Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116381 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hariansyah
"Penelitian ini berawal dari pemikiran mengenai begitu maraknya konflik keagamaan yang dihadapi muallaf Cina bersamaan dengan pilihan mereka berkonversi agama ke Islam. Konflik keagamaan ini lebih intens terjadi pada konflik yang bersifat interpersonal. Konflik ini tidak bisa dibiarkan melainkan harus dipecahkan.
Melalui kajian tearitis tentang pembinaan muallaf berikut cam pemecahan konflik keagamaan, diperoleh variabel yang diperkirakan sangat berhubungan yaitu sangat bergantung pada proses dan konflik keagamaan yang dihadapi, pengetahuan agama dan religiusitas. Untuk itu diajukan enam hipotesis penelitian yang harus diuji kebenaxannya.
Hipotesis tersebut adatah :
1. Ada hubungan yang signilikan dan positif antara proses konversi agama dengan cara muallaf Cina memecahkan konflik keagamaan pascakonversi agama.
2. Ada hubungan yang signifikan dan posilif antara konllik keagamaan pascakonversi agama dengan cara muallaf Cina memecahkan konflik keagamaan pascakonversi agama.
3. Ada hubungan yang signlfikan dan positif antara pengetahuan agama dengan cara muallaf Cina memecahkan konllik keagarnaan paocakonversi agama.
4. Ada hubungan yang signifikan dan positif antara religiusitas dengan cara muallaf Cina memecahkan konffik keagamaan pascakonversi agama.
5. Ada hubungan yang signifikan dan posilif antara proses konversi agama, mu:ru:ulnya konflik keagamaan, pengatahuan agama dan religiusitas dengan cara rnuallaf Cina memecahkan konflik keagamaan pascakonversi agama.
6. Terdapat sumbangan bersama-sama yang signifikan dan posilif antara proses konversi agama, konflik keagamaan, pengetahuan agama dan religiusitas dengan cara muallaf Cina memecahkan konflik keagamaan pascakonversi agama.
Penelitian ini melibatkan para muallaf di Kota Pontianak. Sampel penelitian adalah mereka yang aktif mengikuti pembinaan keagamaan di PITI Pontianak. Jumlah sampel sebanyak 110 orang muallaf.
Untuk mengukur proses konversi agama, konflik keagamaan pengetahuan agama religiusitas dan cara pemecahan konffi.k keagamaan digunakan instrumen yang disusun sendiri olah peneliti, yang sebelum dlgunakan telah terlebih dahulu dluji coba pada 45 orang muallaf.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Pearson Correlation Product Moment dan anal isis regresi gtmda Model Ordirtify Hierarrichal diperoleh infonnasi bahwa proses konversi agama mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan cara muallaf memecahkan konllik (r ~ 0,350 dengan p < 0.05).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa durasi (cepat/lamanya) proses tetjadinya konversi agarna akan menentukan bagaimana kesesuaian cara dalam konteks hubungannya dengan orang lain, yang akan dilakukan muallaf Cina dala:m memecahkan konllik keagamaan. Dengan demikian hipotesis pertama diterima.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konflik keagamaan berhubungan secara signifikan dan positif dengan cara muallaf memecahkan konllik keagamaan (r ~ 0,384 dengan p < 0.05). lni menunjukkan intensitas dan bentuk konllik yang muncul sangat inenentukan cara yang akan dilakukan muallaf untuk memecahkan konflik keagamaan. Dengan demikian hipotesis kedua diterima.
Hasil penelitian mernbuktikan bahwa pengetahuan agama mempunyai hubungan yang positif dan signlfiken dengan cara muallaf memecahkan konflik (r = ,508 dengan p < 0.05). Hasil lni menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan muallaf sangat menentukan cara yang dipilih muallaf dalam memecahkan konflik keagamaan yang dialami. Dengan demikian hipotesis ketiga diterima.
Selanjutnya basil penelitian juga menunjukkan bahwa religiusitas mempunyal hubungan yang signilikan dengan cara memecahkan konflik (r = . .,337 dengan p < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa sikap religius memiliki andil yang cukup dalam memberikan pertimbangan putusan mengenai konflik yang sedang dihadapi mesldpun kurang begitu menentukan dibandlngken dengan pengetahuan agama. Hal ini dikarenakan religiusitas mualiaf masih baru berkembang. Dengan demikian, hlpotesis keempat diterima.
