Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gazi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubuugan identitas nasional,
identitas etnis dan orientasi keagamaan (intrinsik-ekstrinsik dan kultural-struktural) dengan kontak sosial (antara etnis Sasak dan etnis Bali) di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat. Sarnpel penelitian sebanyak 203 subjek yang diambil secara langsung di Kota Mataram NTB. Penelitian
menunjukkan bahwa identitas nasional, identitas etnis, orientasi keagamaan
intrinsik-ekstrinsik cenderung tidak berhubungan dengan kualitas kontak
sosial, sedangkan orientasi keagamaan orientasi keagamaan kultural-
struktural dan kuantitas kontak sosial cenderung berhubungan dengan
lcualtias kontak sosial. Analisa regresi berganda dengan metode stepwise
maupun metode enter terhadap identitas nasional; identitas etnis, orientasi keagamaan intrinsik-ekstrinsik, orientasi keagamaan kultural-struktural, kuantitas kontak dan kualitas kontak sosial menunjukkan bahwa orientasi keagamaan kullural-struktural dan kuantitas kontak berpengaruh signifikan terhadap kualitas kontak. Penelitian menguatkan hasil penelitian Mir Rabiul Islam dan Miles Hewston (2001) bahwa keanggotaan religius berpengaruh terhadap kontak sosial dan bahwa kelompok etnis Sasak yang muslim cenderung terlibat kontak yang rendah dengan kelompok Emis Bali yang Hindu. Penelitian ini merekomendasikan agar dialog lintas agama
melalui forum khusus ditingkatkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular yang bersifat kronis dan memiliki dampak sosial yang cukup besar. Program penanggulangan penyakit TB Paru di Kota Banjarmasin dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse ) mulai dilaksanakan pada tahun 1996/1997. Penemuan penderita TB Paru BTA (+) sejak tahun 1997 - 2001 sebanyak 55, 264, 242, 311 dan 252 penderita.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada hubungan antara kontak serumah dan faktor lain terhadap kejadian TB Paru BTA (+). Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dan dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2003 di Kota Banjarmasin. Populasi pada penelitian ini adalah individu berumur 15 yang tinggal di Kota Banjarmasin, dengan jumlah total sampel sebanyak 300 sampel. Pengolahan data dengan program komputer dan analisis data menggunakan menggunkan uji statistik univariat, bivariat dan penentuan model melalui uji multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian TB Paru yaitu : kontak serumah ( OR = 3,4 & pv = 0,01 ), status gizi ( OR = 3,7 & pv = 0,01 ), pencahayaan kamar tidur ( OR = 8,8 & p v = 0,00 ), ventilasi (OR = 12,0 & 0,00 ), kelembaban rumah ( OR = 17,5 & pv = 0,00 ) dan kelembaban tempat tidur (OR = 49,3 & pv = 0,00 ) . Dari hasil analisa multivariat ternyata didapat hanya tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+), yaitu : kontak dengan sumber penular serumah, status gizi dan ventilasi, sehingga di dapat model dari ke tiga variabel tersebut dengan interaksi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara variabel kontak serumah, status gizi serta ventilasi dengan kejadian TB Paru BTA (+). Pada penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk lebih mengintegrasikan program pemberantasan TB melalui kerjasama lintas sektor. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk diadakannya penelitian lebih lanjut dengan disain lain yang lebih menunjukkan hubungan kausalitas antara faktor tersebut.
Daftar bacaan : 50 ( 1979 - 2002 )

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease, which tends to become chronic and causing big social impact. Pulmonary tuberculosis control program using DOTS ( Directly Observed Treatment Short Course ) in Banjarmasin has commenced in 199611997. The number of pulmonary tuberculosis case from 1997 to 2001 was respectively 55, 264, 242, 311 and 252.
The objective of this research was to confirm correlation between house-hold contact and other factors with positive acid - fast bacilli ( + AFB ) pulmonary tuberculosis incidence,
The research was done in Banjarmasin using cross sectional design. Population is individual age of ≥ 15 years. Sample in this research are 300 sample, during January to March 2003. Data were processed with computer program and by statistical analysis univariate, bivariate and for quantitative modeling of multivariat using logistic regression.
