Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kinik Darsono
"Latar Belakang : Kesiapan Belajar Mandiri merupakan syarat utama untuk menjalankan pembelajaran sepanjang hayat bagi lulusan Fakuhas Kedokteran. Kegiatan di Klinik Komunitas merupakan suatu strategi pembelajaran untuk meningkatkan Kesiapan Belajar Mandiri mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh keikutsertaan dalam kegiatan klinik komunitas dan faktor lainnya terhadap kesiapan belajar mandiri.
Metodc : Penelitian dilakukan secara cross-sectional melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner khusus lerhadap mahasiswa Fakultas llmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta angkalan pertama. Faktor-faktor Iain yang dinilai adalah IPK, asal sekolah, tempat tinggal, jenis kelamin, ketersediaan waklu dan ketersediaan sumber be!ajar. Penilaian Kesiapan Belajar Mandiri menggunakan Skala Fisher. Analisis statistik menggunakan rgresi cox. Seluruh kuesioner dapat dianalisis dari 50 subyek yang diwawancara.
Hasil : Sebagian besar subjek berumur 21 tahun (64%), memiliki IPK di atas 2,5 (62%), berasal dari Iuar kota (66%), tidak memiliki ketersediaan wakm yang eukup untuk belajar (60%) dan memiliki Sumber belajar yang memadai(54%), serta tinggal di lingkungan kos (66%), Jumlah subyek perempuan lebih banyak daripada iaki-laki (62%) dan yang mengikuti kegiatan di klinik komunitas Iebih kecil daripada yang tidak ikut (42%), Responden yang memiliki kesiapan belajar mandiri sebesar 54%. Faktor-faktor yang dominan berkaitan dengan kesiapan belajar mandiri adalah keikutsertaan di klinik komunitas dan IPK. Subjek yang mengikuti kegiatan di klinik komunitas dua kali Iebih siap belajar mandiri dibandingkan dengan subjek yang tidak mengikuti kegiatan di klinik komunitas. [RR Suaian = l,98; 95% interval kCp6rcayaan (CI) = 1,09-3,5'7].
Kesimpulan : Keikutsertaan dalam kegiatan di klinik komunitas meningkalkan kesiapan belajar mandiri mahasiswa.

Background: The self-directed learning readiness (SDLR) is a main prerequisite for medical faculty graduates in implementing lifelong learning. A community clinic activity is a learning strategy to increase SDLR. The aim of this study is to identify the effect of taking part in the community clinic activity and other factors on SDLR.
Methods: A cross-sectional study was conducted by interviewing all tirst batch medical students in Muhammadiyah University of Surakarta. Other factors which were assessed are Grade Point Average (GPA), high school background, residence, gender, availability of time to study and availability of learning resources. The SDLR was determined by the Fisher Scale questionnaire. The Fisher scale point above 150 indicates that the subject is ready for self-directed learning. Data analysis was carried out using cox regression. All of the 50 questionnaires could be analyzed.
Results: Most subjects are 2] years old (64%). The GPA of sixty two percent of the subjects is above 2.5. Sixty six percent comes from out of town, 60% have not enough time to study, 56% have adequate learning resources and 66% do not live with their family. The number of female subjects is 31 (62%), and only 42% of the subjects took part in the community clinic activity. There are 54% respondents with Fisher scale point above 150. The dominant factors related to SDLR are taking part in the community clinic activity and GPA. Students who take pan in the community clinic activity are readier for self-directed learning compared to those who do not take part, [Adjusted RR = l.98; 95% Confidence interval (Cl) = l,09-3,57].
Conclusion: Taking part in the community clinic activity increased the SDLR.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T32876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yulis Hamidy
"Latar belakang: Pembelajaran Berdasarkan Masalah atau Problem-based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan yang efektif dalam student-centered learning. Melalui metode PBL, mahasiswa diharapkan lebih Siap untuk belajar mandiri. Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FK Unri) Pekanbaru telah melaksanakan metode PBL sejak tahun 2004. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode PBL terhadap kesiapan belajar mandiri pada rnahasiswa FK Unri.