Selanjutnya, hasil penelitian membuktikan bahwa proses konversi agama. konflik keagamaan paseakonversi pengetahuan agama dan religiusitas mempunyai hubungan yang signifikan dan positif dengan cara pemecahan konflik (R = ,387 dengan p < 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa proses konversi~ konflik keagamaan, pengetahuan agama dan religiusitas akan sangat menentukan cara pernecahan konllik keagamaan yang sedang dihadapi. Dengan deroikian bipotesis kelima diterima.
Terakhir sumbangan variabel proses konversi, konflik keagamaan, pengetahuan keiigamaan dan religiusitas terhadap ca:ra pemecahan konfllk keagamaan sebesar 0,685. Dengan deroildan hipotesis keenarn diterima.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, kesimpulan dan diskusi dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Departemen Agama membentuk lembaga independen untuk mengurusi pembinaan dan pendidikan keagamaan secara khusus untuk muallaf.
2. Kantor Urusan Agama di level kecamatan agar menjalankan fungsi pembinaan agarna ketika proses memberikan pembinaan agama minimal memberikan nasehat perkawinan jika pasangan muallaf akan melangsungkan pernikahan.
3. Pengurus masjid dan majlis taklim dapat membuka perpustakaan masjid dan perpustakaan majlis taklim sehingga dapat diakses oleh para muallaf yang karena keterbatasannya hanya dapat mempelajarl agama melalui buku.
4. Kerja sama guru matapelajaran agarna dan umum agar nilai agama dapat dllntegrasikan dengan memasukkan materi pendidikan religiositas dalam kurikulum sekolah pada semua level pendidikan. Ditambah pula dengan kemampuan menyajikan dan mengintegrasikan materi agama ke dalam matape1ajaran PPKn, IPS, sosiologi. antropologi, psikologi lingkunngan dan komunikasi lintas agama dan budaya serta fenomenologi agama.
5. Umat Islam mengembangkan sikap al-lumifiyah al-samhah yang ditandai dengan keberanian menunjukkan sikap toleran atas dasar persamaan dalam keragaman.
6. Mendirikan lembaga konseling khusus bagi muallaf"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulio Utama Rizani
"Masyarakat Amerika pada tahun 1920-an adalah masyarakat yang sedang berkembang. Sehingga banyak ditemukan kontradiksi. Di satu sisi ditemukan persamaan yang mempersatukan mereka. Sementara itu di sisi lain muncul pula perbedaan - perbedaan dalam masyarakat tadi. Salah satu contoh persamaan tadi adalah munculnya pandangan bahwa sains dan teknologi merupakan penggerak terbesar bagi perubahan sosial. ilmuwan sendiri mendapatkan tempat yang terhormat di masyarakat. Universitas dan sekolah-sekolah menjadi tempat baru untuk mencari pencerahan hidup. Namun sayangnya pada saat itu pula ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa dengan semakin meluasnya pendidikan dan semakin tingginya kebebasan berpikir akan membuat manusia melupakan Tuhan. Ide-ide baru yang kritis membahas segala aspek kehidupan dianggap akan membuat generasi muda keluar dan jalur tuntunan kitab suci. Dan pada akhirnya akan membuat manusia melupakan agama dan Tuhan. Dari sinilah persoalan muncul, saat ada sekelompok masyarakat yang biasa disebut dengan kaum fundamentalis bereaksi terhadap perubahan. Kelompok ini banyak melakukan usaha perbaikan moral dan spiritual untuk mengembalikan agama sebagai dasar dari kehidupan manusia, bukan ilmu pengetahuan ataupun hal lain yang bersifat materialistik. Mereka berpendapat ada sebagian masyarakat Amerika yang sudah menyimpang dari esensi dan keyakinan tentang ajaran kitab sucinya. Kelompok ini dalam melakukan gerakan moralnya banyak mendengungkan isu-isu yang berkaitan dengan perbaikan ahlak dan pengembalian keyakinan masyarakat pada kitab suci. Salah satu contohnya adalah gerakan yang biasa di sebut dengan gerakan anti teori evolusi_ Inti dari gerakan ini adalah berupa pelarangan bagi pengajaran teori evolusi Charles Darwin di sekolah- sekolah negeri. Gerakan ini dimulai pada tahun 1921 dan mendapat tanggapan yang positif secara nasional, terutama dari penduduk di daerah mid/le-western. Gerakan ini mencapai puncaknya saat terjadi kasus pengadilan Scopes pada tahun 1925."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), 2005
R 303.6 DIR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Komisi HAM, 2005
001.072 IND d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siswa Harsaya
"Buku ini berisi mengenai berbagai tatacara yang harus diperhatikan, ialah: (1) penjelasan atau keterangan perihal sunah; (2) penjelasan atau keterangan tetakan; (3) ringkasan berdirinya kerajaan Islam di Demak; (4) para wali memasukkan tatacara buda untuk memberi rasa pada keislaman; (5) asal-usul diadakannya keramaian sekaten; (6) perayaan sekaten di jaman sekarang; (7) awal adanya pagelaran wayang kulit purwa; (8) wayangpurwa dan agama Buda; (9) wayang purwa dan kegunaannya; (10) kebisaaan atau kegunaan mendalang; (11) wayang purwa dan agama Islam; (12) lakon wayang Dewa Ruci amanatnya berdasarkan rasa keislaman."
