Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deni Nuryadi
"Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu pemanfaatan lahan dalam kota yang mempunyai manfaat positif. Karena RTH selain memiliki manfaat untuk keamanan dan keindahan lingkungan perkotaan, selain itu juga memiliki manfaat dan fungsi utama sebagai penyedia jasa ekologis. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi sendiri untuk tahun 2010 sampai 2030 bertujuan mewujudkan wilayah Kota Bekasi sebagai tempat hunian dan usaha kreatif yang nyaman.
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan RTH sebagai penyedia jasa ekologis produsen oksigen dan penyerap air untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan udara bersih dan pemanfaatan air tanah dangkal untuk peningkatan kualitas hidup yang berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian luas lahan ruang terbuka hijau pada tahun 2030 yang dapat disediakan tidak dapat memenuhi kebutuhan jasa ekologis dan amanah undang-undang maka perlu suatu upaya optimasi.
Pemenuhan jasa ekologis RTH sebagai penyimpan air digantikan dengan penambahan dan perluasan pelayanan air bersih, pemenuhan jasa ekologis RTH sebagai produsen oksigen dapat dilakukan dengan pemilihan jenis pohon yang memiliki daya serap CO2 besar dan menghasilkan O2 besar dalam penanaman serta penerapan konsep green wall dan roof garden dan keberlanjutan Kota Bekasi serta kekurangan RTH dapat dilakukan melalui meningkatkan peranserta masyarakat, bahwa pembuatan rumah susun dan pengendalian pola pemanfaatan lahan perdagangan dan jasa.

Green space (RYH) is a type of land use in cities that have a positive benefits. Because the green space in addition to having the benefits for security and esthetics of the urban environment, but it also has the benefit and the main function as a provider of ecological services. The sparial plan of the City of Bekasi itself for the years 2010 to 2030 aims to create the Bekasi urban areas as a creaiire and congfortable area for business and living.
This study aims to plan the green space as a ecological services provider producer of oxygen and absorption of wafer to meet the needs of the population of clean air and use of shallow ground wafer for sustainable improvement of living qualily. Based on the research area of green space in the City of Bekasi in 2030 cannot be met therefore an optimization effort is necessary.
Fulfillment services as water storage ecological green space is replaced with the addition and expansion of wafer service fulfillment services as produces oxygen ecological green space can be done with the selection of tree species which have large absorption of CO2 dan produce O2 large in the planting and application of the concept of green wall and a roof garden and Bekasi sustainability and Lack of green space can be done through improving community development, vertical apartment housing and land use patiens control the node and services.
"
Lengkap +
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2011
T33294
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Amir
"Lingkungan hidup dengan seluruh komponennya yang saling bergantung satu sama lain haruslah selalu dalam keadaan seimbang. Upaya pemenuhan kebutuhan penduduk meningkatkan pembangunan gedung dan perkerasan di seluruh penjuru kota sehingga lugs lahan yang diperuntukkan bagi hutan, jalur hijau, taman, dan jenis RTH lainnya semakin berkurang. Ketidakseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan ini tentu mengakibatkan timbulnya masalah lingkungan, seperti iklim mikro yang tidak menyenangkan, karena Iuas permukaan yang menimbulkan suhu tinggi (struktur dan perkerasan) semakln bertambah sementara luas permukaan yang menimbulkan suhu rendah (tumbuhari dan air) semakin berkurang.
Karena nilai lahan di kawasan perkotaan semakin tinggi dan tidak nyaman untuk menjadi kawasan permukiman, maka semakin banyak kawasan permukiman dibangun dl pinggir kota, contohnya Kota Taman Bintaro Jaya (KTBJ), Tangerang, Banten. Walau banyak pengembang berlomba menawarkan konsep hunian yang ramah lingkungan, kenyataannya, perencanaan RTH masih memprioritaskan aspek estetika dibandingkan aspek ekologis. Untuk mengefektifkan fungsi ekologis dari RTH, khususnya fungsi pengendalian iklim mikro (biasa dlsebut fungsi klimatologis), maka kualitas RTH ini perlu ditingkatkan karena mempertimbangkan kecukupan dari aspek luas saja tidak memadai.
