Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Pamudji
"Penelitian bertujuan untuk membahas pemenuhan kebutuhan biologis (seksual) narapidana. Seperti diketahui bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan setiap narapidana mengalami dan merusakan perlakuan berupa pembatasan kebebasan geraknya. Sedangkan kebutuhan biologis (seksual) merupakan kebutuhan primer manusia yang selalu menuntut pemenuhannya. Karena berada di dalam lembaga pemasyarakatan dalam masyarakat satu jenis kelamin (pria) dan berlangsung lama maka akan mengalami kesakitan /kehilangan salah satunya kehilangan lawan jenis. Bagi yang sudah beristri tidak mudah dapat menyalurkan kebutuhan biologis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara kepada para informan, dan melalui observasi serta penggunaan data sekunder.
Untuk membahas hasil penelitian menggunakan Teori Hirarki Kebutuhan oleh Maslow, Konsep The Pains of Imprisonment oleh Gresham.M. Skyes, Konsep Conjugal visit, Sex visits, Family visits dan Konsep Perencanaan oleh Bambang Poernomo.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa di Lembaga Pemasyarakatan Bekasi pemenuhan kebutuhan biologis (seksual) secara wajar (normal) tidak dapat terpenuhi. Sebaliknya yang terjadi penyimpangan seksual seperti homoseksual, hubungan badan antara narapidana dan isterinya, dan atau kawan dekat (intim), wanita lain, saat berkunjung ke Lapas dengan mengambil tempat di dalam Lapas, berkat bantuan, kerjasama, dan saling pengertian oleh petugas.

This research is aimed at discussing the compliance of biologic (sexual) need of inmate. As had been recognized that in Correctional each inmate experience and take not treatment to act freely. Whereas, biologic (sexual) needs as primary needs of human always demanding its compliance. Because for a long time stay in correctional with similar gender, so, they will experience lost of one spouse. For married couple he/she may excrete his/her biologic (sexual) need easily.
Research method used herein is qualitative research method. The data is collected by interview technique with informants and by observation as well as secondary data uses.
To discuss research result had been used Hierarchy Basic Needs Theory by Maslow, Concept of The Pains of Imprisonment by Gresham.M. Sykes, Concept of Conjugal visit, Sex visit, Family visit and Planning Concept by Bambang Poernomo.
Based on research result may be concluded that in Correctional of Bekasi normally, the compliance of biologic (sexual) need had been fulfilled. Conversely, it had occurred the sexual intercourse deviation such as homosexual, sexual intercourse among inmate with his wife and his fellow, other woman when inviting Correctional by taking place near with Correctional, as result of assistance, cooperation and understanding each other with officer.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15237
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pamudji
"Penelitian bertujuan untuk membahas pemenuhan kebutuhan biologis (seksual) narapidana. Seperti diketahui bahwa di dalam Lembaga Pemasyarakatan setiap narapidana mengalami dan merusakan perlakuan berupa pembatasan kebebasan geraknya. Sedangkan kebutuhan biologis (seksual) merupakan kebutuhan primer manusia yang selalu menuntut pemenuhannya. Karena berada di dalam lembaga pemasyarakatan dalam masyarakat satu jenis kelamin (pria) dan berlangsung lama maka akan mengalami kesakitan /kehilangan salah satunya kehilangan lawan jenis. Bagi yang sudah beristri tidak mudah dapat menyalurkan kebutuhan biologis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara kepada para informan, dan melalui observasi serta penggunaan data sekunder.
Untuk membahas hasil penelitian menggunakan Teori Hirarki Kebutuhan oleh Maslow, Konsep The Pains of Imprisonment oleh Gresham.M. Skyes, Konsep Conjugal visit, Sex visits, Family visits dan Konsep Perencanaan oleh Bambang Poernomo.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa di Lembaga Pemasyarakatan Bekasi pemenuhan kebutuhan biologis (seksual) secara wajar (normal) tidak dapat terpenuhi. Sebaliknya yang terjadi penyimpangan seksual seperti homoseksual, hubungan badan antara narapidana dan isterinya, dan atau kawan dekat (intim), wanita lain, saat berkunjung ke Lapas dengan mengambil tempat di dalam Lapas, berkat bantuan, kerjasama, dan saling pengertian oleh petugas.

