Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205200 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edi Margono
"DKI Jakarta menunjukkan sebanyak 46% dari kasus-kasus penyakit adalah penyakit gangguan pernapasan (ISPA 43%, iritasi rnata l,7% dan asma 1,3%) yang terkait dengan kualitas udara ambien yang tidak memenuhi baku umum dimana polusi udara di DKI Jakarta mengalami fluktuasi dengan beberapa parameter telah melewati nilai ambang batas seperti Ozon, N02 dan nilai ISPU menunjukan bahwa selama setahun hanya terhitung 22 hari udara Jakarta berkualitas baik, 95 hari dinyatakan tidak sehat, dan selebihnya 233 hari berkualitas sedang.
Studi ekologi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas udara ambien, kondisi meteorologi., dan kejadian ISPA, mempelajari kecenderungan perubahan kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dan mempelajari hubungan antara kondisi meteorologi dengan kualitas udara ambien serta mempelajari hubungan antara kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dengan kejadian ISPA.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kualitas udara ambien menggunakan : FH6-I (5-ray absorbtfon), APSA-360 (Fluorescence UV), APOA-360 (Chelwninescence) dan NDR sedangkan untuk kondisi meteorologi adalah Tennometer; Hygromeierg Cup anenmmeter dan Global Star Pymnameter.
Populasi yang dilibatkan sebanyak 820 data rata-rata harian kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dan ISPA dengan sampei sebesar 118 data rata-rata mingguan kualitas udara ambien, kondisi meteorologi dan ISPA.
Dalam kurun waklu 2006 - Maret 2008 diperolch konscntrasi rata-rata PMN; 65,9 pg/m3, so; 31,1 pg/mi, co 1,1 pg/ma, 0, 51,4 pg/m3, NO; 31,6 pg/ma dan niiai ISPU 72,3. Sedangkan rata-rata suhu 27,6°C, kelembaban 75,6 %, arah angin l54,5° , kecepatan angin 0,7 mls, radiasi matahari l12,0 W/m2 Serta rata~rata angka ISPA sebanyak 54 kejadian.
Hubungan kualitas udara ambien dcngan ISPA didapatkan bahwa SO; mempunyai korelasi positif tcrhadap angka ISPA. PM|0_ 03, ISPU mempunyai korelasi negatif terhadap angka ISPA. Hubungan kondisi meteorologi dengan ISPA didapatkan bahwa kelembaban, arah angin mempunyai korelasi positif terhadap angka ISPA. Suhu, radiasi matahari mempunyai korelasi negatif terhadap angka ISPA. Hubungan kondisi meteorologi dengan kualiaias udara ambien didapatkan bahwa suhu mempunyai korelasi poritifdengan PMN, 03, N01 dan ISPU. Kelembaban mempunyai korelasi negatif dengan PM|g, 03, N02 dan ISPU, arah angin mempunyai korelasi PM|0, CO, 03, NCQ, ISPU, kecepatan angin mempunyai korelasi negatif dengan PMN), CO. 01, N02, ISPU, radiasi matahari mempunyai konelasi negatif dengan CO, radiasi matahari mempunyai korelasi positif dengan ISPU.
Disimpulkan bahwa dalam kurun waklu 2006 - Mamet 2008 didapatkan pola angka ISPA mengikuti pola konsentrasi kualitas udara ambien dan kondisi meteorologi hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan S0;, dan S0;*O3 Serta SO2*Suhu secara bersamaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap ISPA dengan nilai koeiisicn korclasi sebesar 0,616 dan nilai koefisien determinasi Sebesar 0,379 (kuat). Dengan demikian SO;, SO1*O3, dan SO;*Suhu secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ISPA Namun konscmrasi CO, N02 , kecepatan angin tidak berhubungan denan kejadian ISPA di DKI Jakarta.

DKI Jakarta indicated 46% of disease cases were respirations problems (ISPA 43%, eye irritation of l,7% and asthma of 1,3%) related to ambient air quality which did not fulfill standard quality where air pollution in DKI Jakarta experienced fluctuation with a few parameter have passed boundary threshold value like Ozone, N02 and ISPA value indicated that Jakarta air had a good quality for 22 days each year, it was not health for 95 days, and it was a medium quality for 233 days.