Dengan demikian, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana kondisi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis RTH di kawasan permukiman KTBJ?
Apa tanggapan warga KTBJ terhadap RTH yang sudah ada berkaitan dengan efektivitas fungsi ekologlsnya?
Bagaimana memperbaiki kondisi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis RTH di kawasan permukiman?
Mempertimbangkan keterbatasan sumberdaya waktu, tenaga, dan Jana fungsi ekologis yang akan diteliti dibatasi pada fungsi pengendalian iklim mikro (fungsi klimatologis) karena lebih sesuai dengan permasalahan yang ada di lokasi studi.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengevaluasi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis RTH (seperti luas, distribusi, struktur, bentuk tajuk, kerapatan potion, dan perkerasan) dengan membandingkan terhadap literatur yang ada.
Mengetahui tanggapan warga tentang kondisi RTH di kawasan permukiman yang diteliti berkaitan dengan efektivitas fungsi ekologisnya.
Mencari konsep penataan RTH yang bisa meningkatkan efektivitas fungsi ekologis yang sesuai bagi kawasan permukiman.
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pemerintah dan pengembang dalam pengelolaan RTH di kawasan permukiman.
Penelitian ini adalah penelitian penilaian yang bertujuan untuk menilai suatu program, dalam hal ini adalah program pembangunan RTH di kawasan permukiman. Obyek yang akan dinilai RTH di kawasan permukiman balk secara keseluruhan maupun beberapa jenis RTH secara individu. Varlabel penelitian ini adalah faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis, khususnya fungsi klimatologis, yaitu Iuas, distribusi, struktur, bentuk tajuk, kerapatan pohon dan perkerasan. Penilaian akan mengacu pada kriteria penliaian yang dibuat berdasarkan literatur.
Lokasi penelitian adalah kawasan permukiman terencana yang akan berkembang menjadi permukiman berskala besar, yaitu Kota Taman 8intaro Jaya. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti jurnal, buku teks, laporan seminar, lembaga terkait, maupun data dart pengelola. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan lapangan dan wawancara (wawancara intensif dengan pihak pengelola kawasan permukiman, serta tenaga ahli yang berkaitan dengan studi dan wawancara dengan warga yang dipandu dengan daftar pertanyaan).
Evaluasi terhadap Iuas dan distribusi RTH dilakukan dengan menggunakan data citra satelit terhadap kawasan permukiman secara keseluruhan. Luas penutupan vegetasi di kawasan permukiman ini dominasi oleh pohon-pohon dan rumput. Areal berpohon lebih kurang 11,5% sedangkan rumput/semak lebih kurang 93% dan nilainya termasuk kategori sedang. Karena jumlah areal berpohon tersebut hanya 38 % dari Iuas minima! yang disarankan, maka daerah berpohon masih perlu ditambah. RTH jugs belum terdistribusi dengan baik. Penutupan tajuk pohon hanya dominan di sektor terbaru, yaitu sektor 9 di sektor lain, penutupan pohon hanya tampak di sepanjang saluran air sehingga nilai variabel ini termasuk rendah. Evaluasi terhadap faktor lain dilakukan melalui pengamatan pada beberapa jenis RTH yang dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk jalur (jalur hijau jalan utama, jalur hijau jalan lingkungan, dan jalur hijau tepian air) dan bentuk zonal (taman kingkungan dan taman kota). Struktur sebagian besar RTH termasuk kategori sedang (strata 3). bentuk tajuk sebagian besar RTH termasuk kategorl sedang. Kerapatan pohon rata-rata RTH termasuk sedang. Satu-satunya faktor penentu yang nilainya tinggi adalah perkerasan pada area! RTH, yaitu kurang dari 10% untuk RTH berbentuk Jalur dan kurang dad 30% untuk RTH berbentuk zonal.
