AdjOR 10,20 95 CI 2,52 12,45 , problems in the family AdjOR 4.93 95 CI 2.43 9.99 and problems at work school AdjOR 32.60 95 CI 7.29 145.76 .In the study setting, biological male and family history of schizophrenia ,sociodemographic low level of education, unemployment and unmarried and environmental factors problems in family, workplaceor school were associated with schizophrenia. Prospective analytical studies are needed to further explore these associations.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mida Arafina Nurdita
"Penyakit Diare merupakan penyakit menular dan menempati urutan kedua penyebab kematian anak balita di dunia. Di Indonesia, khususnya Jawa Barat adalah wilayah endemis untuk diare, Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten dengan prevalensi diare balita yang cukup tinggi. Puskesmas Purwasari merupakan puskesmas dengan kasus diare balita tertinggi di Kabupaten  Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko (karakteristik balita, karakteristik ibu, dan sarana sanitasi) kejadian diare balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purwasari Kabupaten Bogor tahun 2022. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol dengan sampel 53 kasus dan 53 kontrol. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik model prediksi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI Eksklusif (0,28; 0,11-0,67), pemberian imunisasi campak (0,18; 0,08-0,42), pengetahuan (0,16; 0,07-0,38), perilaku pembuangan tinja balita (0,18; 0,07-0,46), dan sarana jamban (0,32; 0,14-0,72) dengan kejadian diare pada balita. Variabel yang diprediksi paling berpengaruh terhadap terjadinya diare balita di wilayah kerja Puskesmas Purwasari adalah variabel pengetahuan (9,76; 2,78 - 34,21).

Diarrhea is an communicable disease and ranks the second cause of death for children under-five in the world. In Indonesia, especially West Java, which is an endemic area for diarrhea, Bogor is one of the districts with a fairly high prevalence of diarrhea in children under-five. Purwasari Community Health Center is a health center with the highest cases of diarrhea in children under-five in Bogor Regency. This study aims to analyze the risk factors (characteristics of children under-five, characteristics of mothers, and sanitation facilities) for the incidence of diarrhea in children under-five in the Purwasari Public Health Center, Bogor Regency in 2022. This study used a case-control research design with a sample of 53 cases and 53 controls. Data analysis was performed using chi-square test and logistic regression predictive model. The results showed that there was a relationship between exclusive breastfeeding (0,28; 0,11-0,67), measles immunization (0,18; 0,08-0,42), knowledge (0,16; 0,07-0,38), toddler stool disposal behavior (0,18; 0,07-0,46), and latrine facilities (0,32; 0,14-0,72) with the incidence of diarrhea in children under-five. The variable that is predicted to have the most influence on the occurrence of diarrhea under five in the working area of ​​the Purwasari Health Center is the knowledge variable (9,76; 2,78 - 34,21)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selpi Pratiwi
"Campak adalah salah satu penyebab utama kematian di kalangan anak-anak meskipun vaksin yang aman dan hemat biaya tersedia. Pada tahun 2015, ada 134 200 kematian akibat campak global dan sekitar 367 kematian setiap hari atau 15 kematian setiap jam. Vaksinasi Campak mengakibatkan penurunan 79 kematian akibat campak antara tahun 2000 sampai dengan 2015 di seluruh dunia. Meskipun sudah mencapai target lebih dari 90 cakupan imunisasi campak di wilayah desa Cigudeg dan Ciampea namun masih ada kejadian luar biasa campak di Desa tersebut pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian campak pada kejadian luar biasa campak di desa Cigudeg dan Ciampea Kabupaten Bogor tahun 2016. Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol dengan perbandingan 1:3 menghasilkan sampel terdiri dari 36 kasus dan 108 kontrol dengan kekuatan uji 80 memiliki derajat kepercayaan 95.
