Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfa Abadi
"Minyak jarak adalah komoditi yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, demikian juga polyurethane dimana pasarnya berkembang pesat di Indonesia tanpa diiringi perkembangan industri polyurethane dalam negri. Bahkan dengan menggunakan minyak sebagai bahan baku memberikan nilai lebih terutama dalam hal sumber materi terbarukan dan memberi nilai tambah pada sifatnya. Melihat peluang yang baik tersebut, maka perlu dikaji suatu perancangan pabrik polyurethane berbasis minyak jarak. di Indonesia.
Dari analisis pasar diketahui bahwa kapasitas yang paling optimal untuk dibangun di Indonesia adalah 8,300 ton/tahun. Dan lokasi yang tepat untuk pabrik ini adalah kawasan MM2100 Industrial Town di Cikarang Barat, Propinsi Jawa Barat. Proses yang dipilih adalah dengan memodifikasi minyak jarak menggunakan metode transesterifikasi sebagai polyol. Proses selebihnya menghasiikan polyurethane diadaptasi dari proses yang telah banyak di pakai scpcrti pada PT Aristek HighpoJymer. Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik ini adalah Rp21 Miliar. Untuk setiap ton produk membutuhkan biaya manuraktur (biaya operasi) sebcsar US$1,928 dimana harga jual produk diasumsikan sebcsnr US$3,000.
Dari analisis kelayakan, proyek pembangunan pabrik polyurethane berbasis minyak jarak ini dapat dikatakan layak dengan Net Present Value (NPV) sebesar US$22.5 juta, Internal Rate of Return (IRR) 40.3%, dan waktu pengembalian investasi (Payout Period) 2.03 tahun. Faktor yng paling sensitive yang dapat mempengaruhi kelayakan proyek ini adalah harga jual produk dan volume produksi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anondho Wijanarko
"Minyak jarak adalah komoditi yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia; demikian juga polyurethane, dimana pasar produk polyurethane berkembang pesat tanpa diiringi perkembangan industri dalam negeri. Polyurethane berbasis minyak jarak mempunyai banyak kelebihan dibandingkan yang ada umumnya. Dari analisis pasar, diketahui bahwa kapasitas pabrik yang sesuai untuk dibangun di Indonesia adalah 8.300 ton/tahun. Modifikasi minyak jarak dengan anhidrida suksinat dan neopentil glikol menghasilkan poliol poliester dengan reaktivitas tinggi, yang terutama sesuai digunakan sebagai komponen resin poliurethane untuk aplikasi coating, adhesive dan binder. Peralatan utama yang dibutuhkan di pabrik adalah: dua reaktor, sebuah mixer, empat pompa, sebuah kondenser, dan sebuah tangki. Hasil simulasi dengan bantuan CHEMCAD 5.2 menunjukkan efisiensi karbon sebesar 83,57% dan efisiensi energi sebesar 93,83%. Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik ini adalah Rp 21 miliar. Untuk setiap ton produk membutuhkan biaya manufaktur sebesar US$ 1,928 dimana harga jualproduk diasumsiknn sebesar USS 3,000. Analisis kelayakan ekonomi mendapatkan nilai: Net Present Value (NPV) sebesar USS 22.5 juta, Internal Rate of Return (IRR) 40,3%, dan Payout Period 2,03 tahun. Faktor yang paling sensitifyang dapat mempengaruhi kelayakan proyek ini adalah harga jual produk dan volume produksi. Berdasarkan analisayang dilakukan, pabrik layak untuk dibangun.

Castor oil is a potential commodity to be developed in Indonesia; polyurethane is also a potential one since its market grows rapidly without being accompanied by local industry's capability to fulfill. Polyurethane based on castor oil is superior in many properties to currently available polyurethane. According to market analysis, the suitable capacity to be applied is 8,300 tons/year. Modification of castor oil with succinic anhydride and neopentyl yields high reactivity polyester polyol suitable to be used as component of polyurethane resin for coating, adhesive and binder applications. Main equipments needed in the plant are: two reactors, one mixer, four pumps, one condenser, and one tank. Simulation with the aid of CHEMCAD 5.2 resulted in carbon efficiency of 83.57% and energy efficiency of 93.83%. Total investment required to construct this plant is about Rp 21 billion. Assuming product price of USS 3,000/ton, manufacturing cost will be US$ 1,928/ton-product. Economic feasibility analysis yielded values: Net Present Value (NPV) of USS 22.5 million, Internal Rate of Return (IRR) of 40.3%, and Payout Period of 2.03 operating-years. The most significant factors influencing the feasibility are product price and production volume. Based on the analysis that has been done, the plant is feasible to build."