The result showed that variables that significant correlated to pulmonary tuberculosis (+ AFF) house-hold contacts ( OR = 3.4 & pv = 0.01 ), nutrition status ( OR = 3.7 & pv = 0.01 ), bedroom lighting ( OR = 8.8 & pv = 0.00 ), ventilation (OR = I2.0 & pv = 0.00 ), relative humidity of house ( OR = 17.5 & pv = 0.00 ) and relative humidity of bedroom (OR = 49.3 & pv = 0.00 ). The result of the multivariate analysis reveals that only three of them were the significantly correlated to pulmonary tuberculosis (+AFP) that are : house-hold contacts, nutrition status and ventilation. So that the model of those variables can be determined with interaction.
In conclusions there are three variables that have correlation to pulmonary tuberculosis (+AFP), namely : house-hold contacts, nutrition status and ventilation. The study suggests the City Health Service should improve the control program of pulmonary tuberculosis by developing/ collaboration ship with other sector to reduce the medicine of tuberculosis. In addition, similar studies with other designs should be encouraged to determine the causality correlation between TB and its determinants.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parsudi
"RINGKASAN PENELITIAN
Penelitian ini berawal dari pandangan untuk memberikan sumbangan pemikiran untuk mendukung program transmigrasi dalam pembangunan Nasional, terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada para pembina transmigran dengan memberikan pembekalan pengetahuan psikologis, sosial dan budaya. Penelitian dalam bidang psikologi terhadap program transmigrasi ini menjadi penting karena di dalam program transmigrasi menyangkut pertemuan antar kelompok masyarakat, bangsa atau suku bangsa (kelompok etnik) baik antar transmigran itu sendiri maupun antar pembina transmigran dengan transmigran yang dibinanya, di mana dari interaksi itu "sering terjadi konflik ". Hal ini didukung dari kunjungan lapangan dan wawancara langsung dengan enam orang pejabat eselon II Departemen Transmigrasi dan PPH, mereka juga menyimpulkan bahwa masalah sosial memang dominan di lokasi transmigrasi, di mana adanya indikasi penolakan, perlakuan membedakan atau diskriminasi baik dari pembina transmigran maupun antar transmigrannya sendiri , dari adanya perilaku diskriminasi ringan sampai kepada diskriminasi berat yang sudah mengarah ke agresivitas. Menyadari akan hal ini, maka perlu dilakukan penelitian utntuk melihat sejauh mana kontak sosial, derajat kesarnaan, dan jarak sosial pada para pembina transmigran, untuk mengidentifikasi adanya prasangka yang bisa berakibat pada penolakan ataupun tindak diskriminasi terhadap transmigran yang dibinanya.
Hasil studi kepustakaan menyimpulkan bahwa diskriminasi bisa timbul karena adanya prasangka yang selanjutnya bisa membawa ke konsekuensi perilaku menghindar, memisahkan diri dari kelompok yang tidak disenangi, enggan untuk menolong sampai tindakan agresif yaitu merusak dan mengganggu kelompok lain. Timbulnya suatu prasangka dapat dilihat dari pendekatan sosial, pendekatan dinamika kepribadian, dan pendekatan kognitif. Dalam pendekatan sosial, maka faktor-faktor ketidaksamaan sosial, kompetisi .antar kelompok, stereotip dari institusi dan norma-norma merupakan faktor yang mengakibatkan adanya prasangka. Dalam pendekatan dinamika kepribadian maka prasangka bersumber dari adanya agresivitas, keadaan frustasi, dan kepribadian individu. Dalam pendekatan kognitif maka kategori sosial, atribusi dan kekeliruan dalam mempersepsi merupakan penyebab adanya prasangka. Dawes berpendapat instrumen yang biasa digunakan untuk mengukur prasangka ialah "skala jarak sosial" dari Bogardus, hal ini didukung pula oleh Deaux dan Wrightsman. Agar dapat memahami sejauh mana ada jarak sosial yang bisa memprediksikan terjadinya prasangka pada para pembina transmigran terhadap transmigran yang dibinanya, maka dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukuran jarak sosial. Instrumen Skala Derajat Kesamaan dan Kontak Sosial di modifikasi dari instrumen penelitian Suwarsih Waniaen (1979) Stereotip Etnik di Dalam Suatu Bangsa Multietnik.
Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis adalah bahwa para pembina transmigran mempunyai jarak sosial yang dekat terhadap suku bangsa Jawa, Sunda, dan Bali dan mempunyai jarak sosial yang jauh terhadap suku bangsa Maluku, Madura, dan Irian. Kesimpulan ini mempunyai konsistensi dengan kesimpulan yang didapat dari pengukuran derajat kesamaan. Bila dilihat dari kontak sosial pada 12 suku bangsa yang dinilai maka suku bangsa Jawa, Sunda, Batak, Minang, Lampung dan orang Jakarta mempunyai skor derajat kesamaan yang berbeda secara signifikan pada mereka yang memiliki kontak sosial tinggi dan kontak sosial rendah, selanjutnya variabel-variabel pemahaman bahasa, ada keluarga yang menikah dengan suku bangsa, hadir adat perkawinan orang dari suku bangsa lainnya, hadir adat kesenian orang dari suku bangsa lainnya, merupakan penyumbang yang menyebabkan terjadinya pengelompokan kontak sosial tinggi dan kontak sosial rendah. Melihat hasil temuan di atas bisa dsimpulkan bahwa pembina transmigran cenderung mempunyai prasangka terhadap transmigran yang dibinanya.
Berpedoman pada temuan, dimana adanya prasangka dari para pembina transmigran dikhawatirkan bisa mengarah kepada tindak diskriminasi yang dapat menimbulkan segala konsekuensi negatifnya, maka disarankan kepada Departemen Transmigrasidan PPH untuk menciptakan pra-kondisi melalui pembekalan masalah psikologi, sosial budaya pada pelatihan atau pendidikan kepada para pembina transmigran, memperbanyak frekuensi pertemuan dalam status kebersamaan, baik antara pembina transmigran terhadap transmigran yang dibinanya, maupun antara para kelompok transmigran itu sendiri terutama pada kelompok yang berbeda suku bangsa-nya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Poedji Hastoety Djaiman
"Angka kematian bayi di Indonesia walaupun mengalami penurunan dari tahun ke tahun namun masih menunjukkan angka ke empat terbesar di antara negara Asia Tenggara lainnya, sehingga upaya penurunan angka kematian bayi masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan.
Angka kematian bayi terbagi menjadi dua garis besar, kematian postneonatus dan kematian neonatus, yang mempunyai faktor penyebab berbeda. kematian neonatus lebih disebabkan faktor endogen seperti pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan. Departeman Kesehatan membagi kematian neonatus ke dalam dua garis besar yaitu kematian neonatus dini dan kematian neonatus lanjut.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontak ibu pada saat kehamilan dan pada saat persalinan terhadap kematian neonatus dini atau neonatus lanjut.
Studi dengan analisis data sekunder ini, mendasarkan pada survei dengan jumlah sampel 3808 pada wanita berusia 15 hingga 49 tahun, pernah hamil, pernah melahirkan lima tahun sebelum wawancara dilakukan, mempunyai anak meninggal di bawah 28 hari atau mempunyai anak hidup di atas 28 hari dan di bawah I tahun dari saat wawancara dilakukan. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi multinomial dengan memperhitungkan desain sampel melalui, strata, Master, maupun pembobotannya.
Analisis bivariat menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kematian bayi neonatus dini adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada masa kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pekerjaan ibu, dan akses ibu terhadap informasi. Sedangkan faktor yang berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus lanjut adalah faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan, kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, jarak kelahiran, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan akses ibu terhadap informasi.
Pada analisis multivariat, faktor kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat kehamilan memberikan hubungan yang bermakna baik terhadap kematian neonatus dini maupun neonatus lanjut. Kontak ibu dengan petugas kesehatan pada saat persalinan, mempunyai hubungan bermakna dengan kematian neonatus lanjut, namun tidak bermakna dengan kematian neonatus dini.
Jarak kehamilan berhubungan secara bermakna terhadap kematian neonatus dini dan neonatus lanjut. Faktor ibu bekerja dan akses ibu terhadap informasi berhubungan secara bermakna pada kematian neonatus dini, namun tidak bermakna terhadap kematian neonatus lanjut.
Besarnya risiko kematian neonatus dini bila ibu tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi adalah sebesar 1.4 kali dibandingkan dengan yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi.
Besarnya protektif pada ibu yang memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di atas 2 tahun, ibu tidak bekerja dan ada akses informasi adalah sebesar 0.23 kali di bandingkan dengan ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali, persalinan tidak ditolong tenaga kesehatan, jarak kehamilan di bawah 2 tahun, ibu bekerja dan tidak ada akses informasi
Besarnya risiko kematian bayi neonatus dini dan kematian neonatus lanjut pada analisis mempertimbangkan desain sampel dan tidak memperhatikan desain sampel berbeda untuk faktor yang berhubungan secara bermakna dan besamya hubungan.