This research is aimed at discussing the compliance of biologic (sexual) need of inmate. As had been recognized that in Correctional each inmate experience and take not treatment to act freely. Whereas, biologic (sexual) needs as primary needs of human always demanding its compliance. Because for a long time stay in correctional with similar gender, so, they will experience lost of one spouse. For married couple he/she may excrete his/her biologic (sexual) need easily.
Research method used herein is qualitative research method. The data is collected by interview technique with informants and by observation as well as secondary data uses.
To discuss research result had been used Hierarchy Basic Needs Theory by Maslow, Concept of The Pains of Imprisonment by Gresham.M. Sykes, Concept of Conjugal visit, Sex visit, Family visit and Planning Concept by Bambang Poernomo.
Based on research result may be concluded that in Correctional of Bekasi normally, the compliance of biologic (sexual) need had been fulfilled. Conversely, it had occurred the sexual intercourse deviation such as homosexual, sexual intercourse among inmate with his wife and his fellow, other woman when inviting Correctional by taking place near with Correctional, as result of assistance, cooperation and understanding each other with officer.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T32843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husni Setiabudi
"Ketrampilan kerja narapidana secara umum belum dapat diandalkan untuk memenuhi hidup, kehidupan dan penghidupannya sehingga kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebelum masuk Lapas mereka mengambil jalan pintas yaitu dengan melakukan tindak pidana.
Narapidana selama di Lapas cenderung diberikan pembinaan ketrampilan kerja berupa pelatihan, namun aspek kepribadiannya seperti malas bekerja, pengembangan minat dan bakat kerjanya belum tertangani secara menyeluruh. Hal tersebut dimungkinkan mengingat sarana dan prasarana serta surnber daya manusia Lapas masih sangat terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pada kondisi demikian, pengelola Lapas berusaha mencari solusi pemecahannya, mengingat penghuni Lapas relatif usia muda, yang masih potensial untuk dikembangkan melakukan pekerjaan dalam dunia usaha.
Dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada maka untuk meningkatkan minat dan bakat kerja narapidana di Lapas, perlu dilaksanakan konseling vokasional untuk membantu pribadi narapidana mengembangkan kesatuan dan gambaran diri serta perannya dalam dunia kerja (Super dalam Surya, 1975). Program konseling vokasional untuk meningkatkan minat kerja narapidana disusun untuk Tugas Akhir dengan melalui pendekatan langsung, pendekatan tidak langsung dan pendekatan collective."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Suseno
"Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M3.UM.01.06 tahun 1983 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Bogor temmasuk Salah satu Lapas yang tetapkan fungsinya sebagai Lapas dan Rumah Tahanan (Rutan), konsekwensinya disamping dihuni oleh narapidana juga ditempatkan para tahanan yang sedang dalam proses penyidikan, penuntutan dan persidangan. WiIayah keria Lapas Klas IIA Bogor meliputi wilayah Kota Bogor, Kabupataen Bogor dan Kota depok. Sehingga saat ini Lapas Klas IIA Bogor mengalami over crowded dikarenakan jumlah hunian sudah sangat meIebihi kapasitas yang sebenamya. Kapasistas Lapas Klas IIA Bogor yang sebenamya sesuai dengan statusnya sebagai Lapas Klas IIA adaIah 468 orang. Namun kondisi hunian pada saat ini mencapai 1.526 orang (Data April 2006).
Berangkat dari asumsi-asumsi tersebut, penelitian ini berusaha mengungkap pelaksanaan program reintegrasi sosial di Lapas Klas IIA Bogor, dan peranannya dalam mencegah residivisme. Populasi penilitian ini adalah: narapidana yang sedang diusulkan program reintegrasi, residivis yang sebelumnya telah memperoleh program reintegrasi sosial dan yang belum memperoleh program reintegrasi sosial. Sample penelitian ini merupakan sampel total, mengingat populasi peneliiian tidak terlalu banyak dan kondisi Iapangan terkendali oleh peneliti (peneliti mempunyai akses yang maksimal tentang kerangka sampel aiau sample frame). Adapun instrumen penelitian menggunakan kuisioner, selanjutnya data akan dianalisis berdasarkan distribusi frekuensi, dan setiap variabel penelitian akan dideskripsikan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dalam melakukan program reintegrasi masih diperlukan: 1) Perbaikan dan meningkatkan berbagai sarana dan prasarana pendukung, seperti sumber daya manusia, peralatan ketrampilan dengan fokus pada kondisi pasaran kerja praktis yang benar-benar dapat diisi oleh warga binaan; 2) Perlu penggalangan kerjasama dengan berbagai pihak unsur masyarakat, terutama dalam kegiatan-kegiatan nyata yang terkait dengan pembinaan pelanggar hukum; 3) Sosialisasi program reintegrasi harus digalakkan bekerjasama dengan pihak media massa berisi muatan-muatan materi yang dapat mengguggah partisipasi masyarakat; dan 4) Monitoring dan pendampingan juga harus dilakukan dengan Iebih baik manakala warga binaan memang mengalami kesulitan dan kegagaian.