Hasil analisis dengan menggunakan regresi logistik di dapatkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian campak pada kejadian luar biasa campak di Desa Cigudeg dan Ciampea Kabupaten Bogor tahun 2016 secara signifikan adalah imunisasi OR= 3,44; 95 CI : 1,09 ndash; 10,65; Nilai P= 0,034 , luas ventilasi udara OR=4,7; 95 CI: 1,47 ndash; 15,39: Nilai P= 0,009 dan riwayat kontak OR= 28,6; 95 CI 9,06 ndash; 90,42; Nilai P=0,000 . Cakupan imunisasi campak di desa Cigudeg dan Ciampea sudah mencapai lebih dari 90 , namun belum bisa menjadikan desa tersebut memiliki kekebalan kelompok terhadap campak, sehingga perlu adanya kajian atau penelitian lanjutan terhadap hal tersebut.

Measles is one of the leading causes of death among children although safe and cost effective vaccines are available. By 2015, there are 134 200 deaths from global measles and about 367 deaths every day or 15 deaths every hour. Measles Vaccination resulted in a 79 reduction in measles deaths between 2000 and 2015 worldwide. Despite reaching the target of more than 90 coverage of measles immunization in Cigudeg and Ciampea villages, there is still an extraordinary incidence of measles in these two villages by 2016. This study aims to determine the risk factors associated with measles incidence in the extraordinary incidence of measles in villages of Cigudeg and Ciampea Bogor Regency in 2016. The study design using case control study with a ratio of 1 3 resulted in a sample consisting of 36 cases and 108 controls with a strength of 80 test having 95 confidence degree.
The result of the analysis by using logistic regression was found that the risk factors associated with measles incidence in measles outbreaks in Villages Cigudeg and Ciampea Bogor Regency in 2016 were significantly immunized OR 3.44 95 CI 1.09 P 0,034 , air ventilation area OR 4,7 95 CI 1.47 15.39 P value 0.009 and contact history OR 28.6 95 CI 9.06 90.42 P value 0.000 . Measles immunization coverage in villages Cigudeg and Ciampea has reached more than 90 , but not yet able to make the village has a group immunity against measles, so the need for further studies or research on it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Wahyuni
"Abortus merupakan pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu untuk bertahan hidup di luar rahim (kehamilan kurang dari 22 minggu). Abortus merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Pendekatan etiologi merupakan cara terbaik dalam upaya menurunkan mortalitas dan morbiditas akibat abortus yang kejadiannya dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian abortus di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat tahun 2011. Sampel kasus sebesar 40 ibu abortus sedangkan kontrol sebesar 40 ibu yang sudah melahirkan aterm yang diambil berdasarkan dengan matching umur kemudian mengukur besarnya risiko pada kedua kelompok tersebut. Dengan demikian keseluruhan sampel berjumlah 80 orang. Desain penelitian menggunakan ?studi kasus kontrol?.
Hasil analisis menunjukkan bahwa umur ibu (p value 0,0l8), pekerjaan (p value 0,025), Riwayat abortus (p value 0,043), perilaku merokok (p value 0,002), Indeks Massa Tubuh/IMT (p value 0,001) dan asupan nutrisi/pola makan (p value 0,054) merupakan faktor risiko dan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kejadian abortus.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar petugas kesehatan khususnya bidan untuk dapat meningkatkan pelaksanaaan ANC (ante natal care) dan deteksi dini risiko pada kehamilan trimester I untuk mengetahui kelainan-kelainan yang timbul akibat kehamilan tersebut.

Abortion is defined as the termination of pregnancy by the removal or expulsion from the uterus of a fetus prior to viability outside the womb (less than 22 weeks gestation). Abortus is one of the causes of maternal death. Aetiological approach is the best way in order to reduce mortality and morbidity due to the incidence of abortion that influenced by several risk factors.
This study aims to determine risk factors associated with the incidence of abortion in the working area of Sungai Kakap clinic sub-district, Kakap Kubu Raya regency of West Kalimantan in 2011. The case sample is 40 mothers, and control is given to 40 mothers who had given aterm birth, and taken in accordance with matching age, and then measured the magnitude of risk in both groups. Thus the overall sample is 80 people. The study design is used the "Case Control Study".
The result of analysis showed that maternal age (p value 0.0l8), employment (p value 0.025), history of abortion (p value 0.043), smoking (p value 0.002), body mass index / BMI (p value 0.00l) and nutrient intake / diet (p value 0.054) were the risk factors and have a significant relationship to the incidence of abortion.