The Infant Mortality Rate is divided into two parts that are Postneonatus Death and Neonatus Death which have different factors. Neonatus Death is caused by the endogen factors such as the pregnant examination and the birth help. The Health Department divides the Neonatus Death into two main parts that are the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death.
This analysis is done to examine the Connection between mothers on their pragnancy and birth and the Early neonatus Death or the Late Neonatus Death.
The study of this secondary data analysis, based on the survey that amounts to 3808 women as the samples from 15 to 49 years old, that have ever pregnant, have ever given birth in five years before the interview is done, have a dead child below 28 days of age or have a living child over 28 days of age and below one year when the interview is done. This analysis is done by using the Multinomial Regretion that counts up the samples design through the Strata, the Cluster, or the weighted.
The Bivariate Analysis shows the connection factors on the Early Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers activities, and mothers access to information. Whereas the connection factors on the Late Neonatus Death are the factors between mothers and the health staff on the pregnancy, the factors between mothers and the health staff on the birth, the length of the birth, mothers education, mothers activities, and mothers access to information.
On the Multivariate Analysis, the factors between mothers and the health staff on the pregnancy give an important connection to the Early Neonatus Death or the Late Neonatus Death. The factors between mothers and the health staff on the birth has an important connection to the Late Neonatus Death, instead of to the Early Neonatus Death.
The length of birth relates to the Early Neonatus Death and to the Late Neonatus Death very well. Mothers activities and mothers access to information factors relate to the Early Neonatus Death very well instead of to the Late Neonatus Death.
The amount of the Early Neonatus Death risk if the mothers do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access is 1.4 times bigger than those that who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth below two years, mothers that do not work but have information access.
The amount of protection to mothers who check their pregnancies at least four times, the birth with health staff help, the length of the birth over two years, mothers that do not work but have information access is 0.23 times bigger than that who do not check their pregnancies at least four times, the birth without health staff help, the length of the birth below two years, working mothers and no information access.
The total of the Early Neonatus Death and the Late Neonatus Death in this analysis considers the sample design but do not notice the different sample design to the main connection factors and the amount of the connection.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T12632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herliani Sudardja
"Latar Belakang. Indonesia adalah negara agraris dengan 45 % penduduknya bekerja sebagai petani. Untuk meningkatkan hasil pertanian, melindungi tanamannya dari serangan hama, serta memelihara mutu tanahnya, petani banyak menggunakan pestisida. Salah satu penyakit akibat pajanan pestisida adalah dermatitis kontak yang angka prevalensinya pada petani di Indonesia belum diketahui. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak pada petani, khususnya petani sayur, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Metode. Penelitian ini menggunakan disain krosseksional dengan jumlah subyek penelitian 436 orang petani sayur dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung. Pengumpulan data dilaksanakan sejak September sampai Nopember 2002. Hasilnya diolah menggunakan program statistik SPSS 10.
Hasil. Ditemukan 40 orang (9.2 %) penderita dermatitis kontak klinis dan 72 orang (16.5 %) penderita dermatitis kontak subyektif. Risiko terjadinya dermatitis kontak (klinis dan subyektif) dipengaruhi oleh faktor kerja langsung dengan pestisida (OR = 8.636), riwayat atopi (OR = 2.519), dan bentuk formula pestisida yang digunakan (OR = L589). Risiko terjadinya dermatitis kontak klinis dipengaruhi oleh faktor riwayat atopi (OR = 2,998) dan bentuk formula pestisida yang digunakan (OR = 1065). Terhadap risiko terjadinya dermatitis kontak subyektif tidak ditemukan faktor yang dominan berpengaruh.
Kesimpulan. Ditemukan prevalensi dermatitis kontak pada petani sayur sebesar 25.7 %. Hubungan antara pajanan pestisida organofosfat dengan dermatitis kontak pada petani sayur di Kecamatan Lembang dipengaruhi oleh faktor kerja langsung dengan pestisida, jumlah tugas saat bekerja dengan pestisida, bentuk formula pestisida yang digunakan, serta riwayat atopi.