This purpose of ecology study to identity an outdoor air quality, meteorology condition, and ISPA occurrence, studying a change tendency of outdoor air quality, meteorology condition and studying related between meteorology condition of outdoor air quality and also studying related between meteorology condition of outdoor air quality and ISPA occurrence.
Measurement instruments which are used for measuring outdoor air quality such as FI-I6-l (B-ray absorption), APSA-360 (Fluorescence UV), APOA-360 (Cheluminescence) and NIDR while the instruments which are used for measuring meteorology condition such as Thermometer, Hygrometer Cup Anemometer and Global Star Pyranometer.
Populations which are participated amount of 820 data on daily average of outdoor air quality, meteorology condition and ISPA by samples amount of ll8 data on weekly average of outdoor air quality, meteorology condition and ISPA. At period of 2006 - March 2008 obtained average concentrations were PM10 65,9p g/rn3,SO1 31,1p g/rn3, co up g/ms, 03 51,4u6§/ma, NO; 3l,6p g/m3 and ISPU value '?2,3. While temperature average was 27, C, dampness was 7S,6%, wind direction is l54,5°, wind velocity was 0,7 mls, sun radiation was 1l2,0 Wim! and also mean number of ISPA was amount 54 occurrences.
Related between outdoor air quality and ISPA indicated that S02 has a positive correlation of ISPA number. PMN, 03, ISPU have negative correlations of ISPA number. Related between meteorology condition and ISPA indicated that dampness, wind direction have positive correlations of ISPA number.
Temperature and sun radiation have negative correlations of ISPA number. Related between meteorology condition and outdoor air quality indicated that temperature has positive correlations of PM10, 03, NO; and ISPU. Dampness has negative correlation with PM1u, Og, NO; and ISPU, wind direction has correlation PMID, CO, 03, NO2, ISPU, wind velocity has negative correlation of PMN, CO, 03, N02, ISPU, sun radiation has negative correlation of cobalt, sun radiation has positive correlation of ISPU.
It was concluded that at period of 2006 - March 2008 indicated ISPA number pattern follow pattem concentration of outdoor air quality and this meteorology condition was proved by the existence of related between SO; SO1* SO; and SO2* temperature, at the same time, it has a big effect of [SPA by correlation ooeflicient value was 0,616 and determination coefficient value was 0,379 (strong). Therefore S0;, S0;=, and SO# temperature, at the same time, it has an effect of ISPA significantly. But concentration of CO, NOQ, wind velocity does not relate to ISPA occurrence in DKI Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T32911
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Porman Tiurmaida
"Dampak pencemaran udara telah menyebabkan menurunnya kualitas udara yang dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan khususnya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi 10 tertinggi dengan prevalensi ISPA sebesar 13,2%. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih mendalam mengenai korelasi antara kualitas udara ambien dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. Desain penelitian ini adalah studi ekologi dengan analisis time series. Data yang digunakan adalah data bulanan jumlah kasus ISPA balita dan data kualitas udara ambien diperoleh dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang kemudian dikonversi menjadi nilai konsentrasi per bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah kasus ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022 sebesar 6.048 kasus dengan jumlah kasus tertinggi sebesar 65.972 kasus. Konsentrasi parameter kualitas udara ambien yang melebihi baku mutu adalah parameter O3 dengan konsentrasi rata-rata sebesar 126 ug/m3. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa O3 memiliki hubungan yang signifikan dan korelasi arah positif dengan nilai p=<0,001; r=0,307). Kesimpulan dari penelitian ini adalah parameter kualitas udara ambien yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita ialah O3, sedangkan PM10, PM2.5,NO2 dan SO2 tidak berhubungan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2018-2022. Dari hasil temuan ini perlu dilakukan upaya dalam pengendalian pencemaran udara terkait parameter tersebut. Untuk peneliti selanjutnya perlu melakukan penelitian dengan rentang waktu yang lebih lama untuk melihat kekuatan hubungan antara kualitas udara ambien dan kejadian ISPA pada balita.<