Banyak faktor atau variabel lain yang juga berpengaruh pada dilakukannya atau tidak diiakukanny kejahatan selanjutnya oleh bekas narapidana. Berbagai faktor yang kemudian juga signifikan mempengaruhi kegagalan bekas narapidana (warga binaan pemasyarakatan) adalah keberadaan pekerjaan dan perekonomian, masalah keluarga, kesehatan mental dan fisik serta pendidikan.

According to the Regulations of Indonesian Ministry of Justice No. M3.UM.01.06 year 1983, 2nd A Class Correctional Institution of Bogor is an institution that have 2 functions, those are as a Correctional Institution and as an Detention Facility to put the detents (inmate on trial). The jurisdiction areas are City of Bogor, District of Bogor, and City of Depot; There are so many inmates and detents put inside this institution. As the result, 2nd A Class Correctional institution of Bogor have already over crowded, because the population already more than the real capacity. The real pacity for this Institution is 468 persons, but now, there are 1,526 persons inside this institution. (Based on the data in April 2006) Starts from these assumptions, this research tries to show the accomplishment of reintegration programs in 2nd A Class Correctional institution of Bogor, and also the part in preventing recidivism. The populations of this research are inmates that already put in reintegration program, recidivists that already put in reintegration programs, and recidivists that not yet put in reintegration programs. The sample of this research is total sample, because the population is not so many and the condition of the area can be controlled by the analyst (analyst has maximum access about the sample frame). As the instrument of research, analyst using questioner, and then the data will be analyzed according to the distribution frequency, and each variable will be described.
The results of this research show that in doing reintegration programs, we still need: 1) Improvement on the supporting facilities, like human resource, the tools for creativities in the focus to the practical works that can be easily done by inmates; 2) Corporation between the elements of community, especially in the good activities for the inmates; 3) Socialization on reintegration programs should be more better by make corporation with mass media to put positive news, so can attract the community and 4) Monitoring and communication also should be done much better when the inmates have problem or failure.
There are many other factors and variables that affect the recidivist to do or not doing criminal again, for example the occupation and the economy situation, problem of family, mental and physic condition, and also education.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21942
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Sofyan
"Dalam tulisan ini akan diuraikan bagairnana cara penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) terhadap pemenuhan kebutuhan seksual yang karena sesuatu sebab terpaksa, untuk sementara, menjadi anggota masyarakat penghuni Lapas yang kondisinya dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki berbagai keterbatasan baik secara fisik maupun sosial. Pemenuhan kebutuhan seksual adalah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia, di samping kebutuhan-kebutuhan fisiologis lainnya. Bahkan menurut pencetus psikologis analisa, dikatakan bahwa kebutuhan seksual dibawa sejak lahir, dan sejak itu kebutuhan seksual berkernbang sampai orang itu meninggal dunia. Tidak berbeda dengan kebutuhan fisiologis manusia lainnya, apabila kebutuhan seksual ini tidak dapat dipuaskan rnaka akan menimbulkan ketegangan secara psikis. Yang pada gilirannya akan berperpengaruh terhadap perilaku seseorang. Oleh karena itu, setiap manusia akan selalu berusaha agar kebutuhannya tersebut selalu dapat terpenuhi.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada 3(tiga) hal yang akan menjadi fokus perhatian dari tesis ini, yakni: Pertama, adanya kebutuhan seksual dari penghuni Lapas yang merupakan sesuatu yang fitrah bagi manusia. Kedua, adanya kondisi yang serba terbatas sehingga kebutuhan tersebut relatif sulit untuk memperoleh pemuasannya secara wajar. Ketiga, adanya cara-cara yang dilakukan oleh narapidana dalam memenuhi kebutuhan seksualnya serta kondisi-kondisi yang mendukung narapidana melakukan hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif, menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan sexual bagi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat dilakukan dengan cara :
a. Secara Normal
Pemenuhan kebutuhan seksual bagi narapidana di Lapas Sukaburni dapat dilakukan secara normal ( dengan lawan jenis) dan melalui prosedur yang ada yaitu dengan melalui program Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) yang diijinkan oleh Lapas selama 2 x 24 jam di kediaman keluarga narapidana.