Mctode: Penelitian dilakukan secara cross sectional dengan menggunakan kuesioner terhadap mahasiswa FK Unri yang belum maupun yang sudah mengikuti metode PBL. dan dilaksanakan pada bulan Juli 2007. Subjek penelitian diambil Secara acak dari kedua jenis populasi yang terdiri dari 40 orang mahasiswa yang belum mengikuti metode PBL. dan 40 orang mahasiswa yang sudah mengikuti metode PBL. Kesiapan belajar mandiri mahasiswa dinilai dengan menggunakan skala Fisher. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan regresi Cox.
Hasil: Dari 80 kuesioner yang dianalisis. sebagian besar subjek adalah perempuan (62,5%), berasal dari SMA dalam kota (80,0%), mempunyai waktu belajar yang cukup (58,8%), mempunyai sumber belajar yang mcmadai (86.3%) dan linggal di tcmpat kos (60,0%). Subjek yang mempunyai kesiapan belajar mandiri sebanyak 6l,3%. Subjek yang sudah mengikuti metode PBL mempunyai kesiapan belajar mandiri 1.96 kali Iebih siap jika dibandingkan dengan subjek yang belum mengikuti metode PBL (risiko relatif suaian 1,96; 95% interval kepercayaan = L30 ~ 2,94; P = 0.00l).
Kesimpulan: Kesiapan belajar mandiri pada mahasiswa Fl( Unri dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode PBL.

Background: Problem-based Learning (PBL) is an effective approach to promote student-centered learning. Students were thought to be more prepared in conducting self-directed learning by implementation of PBL Faculty of Medicine University of Riau has implemented PBL since 2004. The aim of this study is to identify the influence of PBL on self-directed learning readiness (SDLR) among students in Faculty of' Medicine University of Riau.
Methods: The research was a cross sectional study using self report questionnaires obtained from both PBL students and non-PBL students. conducted in July 2007. Fourty students from each group were randomly selected. The SDLR was assessed using Fisher scale. Data analysis was carried out using Cox regression.
Result: The response rate of the questionnaire was l00%. The result revealed the characteristics of participants which are female (62.5%), originated from city high school (80.0%), had adequate study time (S8.8%), had adequate learning resources (86.3%) and stayed in student dormitory (60.0%). Among 61 3% of' the participants showed readiness in conducting se|t`-directed learning. The PBL students had the readiness more likely two times higher than the non-PBL students (adjusted relative risk 1.96: 95% confidence interval = 1.30 - 194; P = 0.00l).
Conclusion: Self-directed learning readiness among students in Faculty of Medicine University of Riau can be increased by PBL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T32880
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Lestari
"Konsekuensi dan penerapan strategi SPICES di FK Unissula sejak 2005 adalah seluruh kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa yang ditandai dengan adanya kegiatan belajar mandiri. Karena pembelajaran berpusat pada siswa tersebut merupakan budaya baru bagi mahasiswa, maka perlu dieksplorasi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perilaku mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-fuktor prediksi perilaku pembelajaran berpusat pada siswa 205 mahasiswa angkatan 2005 dan 2006 menjadi subjek dalam penelitian ini. Keseluruhan data digali dengan menggunakan kuesioner. Risiko relatif (RR) dihitung untuk mengetahui risiko faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pernbe1ajaran berpusat pada siswa, dengan menggunakan regresi cox dengan time konstan, dengan menggunakan software STATA 9.
Hasil penelitian menunjukkan 123 (60%) mahasiswa memiliki perilaku pembelajaran yang tergolong dalam kategori pembelajaran berpusat pada siswa. Kesiapan belajar mandiri (RR sesuaiatFI,76, IK1,39-2,22), persepsi positif terhadap pembelajaran berpusat pada siswa (RR suaian I,Sl, dan asa1 daerah (RR suaian = 5,96, IK = 1,75-2,22) merupakan faktor prediksi dominan terbadap perilaku pembelajaran berpusat pada siswa. Pengelahuan mengenai pembelajaran berpusat pada siswa serta pengnasaan teknologi informasi, usia, gender, dan tahun akademik bukan merupakan fuktor prediksi dominan perilaku pembelajaran berpusat pada siswa.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulksn bahwa untuk meningkatkan perilaku pembelajaran student centered, faktor kesiapan beajar mandiri dan persepsi positif siswa terhadap pembelajaran berpusat pada siswa perlu ditingkatkan. Perlu diberikan bimbingan dan perhatian lebih kepada siswa berasal dari luar Jawa agar siap dan mampu melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa.