The impact of air pollution has caused a decrease in air quality which can cause various health problems, especially Acute Respiratory Infections (ARI). Based on the results of the 2018 Basic Health Research, DKI Jakarta Province is the 10th highest province with an ARI prevalence of 13.2%. Therefore, it is necessary to conduct a more in-depth study of the correlation between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022. The design of this research is an ecological study with time series analysis. The data used are monthly data on the number of cases of ARI under five and ambient air quality data obtained from Air Pollution Standard Index (ISPU) data which is then converted into concentration values per month. The results of this study show that the average number of ARI cases in toddlers in DKI Jakarta Province in 2018-2022 was 6,048 cases with the highest number of cases of 65,972 cases. The concentration of ambient air quality parameters that exceed quality standards is the O3 parameter with an average concentration of 126 ug/m3. The results of the Spearman Rank correlation test show that O3 has a significant relationship and a positive directional correlation with a value of p = <0.001; r=0.307). The conclusion of this study is that ambient air quality parameters that have a relationship with the incidence of ARI in toddlers are O3, while PM10, PM2.5, NO<2 and SO2 are not related to the incidence of ARI in under five in DKI Jakarta Province in 2018-2022. From these findings, efforts need to be made in controlling air pollution related to these parameters. For further researchers, it is necessary to conduct a study with a longer time span to see the strength of the relationship between ambient air quality and the incidence of ARI in toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Adelia Syawal
"Permasalahan pencemaran udara memiliki urgensi yang tinggi karena telah menjadi penyebab dari sebagian besar beban kesehatan di seluruh dunia yang diketahui menjadi penyebab dari sekitar 7.000.000 kematian dini per tahun akibat berbagai airborne diseases dan penyakit degeneratif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tren dan dampak kesehatan dari kualitas udara ambien di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019—2023. Desain studi ekologi time series digunakan untuk mengetahui tren dan hubungan antarvariabel dari tahun ke tahun menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan adanya tren fluktuatif dengan adanya konsentrasi SO2 dan PM10 yang melebihi baku mutu dan terjadinya penurunan jumlah kasus pneumonia, TB paru BTA (+), dan hipertensi pada awal pandemi COVID-19. Korelasi positif antara PM10 dengan TB paru BTA (+) didapatkan pada tahun 2019. Di sisi lain, SO2 dengan TB paru BTA (+) dan hipertensi serta PM10 dengan pneumonia menghasilkan adanya variasi arah korelasi dalam hubungan antara kedua variabel dari tahun ke tahun. Dampak kesehatan terhadap kualitas udara ambien memiliki hasil korelasi berbeda yang bergantung terhadap jenis dampak kesehatan yang dipengaruhi oleh dosis paparan serta interaksi dengan faktor-faktor risiko lain seperti variabilitas epidemiologis. Dengan ini, diperlukan upaya pengendalian pencemaran udara, optimalisasi surveilans penyakit, serta variabel epidemiologis yang berkemungkinan berperan dalam mempengaruhi hubungan antarvariabel.

Air pollution issues has become cause of the health burden worldwide, with approximately 7,000,000 premature deaths per year due to various airborne diseases and degenerative diseases. This study aimed to determine trends and health impacts of ambient air quality in DKI Jakarta in 2019-2023. Using secondary data, an ecological time series design was implemented to determine trends and relationships between variables from year to year. The results showed a fluctuating trend, especially with SO2 and PM10 concentrations known to exceed the quality standards. A decrease in pneumonia, AFB (+) pulmonary TB, and hypertension cases also happened at the beginning of the COVID-19 pandemic. A positive correlation between PM10 and AFB (+) pulmonary TB was found in 2019, while SO2 with AFB (+) pulmonary TB and hypertension and PM10 with pneumonia resulted variations in the direction between the two correlations of variables from year to year. The health impacts of ambient air quality have different correlation results depending on the diseases influenced by exposure dose and interactions with other risk factors, such as epidemiological variability. This requires air pollution control and optimization of disease surveillance. The result suggests that epidemiological variables may play a role in influencing the relationship between variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin
"Pencemaran udara merupakan masalah yang terjadi di kota besar seperti Jakarta, dimana hal ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan pada manusia. Gangguan kesehatan berupa penyakit saluran pernafasan yang dapat terjadi antara lain adalah penyakit ISPA, Bronkitis dan Asma.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan kejadian pencemaran udara dan kecenderungan penyakit pernafasan serta untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi pencemaran udara dengan kejadian penyakit saluran pernafasan di DKI Jakarta Tahun 2003-2004. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan disain studi ekologi.
