Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Metri Sriwati
"ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara nilai tukar
terhadap nilai ekspor dan impor di Indonesia, baik pada jangka pendek
maupun jangka panjang. Data yang digunakan adalah data ekspor dan
impor bilateral Indonesia dengan 37 negara mitra dagang Indonesia
antara 1980:1 sampai 2006:4, diolah dengan memanfaatkan
pendekatan kointegrasi dan error-correction model. Hasilnya pada
jangka pendek, arah dan besarnya pengaruh perubahan nilai tukar
terhadap nilai ekspor, dan impor Indonesia dengan negara mitra
dagang tidak memiliki pola dan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan. Sementara pada jangka panjang, pengaruh perubahan pada
nilai tukar riil atau pendapatan terhadap nilai ekspor dan impor yang
berlaku sesuai hipotesis untuk sebagian besar negara, terutama
negara-negara mitra dagang Indonesia yang nilai perdagangannya
termasuk 10 besar. Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap niiai
ekspor maupun impor, rata-rata akan bertahan selama lima triwulan.
Perdagangan Indonesia dengan 18 negara memenuhi Marsha/I Lerner
Condition. Termasuk di dalamnya negara yang termasuk 10 besar
mitra dagang Indonesia, yaitu: Jerman, Jepang, Malaysia, Singapura,
Thailand, dan Amerika Serikat

"
2007
T34463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinnata Nikko Arjuna
"Pergeseran dari sistem nilai tukar mengambang menjadi sistem mengambang penuh sejak 14 Agustus 1997 telah memberikan perubahan mendasar dalam kebijakan makro ekonomi Indonesia. Sejak diberlakukannya kebijakan mengambang bebas, Rupiah terus terdepresiasi serendah Rp 14.900/USD pada bulan Juni 1998. Ketika ketidakpastian menurun dan serangan spekulatif telah memudar, seiring dengan penguatan fundamental makroekonomi, Rupiah naik secara konsisten hingga mencapai kondisi stabilitas di tingkat kisaran Rp 8.600 - Rp9.000/USD sejak Mei 2000. Fluktuasi nilai tukar Rupiah selama rezim nilai tukar mengambang dapat dijelaskan oleh Dornbusch Exchange Rate Overshooting Model. Dengan menggunakan metode kointegrasi untuk menganalisis struktur jangka panjang dan Error Correction Model untuk menganalisis struktur jangka pendek, hipotesis overshoot nilai tukar di Indonesia dapat diterima dari periode pengamatan dari bulan September 1997 hingga Desember 2012.

The shift of the floating exchange rate system into a full floating system since August 14, 1997 has provided a fundamental change in Indonesia's macroeconomic policy. Since the enactment of the policy free floating, the Rupiah continues to depreciate as low as Rp 14.900/USD in June 1998. When the uncertainty decreased and speculative attacks has faded, along with the strengthening of macroeconomic fundamentals, Rupiah rose consistently until it reaches the condition of stability in the range level of Rp 8.600 - Rp9.000/USD since May 2000. The fluctuation of the Rupiah during floating exchange rate regime can be explained by the Dornbusch Exchange Rate Overshooting Model. By using the method of Cointegration to analyze long-term structure and Error Correction Model to analyze short-term structure, exchange rate overshooting hypothesis in Indonesia can be accepted from the observation period from September 1997 to December 2012.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Romadhon Ardiansyah
"Karya tulis ini menguji validitas dari pardigma yang ada di Indonesia selama ini yang menyatakan bahwa tarif mampu menekan impor. Secara spesifik, karya tulis ini menginvestigasi efek tarif terhadap impor. Data yang digunakan adalah data perdagangan sektor industri pada periode 2001-2012 yang dikelompokkan berdasarkan HS 6-digit. Selain itu, kami juga mengukur welfare cost dari perubahan tarif dengan menggunakan Harberger`s approach. Hasilnya menunjukkan bahwa tarif berpengaruh negatif hanya pada beberapa sektor industri, seperti sektor kimia, bijih/kaca, dan logam, sedangkan pada sektor lainnya tidak menunjukkan efek tersebut. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa pada tiga sektor industri tersebut, untuk tahun 2012 setiap penurunan tarif sebesar 1% akan meningkatkan welfare gain yang setara dengan 3% dari pendapatan tarif.