Sultan Agung Islamic medical school has to implement student centered learning strategy for all of its learning activities as its consequences of applying SPICES. Since the student centered learning is a new culture for most of the students study exploring factors which might influence the student centered behavior should be conducted. This study is aimed at investigating predicted factors of student centered behavior.
205 students from 2005 and 2006 academic year stood as the subjects of this study. Questionaires were used to collect data. Relative risks (RR) were calculated to identify the risk factors related to student centered behavior using Cox regression analysis with constant time.
The results indicate that 123 (60%) subjects perform student centered behavior. Tbe students' self directed learning readiness score (RR ajusted (RRa)=L76, CI L39-2.22), Cl L26- dominant factors which influence the student centered behavior. Variables of students' knowledge about student centered learning, IT skill, gender, age and students' year entry do not seem to affect the student centered behavior. In order to improve the performance of student centered behavior, self directed learning readiness and student positive perception toward student centered learning should be taken into consideration. Students from out of Java should be given major attention and guidance to go through student centered learning atmosphere.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T31979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zayadi Zainuddin
"ABSTRAK
Latar Belakang: Setiap mahasiswa akan memilih gaya belajar yang menguntungkan
untuk situasi belajar tertentu. Gaya belajar aktivis diduga lebih sesuai untuk aktivitas
belajar mandiri dibandingkan dengan gaya belajar lain. Lingkungan belajar yang
dirancang untuk pembelajaran mahasiswa akan memunculkan persepsi yang berbeda,
baik persepsi positif maupun negatif. Persepsi ini diduga dapat mendorong atau
menghambat belajar mandiri. Metode: Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan
desain kasus kontrol. Populasi terdiri atas mahasiswa yang tidak siap (kasus) dan siap
belajar mandiri (kontrol) dengan minimal sampel sebanyak 55 mahasiswa untuk
masing-masing populasi. Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap
pertama dengan pengisian kuesioner Self Directed Learning Readiness Scale
(SLDRS) Fisher dan tahap kedua dengan pengisian kuesioner Learning Style
Questionairre (LSQ) Honey-Mumford dan Dundee Ready Educational Environment
Measure (DREEM). Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 13.00.
Hasil: Gaya belajar aktivis tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat
kesiapan belajar mandiri (p>0.05) namun persepsi mahasiswa mengenai lingkungan
belajar memiliki hubungan yang bermakna (p<0.05). Mahasiswa yang kurang puas
terhadap lingkungan belajar memiliki kemungkinan 3.852 kali tidak siap belajar
mandiri dibandingkan dengan mahasiswa yang puas (p<0.05 dan OR=3.852).
Kesimpulan: Gaya belajar aktivis tidak berpengaruh terhadap tingkat kesiapan
belajar mandiri. Persepsi mahasiswa mengenai lingkungan belajar berpengaruh
terhadap tingkat kesiapan belajar mandiri, sehingga perlu upaya peningkatan
kesiapan belajar mandiri mahasiswa dengan memperbaiki lingkungan belajar.

ABSTRACT
Background: Each student will choose their own learning style that are more
beneficial for one learning situation. Activist learning style has been expected
more suitable for self directed learning than other learning style. Learning
environment that designed for students’ learning will lead to different perceptions,
either positive or negative. This perception could inhibit or encourage self directed
learning. Method: This is a quantitative research using case control design.
Population consists of students who are not ready (cases) and ready to self
directed learning (control) with minimal sample of 55 students for each population.
