Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indri Apriyanty
"Coaching practice for inmates in pri.mns drug therapy and the Special Narcotics include medical rehabilitalion, therapy and rehabilitation of nonĀ­ medical (and Cdminon TC) and aftercare and rehabilitation therapy. This is intended to allow prisoners to be rid of dntg dependence (addiction) and health services are not interrupted to tire extent provided in prison alone, but continues umil the inmates back into the middle of the community. For the mle of the Special Narcotics Prison with specialty foatures are expected to provide optimal guidance so that inmates are not drug relapse again when returning to the community In this research, there are two research questions to be ans;vered is Does the program Therapeutic Community (TC) has been in accordance with the concept of Corrections and any constraints affecting the implementation of the program Therapeutic Community (TC) in Jakarta Narcotic Prison Speclal. The method used is qualitative method of data collection techniques against the informant interview conducted with the study using the interview guide. Informatrts consisted of as many as jive people informant officers and informants as much as two men prisoners, Location of research in the Special Narcotics Penitentiary Jakarta."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33523
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Soleh
"Penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah yang penting untuk diperhatikan, karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. Selain berdampak negatif pada kesehatan fisik dan psikis, narkoba juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial pemakaianya yang disebabkan oleh munculnya perilaku negatif penyalahgunaan narkoba, dan tak jarang hal tersebut memicu tindakan kriminal. Di dalam tesis ini akan dikemukakan berbagai hal mengenai penyalahgunaan narkoba termasuk tentang perilaku ketergantungan. Tesis ini membahas mengenai bagaimana Therapeutic Community digunakan sebagai metode perubahan perilaku bagi narapidana kasus narkoba. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dengan mengambil locus di Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta, dimana teknik pengumpulan data didapat dengan melakukan observasi, wawancara, studi pustaka serta menggunakan dokumen yang tersedia. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan Therapeutic Community yang dijalankan di Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta dapat digunakan sebagai metode perubahan perilaku bagi narapidana. Dengan menjalani Therapeutic Community narapidana dapat merubah perilaku negatifnya menjadi lebih positif, seperti lebih sopan dalam berperilaku, lebih disiplin, lebih tertib, lebih menghargai diri sendiri, selain itu juga dapat menurunkan kemungkinan relapse serta memiliki hubungan interpersonal yang lebih baik. Therapeutic Community merupakan salah satu bentuk terapi dengan pendekatan behavioral dimana berlaku sistem reward (penghargaan/penguatan) dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Pelaksanaan Therapeutic Community di Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta dapat dikatakan cukup berhasil dilihat dari angka drop-out yang sangat kecil, tidak adanya narapidana yang relapse selama menjalani program maupun setelahnya sampai mereka bebas, serta adanya perubahan perilaku yang cukup signifikan setelah menjalani Therapeutic Community. Namun demikian, masih ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaan Therapeutic Community di Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta antara lain dari belum optimalnya penggunaan waktu kegiatan, kurangnya sumber daya manusia yang mampu menjalankan program, kurangnya sarana prasarana, minimnya biaya, serta masalah dari peserta program sendiri.