Jurnal Teknologi, 2004
JUTE-XVIII-2-Jun2004-109
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budi Santoso
"Tumbuhan jarak yang cocok hidup di daerah tropis. seperd Indonesia. dan daerah subtropis menghasilkan minyak jarak yang turunan-turunannya amat bermanfaat bagi manusia. Salah satu turunan yang potensial diproduksi di Indonesia adalah poliuretan. Poliuretan berbasis minyak jarak memiliki kelebihan utama berupa ketahanan hidrolisis yang yang baik.
Minyak jarak dapat digunakan secara Iangsung scbagai salah satu komponen penyusun poliuretan, yaitu monomer poliol. Namun modifikasi minyak jarak akan menghasilkan poliol yang lebih reaktif dengan tetap mempertahankan kelebihannya. Modifikasi dengan reaksi esteritikasi dan transesterifikasi dengan anhidrid suksinat dan neopentil glikol menghasilkan resin yang terutama sesuai untuk aplikasi coming, adhesive dan binder.
Pabrik resin poliuretan memiliki peralatan yang dapat digunakan untuk memproduksi berbagai jenis resin. Dalam perancangan diperrimbangkan jumlah dan beban maksimal peralatan yang diperlukan. Jumlah maksimal adalah saat memproduksi resin dua komponen. sedangkan beban pengaduk maksimal adalah saat pembuatan poliurethane dispersion.
Reaksi pembentukan poliol dilakukan dalam reaktor dengan hear exchanger internal dan pengaduk. Poliol yang terbentuk kemudian dipolimerisasi dengan poliisosianat dan untuk pembuatan resin dua komponen sebagian poliol digunakan untuk pembentukan komponen curing agent. Reaksi polimerisasi juga dilakukan dalam reaktor dengan hear exchanger internal dan pengaduk.
ChemCad digunakan sebagai alat bantu pembuatan diagram alir, neraca massa dan neraca energi. Dari hasil simulasi didapat efisiensi energi adalah sebesar 94,6% dan efisiensi karbon adalah 83.57%.
Hasil analisa ekonomi menuniukkan bahwa untuk pembangunan pabiik dengan kapasilas 8.300 ton/tahun diperlukan total biaya pabrik US$ 2.439.661 dan total biaya manufaktur sebesar US$ 16.491.411/tahun. Payback period adalah selama 2,03 tahun, net present value sebesar US$ 22,459,006 dan internal rate of retum sebesar 44,3%. Ketiga parameter keuntungan ini menunjukkan pabrik layak dibangun secara ekonomis. Perkiraan ini paling sensitif terhadap harga jual produk yang tidak boleh kurang dari US$ 2,034/ton.
Setelah melakukan analisis teknis dan ekonomi dapat disimpulkan bahwa pembangunan pabrik ini di Indonesia adalah layak."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Satria Wiguna
"Tanaman tebu merupakan bahan baku industri gula yang produksinya cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan industri gulajuga akan mcningkatkan sisa dari proses industri tersebut. Sisa terbesar dari industri gula berupa ampas tebu yang kandungannya mencapai 90% dari kandungan pohon tcbu total. Pemanfaatan ampas tcbu menjadi furfural akan meningkatkan nilai dari sisa industri pnanian tcrsebul.
Furfural itu sendiri merupakan senyawa kimia inlermediet yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis dan dehidrasi pentosa. Pentosa dari senyawa hcmiselulosa, banyak terkandung didalam biomasssa tumbuh-tumbuhan, salah satunya ampas tebu. Furfural yang dihasilkan dari sisa induslri pcrtanian tersebut dapat dipergunakan sebfxgai pelarut kimia dalam proses pengolahan minyak bumi dan sebagai bahan baku utama sintesis iiurfuril alkohol.
Kebutuhnn furh1i'aI di Indonesia selarna ini dipenuhi oleh impor dari Cina. Dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku dalam jumlah yang cukup besar, dan untuk menekan angka impor, maka perlu dipertimbangkan untuk mendirikan pabrik iizrfural yang menggunkan bahan baku ampas tebu di Indonesia.
Berdasarkan analisa pasar dalam negeri, maka didapatkan kapasitas pabrik lhrfural yang akan dibangun sebesar 510 ton/tahun. Pabrik ini direncanakan akan dibangun di Kawasan Industri Gresik (KIG), dengan total Iahan yang dibuiuhkan seluas lOl x 72 m2.
Berdasarkan perhitungan ekonomi, pabrik furfural yang akan dibangun ini membutuhkan investasi kurang Iebih scbesar US$ 4,7 juta dengan biaya manufaktur sebesar USS l.2juta.