Yogyakarta: Mataram, 1867
BKL.0094-WY
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Siswa Harsaya
"Buku ini berisi uraian tentang: 1. Uraian tentang sunat; 2. Uraian bab tetakan; 3. Uraian ringkas tentang berdirinya kerajaan Islam Demak; 4. Tatacara agama buda yang diambil para wali dalam penyebaran Islam; 5. Asal mula ada upacara sekaten; 6. Perayaan sekaten pada jaman sekarang; 7. Asal mula adanya wayang purwa (tontonan); 8. Wayang purwa dan agama buda; 9. Tata cara mendalang; 10. Wayang purwa hubungannya dengan Islam; 11. Makna lakon Dewa Ruci dari sudut pandang keislaman."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], 1936
BKL.0547-JR 13
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohammad Sjarief
"ABSTRAK
lsyu yang menyertai pembicaraan mengenai agama pada abad keduapuluh ini adalah
adanya kebangkitan agama-agama besar seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, di
berbagai penjuru dunia. Hal ini tengah hangat dibicarakan oleh para pakar ilmu
sosial yang diantaranya ditulis oleh futurolog John Naissbitt dan Patricia Aburdene
(1987) dalam bukunya yang terkenal Megatrends 2000. Dikatakannya bahwa di
penghujung abad kedua puluh dan di awal milenium ketiga agama-agama besar
dunia masih berdiri dengan tegak sejak ribuan tahun lalu, dan bahkan para
penganutnya mendirikan bermacam-macam institusi keagamaan yang memiliki
struktur yang mapan. (Naisbitt & Aburdene, l990). Sosiolog Richard Schaffer
(1994) juga menyatakan bahwa agama-agama besar pada era modem telah
terbentuk dalam beberapa kelompok keagamaan baru (seperti , sekte atau aliran)
yang mempunyai organisasi, dan merupakan denominasi (turunan) dari agama
induknya sebagai cara mereka untuk lebih menjamin kesinambungan ajaran maupun
untuk perekrutan penganut baru.
Suatu fenomena yang menyertai pencarian spiritual manusia dan kebangkitan
agama-agama dunia ini, diantaranya adalah dengan adanya fenomena konversi
agama atau biasa juga dikenal dengan perpindahan agama. Dari adanya tren tentang
kebangkitan agama itu, telah menarik perhatian para pakar studi agama untuk
menelaah proses-proses yang terjadi dalam konversi agama (Rambo, 1993). Selain
tentang prosesnya, yang menarik dari konversi agama ini adalah bahwa menurut
Paloutzian (1996), kebanyakan usia individu yang melakukan konversi agama
adalah pada usia remaja hingga dewasa muda. Rambo (1993) juga menyatakan
bahwa di Amerika Serikat dan Eropa Barat, kelompok-kelompok keagamaan telah
menarik sekitar ribuan pengikut baru dari golongan usia muda, baik lelaki maupun
wanita.
Hasil penelitian Rambo tentang proses konversi agama ini telah dihimpun dalam
buku yang berjudul Understanding Religious Conversion. Dalam buku tersebut
Rambo (1993) mancoba memberikan pemahaman tidak hanya faktor psikologis
yang menyertai proses konversi agama pada individu, tetapi juga mencoba untuk
mengaitkan serta mengeksplorasi konteks dimana perubahan itu terjadi. Hubungan sosial, dan lingkungan tempat dimana potential convert (individu yang melakukan
konversi) berada, adalah hal-hal yang mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh
proses konversi agama yang terjadi. Oleh karena itu menurut Rambo, konversi
dilihat sebagai proses yang kompleks, bertahap dan membutuhkan waktu.