Drug abuse has been an important problem to concern due to its negative effects. Besides negative effect in body and mental, it also effect the users social life caused by negative behavior of the drug abusers, and sometimes cause criminal act. This thesis will elaborate somethings about drug abuse including addicted behavior. This thesis discuss about Therapeutic Community as behavioral changing method for drug inmates. This is a qualitative method with descriptive method by focusing in Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta, which taking sample by observation, library research and using available documents. In the result we know that Therapeutic Community implemented in Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta can be used as behavioral changing method for inmates. By implementing Therapeutic Community inmates could change their negative behavior into positive, such as good manner, discipline, orderliness, value themselves, and also could reduce the possibility of relapse and better interpersonal connection. Therapeutic Community is one of therapy with behavioral approach which reward and punishment in valid for changing a behavior. The implementation of Therapeutic Community in Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta is considered success surveyed from the very small number of drop-out, no relapse inmates during the program until free, also behavioral changing significantly after joining Therapeutic Community. However, still remain some weaknesses in implementing Therapeutic Community in Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta such as not optimal program time table, lack human resources who able run the program, lack facilities, lack of fund and problem from its own participants."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Priyatna
"Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap napza baik di dunia maupun di Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat tajam dan penyebaran yang cepat meluas ke seluruh negara dan wilayah baik secara kualitas maupun kuantitas. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikoteropika dan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika berdasarkan sistem hukum di Indonesia maka permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Napza menjadi permasalahan Lembaga Pemasyarakatan untuk turut menanggulangi permasalahan tersebut. Salah satu cara penanggulangan penyalahgunaan Napza di Lapas Narkotika Jakarta dengan menerapkan metode terapi Therapeutic Community dalam kegiatan pembinaan terhadap narapidana yang sebagian besar berlatar belakang kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap Napza. Salah satu unsur panting dalam pelaksanaan terapi dengan metode therapeutic community di Lapas Narkotika Jakarta adalah pelaksanaan tugas konselomya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tugas konselor dalam kegiatan Therapeutic Community terhadap narapidana di Lapas Narkotika Jakarta dan kendala-kendala apa raja yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas konselor pads kegiatan tersebut.
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dan dikategorikan sebagai penelitian kualitatif, dengan tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara terhadap para pejabat struktural, para petugas koordinator, petugas konselor dan peserta kegiatan Therapeutic Community di Lembaga Pemayarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta.
Analisis penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kegia tan Therapeutic Community di Lapas Narkotika Jakarta berdasarkan indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh BNN dan Depsos. menunjukkan keberhasilan dengan melihat kelancaran dan kesinambungan pelaksanaan kegiatan tersebut. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan TC di Lapas Narkotika Jakarta tidak terlepas dari keberhasilan pelaksanaan tugas konselor walaupun masih belum efektif karena adanya kendala-kendala dalam pelaksanaan tugasnya yang meliputi masalah anggaran, sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas dan peserta kegiatan TC.
Untuk itu perlu direkomendasikan agar Lembaga Pemasyarakatan Klas HA Narkotika Jakarta dapat menyediakan anggaran khusus untuk kegiatan Therapeutic Community dalam rangka keefektifan pelaksanaan kegiatan TC dan penyelenggaraan pelatihan bagi tenga konselor agar lebih profesional dalam pelaksanaan tugasnya. Kemudian meningkatkan kerjasama dengan Bataan Narkotika Nasional dan Departemen Sosial dalam rangka penyelenggaraan pelatihan-pelatihan tenaga konselor khususnya untuk menanggulangi permasalahan ketergantungan NAPZA dalam diri peserta kegiatan TC (dalam hal ini Narapidana).

Drugs trafficking and abusing problems both in the worldwide and Indonesia has came into a very significant level of spreads to all countries and regions in both quality and quantity. As psychotropic code No. 5 1 1997 and narcotic No.22 1 1997 has been authorized based on Indonesian law, the trafficking and abusing problems of dugs has now become the problem of correctional institution to be solved. One of the ways is by conducting Therapeutic Community method in the activity of treatment for inmates which most of their backgrounds are drugs traffickers and abusers. One of the important parts in this method is the duty of its counselor.
This study is conducted to find out the duty of counselor in Therapeutic Community for inmates in Lapas Narkotika Jakarta and the obstacles they encountered in doing their jobs.
This is a descriptive analysis study and categorized as qualitative research with interview and data collection method conducted to the officials, coordinators, counselors and the participants of Therapeutic Community in Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta.
The analysis of TC's successfulness based on the National Narcotic Board and Social department's standard showed by looking at the unity and smoothness of the program. Those successes cannot be separated from the success of its counselors even though some obstacles seems may carry the ineffectiveness of the program which consist of budgets, human resources both quality and quantity and the participants of Therapeutic Community.