b. Pemenuhan Kebutuhan Seksual secara menyimpang
Bentuk pemenuhan kebutuhan seksual narapidana selain dari yang dilakukan secara normal (dilakukan dengan lawan jenis / heteroseksual) dan sesuai dengan aturan) juga terkadang dilakukan dengan secara menyimpang baik dari cara maupun dari objek seksual tersebut atau substansi seks itu sendiri rnaupun aturan yang ada.
Bentuk penyimpangan yang ada di Lapas Sukabumi adalah :
1. Melakukan hubungan seks dengan istrinya baik di dalam Lapas maupun di Luar Lapas dengan adanya bantuan dari petugas.
2. Melakukan masturbasi atau onani, baik yang dilakukan sendiri ataupun oleh istri dan pacar dari narapidana
3. Melakukan sodomi ataupun heteroseksual di antara narapidana, baik dilakukan dengan paksaan serta kekerasan ataupun perkosaan tetapi tidak jarang pula dilakukan dengan sukarela dan kedua belah fihak sama-sama menikmati.
Sedangkan kondisi yang mempengaruhi terjadinya pemenuhan kebutuhan seksual bagi narapidana di Lapas. :
1. Struktur Bangunan Lapas dan over kapasitas
2. Kurangnya Kegiatan Pembinaan Bagi Narapidana.
3. Tidak Elektifnya Program CMK Sebagai Salah Satu Program Pemenuhan Kebutuhan Seksual Bagi Narapidana
4. Adanya " Biaya Tinggi " dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Seksual di Lapas.
5. Jarangnya mendapat Kunjungan Keluarga."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lis Susanti
"ABSTRAK
Kebutuhan seksual merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terhambat pemenuhannya ketika seseorang masuk dalam lapas untuk menjalani masa pidananya. Pemenuhan kebutuhan seksual di lapas dilakukan dengan hubungan sesama jenis, menggunakan media binatang, masturbasi dan dengan lawan jenis dengan memanfaatkan jam kunjungan dan akomodasi petugas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk pola adaptasi narapidana dalam pemenuhan kebutuhan seksualnya di lapas, kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan seksual serta efektivitas hak Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK) dalam mengakomodasi pemenuhan kebutuhan seksual narapidana. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Instrument penelitian menggunakan kuesioner terhadap 100 sampel penelitian yaitu narapidana laki-laki di Lapas Klas I Cipinang. Data diolah dan dianalisis dengan menggunaan software SPSS versi 17.0.
Tesis ini membahas pemenuhan kebutuhan seksual narapidana yang terhambat selama menjalani masa pidana di lembaga pemasyarakatan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan seksual tersebut narapidana melakukan pola-pola adaptasi yaitu konformitas, innovasi, ritualisme, retreatisme dan rebellion.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pola adaptasi seksual yang dominan adalah konformitas, artinya narapidana memilih untuk mengikuti program pembinaan dalam lapas selama menjalani masa pidananya hingga tiba saatnya sesuai dengan tahapan pembinaan memperoleh hak, utamanya dalam pemenuhan kebutuhan seksual, pada pola adaptasi konformitas juga menunjukan bahwa karakteristik sosial demografi pendidikan menyumbang paling besar dalam menentukan perilaku konformitas, sehingga disarankan pihak lapas dalam menyelenggarakan program pembinaan di lapas dilakukan dengan melihat latar belakang pendidikan narapidana sehingga program pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian tepat sasaran.

ABSTRACT
Sexual needs is one of the basic human need fulfillment was thwarted when a man entered the prison to undergo the criminal. Sexual fulfillment in prisons conducted by same-sex relationships, using the media beast, masturbation, and with the opposite sex by using visiting hours and staff accommodation.