The data was collected using questionnaires in two stages. First’ stage for Self
Directed Learning Readiness Scale (SLDRS) Fisher questionnaires and the second
stage for Learning Style questionnaire (LSQ) Honey-Mumford and Dundee
Ready Educational Environment Measure (DREEM) questionnaires. Data were
analyzed using SPSS 13.00 program. Result: Activist learning style showed no
significance relationship with self directed learning readiness levels (p>0.05) but
students' perceptions of educational environment showed significant relationship
(p<0.05). Students who are not satisfied to learning environment have the
possibility of 3.852 times more unready to self directed learning than students
who are satisfied (p<0.05 and OR = 3.852). Conclusion: Activist learning styles do
not influenced the level of self directed learning readiness. Students’ perceptions
of the educational environment influenced self directed learning readiness level,
therefore an effort is needed to increase students' self directed learning
readiness by improving the educational environment."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimonta F. Gunanegara
"Latar belakang: Self directed learning (SDL) merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Kurikulum berbasis kompetensi dengan pendekatan problem based learning (PBL) didukung dengan motivasi diri mahasiswa yang tinggi akan meningkatkan kesiapan penerapan SDL mereka. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi diri, kesiapan penerapan SDL pada mahasiswa kedokteran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Penelitian dilakukan dengan mixed method pada kelompok mahasiswa tahun pertama dan kelompok mahasiswa kepaniteraan. Penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner motivasi diri (MSLQ) dan kuesioner penerapan SDL (SDLRS). Responden dipilih dengan total sampling. Penelitian kualitatif dilakukan menggunakan Focus Group Discussion (FGD) pada mahasiswa dan tutor/preseptor. Informan dipilih secara purposive sampling.
Hasil: Hasil penelitian kuantitatif mengungkapkan bahwa sebagian besar mahasiswa kedokteran memiliki motivasi diri yang cukup baik tetapi dengan kesiapan penerapan SDL yang rendah. Nilai rerata kesiapan penerapan SDL pada kedua kelompok penelitian tidak berbeda bermakna. Penelitian kualitatif mengidentifikasi empat faktor yang berperan besar dalam kesiapan penerapan SDL mahasiswa yaitu karakteristik mahasiswa, proses pembelajaran, peran tutor/preseptor dan sarana penunjang pembelajaran.
Kesimpulan: Kesiapan penerapan SDL pada kelompok mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa kepaniteraan tidak berbeda. Faktor yang berperan dalam kesiapan penerapan SDL pada mahasiswa yaitu karakteristik mahasiswa, proses pembelajaran, peran tutor/preseptor dan sarana penunjang pembelajaran.

Background: Self-Directed Learning (SDL) is an important skill that should be achieved by medical students. Competence-based curriculum with problem-based learning (PBL) as one of its learning approach, supported by high self-motivation of the students will enhance their readiness for SDL. The research is carried out to identify the level of self-motivation and SDL readiness in medical students as well as identify factors affecting SDL.
Methods: This research? design is a mixed method study. Samples were first-year and clinical year medical students. A quantitative research was conducted by distributing self-motivation (MSLQ) and SDL questionnaire (SDLRS). A total sampling was applied to select the respondents. Furthermore, focus group discussion (FGD) on students and tutors/preceptors was carried out. Informants were chosen by purposive sampling method.
Results: The quantitative research revealed that most of medical students had a good level of self-motivation but a low level of SDL readiness. Nevertheless, the mean scores of SDL readiness in both groups showed no significant differences. In addition, the qualitative research identified four major factors affecting the SDL readiness, which were the students? characteristics, learning process, the role of tutors/preceptors and supporting facilities for learning.
Conclusions: There was no significant difference between SDL readiness of the first-year and clinical year medical students. Students? characteristics, learning process, the role of tutors/preceptors and learning resources were found to be the mayor factors influencing SDL readiness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Yasmina
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T55709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Dwiani Tinovella Tubarad
"Latar Belakang : Pembelajaran keterampilan komunikasi pada tahap akademik seringkali tidak diterapkan di tahap klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses komunikasi mahasiswa dalam melakukan anamnesis di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta PSKD FKK UMJ secara mendalam.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap mahasiswa yang sedang melakukan anamnesis dengan pasien di klinik penyakit dalam, dan focus group discussion FGD dengan mahasiswa di stase penyakit dalam. Triangulasi data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan staf pengajar di stase penyakit dalam. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan The Calgary Cambridge Observation Guide. Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim lalu dilakukan analisis tematik dan koding. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki kekurangan dalam mengumpulkan informasi, membangun struktur anamnesis, membangun hubungan, dan mengakhiri anamnesis, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan mahasiswa seperti pelatihan keterampilan komunikasi yang meliputi pelatihan pada tahap klinik dan tahap akademik, faktor pesonal, role model, faktor kepercayaan diri, faktor pengetahuan, faktor psikologis, faktor waktu, dan faktor yang berhubungan dengan pasien. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya panduan khusus yang digunakan untuk melakukan keterampilan komunikasi.