Therefore, it is needed to be recommended that Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta can provide special budget for Therapeutic Community in order to the effectiveness of the program and trainings for counselors to be more professional in doing their jobs. Thus, enhancing the corporation with National Narcotic Board and Social Department of Republic of Indonesia to provide trainings for counselors especially to prevent drug addiction's problem in the TC participants (in this case are the inmates)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dany Kartiko
"Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA merupakan integrasi ekonomi untuk menciptakan ekonomi ASEAN yang stabil dan memiliki daya saing tinggi, yang didalamnya terdapat arus barang, jasa, investasi, dan aliran modal yang lebih bebas, pembangunan ekonomi yang adil, serta pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi. Thesis ini menganalisis kesiapan birokrasi Kabupaten Karawang dalam pengimplementasian MEA ditinjau dari kerangka 7S McKinsey: style, skill, systems, structure, staff, strategy, dan shared values. Penelitian mengacu pada paradigma kualitatif dan postpositivism, dimana pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen dan wawancara mendalam. Pemerintah Kabupaten Karawang belum memiliki kesiapan birokrasi yang ideal dalam pengimplementasian kebijakan MEA karena 1 belum ada visi yang secara khusus menggambarkan tujuan Kabupaten Karawang dalam memanfaatkan MEA, 2 belum optimalnya pemenuhan sumber daya manusia di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karawang, 3 belum optimalnya komitmen dari para stakeholders dalam pengimplementasi-an MEA, dan 4 belum optimalnya perumusan kebijakan maupun regulasi yang terintegrasi dengan seluruh stakeholders. Pengimplementasian MEA di Kabupaten Karawang dapat dimulai dengan perumusan kebijakan dan regulasi yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan pengimplementasian MEA mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

The ASEAN Economic Community AEC is an economic integration within ASEAN region to create stable and prosperous ASEAN economic region with competitive economies, in which the economy contains high flow of goods and services, good investment rate, strong upward trend in capital flows, equitable economic development, and the alleviation of poverty and socio economic disparities. The thesis analyzes the readiness of the Bureaucracy of Karawang Regency Officials in implementing the AEC in accordance with the 7S McKinsey framework covering seven variables including style, skill, systems, structure, staff, strategy, and shared values. The research is based on the qualitative paradigm and postpositivism theory, in which the data collection techniques include document studies and in depth interviews. Building upon the results of research, the bureaucracy of Karawang Regency Officials is not ideal yet to implement the policies regulating the AEC because of 1 the lack of local government vision that specifically describes the objective of Karawang Regency in the framework of the AEC, 2 bad fulfillment of human resources within Karawang Regency government, 3 lack of commitment from several stakeholders in Karawang Regencey in implementing the AEC, and 4 lack of policies and regulations integrating all local stakeholders in implementing the AEC. The implementation of the AEC in Karawang Regency needs full commitment from Karawang Regency bureaucrats starting from the lawmaking process regulating issues related to the AEC implementation including planning, implementation, and evaluation of the AEC implementation."
2017
T47899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchlis Adjie
"Penelitian ini berfokus pada Penilaian Mantan Peserta Program Criminon dan Therapeutic Community (TC) tentang Efektifitas Pembinaan Rehabilitasi Penyalahgunaan Ulang Narkotika dengan membandingkan antara program Criminon dan Therapeutic Community (TC). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskripsi analisis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penilaian mantan peserta tentang efektifitas pembinaan dari program Criminon dan Therapeutic Community (TC). Lebih lanjut penilaian mantan peserta tentang efektifitas yang dianalisis termasuk perbandingan dan frekuensinya terhadap pelaksanaan pembinaan Criminon dan Therapeutic Community (TC) dengan mengumpulkan data responden dari mantan klien pemasyarakatan melalui pengambilan sampel secara aksidental.
Hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat penilaian mantan peserta tentang efektifitas pembinaan rehabilitasi penyalahgunaan ulang narkotika, berdasarkan asumsi penilaian mantan peserta Criminon dan Therapeutic Community (TC) bahwa efektifitas tertinggi pada program Therapeutic Community (TC). Metode Criminon memiliki nilai rata-rata 3.207, sedangkan metode Therapeutic Community (TC) memiliki rata-rata nilai 3.376. Artinya bahwa perbandingan antara program Criminon dengan program Therapeutic Community (TC) tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal efektifitas pembinaan karena derajat signifikansi (0,109) lebih besar dari nilai alpha (0,025) dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari analisis perbandingan dan frekuensi diperoleh rata-rata persentase penilaian mantan peserta tentang efektifitas pembinaan adalah sekitar 95% responden menyatakan sangat baik (sangat efektif) dan sekitar 5% menyatakan tidak baik.