The purpose of this research is to determine the forms of adaptation patterns in a prisoners' sexual needs met in prison, constraints faced in fulfilling the sexual needs and the effectiveness of the rights of Visiting Family Leave (CMK) to accommodate the sexual needs of prisoners. This research is a quantitative study with descriptive design. Instrument research used a questionnaire to study 100 samples of male inmates in prisons Class I Cipinang. Data is processed and analyzed with the software uses the SPSS version 17.0.
This thesis describes the fulfillment of sexual needs inmates who serve time delayed during the criminal in the penitentiary, so to meet the sexual needs of the inmates do the patterns of adaptation is conformity, innovation, ritualism, retreatisme and rebellion.
The research states that the pattern of the dominant sexual adaptation is conformity, which means that inmates choose to follow the guidance program in prison for the criminal to live until the time according to the stage of getting the right coaching, particularly in the fulfillment of sexual needs, in conformity adaptation patterns also indicate that social characteristics demographics of education contributed most in determining the behavior of conformity, so recommended within the prison service training programs conducted in prisons conducted by looking at the prisoners' educational background so that the personality development programs and targeted promotion of independence."
Lengkap +
2009
T26716
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Widya Lestari
"ABSTRAK
Ketika seorang dipidana dan menjalani hukuman, salah satu konsekuensi logisnya adalah hilangnya hak dan kebebasan yang selama ini dimiliki sebagai mahluk individu maupun sosial. Hilangnya kebebasan untuk menyalurkan kebutuhan seksual merupakan salah satu akibat yang paling sulit bagi narapidana, terutama bagi mereka yang sudah mempunyai suami atau istri, karena kebutuhan tersebut termasuk kebutuhan mendasar menurut Maslow.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang akan digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh peneliti dengan cara melakukan in depth interview, serta melakukan observasi secara langsung dilokasi. Data sekunder diperoleh peneliti dengan melakukan studi pustaka atas berbagai artikel, hasil penelitian, dan data-data lain yang relevan. Alat analisis yang digunakan adalah teori hirarki Maslow, Konsep The Pains Imprisonment Gresham M. Sykes dan konsep Conjugal Visit.
Temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa upaya Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat, untuk memenuhi kebutuhan seksual narapidana ditempuh dengan menggunakan 3 cara diantaranya adalah upaya formal dengan cara memberikan asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Cuti Bersyarat, dan Cuti Mengunjungi Keluarga; Informal, dengan memberikan kunjungan bagi narapidana dalan rutan; pemenuhan menyimpang yaitu dengan memberikan fasilitas ruang kunjungan yang bisa dipergunakan untuk berhubungan seksual. Asimilasi dan cuti mengunjungi keluarga tidak berjalan optimal. Pemenuhan informal dan menyimpang, masih ditemukan narapidana menggunakan PSK untuk pemenuhan kebutuhanseksualnya. Alternatif solusi atas berbagai masalah yang muncul dalam penelitian ini dengan memaksimalkan program Asimilasi, Pembebasan bersyarat, Cuti Menjelang bebas, Cuti Bersyarat, dan Cuti Mengunjungi Keluarga. Mempertimbangkan program conjugal visit, serta penghukuman dengan penal colony ;

ABSTRACT
One of many logical consequences for prisoners to undertake from being jailed is the loosing opportunity to express their freedom. The hardest part among the loosing freedom is a chance to fulfill their sexual need, especially for those who have gotten married. Because of this is one of the crucial basic need according to Maslow`s.
This qualitative research. Both primary and secondary data are used to support this research and taken place at State Prison Class I Central Jakarta. The primary data are acquired from conducting in depth interview with informan and observation at research location. The secondary data are obtained from literature study of previous research findings, articles, da ta that are relevant with this research.
In addition, The tool of analysis th at is employed in this research are The Pains Imprisonment concept of Gresham M. Sykes, Conjugal Visit concept and Maslow?s Hierarchy of Needs. The empirical results of research consider that State Prison Class I Central Jakarta incorporate these 3 alternatives programs to encounter prisoner?s sexual need fulfillment, there are formal, in this case, prisoners are granted assimilation facility, parole, leaves toward free, conditional leav e, and home leave; informal, this method allows the couples of prisoner to visit their husband in prison; distorted sexual fulfillment, there are a distinguished rooms especially designed for giving a prisoners a chance to fulfill their sexual need. Assimilation and home leave have not worked properly.