Evaluasi terhadap tanggapan warga menunjukkan bahwa hampir semua responden memilih tinggal di KTBj karena mengidamkan daerah hunian yang nyaman. Diantara responden yang diwawancarai, hanya sebagian kecil yang menyadari bahwa RTH bisa berfungsi sebagai pengendali iklim mikro, mereka lebih mempersepsikan RTH sebagai peneduh Baja. Namun, persepsi yang cukup balk tentang fungsi ekologis lain tampaknya cukup untuk membuat warga menyadari pentingnya RTH untuk menjamin keberlanjutan sebuah kawasan permukiman.
Hampir semua responden lebih menyukai jalan lingkungan yang diteduhi oleh pohon rindang daripada yang tidak diteduhi pohon, sementara preferensi untuk taman lingkungan hampir sama. Pemanfaatan jalur hijau jalan Iingkungan masih terbatas pada pagi dan sore harl, sementara berjalan kaki di jalan utama terbatas hanya untuk aktivitas sehari-hari pada beberapa responden. Kunjungan ke taman lingkungan masih terbatas pada aktivitas anak-anak balita, sedangkan taman kota yang selalu ramai pada had libur masih jarang dikunjungi oleh responden.
Semua responden menyadari pentingnya keterlibatan warga di dalam keberhasllan program penghijauan di kawasan permukiman namun hanya sebagian kecil yang benar-benar mau terlibat secara aktif. Sebagian menganggap hal itu sebaiknya dilakukan secara terkoordinir melalui RT misalnya. Secara umum seluruh responden juga menganggap perlu perbaikan di sana sini agar motto kawasan permukiman ini sesuai dengan kenyataannya.
Kondisi faktor-faktor penentu fungsi ekologis yang perlu dilakukan karena fungsi pengendalian iklim mikro yang tidak efektif bisa menimbulkan masalah Iingkungan yang lain sehingga perbaikan perlu segera dilakukan diantaranya dari aspek fisik maupun sosial.
Sintesis aspek fisik antara lain dengan pembangunan taman hutan, membangun sistem jaring RTH: perbaikan struktur, bentuk tajuk, dan kerapatan pohon, serta mernbuat zonasi pada ruang RTH berbentuk zonal, terutama taman kota.
Sintesis aspek sosial meliputi peningkatan peranserta masyarakat serta kampanye penghijauan yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kesimpulan penelitian ini adalah:
Evaluasi faktor-faktor penentu efektivitas fungsi ekologis, dalam hal Ini fungsi klimatologis, pada RTH di kawasan permukiman menunjukkan bahwa luas termasuk kategori sedang, distribusi termasuk kategorl rendah, struktur termasuk kategori sedang, bentuk tajuk termasuk kategorl sedang, kerapatan palm termasuk kategori sedang, dan perkerasan termasuk kategori tinggi.
Evaluasi terhadap masalah warga menunjukkan bahwa kondisi RTH saat ini masih belum sesuai dengan motto "Hidup Ivyaman di Alam Segar' sehingga diperlukan banyak perbaikan dari segi kuantitas dan kualitas.
Peningkatan efektivitas fungsi ekoiogis RTH, dalarn hat ini fungsi klimatologis, dapat dilakukan dengan perbaikan secara fisik dengan meningkatkan kualitas RTH yang ada maupun dari aspek sosial untuk menjamin keberlangsungan perhatian warga terhadap keberhasilan program penghijauan yang dijalankan.

Environment, which it's components are depending on each other, must always be in a dynamic balance. Efforts to meet citizens needs have caused increasing development of structures dan pavements all around the cities so that woodlands, greenbelts, parks, street trees, and any kind of green open space have been decreasing. Disturbance to the balance can cause environmental problems, such as, mlcroclimatic problems due to the domain of high surface temperature (structures and pavements) is getting wider and the contrary, the domain of low surface temperature (plants and water) is getting less.
Since the price of land in cities is extremely expensive and on the other hand, comfortable is decreasing gradually, many new planned communities built In the hinterland, for example Kota Taman Bintaro Jaya (KTBJ), Tangerang, Banten. Although the developers compete to create ecological sound communities, the fact is, aesthetical aspect in green open space planning still has priority over ecological aspect. To activate the ecological functions of green open space, especially climatological functions, we have to enhance It's quality because the consideration of land size alone seems not enough.