This research focus on Assessment Ex Participants of Criminon and Therapeutic Community (TC) for Assessment about the effectiviness of rehabilitation of re-use of narcotics by comparing between programs Criminon and Therapeutic Community (TC). This research is quantitative research design with descriptive analysis.Focus of this research is the analysis of effectivenees Assessment ex participants of treatment Criminon and Therapeutic Community (TC). Further, the effectiveness assessment were analyzed included comparation and frequency to treatment Criminon and Therapeutic Community (TC) which is by collecting of via questionnaire with acsidentail sampling.
The research results are dislosed that the level of effectiveness assessment ex participants of treatment rehabilitation reprevention of narcotics, based on assumption assessment ex participants of Criminon and Therapeutic Community (TC) that effectivities cycle of Therapeutic Community (TC).Methode Criminon has mean score 3,207 methode Therapeutic Community (TC) has mean score 3,376. Meaning that comparation between programe Criminon with programe Therapeutic Community (TC) not difference that signification in many things effectiveness of treatment because degree of signification (0,109) more bigger than alpha (0,025) with level of confidence 95%. From comparative analysis and frequency get an average percentage of assessment ex participants about the effectiveness are around 95% respondents said very excellent and about 5% said is not good enough."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27487
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hershey: Information Science Reference, 2012
021.2 PAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Jaka Riswantara
"Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan program Therapeutic Community (TC) dalam pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Adapun pokok-pokok pikiran dari tulisan ini adalah :
1. Tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan Sistem Pemasyarakatan, yakni upaya pembinaan yang bermuara pada fungsi reintegrasi soaial bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
2. Upaya pembinaan Narapidana dilakukan untuk membentuk individu yang memiliki good personal adjustment dan prosocial behavior.
3. Metode TC merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk tercapainya perilaku yang mengarah kepada perubahan diri dari penyimpangan sosial kearah perilaku sosial yang bisa diterima
4. Dalam pelaksanaan pembinaan masih dihadapkan dengan masalah kuatnya pengaruh perilaku negatif Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Oleh karena itu masalah yang penulis angkat dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menerapkan program TC untuk mengurangi perilaku negatif Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
5. Untuk menjelaskan arti pentingnya metode TC, penulis melakukan kajian dengan menggunakan teori FIRO-B.
6. Melalui treatment yang diberikan dalam program TC diharapkan para Narapidana dapat memperoleh keyakinan dalam dirinya, sehingga bisa merubah perilaku yang semula menyimpang dari norma menjadi perilaku yang bisa diterima oleh masyarakat.
7. Melalui beberapa penyesuaian, Metode TC dipandang sangat efektif dalam merubah perilaku Narapidana sehingga dapat diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan.
8. Sehubungan dengan penerapan metode TC, salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan, yaitu morning meeting guna mengurangi perilaku negatif Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Ayu Dwi Ajie Saputri
"Penggunaan antibiotik yang tidak tepat di masyarakat dapat menyebabkan peningkatan resistensi terhadap antibotik. Apotek merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan obat di komunitas. Oleh sebab itu, peraturan pemerintah membatasi penjualan antibiotik tanpa menggunakan resep kecuali obat-obat yang terdapat dalam daftar dalam obat wajib apotek (OWA). Metode crossectional quantitative dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan antibiotik tanpa resep yang dilakukan di apotek wilayah DKI Jakarta. Dari 190 responden apotek yang bersedia di interview, diketahui 15 apotek (9,7%) apotek tidak pernah melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, sebanyak 44 apotek (23,6%) jarang melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, sebanyak 60 apotek (31,6%) kadang-kadang melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, dan 71 apotek (36,3 %) sering/ selalu melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep. Dari faktor-faktor yang banyak sedikitnya pelayanan resep, sikap, usia, kepemilikan apotek, sarana dan jumlah apoteker pendamping memiliki hubungan yang bermakna dengan apotek melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep di apotek wilayah DKI Jakarta. masa kerja, pengetahuan, motivasi, pengawasan, pelatihan, dan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan apotek melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep di apotek wilayah DKI Jakarta. Sikap merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pelayanan antibiotik tanpa resep wilayah DKI Jakarta.