Research found that prisoners surprisingly invite commercial sex workers to fulfill their sexual need when there are allowed to use their informal and distorted fulfillment facilities. There are proposed solution alternatives that possibly can be applied to solve the problems; maximizing a ssimilation program, parole, leaves toward free, conditional leave and home leaves; taking into account of conjugal visit options to apply; implementing penal colony punishment."
Lengkap +
2009
T26633
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Surya Bakti
"Penelitian ini mengeksplorasi tantangan serius yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), seperti pelarian narapidana, penggunaan obat-obatan, dan kondisi over kapasitas, meskipun Lapas dirancang untuk rehabilitasi dan pemasyarakatan. Pelarian narapidana sering terjadi karena berbagai faktor seperti kesempatan, kerentanan sistem keamanan, dan lainnya. Untuk mengurangi pelarian dan meningkatkan keamanan, diperlukan langkah strategis seperti pelatihan dan pengawasan staf, serta penerapan pendekatan Situational Crime Prevention (SCP) yang fokus pada pengelolaan kondisi yang memfasilitasi pelarian. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi strategi pencegahan pelarian di Lapas Kelas I Cipinang melalui pendekatan kualitatif deskriptif dan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur, observasi langsung, serta analisis literatur dan berita. Hasil penelitian mengungkap celah dalam sistem pengamanan dan mengembangkan langkah pencegahan yang efektif. Implementasi teknologi modern, evaluasi rutin, dan dukungan psikologis, serta teknik SCP seperti dukungan sosial, penguatan target, skrining ketat, dan pengendalian fasilitator, dapat mengurangi peluang pelarian dan menjaga keamanan di Lapas. Penelitian ini memberikan kontribusi akademis dan praktis dalam pencegahan kejahatan serta meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam upaya tersebut.

This study explores the serious challenges faced by Correctional Facilities (Lapas), such as inmate escapes, drug use, and overcrowding, despite their design for rehabilitation and reintegration. Inmate escapes often occur due to various factors like opportunities, security system vulnerabilities, and others. To reduce escapes and enhance security, strategic measures such as staff training and supervision, as well as the implementation of Situational Crime Prevention (SCP) approaches that focus on managing conditions facilitating escapes, are necessary. This research aims to identify escape prevention strategies at Class 1 Cipinang Correctional Facility through a descriptive qualitative approach and case study. Data were collected through semi-structured interviews, direct observation, and literature and news analysis. The results reveal gaps in the security system and develop effective prevention measures. The implementation of modern technology, regular evaluations, and psychological support, as well as SCP techniques such as social support, target hardening, stringent screening, and facilitator control, can reduce escape opportunities and maintain security at the facility. This study provides academic and practical contributions to crime prevention and enhances public understanding and participation in these efforts."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenitha Syafira
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai pengelolaan daerah aliran sungai DAS Bekasi dalam pencegahan banjir di Kabupaten Bekasi bagian utara. Permasalahan yang dikaji adalah tentang pentingnya pengelolaan DAS terpadu dalam mencegah banjir terutama di Kabupaten Bekasi bagian utara yang menjadi bagian dari dua DAS besar. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis, perundang-undangan dan konseptual yang berkaitan dengan daerah aliran sungai, pendekatan ekoregion dan pembangunan berkelanjutan, lintas batas administratif managing transboundary resourches , serta penyelenggaraan prinsip tata kelola yang baik good governance . Pokok permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah mengenai fungsi DAS dalam upaya perlindungan lingkungan; fungsi DAS Bekasi sebagai bagian dari ekoregion DAS Citarum; dan pengelolaan DAS Bekasi dalam fungsinya mencegah banjir di Bekasi Utara.

ABSTRACT
This research discussed the management of Bekasi watershed DAS for flood prevention in North of Bekasi Regency. The problem studied is about the importance of integrated watershed management in preventing floods especially in the northern Bekasi Regency that is part of two large watershed region. This research is a normative juridical legal research with descriptive approach. The approaches used are historical, legislative and conceptual approaches related to watersheds, ecoregion approaches and sustainable development, managing transboundary resourches, and the implementation of good governance principles. The main issues to be answered in this research are the watershed functions in environmental protection efforts function of Bekasi watershed as part of Citarum watershed ecoregion and management of Bekasi watershed in its function to prevent flooding in Northern Bekasi Regency."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>