Therefore, the problem statements are as follows: What is the condition of determinant factors of green open space ecological function effectiveness in KTBJ?
What is the inhabitants' comments about the current condition of green open space regarding their ecological function effectiveness?
How to improve the condition of determinant factors of greenspaces ecological function effectiveness in KTBJ?
Considering the limitation of resources, the evaluation of ecological functions is focused only on climatological functions which are more suitable with environmental issues in study area.
The aims of this study are: To evaluate the determinant factors of green open space ecological function effectiveness, such as area, distribution, structure, crown form, tree density, and pavement, by comparing them to the literature available.
To find out the inhabitant comments about the current condition of green open space regarding their ecological function effectiveness.
To look for suitable green open space planning concept to improve the effectiveness of ecological functions in KTBJ.
The results are expected to be useful for the consideration in green open space planning and development in planned communities.
This is an evaluation research with the objective is to evaluate the green open space development program in a settlement area. The objects evaluated are the community green open space in a total area and some kinds of green open space individually. The variables are determinant factors of green open space ecological functions effectiveness, especially, climatological functions, such as area, distribution, structure, canopy form, trees density and pavement. Evaluation will be based on conditions recommended by previous researches.
The study area was a planned community which growing into big scale community, Kota Taman Bintaro Jaya, Tangerang, Banten. Secondary data were collected from many sources, such as journals, text books, seminar proceedings, proper institution, etc. Primary data were collected from field observation and interviews (deep interview with the developers and professionals; structured interview with the inhabitants).
Evaluation on area and distribution of green open space was conducted by using the remote sensing visual data. Vegetation coverage is classified into two classes, trees and lawn/shrubs. Trees occupied the scene as much as 11,5%, white lawn/shrub occupied only 9,3%. Since tree coverage was only 38% from minimum percentage recommended, than it needs to be broadened. The green open space are not well distributed. The largest trees area was located only in newest sector (IX Sector). In other sectors, trees coverage appeared only along the water bodies.
Evaluation on other key factors were conducted by observing some kinds of green open space grouped into two forms. They were line (street trees in main and neighborhood streets, and stream corridors) and zonal (neighborhood and community parks). The structure in most of the green open space was medium level (consists of three-layered vegetation: lawn, shrubs and trees). The crown form was medium level. The trees density also was medium level. The pavement was high level (less than 10% for line and less than 30% for zonal) . Evaluation on inhabitants aspect showed that almost all of the inhabitants chose to live in this community to have a comfortable living. The motto "Comfortable Living in a Fresh Nature" itself, effected more to their expectation for a better quality of the green open space. Only some of the respondents aware that green open space have microclimatic functions, they percepted it only as shading. They know about other green open space ecological functions such as erosion controller, oxygen producers, Those perceptions seemed enough to build their awareness about the importance of
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Putra Pardamean Mbarep
"Ruang terbuka hijau memiliki fungsi ekologi sebagai daerah resapan air dan sumber kenyamanan termal, dan akan optimal jika memiliki luasan lahan bervegetasi sebesar 80-90 %. Ruang terbuka hijau Kalijodo memiliki komposisi luasan lahan bervegetasi sebesar 48 %. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode campuran untuk menganalisis fungsi ruang terbuka hijau Kalijodo sebagai daerah resapan air dan sumber kenyamanan termal. Hasil penelitian terkait kemampuan penyerapan air menunjukkan nilai sebesar 44,98 %, dan belum memenuhi kriteria penyerapan air ideal suatu taman kota, yaitu sebesar 75-95 %. Hasil penelitian terkait nilai indeks kenyamanan termal (THI) menunjukkan nilai sebesar 30,75, dan nilai ini termasuk dalam kategori sangat tidak nyaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau Kalijodo tidak menjalankan fungsinya sebagai daerah resapan air dan sumber kenyamanan termal.