Konsentrasi rata-rata tahunan zat pencemar udara adalah SO2 (4,9 ppb), NO2 (26,5 ppb), NO adalah (40,1ppb), NOx ( 64,8 ppb) dan partikulat (TSP) (92,79 ug/m3) . Rate penyakit saluran pernafasan per 100.000 penduduk memiliki rata-rata untuk ISPA adalah 1682,2, bronkitis 18,3 dan asma 56,3. Hubungan yang signifikan terjadi di beberapa kecamatan. Parameter yang signifikan di beberapa kecamatan adalah SO2 dengan ISPA, SO2 dengan bronkitis, NO dengan bronkitis, NO dengan asma, dan NOx dengan ISPA.
Kejadian penyakit saluran pernafasan kemungkinan disebabkan oleh pencemaran udara Penanggulangan dapat dilakukan dengan penyediaan transportasi umum yang nyaman dan substitusi bahan bakar kendaraan dengan bahan bakar yang ramah lingkungan serta pengaturan tata guna lahan dan tata ruang perkotaan.
Daftar Pustaka : 47 (1993-2004)

The Correlation Between Ambient Air Quality and Cases of Acute Respiratory Infection, Bronchitis, and Asthma in DKI Jakarta During 2003 ? 2004 (An Ecological Study in 15 Sub Districts)Air pollution is a problem commonly in large cities such as Jakarta and cause various respiratory problems such as acute respiratory infections (ARI), bronchitis, and asthma.
This study aims to determine the concentration of air pollution and the tendency of respiratory problems, as well as to determine the correlation between concentration of air pollution and incidence of respiratory infections in DKI Jakarta during 2003-2004. This study is descriptive in nature and is an ecological study in design.
The air pollutants annual are SO2 (concentration of 4.9 ppb), NO2 (26.5 ppb), NO (40,.ppb), NOx ( 64.8 ppb) and particulate matter (TSP) (92.79 uglm3) . The average rate of incidence per 100.000 people is 1682,2 for ART, 18,3 for bronchitis and 56,3 for asthma. Significant correlation of parameters in several districts are SO2 with ARI, SO2 with bronchitis, NO with bronchitis, NO with asthma, and NOx with ARI.
Respiratory problem are caused by air pollution. Means to minimize the number of cases include a better arrangement of land use, the available of pubic transport and substituting gasoline fuel with environment friendly fuel.