Kesimpulan : Pembelajaran keterampilan komunikasi di PSKD FKK UMJ sudah diberikan sejak awal pendidikan sampai tahap klinik dan terintegrasi dalam keterampilan anamnesis, namun masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak melakukan proses komunikasi dengan baik, yang dipengaruhi oleh faktor mahasiswa dan faktor pasien.

Background: Learning communication skill in undergraduate medical student are not applied into the clinical phase. This study is aimed to explore of clinical clerkship student rsquo s communication process during the medical interview at Faculty of Medicine Muhammadiyah University of Jakarta.
Method: This study used qualitative research methods with phenomenological approach. Data was collected through observation to student clinical clerkship during the medical interview with patient rsquo s polyclinic in internal medicine and focus group discussion with students in internal medicine. Triangulation data through in depth interview with faculty polyclinic in internal medicine. Observation used The Calgary Cambridge Observation Guide. The result of FGD and interview were transcribed verbatim, analysed thematically and coded, to reduce and present the data.
Result: The results obtained in this study indicate that the student has some weakness in gathering information, providing structure, building relationship, and closing the session which can be caused doctor related factors such as communication skill training in academic phase and clinical phase, personality, role model, self confidence, knowladge factors, psychological factors, time factors, and patient related factors. It can also be caused due to the absence of spescific guidelines that are used to perform communication skills.
Conclusion: Communication skill learning in PSKD FKK UMJ were conducted since in undergraduate and clinical phase by integrated in medical interview skills, but students rsquo performance during clerkship showed that their communication skill still need improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman Hartono
"Latar belakang: Strategi problem based learning pada kurikulum berbasis kompetensi didasari atas adult learning theory, dimana salah satu ciri dari adult learning adalah self directed learning. Kemampuan self directed learning perlu diberikan dan dilatih, agar siswa kelak lulus nanti dapat mengembangkan keilmuannya. Melihat pentingnya self directed learning, maka perlu adanya suatu gambaran bagaimana penerapan self directed learning pada kegiatan mandiri oleh para siswa kita serta faktor yang berhubungan dengannya.
Metoda: Penelitian ini menggunakan disain potong lintang. Subyek dari penelitian ini adalah 266 mahasiswa semester 3 FK UKRIDA. Instrument yang dipakai untuk pengumpulan data terdiri dari 3 kuesioner, yaitu: kuesioner penerapan self directed learning, motivasi dan pemanfaatan waktu pada kegiatan mandiri. Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan chi square lest.
Hasil: Penerapan self direcled learning didalam PBL diterapkan oleh 68% mahasiswa, 71,8% mahasiswa mempunyai motivasi baik, tetapi hanya 28,2% yang memanfaatkan waktu pada kegiatan mandiri.
Kesimpulan: Adanya hubungan yang bermakna antara mahasiswa yang menerapkan self directed learning dengan motivasi belajar, pemanfaatan waktu pada kegiatan mandiri.

Background: Problem based learning strategy in competency based curriculum was based on adult learning theory which is characterized by self directed learning. Student should be trained self directed learning. so after graduation they could develop their knowledge. Due to the importance of self directed learning, it is necessery to know the process of self directed learning and factors related to it.
Method: A cross sectional design has been conducted among 266 third semester medical student at University of Ukrida. Three questionaires were used to collect data related to self directed learning, motivation and time management. Data were analize using chi square test.
Result: Self directed learning in the PBL session was done by 68% of students, 71,8% has a good motivation, however only 28.2% used the time allocated in the PBL.
Conclusion: Motivation, time management were found significantly related to self directed learning.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T21203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sancka Stella Ganiasnda Sihura
"Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) menjadi salah satu standar yang harus dipenuhi dalam standar nasional akreditasi rumah sakit. Namun, pelaksanaan dan pendokumentasian P3 belum optimal. Perlu adanya peningkatan pengetahuan terkait P3, yang salah satunya didapat dari aktivitas belajar mandiri dalam dunia kerja (workplace learning). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kesiapan penerapan self-directed learning dengan pengetahuan perawat pelaksana dalam P3 di RSUP Fatmawati Jakarta.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 110 perawat yang dipilih dengan purposive sampling. Alat ukur menggunakan Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) untuk mengukur kesiapan penerapan SDL, dan Kuesioner Pengetahuan Perawat Pelaksana dalam P3.