The use of antibiotics in the community can lead to increase resistance to antibotic. Pharmacy is one of the health facilities that provide drugs in the community. Therefore, government regulations restrict antibiotics services without prescription unless the drugs contained in the list of Obat Wajib Apotek (OWA). Observational quantitative method with cross sectional study design was conducted to determine the level of antibiotics services without prescription in DKI Jakarta. Among 190 respondents who want to be interviewed, 15 pharmacies (9.7%) was never doing the service of antibiotics without prescription, 44 pharmacies (23.6%) rarely doing antibiotics services without prescription, 60 pharmacies (31.6 %) sometimes doing antibiotics services without prescription, and 71 pharmacies (36.3%) frequently / always in doing antibiotics services without prescription. Factors significantly associated with antibotic services without a prescription is that many prescription service, attitude, age, ownership of pharmacies, facility, and the number of pharmacist assistants. Age is the most dominant variable related to the antibiotics services without prescription in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Ayuningtyas
"Latar Belakang : Krisis Miastenia (KM) terjadi karena perburukan gejala miastenia gravis (MG) ditandai dengan gagal napas akut, pemanjangan intubasi pasca-timektomi atau kelemahan bulbar yang menyebabkan dispnoe. Therapeutic Plasma Exchange (TPE) telah diterima sebagai terapi lini pertama untuk KM. Keterbatasan sumber daya di RSUPNCM membuat tatalaksana TPE tidak ideal sesuai dengan rekomendasi American Society of Apheresis (ASFA). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi luaran pasien KM di RSUPNCM yang menjalani TPE.
Metode : Penelitian ini berdesain potong lintang dengan mengambil data sekunder kasus KM yang menerima TPE di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo sejak Januari 2014-September 2018. Diagnosis KM didasarkan pada pemeriksaan klinis. Dilakukan analisa bivariat terhadap faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi luaran TPE pada KM.
Hasil : Sebanyak 38 kasus memenuhi kriteria inklusi. Luaran baik setelah menjalani TPE didapatkan pada 60,5% kasus. Awitan MG (p = 0,039) (OR 7,00; IK 1,18-41,5) dan jenis MG (p = 0,001) (OR 14,40; IK 2,88-71,82) memiliki hubungan bermakna dengan luaran TPE pada KM. MG awitan awal dan MG okular yang menjadi umum menunjukkan luaran yang lebih baik. Variabel spesifisitas antibodi menunjukkan trend kuat dalam mempengaruhi luaran TPE pada KM (p = 0,055) (OR 0,46; IK 0,27-0,80).
Variabel lainnya : jenis kelamin, ada tidaknya pneumonia, patologi timus, durasi MG, terapi MG, durasi awitan KM-TPE, total sesi TPE, volume plasma tukar, interval TPE, komplikasi TPE dan kesesuaian dengan ASFA tidak memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan luaran TPE pada KM. Penderita KM yang menjalani TPE sesuai ASFA menunjukan perbaikan klinis yang lebih cepat dibandingkan yang menjalani TPE tidak sesuai ASFA.
Kesimpulan : MG awitan awal dan MG okular yang menjadi umum merupakan faktor yang dapat mempengaruhi luaran baik TPE pada KM. Penderita yang menjalani TPE sesuai ASFA menunjukan perbaikan klinis yang lebih cepat.

Background: Myasthenic crisis (MC) occurs due to worsening symptoms of myasthenia gravis (MG) characterized by acute respiratory failure, prolongation of post-thymectomy intubation or bulbar weakness causing dyspnoea. Therapeutic Plasma Exchange (TPE) has been accepted as first-line therapy for MC. The limited resources in RSUPNCM make the management of TPE not ideal according to the recommendations of the American Society of Apheresis (ASFA). The purpose of this study was to determine the factors that influenced the outcomes of MC patients at RSUPNCM who underwent TPE.