Bibliography: 47 (1993-2004)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dion Hermawan
"Polusi udara menjadi salah satu masalah tersebar yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan terutama pada pernafasan terutama di wilayah kot-kota besar seperti Provinsi DKI Jakarta. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh polusi udara adalah penyakit ISPA. Polusi udara sendiri disumbangkan sebagian besar oleh polusi kendaraan. Pertumbuhan kendaraan di Jakarta yang semakin bertambah membuat kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta semakin memburuk dan dapat menimbulkan penyakit pernafasan terutama ISPA. Tujuan dari penelitian ini yaitu menciptakan model spasial kualitas udara dan distribusi penyakit ISPA di Provinsi DKI Jakarta serta hubungan antara polusi udara dengan penyakit ISPA di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu persamaan interpolasi, overlay, dan korelasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan dan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode korelasi. Hasil penelitian ini yaitu menunjukan pola yang tersebar hampir di seluruh wilayah provinsi DKI Jakarta pada penyakit ISPA maupun polusi udara. Pola pada polutan (CO, PM10,NOx)) memiliki pola yang sama yaitu pola dengan konsentrasi sangat tinggi berada pada titik Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Cilandak.Pada distribusi penderita penyakit ISPA kecamatan yang memiliki konsentrasi sangat tinggi yaitu ada pada kecamatan Kalideres, dan Kecamatan Cilincing . Kualitas udaradi DKI Jakarta berdasarkan ISPU untuk PM 10 masih dibawah ambang batas udara, pada CO diatas ambang batas udara, dan pada NO2 masih berada dibawah ambang batas udara.Terdapat hubungan antara ISPA dengan polutan (CO, PM10, NOx) dan kerapatan bangunan sedangkan untuk kepadatan penduduk dan kemacetan tidak terdapat hubungan.

Air Pollution is one of the biggest problems on health, especially on respiration in big cities such as Jakarta. One of the diseases caused by air pollution is ARI (Acute Respiratory Infections). Air pollution itself was contributed mainly by vehicles. The increasing number of vehicles makes Jakarta's air quality worse and causes respiratory diseases, especially ARI. This study aimed to create a spatial model of air quality, ARI distribution, and the relation between air pollution and ARI disease in Jakarta. The method used in this research is the equation of interpolation and correlation. The analysis used in this study is a qualitative analysis using the spatial approach and a quantitative analysis using the correlation method. The pattern on pollutants (CO, PM10, NOx) has the same pattern, and there is a pattern with very high concentrations at the point of Duren Sawit District and Cilandak District. In the distribution of patients with ARI, the sub-districts with very high concentrations are in the Kalideres sub-district and the Cilincing sub-district. Air quality in DKI Jakarta based on ISPU for PM 10 is still below the air threshold, for CO, it is above the air threshold, and for NO2, it is still below the air threshold. There is a relationship between ARI and pollutants (CO, PM10, NOx) and building density. Population density and traffic jams are not related."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Pramono
"Buruknya udara Jakarta terutama karena transportasi, diikuti industri, pemukiman dan sampah. Adanya bahan pencemar yang selalu di buang ke udara akan mempengaruhi kualitas udara di DKI Jakarta dan unsur pengelolaan lingkungan, maka di butuhkan data secara terus menerus. Gambaran jumlah kasus penyakit di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2001 adalah 7.020 kasus.
Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien, faktor meteorologi dengan kejadian penyakit ISPA selama 9 bulan mulai bulan September 2001 sampai dengan bulan Mei 2002 di wilayah Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (Cross Sectional). Data kualitas udara ambien dan faktor meteorologi kejadian ISPA harian dikelompokkan dalam 5 harian, selama 9 bulan mulai bulan September 2001 sampai dengan bulan Mei 2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata 27,63°C, kelembaban relatif rata-rata 81,9%, arah angin rata-rata 185,77°, kecepatan anginn rata-rata 1,35 mis, PMso rata-rata 71,52ug/m3, SO2 rata-rata 26,72 pgfm3 , CO rata-rata 1,62 ug/m3 , 03 rata-rata 41,74 ug/m3 , NO2 rata-rata 42,26 ug/m3 dan jumlah kasus ISPA rata-rata 180,34.
Dan uji korelasi di ketahui adanya hubungan antara suhu udara dengan S02, 03 dan NO2, , kelembaban relatif dengan 03, kesehatan angin dengan PM 10 dan CO, arah angin dengan PM14, 502, CO, 03, dan NO2, SO2 dengan ISPA, dan 03 dengan ISPA.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa jumlah kasus ISPA tidak berhubungan dengan suhu udara dan kelembaban relatif, tetapi berhubungan dengan 502 dan 03.
Di sarankan agar instansi-instansi yang terkait dengan program pengendalian pencemaran udara hendaknya mengadakan kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan lebih banyak penelitian tentang kualitas udara dan dampaknya terhadap kesehatan dengan memanfaatkan data kualitas udara atau data ISPA yang telah ada.