Hasil uji statistik menyatakan bahwa kesiapan penerapan SDL dengan pengetahuan perawat dalam P3 memiliki hubungan yang signifikan (p value 0.005). Perawat pelaksana yang mempunyai kesiapan SDL yang negatif berpeluang untuk berpengetahuan baik sebesar 6 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki kesiapan pembelajaran mandiri yang positif (95% CI OR 1.780;19,275). Besaran koefisien determinan diketahui bahwa kesiapan penerapan SDL berpengaruh sebesar 13.3% terhadap pengetahuan perawat pelaksana dalam P3, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Rekomendasi diberikan agar manajer keperawatan meyakini seorang perawat sebagai long-life learner, meningkatkan peran dan fungsi manajemen, serta menciptakan lingkungan, budaya dan iklim organisasi untuk melakukan pembelajaran mandiri di dalam dunia kerja.

Discharge Planning is one of the standard that must be found in hospital accreditation. However, the implementation and documentation of discharge planning is not optimal. There needs to be an increase in knowledge related to discharge planning, one of which is obtained from self-learning activities in the workplace (workplace learning). This study aims to identify the relationship of self-directed learning readiness with the knowledge of discharge planning at Fatmawati Hospital, Jakarta.
The study design used descriptive correlation with cross sectional approach on 110 nurses selected by purposive sampling. Instrument uses the Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) and the Implementing Nurse Knowledge Questionnaire in discharge planning.
The results of the statistical test stated that the readiness to implement SDL with nurses knowledge in discharge planning had a significant relationship (p value 0.005). Implementing nurses who have negative SDLRS readiness have the opportunity to have good knowledge 6 times compared to nurses who have positive SDLRS (95% CI OR 1,780; 19,275). SDLRS has an effect of 13.3% on the knowledge of nurse implementers in discharge planning, and the remainder is influenced by other factors.
Recommendations are given so that nursing managers believe in a nurse as a long-life learner, enhance the role and function of management, and create an organizational environment, culture and climate to conduct independent learning in the world of work.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Mayang Sari
"Dalam menjalani perkuliahan, mahasiswa dituntut mandiri saat dihadapkan dengan berbagai pilihan dan permasalahan yang mampu menghambat proses pendidikannya. Mahasiswa membutuhkan kemandirian belajar yang merupakan dorongan dan motivasi internal untuk mengarahkan diri menyelesaikan berbagai permasalahan secara mandiri (Song, 2007). Kemandirian belajar ini pada dasarnya dipengaruhi oleh conscientiousness dan extraversion yang merupakan personality traits. Bateman dan Crant (1993) menemukan bahwa conscientiousness dan extraversion merupakan personality traits yang disebut sebagai kepribadian proaktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian proaktif dan kemandirian belajar pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan Proactive Personality Scale untuk mengukur kepribadian proaktif, sedangkan Student Self-Directed Learning Questionnaire untuk mengukur kemandirian belajar. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara kepribadian proaktif dan kemandirian belajar dengan r= 0,546 signifikan pada P < 0,01 (2-tailed). Artinya, ada hubungan antara kepribadian proaktif dan kemandirian belajar pada mahasiswa Universitas Indonesia.. Implikasi dari penelitian ini agar perguruan tinggi menyadari pentingnya mahasiswa mengetahui peran kepribadian proaktif dan kemandirian belajar dalam keberhasilan studi mahasiswa.

When in studying, student needs independently to choose from another options and solve the problem that inhibit the process academic success. Student needs self-directed learning that is internal drive and motivation to solve problem independently (Long, 2007). Self-directed learning is influenced by conscientiousness and extraversion as personality traits. Bateman dan Crant (1993) found that conscientiousness and extraversion as personality traits which named proactive personality. This research aim to see correlation between proactive personality and self-directed learning among undergraduates students in Universitas Indonesia. Proactive personality was measured using Proactive Personality Scale and self-directed learning was measured using Student Self-Directed Learning Questionnaire. This research found that significant correlate between proactive personality and self-direceted learning with r= 0,546, P < 0,01 (2-tailed). There is correlation between proactive personality and self-directed learning among undergraduates students in Universitas Indonesia. The implication of this research is University give information to undergraduates students that need proactive personality and self-directed learning in order success in their studies."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>