Ne! Presenr Value (NPV) unfuk proyek ini kurang lebih sebcsar US$ 3.260.42I,47, dengan tingkat pengembalian Infernal Rate of Remrn (IRR) 2 l2.26%, Payback Period (PBP) 1 3.85 tahun, Ne! Return Rare (NRR) : 5.65%, Ne! Payout Dme (NPT) 3 4.53 tahun dan Return of Inveslmenf (ROI) sebesar 0.18 "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Anton Witono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Yance Dapot Panangian
"Fatty alkohol ethoxylate (FAB) mempakan senyawa etoksilat alkohol yang berasal dari Iemak (fat). FAE termasuk salah satu senyawa surfaktan non-ionile FAB banyak digunakan oleh industri surfaktan di Indonesia terutama pada proses produksi household surfactan. Konsumsi FAE mencapai 63,5% dari total jumlah bahan oleokimia yang digunakan oleh industri household surfactan.
Melihat besarnya peran FAE dalam industri surfaktan, sangatlah disayangkan bahwa pada kenyataannya selama ini hanya ada satu pabrik yang memproduksi FAB di Indonesia. Bahkan, pabrik ini, yang dimiliki oleh GT Petrochem, baru mulai beroperasi tahun 1999. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk membangun sebuah pabrik FAE di Indonesia.
Setelah dilakukan analisis pasar, diketahui bahwa kapasitas yang paling menjanjikan bagi pembangunan pabrik FAE yang baru di Indonesia ialah sebesar 29700 ton/tahun. Lokasi yang dipilih untuk pabrik ini ialah di Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) yang terletak di Cilegon, Propinsi Banten.
Proses yang paling dipilih untuk memproduksi FAE ialah proses batch yang diadaptasi dari proses yang telah dikembangkan oleh Kvaerner, Iisensor dari Swiss.
Besarnya investasi yang diperlukan untuk mendirikan pabrik FAE ini ialah 12 juta dollar (US$415,22/ton). Untuk setiap ton produk FAB yang dihasilkan dibutuhkan biaya manufaktur sebesar US$1356 sementara harga produknya diasumsikan sebesar USS 1600/ton.
Berdasarkan analisis kelayakan, proyek pembangunan pabrik FAE ini dapat dikatakan layak dengan nilai net present value (NPV) sebesar 18 juta dollar, internal rare of return (IRR) 34,79%, dan waktu pengembalian investasi selama 3 tahun. Faktor paling sensitif yang dapat mempengaruhi kelayakan proses ini ialah harga jual produk dan harga bahan baku etilen oksida."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Rizkin N.
"Kebutuhan produksi asetaldehida di Indonesia akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya kegiatan perindustrian, perdagangan dan jasa, serta pertambahan pendududuk di Indonesia. Semakin besarnya kebutuhan masyarakat terhadap suatu produk, akan berbanding lurus terhadap semakin meningkatnya pula kebutuhan suatu industri terhadap ketersediaan bahan bakunya. Untuk itulah pendirian pabrik asetaldehid ini diharapkan mampu memudahkan industri lainnya yang mempergunakan asetaldehid sebagai bahan baku atau bahan intermediet untuk memudahkan kegiatan produksinya.
Asetaldehida (CH3CHO) yang juga dikenal dengan nama Ethanal adalah suatu senyawa kimia turunan dari aldehid yang merupakan produk antara yang bisa diperoleh pada respirasi tumbuhan tingkat tinggi, fermentasi alkohol, dekomposisi gula didalam tubuh, dan produk utama pada sebagian besar oksidasi hidrokarbon. Penggunaan Asetaldehid sangat luas dibidang industri kimia, sebagai bahan baku untuk menghasilkan bahan kimia organik yang lain, sebagai contoh, asetaldehid merupakan bahan baku yang sangat penting dalam pembuatan asam asetat (CH3COOH), selain itu juga berperan penting sebagai bahan baku dalam pembuatan asetat anhidrat, etil asetat, chloral, glycoxal, alkylamina, pyridina, 2- etil hexanol, n-buthanol, chloral, asam laktat, dan crotonaldehyd, dan berbagai macam senyawa kimia lainnya yang dibutuhkan dalam industri kimia dan farmasi.
Asetaldehida secara komersial dapat dihasilkan dari 4 jenis proses, yaitu: Proses German (hidrasi asetilen), Proses Veba (bahan baku dari etanol), Proses Celanes Corp (oksidasi hidrokarbon jenuh), dan yang terakhir adalah dengan Proses Wacker (oksidasi etilen) Kapasitas produksi dari pabrik akan mempengaruhi perhitungan teknis maupun ekonomis dalam perancangan pabrik. Pada dasarnya, semakin besar kapasitas produksi, maka kemungkinan keuntungan juga akan semakin besar. Biaya produksi atau operasional dalam sistem industri memainkan peran yang sangat penting, karena ia menciptakan keunggulan kompetitif dalam persaingan antar industri dalam pasar global. Hal ini disebabkan proporsi biaya produksi dapat mencapai sekitar 70% - 90% dari biaya total penjualan secara keseluruhan, sehingga reduksi biaya produksi melalui peningkatan efisiensi akan membuat harga jual yang ditetapkan oleh produsen menjadi lebih kompetitif.