Ambient Air Quality Analysis and Meteorological Factor on Infection Respiratory Acute Incidence at Kembangan Sub district Health Centre, West Jakarta, September 2001 - Mei 2002.The bad air quality in Jakarta is caused by transportation, industry, residential and garbage. Pollutant that is always throw away to the air will to influence air quality in Jakarta and environmental management, so we need a continuity data. As an illustration, the number of Infection Respiratory Acute case in Kembangan Sub Districts Health Centre, West Jakarta in 2001 are 7.020 case.
The purpose of this study is to know the association between ambient air quality, meteorology factor with Infection Respiratory Acute incidence for 9 months, since September 2001 until May 2002 in Kembangan Sub district Health Centre, West Jakarta.
The design of tens study is Cross Sectional. Ambient air quality data, meteorological factor and Infection Respiratory Acute incidence will be grouped in 5 days, for 9 months since September 2001 until May 2002.
The result of the study shows that the mean temperature is 27,63 °C, relative humidity 81,97 %, wind direction 185,77°, a wind velocity 1,35 m/s, PM10 71,52 ug/m3, SO2 26,72 ug/m3, CO 1,62 mglm3, 03 41,74 µg/m', NO2 42,26 ug/m3 and infection Respiratory Acute case is 180,34.
Correlation analysis shows a correlation between temperature and S02, 03 and NO2, relative humidity with 03, wind velocity with PKo and CO, wind direction with PMto, SO2, CO, 03 and NO2, SO2 with Infection Respiratory Infection, and 03 with Infection Respiratory Acute.
The conclusion of this study is the number of Infection Respiratory Acute case is not associated to temperature and relative humidity, but is associated with SO2 and 03.
Recommendation for the institutions that is related to air pollution control program is to work together with health service to do more research to air quality and the health impact by using air quality data on Infection Respiratory Acute data, that is already collected.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 5826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Feby An'nisa Putri
"Pencemaran udara dan faktor meteorologis dapat mempengaruhi kualitas udara dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini menganalisis hubungan antara kualitas udara ambien (PM10, SO2, NO2, O3) dan faktor meteorologis (suhu, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin) dengan kejadian ISPA di Kota Bogor tahun 2019-2022. Menggunakan desain studi ekologi time trend, hasil bahwa terdapat hubungan antara konsentrasi SO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,002). Sedangkan tidak terdapat hubungan antara konsentrasi PM10 dengan kejadian ISPA (p = 0,093), konsentrasi NO2 dengan kejadian ISPA (p = 0,283), konsentrasi O3 dengan kejadian ISPA (p = 0,439), suhu dengan kejadian ISPA (p = 0,571), kelembaban dengan kejadian ISPA (p = 1,000), curah hujan dengan kejadian ISPA (p = 0,732) dan kecepatan angin dengan kejadian ISPA (p = 0,334). Analisis regresi linear berganda menghasilkan persamaan: Kejadian ISPA = -41413,496 + 399,0079 (PM10) + 891,919 (SO2). Analisis spasial menunjukkan Kecamatan Tanah Sareal memiliki kejadian ISPA tertinggi. Dapat disimpulkan, hanya SO2 yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian ISPA di Kota Bogor selama periode penelitian.