This paper examines the validity of the commonly accepted paradigm that tariffs discourage imports in Indonesia. Specifically, this paper investigates the effect of tariffs on imports by industry using six-digit sectoral trade data for the 2001 and 2012 period. We also measure the welfare cost of a marginal change in tariff rates in each industry using Harberger's approach. The results show that tariff negatively affect only certain industries, such as chemical, stone/glass, and metals, but not others industries. The findings demonstrate that in these three industries, the welfare gain from a 1% decrease in the 2012 tariff rate amounts to approximately 3% of tariff revenue."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joy Enrico
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kondisi makroekonomi terhadap tingkat penggunaan utang. Variabel yang menjelaskan kondisi makroekonomi terdiri dari GDP growth, expected inflation, dan Corruption Perception Index (CPI). Penelitian ini menggunakan sampel yang meliputi 156 perusahaan di Indonesia pada periode 2001-2011. Dengan menggunakan regresi data panel, hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh masing-masing variabel determinan kondisi makroekonomi terhadap tingkat penggunaan utang di Indonesia. Selain itu ditemukan pula bahwa terdapat perbedaan pengaruh masing-masing variabel determinan kondisi makroekonomi terhadap tingkat penggunaan utang antar industri.

This research aims to examine the impact of macroeconomic conditions on leverage. The determinants that represents macroeconomic conditions are GDP growth, expected inflation, and Corruption Perception Index (CPI). This research uses sample from 156 companies in Indonesia within period of 2001-2011. By using panel data regression, the result of this study discovers that there are some differences in the effect of each explanatory variable of macroeconomic conditions on leverage in Indonesia. In addition, the research also finds that there are some differences in the effect of each explanatory varible of macroeconomic conditions on leverage among the industries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fautia Sriwardani
"Perbedaan utama antara JII dengan IHSG terletak pada screening process yang dilakukan terhadap JII. Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa JII memiliki risiko dan volatilitas yang lebih rendah dibandingkan indeks harga saham yang beraktivitas secara konvensional. Dinyatakan pula bahwa shariah screening process memberikan pengaruh positif terhadap kinerja portofolio saham syariah. Namun, berdasarkan pengamatan awal dalam jangka pendek dan jangka panjang, meskipun telah melalui serangkaian tahapan screening process, pergerakan JII cenderung memiliki pola yang hampir sama dengan pola pergerakan IHSG.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Vector Autoregressive (VAR) dan Impulse Response Functions. Indikator makroekonomi global direpresentasikan oleh harga minyak dunia, Fed Fund Rate, dan indeks Dow Jones, sedangkan indikator makroekonomi Indonesia direpresentasikan oleh tingkat inflasi dan nilai tukar. Berdasarkan model VAR, satu-satunya variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pergerakan kedua indeks saham tersebut adalah Indeks Dow Jones.
Berdasarkan Impulse Respons Function, respon JII terhadap shock variabel makroekonomi, dapat dikatakan sama dengan respon IHSG. Setelah terjadi shock pada suatu variabel makroekonomi, baik JII maupun IHSG, ternyata tidak mampu kembali pada garis keseimbangan jangka panjang secara natural. Hal ini disebabkan tidak adanya perbedaan yang prinsipil dalam mekanisme perdagangan yang berlaku di Bursa Efek Indonesia baik untuk JII maupun IHSG. Namun demikian, JII tetap memiliki keunggulan karena telah melalui screening process yang pada dasarnya lebih menekankan pada aspek kehalalan.