Method: This study was a cross-sectional design by taking secondary data on MC cases that received TPE at RSUPNCM from January 2014 to September 2018. The diagnosis of MC is based on clinical examination. Bivariate analysis was carried out on factors that were thought to influence TPE outcomes in MC.
Results: A total of 38 cases met the inclusion criteria. Good outcomes after undergoing TPE are found in 60.5% of cases. Onset of MG (p = 0.039) (OR 7.00; IK 1.18-41.5) and type of MG (p = 0.001) (OR 14.40; IK 2.88-71.82) have a significant relationship with TPE outcome on MC. Early-onset MG and ocular to generalized MG show better outcomes. Antibody specificity variables showed a strong trend in influencing TPE outcome in MC (p = 0.055) (OR 0.46; IK 0.27-0.80).
Other variables: gender, pneumonia, thymic pathology, MG duration, MG therapy, duration of onset MC-TPE, total TPE session, plasma exchange volume, TPE interval, TPE complications and suitability with ASFA did not have a statistically significant relationship with TPE outcome on MC. Patients with MC who underwent TPE according to ASFA showed faster clinical improvement than those who underwent TPE not according to ASFA
Conclusion: Early onset MG and ocular to generalized MG are factors that can affect the good outcome of TPE in MC. Patients who undergo TPE according to ASFA show faster clinical improvement.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Priadamtama
"Pelaksanaan Metode Rehabilitasi Therapeutic Community Dan Kambuhnya Relapse bagi Penyalahgunaan Narkotika oleh BNN di Balai Besar Rehabilitasi BNNOleh Bayu PriadamtamaProgram Studi KriminologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas IndonesiaABSTRAKBalai Besar rehabilitasi menjadi salah satu program dan wadah yang memberikan pelayanan dalam menanggulangi ancaman bahaya dari penyalahgunaan narkotika, Balai Rehabilitasi bertugas untuk memberikan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental bagi para penyalahguna narkotika. Adapun metode rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk memulihkan penyalahguna narkotika agar tidak kembali menggunakan narkotika atau relapse adalah dengan menggunakan metode Therapeutic Community. Metode ini dipilih oleh Balai Besar Rehabilitasi karena diprediksi dapat mengurangi Relapse hingga 80 dan tentunyanya harus mengikuti tahapan durasi waktu tidak sedikit. Untuk metode ini minimal dilakukan selama 3 bulan dan mendapatkan hasil maksimal metode Therapeuric Community membutuhkan waktu 5-7 tahun bagi penyalahguna narkotika. Hanya saja Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor hanya menetapkan jangka waktu 6 bulan untuk proses pemulihan dan perbaikan terhadap penyalhguna narkotika. Maka dengan demikian, penulisan TKA ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan metode Therapeutic Community , dengan mempertimbangkan profile Relapse di Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor.

The Implementation Method of Rehbilitation Therapeutic Community and Relapse for Drug Abuse by National Anti Narcotics Agency In Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor by Bayu PriadamtamaSarjana Reguler CriminologyUnivercity of IndonesianThe Panti Rehabilitation Program and became one of the containers that provide service in tacking the dangers of drugs abuse. As a Unit of execution in serving the drugs abuse, the Balai Besar Rehabilitasi served to restore and Improe the physical and menthal condition for the drugs abuse. As for Social rehabilitation methods that aim to restore the drugs abuse to all of people are not to back use the drugs or relapse is to use methods 'Teharapeutic Community'. This methods was chosen by the Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor because can reduce up to 80 relapse and certainly should follow the stages of the duration time. For the methods at least peformed 3 month and get maximum results methods of ' Therapeutic Community' takes 5 until 7 years for drugs abuse. Its just the Balai Besar Rehabilitasi Lido Bogor just settled a period of 6 months to the process of recovery and repair against the drugs abuse. At the end the papper of this TKA implementation methods of rehabilitation 'Therapeutic Community', taking into the profile to the Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>