Green open space has an ecological function as a water catchment area and a source of thermal comfort, and will be optimal if it has a vegetated area of 80-90 %. Kalijodo green open space has a 48 % composition of vegetated land area. This research was conducted with a quantitative approach, using a mixed method to analyze the function of the Kalijodo green open space as a water catchment area and a source of thermal comfort. The results of the research related to the water absorption capacity showed a value of 44,98 %, and it did not meet the ideal water absorption criteria for a city park, which was 75-95 %. The results of the research related to the value of the thermal humidity index (THI) showed a value of 30,75, and this value was included in the very uncomfortable category. This results indicated that the Kalijodo green open space does not function as a water catchment area and a source of thermal comfort."
Lengkap +
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Violla Putri
"Pada Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Rencana Tata Ruang Kota Bekasi Tahun 2011-2031 ditetapkan bahwa ruang terbuka hijau adalah 30%. Namun ruang terbuka hijau yang tersisa hanya 12%. Skripsi ini membahas tentang implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 dan faktor yang mempengaruhi implementasi peraturan daerah tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber.
Hasil dari penelitian ini adalah implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Kota Bekasi belum berjalan dengan maksimal dan faktor yang mempengaruhi jalannya implementasi peraturan daerah tersebut adalah komunikasi, sumber daya manusia, anggaran, struktur birokrasi dan partisipasi masyarakat.

At the Regional Regulation No. 13 Year 2011 Bekasi City Spatial Plan Year 2011-2031 established that green space is 30%. But now the rest of the green open land in Bekasi only 12%. This research discusses the implementation of the Regional Regulation No. 13 Year 2011 and the factors that affect the implementation of local regulations. Research is a qualitative study using in-depth interviews with several informant.
The results of this research is the implementation of the Regional Regulation No. 13 Year 2011 Kota Bekasi not run with the maximum and the factors that influence the course of the implementation of local regulations is communication, human resources, budget, bureaucratic structures and public participation.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqamah
"Peningkatan jumlah kendaraan di Kota Bekasi, menyebabkan pencemaran PM10. Hal ini diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada alih fungsi lahan seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH). Jumlah RTH Kota Bekasi tahun 2012 sekitar 10,95%.. Keberadaan RTH dapat menurunkan PM10 di udara melalui fungsi daun yang dapat menyerap dan mengendapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh RTH terhadap konsentrasi PM10 dan risikonya terhadap kesehatan. Metode yang digunakan yaitu analisis risiko kesehatan lingkungan, mengestimasi risiko kesehatan non karsinogenik pajanan PM10. Dipilih dua lokasi jalan raya yang berbeda berdasarkan cakupan ruang terbuka hijau tertinggi (Jati Kramat, Kecamatan Jati Asih) dan terendah (Kaliabang, Kecamatan Medan Satria). Sampel lingkungan dan populasi diambil sebanyak 3 titik di Jalan Raya Jati Kramat dan 3 titik di Jalan Raya Kaliabang. Setiap titik diukur pada jarak 1 dan 100 meter dari jalan raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi PM10 di Jati Kramat lebih rendah dan di bawah baku mutu, penurunan PM10 di Jalan Raya Jati Kramat lebih besar dibandingkan Jalan Raya Kaliabang. Risiko kesehatan non-karsinogenik daerah Jati Kramat baik real time maupun life span lebih besar, hal ini dikarenakan lebih besarnya nilai asupan pajanan. Manajeman risiko yang dipilih adalah dengan menambah ruang terbuka hijau untuk menurunkan konsentrasi PM10.

Increasing vehicle in Bekasi caused PM10 pollution. In addition, increasing of population can impact the land function like green space. Percentage of green space in 2012 about 10,95%. The existence green space can reduce PM10 because leaf will absorbs and precipitates. This study aims to determine the effect of green space to the concentrastion of PM10 and health risk of population. Method study uses enviromental health risk analysis for estimating health risk non-carcinogenic of PM10 exposure. Choosed the different location based on percentage of green space highest (Jati Kramat, Jati Asih) and lowest (Kaliabang, Medan Satria). The environment and population sample was selected 3 points on Jati Kramat Highway and 3 points on Kaliabang Highway. All points was observed at 1 meter and 100 meters from street. The Result refers that concentration PM10 on Jati Kramat is lower and still under standart, in additional PM10 decrease on Jati Kramat more significant (p-value 0,007) than Kaliabang (P-value 0,024). Health risk non-carcinogenic on Jati Kramat in real time or life span is higher, it caused the value exposure intake is high. Risk management was choosed is reduce the exposure PM10 by adding green space on this location."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitianinimenitikberatkanpadaimplementasikebijakanketentuanpenyediaanruan
gterbukahijauberdasarkanpasal 29 undang-undangnomor 26 tahun 2007
tentangpenataanruang di wilayahkota
Bogor.Penelitianiniadalahpenelitianyuridisnormatifyaitupenelitian yang
mengacukepadanormahukum yang terdapatpadaperaturanperundang-undangan.