The main distinction between JII and JCI is that JII has the screening process, while JCI does not have one. Some previous studies concluded that JII has lower risk and lower volatility compared to conventional JCI. Moreover, it is stated that the sharia screening process give positive impact toward the performance of sharia stock. However, based on preliminary observation, in short term and long term, the movement of JII has similar pattern as the one of JCI pattern.
This study uses Vector Autoregressive (VAR) model and Impulse Response Functions. In this study, the crude oil price, Fed Fund Rate, and Dow Jones Index represent the global macroeconomic indicator, while inflation rate and exchange rate represent the indicator of Indonesia?s macroeconomic. By using VAR model, this study found that stock index movement, both of JII and JCI, are significantly influenced by Dow Jones Index.
In addition, by using Impulse Response Functions, JII's response toward shock of global and Indonesia?s macroeconomic variables, which are used in this study, gives almost similar result toward the JCI's response. Overall, after the shock occured on macroeconomic variable, both JCI and JII, are unable to revert to the long term equilibrium line naturally. This is related to the trading mechanism at Jakarta Stock Exchange, which has no difference principle for both of JII and JCI. However, JII still has an advantage due to the screening process which give emphasis to "halal" aspect."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T25454
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Zahra
"Dalam penelitian ini, penulis menganalisis pengaruh variabel spesifik bank dan
variabel ekonomi makro terhadap risiko kredit di tiga negara ASEAN yaitu
Indonesia, Malaysia, dan Brunei dalam lima periode mulai dari tahun 2015 sampai
dengan 2019. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel
spesifik bank dan variabel ekonomi makro mana sajakah yang berpengaruh
terhadap risiko kredit. Risiko kredit diproksikan dengan non performing financing.
Penelitian ini menggunakan metode Panel Least Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel LAR, EAR dan Inflation berpengaruh positif dan
signifikan terhadap risiko kredit. Sedangkan, variabel CAR dan GDP Growth
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko kredit. Di sisi lain, SIZE tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap risiko kredit.

In this study, the author analyzes the impact of bank-specific variables and
macroeconomic variables on credit risk in three ASEAN countries, which are
Indonesia, Malaysia, and Brunei during five periods start from 2015 until 2019. The
main goal of this study is to determine which bank-specific variables and
macroeconomic variables that affect credit risk. Credit risk is proxied by non
performing financing. This study use the Panel Least Square. The results show that
LAR, EAR and Inflation variables have a positive and significant effect on credit
risk. However, CAR and GDP Growth variables have a negative and significant
effect on credit risk. On the other hand, SIZE variable don’t have a significant effect
on credit risk.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farouq Widya Pramana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh shock kondisi makroekonomi Indonesia dan tingkat bunga internasional terhadap imbal hasil Obligasi Negara dalam US Dollar. Penelitian dengan metode Vector Error Correction Model (VECM) menggunakan data bulanan yang terdiri dari imbal hasil Obligasi Negara dalam US Dollar, tingkat bunga domestik, tingkat harga, nilai tukar riil, dan tingkat bunga internasional periode bulan Januari 2006 sampai dengan Desember 2013. Hasil penelitian menunjukkan variabel tingkat bunga domestik, tingkat harga, nilai tukar riil dan tingkat bunga internasional secara signifikan berpengaruh positif terhadap imbal hasil Obligasi Negara dalam US Dollar dan terjadi mekanisme koreksi dalam model imbal hasil Obligasi Negara dalam US Dollar yang mengindikasikan adanya kointegrasi.