Air pollution and meteorological factors can affect air quality and increase the risk of respiratory diseases such as Acute Respiratory Infection (ARI). This study aimed to analyze the relationship between ambient air quality (PM10, SO2, NO2, and O3) and meteorological factors (temperature, humidity, rainfall, and wind speed) with the incidence of ARI in Bogor City from 2019 to 2022. A time-trend ecological study design was employed. Correlation test results indicated a significant relationship between SO2 concentration and ARI incidence (p = 0.002). However, no significant relationships were found between PM10 concentration and ARI incidence (p = 0.093), NO2 concentration and ARI incidence (p = 0.283), O3 concentration and ARI incidence (p = 0.439), temperature and ARI incidence (p = 0.571), humidity and ARI incidence (p = 1.000), rainfall and ARI incidence (p = 0.732), and wind speed and ARI incidence (p = 0.334). A multiple linear regression analysis between PM10 and SO2 with ARI incidence yielded the equation: ARI Incidence = -41413.496 + 399.0079 (PM10) + 891.919 (SO2). Spatial analysis results showed that during the study period, Tanah Sareal district had the highest ARI incidence in Bogor City. In conclusion, only SO2 concentration was significantly associated with ARI incidence in Bogor City from 2019 to 2022.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Hana Ashillah
"Latar Belakang: Pada tahun 2019, air sumur menjadi sumber air bersih utama bagi 76,18% rumah tangga di Indonesia, tetapi Provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah dengan nilai Indeks Kualitas Air terendah ke-3 di Indonesia. Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor topografi, sosio-demografi, dan kejadian banjir terhadap kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019. Metode: Desain studi ekologi dengan menggunakan data sekunder dan unit analisis kelurahan yang berjumlah 261. Analisis data menggunakan uji korelasi dan analisis spasial. Hasil: Kualitas air sumur selama kurun waktu 2017-2019 di wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagian besar tidak memenuhi syarat sebanyak lebih dari 83%. Wilayah yang kualitas air sumurnya rentan tercemar adalah Kota Jakarta Utara. Faktor yang berhubungan signifikan terhadap kualitas air sumur adalah ketinggian wilayah (p = <0,001), kepadatan penduduk (p = 0,015), dan tingkat pendidikan rendah (p = 0,028). Kesimpulan: Kualitas air sumur di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017-2019 sebagian besar tidak memenuhi syarat dengan faktor risiko berupa ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, dan tingkat pendidikan. Saran: Pemerintah daerah dan swasta dapat berkolaborasi untuk memperluas jaringan air perpipaan agar kualitas air lebih terjamin serta melakukan publikasi dan edukasi kepada masyarakat terkait kondisi air sumur, pencegahan, serta cara mengatasi pencemaran air sumur.

Background: In 2019, well water was the primary clean water source for 76.18% of Indonesian households, but DKI Jakarta had the third-lowest Water Quality Index in Indonesia. Objective: To analyzed the impact of topographic, socio-demographic factors, and flood events on well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019. Methods: Ecological study design used secondary data and analysis units consisting of 261 sub-districts. Data analysis used correlation tests and spatial analysis. Results: The quality of well water during the 2017-2019 period in the DKI Jakarta Province area mostly did not meet the standards by more than 83%. The area with vulnerable well water quality was North Jakarta City. Factors significantly related to well water quality were altitude (p = <0.001), population density (p = 0.015), and low education level (p = 0.028). Conclusion: Well water quality in DKI Jakarta from 2017 to 2019 was mostly substandard due to elevation, population density, and education levels. Recommendation: Local governments and private sectors should expand the piped water network and educate the public on well water quality, prevention, and solutions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orchidita Lystia
"Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang serius dinegara berkembang maupun Negara yang telah maju, tetapi jumlah angka morbiditas dan mortalitas di negera berkembang lebih banyak terutama di Indonesia. penemuan kasus ISPA menurut Data LB I SIMPUS (2017) yang dikutip dari Dinas Kesehatan Depok (2017) dengan angka kejadian sebesar 158.512 kasus, jumlah penderita ISPA merupakan data umum penderita yang merupakan gabungan dewasa dan balita. ISPA menempati urutan pertama diantara 10 penyakit besar di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui bagaimana hubungan kualitas udara ambien (NO2 dan SO2) dengan kejadian penyakit ISPA. Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif menggunakan desain studi ekologi berdasarkan tempat. Dalam penelitian ini nantinya akan dilakukan pengamatan pola kecenderungan terhadap kualitas udara ambien (NO2 danSO2) dengan kejadian penyakit ISPA tahun 2017. Hasil penelitian menunjukan kualitas udara NO2 tidak terdapat hubungan bermakna dengan kasus ISPA (p=0,641). Variabel hubungan antara kualitas udara NO2 dengan kasus ISPA menunjukan korelasi yang searah (positif) dengan kekuatan/ keereatan hubungan yang sangat lemah (r=0,132). Sedangkan untuk kualitas udara SO2 dengan kasus ISPA tidak dapat dihitung secara statistik. Hal tersebut dikarenakan hasil data SO2 tidak terdeteksi.