Sedangkanmetodepenelitian yang
digunakanadalahpenelitianwawancaradengantujuanuntukmemperoleh data primer
melaluialatpengumpul data yaituwawancaradengan Kantor Pemerintah Kota
Bogor danpenelitiankepustakaandengantujuanuntukmemperoleh data
sekundermelaluialatpengumpul data yaitustudidokumen. Data
dalampenelitiandiolahsecarakualitatif yang nantinyaakanmenghasilkanbentuk data
berupadeskriptif-analistis yang bergunauntukmemberikan data
setelitimungkintentangkeadaanataugejala yang
adadananalisitisbergunauntukmenarikasas-asashukum yang terdapat di
dalamhukumpositif yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkanhasildaripenelitiandapatdisimpulkanbahwaimplementasiketentuanpen
yediaanruangterbukahijauberdasarkanpasal 29 undang-undangnomor 26 tahun
2007 tentangpenataanruang di Kota Bogor yang dilaksanakanolehpemerintah Kota
Bogor yaitudenganadanyabeberapaPeraturan Daerah
Wujuddarikoordinasipenyelenggaraanpenataanruang demi mendapatkannilai
minimal proporsiruangterbukahijausebesar 30 persendari total wilayah Kota
yaituberupaperencanaan, pemanfaatansertapengendalianruangkota. Hal
tersebutdiwujudkandengankerjasamabaikdariPemerintah Kota, masyarakat,
swasta, danbersamabadanlainnya. Dalampelaksanaanimplementasitersebut,
masihterdapatbeberapakendala. Olehkarenaitupemerintahdenganmelaluibeberapa
program
terusberupayauntukmeningkatkankekuranganruangterbukahijaudenganberbagaistr
ategi. Mengingatbahwaluas Kota yang tidakdapatbertambahluas,
makapemerintahlebihmengoptimalisasikanpenyelenggaraanpenertiban,
pengawasanpemanfaatanruang, evaluasi, penanganan, danperizinan yang
lebihketat., This study focuses on the implementation of the provisions of the policy on green
open space pursuant to Article 29 of Law No. 26 of 2007 on spatial planning in
the city of Bogor. This research is a normative juridical research that refers to the
legal norms contained in the legislation. While the research method used was an
interview study with the aim to obtain primary data through a data collection tool
that is an interview with the Office of the City Government and the research
literature with the aim of obtaining secondary data through a data collection tool
that studies document. The data were analyzed qualitatively in which will result in
the form of descriptive-analytical data in the form that is useful to provide the data
as accurately as possible about the state or existing symptoms and analysts useful
to draw legal principles contained in the applicable positive law in Indonesia.
Based on the results of this study concluded that the implementation of the
provisions of the policy on green open space pursuant to Article 29 of Law No. 26
of 2007 on spatial planning in the city of Bogor implemented by the government,
namely the presence of some Local Rule realization of the coordination of spatial
planning in order to obtain the value minimum proportion of green open space by
30 percent of the total area of the city in the form of planning, utilization and
control of urban space.This is realized with good cooperation from the city
government, public, private, and together with other institutions. In the
implementation of the implementation, there are still some obstacles. Therefore,
the government through several programs continually strives to raise the shortage
of green open spaces with a variety of strategies. Given that the area of the city
that can’t be expanded, then the government is to optimize the control, monitoring
of space utilization, evaluation, treatment, and strict licensing.]"