From these results, it is recommended that health workers, especially midwives to improve the practice of ANC (ante natal care) and the early detection of risk in the first trimester of pregnancy to know abnormalities that maybe appear from the pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faisal
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indarwati Hikmawan
"Dalam dunia asuransi semakin banyaknya peserta semakin baik dan sebaliknya, termasuk asuransi sosial yang dikenal sebagai Jaminan kesehatan Nasional seperti yang diterapkan di Indonesia. Namun faktanya, masih ada masyarakat yang belum menjadi peserta JKN dikarenakan mereka mengganggap mereka harus membayar iuran yang menurut mereka mahal setiap bulan, kemudian masih ada peserta yang belum mengetahui tentang JKN. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepesertaan mandiri di wilayah kerja BPJS Kesehatan kantor layanan operasional Kabupaten Bogor tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang berarti pengukuran variabel dependen dan independen dilaksanakan pada satu waktu. jumlah populasi pada penelitian ini adalah 110 orang, menggunakan alat ukur kuisoner, analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statuistk chi-square.
Hasil penelitian 6 (enam) variable signifikan berhubungan dengan kepesertaan mandiri yaitu pendidikan, pekerjaan, pandangan terhadap resiko, pendapatan, premi dan kegunaan dan 3 (tiga) variable tidak signifikan berhubungan dengan kepesertaan mandiri yaitu umur, jenis kelamin dan jumlah anggota keluarga Peneliti menyarankan kepada pihak BPJS KLO Kabupaten Bogor untuk melakukan sosialisasi kepada peserta terkait dengan cara, syarat pendaftaran dan manfaat menjadi peserta JKN agar dapat tercapainya cakupan semesta.

In the insurance world, the better the increasing number of participants and vice versa, including social insurance, known as the National Health Insurance as applied in Indonesia. But in fact, there are still people who have not joined the JKN because they assume they must pay dues according to their expensive every month, then there are participants who do not know about JKN. This thesis aims to determine the factors independently associated with participation in the work area BPJS Bogor district office operational services in 2015.
This study uses a quantitative research with cross sectional design meaningful measurements of dependent and independent variables held at one time. the total population in this study were 110 people, using a questionnaire measuring devices, analysis is the analysis of univariate and bivariate with chi-square test statuistk.
Results of the study six (6) variables significantly associated with the participation of independent education, employment, views on risk, income, premiums and usability and 3 (three) variables were not significantly related to the participation of self-such as age, gender and number of family members also suggested to KLO BPJS the Bogor Regency for dissemination to participants related to how, registration requirements and the benefits of being JKN participants in order to achieve universal coverage."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Nur Ghania
"Latar belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan masalah kesehatan yang menempati peringkat ketiga penyebab kematian di seluruh dunia. PPOK secara umum dapat terjadi karena adanya paparan zat/partikel secara terus menerus sehingga memicu adanya penyempitan saluran napas. Kabupaten Karawang dan Kota Bogor sebagai wilayah industri dapat memicu peningkatan kejadian PPOK. Selain itu, prevalensi perokok ≥ 35 tahun di Kabupaten Karawang sebesar 63,05% dan Kota Bogor sebesar 56,83% juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya PPOK.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian PPOK pada penduduk usia ≥ 40 tahun di Kabupaten Karawang dan Kota Bogor tahun 2022.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang menggunakan data deteksi dini PPOK pada tahun 2022.
Hasil: Penelitian ini memperlihatkan adanya faktor yang berhubungan dengan kejadian PPOK yaitu usia (POR 1,83; 95% CI 0,69 – 4,86; dan POR 17,6; 95% CI 3,60-85,9), riwayat asma (POR 4,84; 95% CI 1,05-22,21), derajat merokok (POR 5,8; 95% CI 2,17-15,50; dan POR 16,61; 95% CI 4,40-62,69), pekerjaan (POR 1,49; 95% CI 0,20-10,68; POR 0,10; 95% CI 0,02-0,46; POR 1,14; 95% CI 0,19-6,91; dan POR 0,03; 95% CI 0,004-0,25) serta konsumsi sayur/buah (POR 8,36; 95% CI 1,93- 36,21).