ARI is still a serious health problem in developing and developed countries, but the number of morbidity and mortality in developing countries is more, especially in Indonesia. The discovery of ARI cases according to SIMPUS LB I Data (2017) quoted from Depok Health Office (2017) with an incidence of 158,512 cases, the number of ARI sufferers is general data of patients who are a combination of adults and toddlers. ARI ranks first among 10 major diseases in Depok City. This study aims to find out how the relationship between ambient air quality (NO2 and SO2) and the incidence of ARI disease. This research is descriptive quantitative study using ecological study design based on place. This study will observe the trend pattern of ambient air quality (NO2 and SO2) with ARI disease in 2017. The results showed that NO2 air quality was not significantly associated with ARI cases (p = 0.641). The variable relationship between NO2 air quality and ARI cases shows a direct (positive) correlation with the strength / severity of a very weak relationship (r = 0.132). Whereas for air quality SO2 with ARI cases cannot be calculated statistically. This is because the SO2 data results are not detected.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satriani Sakti
"Kota Bekasi merupakan kota yang padat dan berbatasan dengan Ibukota DKI Jakarta. Pencemaran udara di Kota Bekasi mayoritas disebabkan oleh kegiatan transportasi. Konsentrasi zat pencemar udara yang cenderung mengalami peningkatan akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan terutama bagi kesehatan saluran pernapasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien (parameter NO2, SO2, dan TSP) dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2004-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan sampel penelitian 6 Kecamatan. Data kualitas udara diperoleh dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi. Data kasus ISPA diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi adalah TSP (p value = 0,029; r = - 0,226). Hasil uji regresi linear ganda menunjukkan bahwa variabel SO2, TSP, dan interaksi antara NO2 dengan SO2 mempengaruhi kejadian ISPA (p value = 0,004; r = 0,369). Persamaan garis regresi yang menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 651,09 + 5,054 (konsentrasi SO2) ? 0,512 (konsentrasi TSP) ? 0,042 (NO2 * SO2).
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus ISPA dan peningkatan konsentrasi zat pencemar di udara sebaiknya dilakukan kerjasama lintas sektor oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam hal uji emisi kendaraan bermotor, uji emisi cerobong asap industri, penambahan jumlah pepohonan di sepanjang jalan raya, penyelesaian masalah di titik-titik kemacetan, promosi bahan bakar gas, dan penyuluhan kesehatan.

Bekasi city is densely populated city and bordering the capital city DKI Jakarta. Air pollution in Bekasi city is caused by transportation activity. Increasing of air pollutant every year can cause negative effect to health especially respiratory health.
This study aims to determine the relationship between ambient air quality (parameter NO2, SO2, TSP) with ARI occurrence in Bekasi city in 2004-2011. The study design used is time trend ecological study with 6 subdistrict as sample. Air quality data is obtained from Environmental Management Agency of Bekasi city. ARI cases data is obtained from Departement of Health of Bekasi city.
Based on correlation and regression analysis, TSP has a significant correlation with ARI occurrence (p value = 0,029; r = - 0,226). The result of multiple linear regression test show that SO2, TSP, and interaction between NO2 with SO2 affect ARI occurrence (p value = 0,004; r = 0,369). The equation of multiple linear regression which describe the variables that affect ARI is ARI cases = 651,09 + 5,054 (SO2 concentration) ? 0,512 (TSP concentration) ? 0,042 (NO2 * SO2).
To prevent the increasing of ARI cases and increasing of pollutant concentration, the government of Bekasi city should make cross-sectors corporation to do vehicle emission test, industry emission test, adding the amount of trees along the road, problem solving in traffic jam area, fuel gas promotion, and health promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>