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2014
S58358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Urban development in general focused more on economic dimension than ecologic dimension. Natural environment conversed into build environment without considering ecosystem principles. Development of urban physical structure head to maximum, while development of natural structure were minimum. In urban system open green space were hopped to becoming main proponent of areal system where its natural elements and structures were supposed to be a united system integrated with areal space system plan, on specified site, urban or regional area. Te pattern of urban green open space's network that will act as control tool to physical development. Jakarta international resort reclamation area as part of urban development in Jakarta were built with ecological principles in order to maintain a balance environmental system in the development of built area "
Lengkap +
JUALPPP 2 (1) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayah Fajar Istiarni
"Penelitian ini membahas mengenai bagaimana proses pembebasan lahan terkait alih fungsi lahan komersil menjadi RTH di Jalan Siliwangi, Rawalumbu, Kota Bekasi. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembebasan lahan. Hasil dari penelitin ini menunjukkan bahwa proses pembebasan lahan terkait alih fungsi lahan komersil menjadi RTH di Jalan Siliwangi terdiri dari proses perencanaan, proses persiapan, dan proses pelaksanaan. Proses perencanaan terdiri dari proses penetapan lahan yang dibebaskan dan penyusunan RKA. Proses persiapan terdiri dari rapat persiapan, survei dan pemberitahuan perencanaan pembebasan yang terdiri dari sosialisasi dan konsultasi publik. Proses pelaksanaan, proses ini terdiri dari inventarisasi dan identifikasi kepemilikan tanah dan penetapan ganti rugi. Di dalam pelaksanaanya, terdapat beberapa permasalahan yang muncul yaitu belum adanya kesepakatan harga antara pemerintah Kota Bekasi dengan para pemilik lahan dan adanya penolakan dari beberapa warga yang tidak mau tanah/lahannya dibebaskan. Kata Kunci: Pembebasan lahan, alih fungsi, ruang terbuka hijau (RTH).

This research was conducted to discusses about the Land Acquisition Process Related to Commercial Land Use Change into Open Green Space RTH at Siliwangi Street, Rawalumbu, Bekasi City. The paradigm used in this research is qualitative by using in depth interview and documentation study for data collection. The purpose of this research is to find out how is the process of land acquisition. The result of this research indicates that the Process of land acquisition in Siliwangi Street consists of planning process, preparation process, and implementation process. The planning process consists of land clearing and RKA preparation. The preparatory process consists of preparatory meetings, surveys, and announcing the planning of land acquisition, socialization and public consultant. Process implementation consists of identification of land ownership and the determination of compensation. Several problems are found in the implementation, the absence of price agreement between local governments and land owners, and also some citizens refused for the land to be freed."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Orlana Halim
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh volume penerbitan green bonds, sebagai proksi dari green finance, yang diterbitkan oleh beberapa pihak, yakni perusahaan, pemerintahan, instansi, organisasi supranasional serta non-US munis, secara signifikan mempengaruhi tingkat ecological footprint pada 25 negara di Kawasan Eropa dan 11 negara di Kawasan Asia dari tahun 2014 hingga 2022. Pengambilan periode sampel pada penelitian ini bergantung pada ketersediaan data mengenai green bonds, ecological footprint, serta energy consumption. Hasil penelitian dengan data panel balance dan metode pengolahan data OLS fixed-effect model dengan robust function menemukan bahwa penerbitan green bonds secara keseluruhan dapat mengurangi nilai ecological footprint. CBI Aligned green bonds dinilai sebagai jenis obligasi yang paling efektif dalam menurunkan ecological footprint karena “praktis” untuk emiten. Disisi lain, self-labeled green bonds tidak signifikan dalam menurunkan ecological footprint, memberikan indikasi adanya greenwashingdan signaling effect yang negatif. Corporate green bonds memaikan peranan yang lebih besar dalam pengurangan ecological footprint. Peneliti menguji robustness test dengan menggunakan emisi gas rumah kaca (GHG) sebagai pengukuran alternatif ecological footprint. Terlebih, temuan ini juga mendukung validitas teori hipotesis EKC berbentuk inverted U-shaped relationship. Penggunaan pengolahaan data dengan estimasi regresi OLS tidak dapat menjelaskan pengaruh green bonds pada ecological footprint di masing-masing negara sehingga memiliki implikasi penelitian yang terbatas.