Dari perspektif yang holistik ini, Rambo telah menghasilkan suatu model proses
konversi yang dinamakannya systemic stage model (model tahapan sistemik), dan
terbagi dalam tujuh tahap, yaitu : context, crisis, quest, interaction, encounter,
commitment, dan consequences.
Dari kerangka teori systemic stage model tentang proses konversi agama yang
diungkapkan oleh Rambo (1993), penulis ingin melihat apakah tahapan proses
konversi ini juga berlaku pula pada konversi agama dalam agama Islam dan Kristen,
pada individu usia dewasa yang penulis temui.
Sehubungan dengan hal itu, maka pendekatan penelitian konversi agama dalam
agama Kristen dan Islam, pada individu usia dewasa muda, cocok dengan
menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis, yaitu pendekatan penelitian
yang lebih berusaha untuk mengungkapkan makna, definisi maupun deskripsi dari
berbagai kejadian bagi individu yang mengalaminya.
Dari pendekatan kualitatif ini, tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah tipe penelitian studi kasus yang berusaha untuk mengungkap berbagai
keunikan dari suatu kasus secara menyeluruh dan mendetail, dan bukan bertujuan
untuk membuat peramalan atau pun pembuktian. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah dengan melakukan wawancara
mendalam terhadap subyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sehingga
penelitian ini menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif dari data
transkrip wawancara. (Poerwandari, 1998).
Dari penelitian tentang proses konversi agama terhadap empat subyek ini, secara
umum penulis mengambil kesimpulan bahwa memang kerangka teori konversi
agama yang dikemukakan oleh Rambo (1993), berlaku pula pada konversi agama
keempat individu tersebut. Walaupun begitu, tidak semua tahap atau proses konversi
agama yang dikemukakan Rambo (1993) dalam teorinya, terjadi pada subyek yang
diteliti. Dan juga lebih jauh lagi, bahwa tahapan konversi yang ada pada teori
Rambo tidak persis sama tata urutan maupun detailnya dengan tahap konversi yang
dilalui oleh subyek penelitian tersebut.
Penelitian lanjutan maupun penyempurnaan-penyempurnaan pada penelitian
sejenis, dibutuhkan untuk dapat memberikan gambaran yang lebih dalam mengenai
fenomena konversi agama ini. Metodologi penelitian maupun kerangka teori yang
dipakai dalam meneliti femonena konversi agama ini, adalah hal-hal yang menurut
peneliti paiing signifikan untuk dapat menguak fenomena ini dengan lebih
sempurna dan obyektif.

"
2000
S2984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Suyuthi
Jakarta: Tatanusa, 2002
347.01 WIL p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lisadiyah Marifataini
"Keluhan tentang kekurangan guru pendidikan agama (GPAI) di sekolah selalu terdengar di setiap kesempatan. Secara kuantitas kebutuhan guru agama yang dirilis dibanyak media hanya berdasarkan rasio belum dilakukan penghitungan berdasarkan rumus yang seharusnya. Penelitian ini mencoba menghitung kebutuhan guru pendidikan agama Islam di sepuluh provinsi berdasarkan PP 74 tahun 2008 tentang kebutuhan guru, mengetahui pola penyediaan GPAI dan mengetahui pola pembinaan GPAI serta mengetahui beberapa opsi kebijakan yang dilakukan pimpinan lembaga. Pendekatan Penelitian ini adalah mixmethode yaitu kualitatif yang didukung oleh data-data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan 1).secara keseluruhan di 10 provinsi sampel penelitian kekurangan GPAI pada semua jenjang (SD, SMP, SMA dan SMK) sebesar 17396 orang. 2) Posisi GPAI yang ada saat ini, secara riil pengangkatan dilakukan oleh Kementerian Agama dan Pemerintah Daerah, Pembinaan oleh Kementerian Agama, Tunjangan Profesi Guru (TPG) oleh Kementerian Agama, Pendidikan Profesi Guru oleh Pemerintah Daerah masih memiliki beberapa kekurangan. 3) Moratorium pengangkatan guru harus segera dicabut, mengingat kondisi darurat guru agama tersebut. 4) Persoalan pembinaan dan peningkatan kapasitas serta profesionalitas GPAI hendaklah dilakukan melalui penguatan KKG dan MGMP PAI menjadi pusat sumber belajar guru (PSBG). 5) Penelitian ini juga menyajikan 4 (empat) opsi kebijakan yang dapat diambil pimpinan Kementerian Agama dengan segala kelebihan dan kekurangannya."
Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2018
297 JPAM 31:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>