Kesimpulan: Angka kejadian PPOK yang diketahui sebesar 2,1% memperlihatkan adanya hubungan antara usia, riwayat asma, derajat merokok, pekerjaan, dan konsumsi sayur/buah dengan kejadian PPOK pada penduduk usia ≥ 40 tahun di Kabupaten Karawang dan Kota Bogor tahun 2022.

Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a health problem that ranks third as the cause of death worldwide. COPD can generally occur due to continuous exposure to substances/particles that trigger narrowing of the airways. Karawang Regency and Bogor City as industrial areas can trigger an increase in the incidence of COPD. In addition, the prevalence of smokers ≥ 35 years in Karawang Regency is 63.05% and in Bogor City is 56.83%, which can also increase the likelihood of COPD.
Objective: This study aims to determine the factors associated with the incidence of COPD in residents aged ≥ 40 years in Karawang Regency and Bogor City in 2022.
Methods: The method used in this study is a quantitative method with a cross-sectional study design that uses early detection data for COPD in 2022.
Results: This study shows the factors associated with the incidence of COPD, namely age (POR 1,83; 95% CI 0,69 – 4,86; and POR 17,6; 95% CI 3,60-85,9), history of asthma (POR 4.84; 95% CI 1.05-22.21), smoking status (POR 5,8; 95% CI 2,17-15,50; dan POR 16,61; 95% CI 4,40-62,69), occupation (POR 1.49; 95% CI 0.20-10.68; POR 0.10; 95% CI 0.02-0.46; POR 1.14; 95% CI 0.19-6.91; and POR 0.03; 95% CI 0.004-0.25), and consumption of vegetables/fruits (POR 8,36; 95% CI 1,93-36,21).
Conclusion: The incidence rate of COPD is known to be 2.1%, which shows the relationship between age, history of asthma, smoking degree, occupation, and consumption of vegetables/fruits with the incidence of COPD in residents aged ≥ 40 years in Karawang Regency and Bogor City in 2022.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftakhul Janan
"Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang masih menjadi penyebab utamamasalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Beban penyakit tuberculosis semakinbertambah seiring meningkatnya penemuan kasus TB MDR Tuberkulisi Resistant ObatGanda . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor resiko yangberhubungan dengan peningkatan prevalensi kejadian TB MDR di Kabupaten BrebesTahun 2011-2018. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan populasi seluruhpasien tuberkulosis dewasa di Kabupaten Brebes tahun 2017. Jumlah sampel kasus 46dan jumlah sampel kontrol adalah 92. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktorfaktorresiko yang berpengaruh terhadap peningkatan prevalensi kejadian TB-MDR diKabupaten Brebes Tahun 2011-2017 adalah kepatuhan minum obat OR 6,7; 95 CI2,2-19,7 , Riwayat pengobatan TB sebelumnya OR 5,3; 95 CI 1,2-14,1 , dankesesuaian dosis/obat OR 5,2; 95 CI 1,2-22,8 .Penyuluhan atau KIE kepada pasien,keluarga dan atau PMO tentang pentingnya kepatuhan minum obat dan konsekuensiyang timbul akibat dari ketidakpatuhan minum obat sangat penting untukmengendalikanpeningkatan kejadian TB MDR.Kata kunci:Tuberkulosis, TB-MDR, Faktor resiko

Tuberculosis is a contagious disease that is still the main cause of public healthproblems in Indonesia. The burden of tuberculosis is on the rise with the rise of MDRTB Tuberculosis Resistant Drug Double cases. This study aims to determine the riskfactors associated with increasing the prevalence of MDR TB incidence in BrebesDistrict Year 2011 2018. The design of this study was a control case with a populationof all adult tuberculosis patients in Brebes District by 2017. The number of casesamples 46 and the number of control samples was 92. The results showed that riskfactors had an effect on increasing the prevalence of MDR TB incidence in BrebesRegency 2011 2017 is medication adherence OR 6.7, 95 CI 2.2 19.7 , previous TBtreatment history OR 5.3, 95 CI 1.2 14.1 , and dose conformity drug OR 5,2 95 CI 1,2 22,8 . Counseling to patients, families and or PMOs on the importance ofmedication adherence and the consequent consequences of non adherence to takingmedication is essential to control the incidence of MDR TB.Key words Tuberculosis, MDR TB, risk factors."
2018
T51349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>