This study aims to analyze the effect of green bonds issuance, as a proxy of green financing, issued by several parties, namely companies, governments, agencies, supernatural organizations, and non-US munis, which significantly influences the level of ecological footprint in 25 countries in the European Region and 11 countries in Asia region from 2014 to 2022. The sampling period for this study depends on the availability of data regarding green bonds, ecological footprint, and energy consumption. The results of research using panel balance data and the OLS fixed-effect model data processing method with robust functions found that the issuance of green bonds as a whole can reduce the value of the ecological footprint. CBI Aligned green bonds are considered the most effective type of bond in reducing the ecological footprint because they are "practical" for the issuer. On the other hand, self-labeled green bonds are not significant in reducing the ecological footprint, indicating the existence of greenwashing and negative signaling effects. Corporate green bonds play a greater role in reducing the ecological footprint. Researchers tested the robustness test by using greenhouse gas (GHG) emissions as an alternative measurement of ecological footprint. Moreover, these findings also support the validity of the EKC hypothesis theory in the form of an inverted U-shaped relationship. The use of data processing with OLS regression estimation cannot explain the influence of green bonds on the ecological footprint in each country so it has limited research implications."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Orlana Halim
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh volume penerbitan green bonds, sebagai proksi dari green finance, yang diterbitkan oleh beberapa pihak, yakni perusahaan, pemerintahan, instansi, organisasi supranasional serta non-US munis, secara signifikan mempengaruhi tingkat ecological footprint pada 25 negara di Kawasan Eropa dan 11 negara di Kawasan Asia dari tahun 2014 hingga 2022. Pengambilan periode sampel pada penelitian ini bergantung pada ketersediaan data mengenai green bonds, ecological footprint, serta energy consumption. Hasil penelitian dengan data panel balance dan metode pengolahan data OLS fixed-effect model dengan robust function menemukan bahwa penerbitan green bonds secara keseluruhan dapat mengurangi nilai ecological footprint. CBI Aligned green bonds dinilai sebagai jenis obligasi yang paling efektif dalam menurunkan ecological footprint karena “praktis” untuk emiten. Disisi lain, self-labeled green bonds tidak signifikan dalam menurunkan ecological footprint, memberikan indikasi adanya greenwashingdan signaling effect yang negatif. Corporate green bonds memaikan peranan yang lebih besar dalam pengurangan ecological footprint. Peneliti menguji robustness test dengan menggunakan emisi gas rumah kaca (GHG) sebagai pengukuran alternatif ecological footprint. Terlebih, temuan ini juga mendukung validitas teori hipotesis EKC berbentuk inverted U-shaped relationship. Penggunaan pengolahaan data dengan estimasi regresi OLS tidak dapat menjelaskan pengaruh green bonds pada ecological footprint di masing-masing negara sehingga memiliki implikasi penelitian yang terbatas.

This study aims to analyze the effect of green bonds issuance, as a proxy of green financing, issued by several parties, namely companies, governments, agencies, supernatural organizations, and non-US munis, which significantly influences the level of ecological footprint in 25 countries in the European Region and 11 countries in Asia region from 2014 to 2022. The sampling period for this study depends on the availability of data regarding green bonds, ecological footprint, and energy consumption. The results of research using panel balance data and the OLS fixed-effect model data processing method with robust functions found that the issuance of green bonds as a whole can reduce the value of the ecological footprint. CBI Aligned green bonds are considered the most effective type of bond in reducing the ecological footprint because they are "practical" for the issuer. On the other hand, self-labeled green bonds are not significant in reducing the ecological footprint, indicating the existence of greenwashing and negative signaling effects. Corporate green bonds play a greater role in reducing the ecological footprint. Researchers tested the robustness test by using greenhouse gas (GHG) emissions as an alternative measurement of ecological footprint. Moreover, these findings also support the validity of the EKC hypothesis theory in the form of an inverted U-shaped relationship. The use of data processing with OLS regression estimation cannot explain the influence of green bonds on the ecological footprint in each country so it has limited research implications."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>