This study analyzes the effect of Indonesia macroeconomic condition and international interest rate shocks on yield of the Government Bond in US Dollar. It applies Vector Error Correction Model (VECM) using monthly data consist of yield of the Government Bond in US Dollar, domestic interest rate, price level, real exchange rate, and international interest rate in the period of January 2006 to December 2013. The results show that domestic interest rate, price level, real exchange rate, and international interest rate have significantly positive impact on yield of the Government Bond in US Dollar and confirm the presence of error correction mechanism in the yield of the Government Bond in US Dollar model that indicates the existence of cointegration.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T41799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Hanifah
"Non-Performing Loan (NPL) merupakan indikator penting yang mencerminkan peran kredit bank dalam pertumbuhan ekonomi di dalam suatu negara. Pemerintah dan regulator menginginkan NPL yang rendah dan tingkat pertumbuhan kredit yang tinggi, sebagai sasaran untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan inflasi yang rendah. Sektor keuangan Indonesia yang sedang menghadapi resesi ekonomi tentunya akan berdampak pada kinerja bank, terutama dalam hal pencapaian NPL. Skripsi ini mengkaji NPL perbankan nasional selama 2015 – 2020, serta menyusun model empiris yang dapat digunakan untuk memproyeksikan NPL di masa mendatang. Unit sampling adalah bank yang tergabung dalam kategori bank umum konvensional yang berjumlah sebanyak 104 bank. Data yang digunakan adalah data time series untuk variabel penelitian tahun 2015 – 2020, dan teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi time series dengan model estimasi Ordinary Least Square (OLS). Hasil empiris menunjukkan bahwa variabel makroekonomi suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, dan US Prime Rate berpengaruh signifikan secara parsial terhadap NPL, sedangkan PDB berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial terhadap NPL. Namun demikian, suku bunga, tingkat inflasi, PDB, nilai tukar, dan US Prime Rate berpengaruh signifikan dan positif terhadap NPL secara simultan. Peneliti menemukan bahwa proyeksi NPL untuk tahun 2021: untuk skenario pesimis NPL tetap pada 5,08%, pada skenario optimis NPL akan turun menjadi 3,77%, dan pada skenario moderat NPL juga diprediksi akan turun menjadi 4,43%.

Non-Performing Loan (NPL) is an important indicator reflecting the role of bank credit in a country's economic growth. The government and regulators want low NPL and high credit growth rates, as intermediate targets to achieve high economic growth and low inflation. The Indonesian financial sector, which is facing an economic recession, will certainly have an impact on banking performance, especially in terms of achieving NPL. This thesis reviews the NPL of national banks during 2015 – 2020, as well as developing an empirical model that can be used to project NPL in the future. The sampling unit is banks that are incorporated into conventional commercial banks, of which the total number is 104 banks. The data used are time series data for the studying variables of years 2015 – 2020 which are observed, and the analysis technique in this study used time series regression analysis with the estimation model is Ordinary Least Square (OLS). The empirical results indicate that the macroeconomic variables exerting significant influence partially to NPL are interest rate, inflation rate, exchange rate, and US Prime Rate, while GDP has a negative and insignificant effect partially both on NPL. However, the effect of interest rate, inflation rate, GDP, and also exchange rate and US Prime Rate simultaneously to NPL is significant and positive. Projecting NPL in 2021 the research found that in the pessimistic scenario, NPL remains 5.08%, in the optimistic scenario, NPL will decrease to 3.77%, and in the moderate scenario, NPL is also predicted that it will decrease to be 4.43%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistira Ardana
"ABSTRACT
Non Performing Financing is the most important issue for banks to survive. This study aims to analyze the determination of internal and external factors on Non Performing FInancing on Sharia Banking in Indonesia. This study uses Error Correction Model analysis techniques. The results show that in the short term the variables that have a significant effect on Non Performing Financing on Sharia Banking in Indonesia are inflation variables, while the Exchange Rate, Bank Indonesia Certificate of Wadiah, Industrial Production Index, Financing Deposite Ratio, and Capital Adequacy Ratio variables have no significant effect. In the long run the variables that are influential are Exchange Rate, Bank Indonesia Certificate of Wadiah, Financing Deposite Ratio, and Capital Adequacy Ratio, while Inflation and Industrial Production Index have no significant effect."
Jakarta: Fakultas Ekonomis dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, 2019
650 ESENSI 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>