Pengolahan data untuk penelitian ini dimulai dengan menghitung jumlah kebutuhan asetaldehid di Indonesia berdasarkan data sekunder kebutuhan impor asetaldehid dari data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) untuk umur pabrik minimal 10 tahun. Penaksiran harga peralatan berdasarkan cost index. Berdasarkan analisa didapatkan besarnya investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik ini sebesar Rp 335,879,934,782. Dari hasil analisa, nilai NPV untuk i = 17 % sebesar Rp. 654,174,924,091 dan nilai IRR sebesar 20%. Waktu pengembalian modal selama 5.5 tahun. Dan nilai BEP sebesar 45%. Nilai yang paling sensitif yang dapat mempengaruhi kelayakan proyek ini adalah harga jual produk dan harga bahan baku.

Acetaldehyde production demand in Indonesia will increased along with the development of industrial, trade, and service activities, and people population increasing in Indonesia. The more and more of people needs demand of the product will in linear proportion to increasing of raw material demands in industry. So, the development of this acetaldehyde plant have hopes for the other industries which utilized acetaldehyde for raw or intermediet material to facilitate industrial activites.
Acetaldehyde (CH3CHO) which recognized with the name of ethanal is the derivates of chemistry compound from aldehyde , which is the product from high level plants respiration, alcohol fermentation, fructose decomposition in body, and the first product for almost of hydrocarbon oxidation. Acetaldehyde utilized is very wide in industrial chemistry, as the raw material to produce the other of organic chemistry material, for the example, acetaldehyde is very important material to produce acetic acid (CH3COOH), and have an important role for production of anhydrat acetic, ethyl acetic, chloral, glycoxal, alkylamina, pyridina, 2-ethyl hexanol, n-buthanol, chloral, lactid acid, and crotonaldehyd, and the kind of the other chemistry compound which is need in industrial chemistry and pharmacy.
In commercial, acetaldehyde can produce from 4 kind process, there is German Process (acethylene hydration), Veba Process (raw material from ethanol), Celanes Corp Process (oxidation of surfeited hydrocarbon), and the last is with Wacker Process (ethylene oxidation). Production capacity from factory will influence calculation of technically and economics in plant design. Basically, the more and more of production capacity will increasing the profit of enterprise. Production cost or operational in industrial system, have the very important role, because it's create the superiority competitive in global market industrial competition. This is caused from the proportion of cost production can reach out for and touch 70-90% from selling total cost overall. There for, the production cost reduction from increasing of efficiency will make the selling price from producer will more competitive.
Data preparation for this research is made from calculation amount of acetaldehyde demand in Indonesia from secondary data of acetaldehyde import demand from Biro Pusat Statistik (BPS) for plant age minimum 10 years. Estimation for the inventory cost be based on cost index. From the analysis, cost investment for this plant is Rp 335,879,934,782. From the analysis, NPV value for i = 17 % is Rp. 654,174,924,091. IRR value is 20 %. Pay back period is 5.5 years, and BEP value is 45 %. The sensitive value which can influence this project worthiness is product selling price, and raw material price.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49818
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan A. Setiawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriandi Eka Prasetya
"Melimpahnya sumber daya alam mineral di Indonesia belum banyak dimanfaatkan di industri. Pengolahannya masih terbatas pada pengolahan bahan mentah tanpa upaya lebih lanjut untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Hal ini membuat Indonesia harus mengimpor produk turunan mineral yang bahan bakunya diambil dan Indonesia sendiri. Salah satu dari kekayaan mineral itu adalah dolomit, dengan rumus kimia CaMg(CO3)2 yang merupakan salah satu sumber magnesium yang banyak digunakan untuk menghasilkan magnesium ataupun magnesium oksida.
Pemanfaatan magnesium oksida adalah untuk pupuk, refraktori, peleburan baja, pabrik kaca dan keramik. Pada skripsi ini akan dirancang pabrik Magnesium Oksida dari ekstraksi mineral dolomit. Proses yang digunakan adalah proses hidrometalurgi yaitu dengan pelarutan minaral dalam sejumlah besar pelarut kemudian dinetralisasi dan diendapkan untuk dapat diambil produknya. Proses utama terdiri atas 4 unit yaitu, unit pelarutan, unit pengendapan, unit penyaringan dan unit kalsinasi. Efisiensi energi dan proses ini adalah 96%.
Berdasarkan perhitungan perkiraan ekonomi, pabrik yang dirancang berkapasitas 14.400 ton per tahun dengan modal investasi sebesar US$48.803.979,85 dan biaya produksi per tahun sebesar US$271.065.743,32. Pabrik ini juga memiliki nilai NPV sebesar US$599.383.530,00 dengan waktu kembali modal sekitar 12 bulan setelah beroperasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>