The Correlation between Organophosphate Pesticide Exposure and Contact Dermatitis among Vegetable Farmers in the District of LembangBackground. Indonesia is an agricultural country, in which about 45 % of its populations are farmers. To improve the harvest, to prevent pests attack, and to maintain the fertility of their land , they use very large amount of pesticides. No prevalence data on contact dermatitis caused by exposure to pesticide among Indonesian farmers is currently available. So, a research to find the prevalence of contact dermatitis among farmers, especially vegetable farmers, and other influential factors was proposed.
Method. Cross sectional design was used. The subjects consisted of 436 vegetable farmers from Lembang Subdistrict of Bandung District. Data collecting was performed from September to November 2002, and processed by utilizing SPSS 10 program.
Result. 40 persons (9.2 %) suffered from clinical contact dermatitis and 72 persons (16.5 %) from subjective contact dermatitis. The risks of contact dermatitis (clinical and subjective) was influenced by direct work with pesticides (OR = 8.636), atopic history (OR = 2.519), and the pesticide formulations (OR = 1.589). While clinical contact dermatitis was influenced by atopic history (OR = 2.998) and pesticide formulations (OR = 2.065). No dominant factor that influenced the risk of subjective contact dermatitis was found.
Conclusion. The prevalence of contact dermatitis among vegetable farmers was 25.7 %. The correlation between organophosphate exposure and contact dermatitis among vegetable farmers in the District of Lembang were influenced by the direct work with pesticides, the number of tasks while working with pesticides, the pesticide formulations, and the atopic history."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 8371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Kusriastuti
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untut mengetahui hubungan bagian kerja terhadap kejadian dermatitis kontak serta faktor~faktor yang mempengaruhinya. Sumber data untuk penelitian ini adalah data primer yang diambil dengan wawancara dan pemeriksaan fisik pada pekerja- pekerja industri tahu di Kelurahan Utan Kayu Utara, tahun 1992. Setelah dilakukan pembersihan data didapat responden
152 orang. Dan sebanyak 32 orang bekerja di bagian penyaringan (21%). Dari hasil analisa data diperoleh bahwa pekerja di bagian penyaringan mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena dermatitis kontak dibanding pekerja yang hekerja di bagian lainnya dengan tingkat signifikansi p= 0.000. Risiko tersebut meningkat 7 kali setelah di"adjust" oleh faktor jam kerja dan jenis kelamin. Terdapat juga perbedaan menurut umur, masa kerja, pindah bagian, pemakaian alat pelindung, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna. Dalam rangka upaya menurunkan risiko terjadinya dermatitis kontak pada pekerja di industri tahu maka dianjurkan untuk :
- memakai alat pelindung yang baik dan berlr.
- mekanisasi peralatan dengan teknologi tepat guna.
- penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan kerja bagi para pekerja.
- penataran bagi petugas kesehatan yang akan membina wilayah mengenai program kesehatan kerja."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misero, Susan Helen
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Qamara Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) di Kota Mataram Provinsi NTB tahun 2021. Implementasi kebijakan dianalisis dengan melihat aspek struktur birokrasi, sumber daya, komunikasi, kondisi ekonomi, sosial, dan politik, dan partisipasi masyarakat. Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam dan telaah data. Triangulasi data dilakukan dengan triangulasi sumber dan metode. Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Dinas Kesehatan Kota Mataram, Puskesmas Dasan Agung, dan Puskesmas Karang Pule di Kota Mataram. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi kebijakan PIS-PK masih perlu dioptimalkan kembali. Struktur birokrasi berdasarkan SOP dan fragmentasi masih perlu diperbaiki agar lebih teratur dan menyentuh segala lini. Disposisi atau penerimaan dan motivasi pelaksana sebenarnya di awal sudah baik, tetapi karena banyak kendala yang terjadi menyebabkan semangat pelaksana menurun. Sumber daya dari aspek staf, biaya, dan fasilitas masih belum sepenuhnya menunjang pelaksanaan PIS-PK khususnya permasalahan aplikasi yang menyebabkan data PIS-PK di salah satu puskesmas yang tidak dapat diinput ke dalam aplikasi. Komunikasi belum berjalan efektif, kejelasan informasi yang diberikan oleh dinas kesehatan kepada puskesmas masih perlu diperbaiki. Untuk dukungan lintas sektor dan organisasi profesi masih perlu ditingkatkan kembali. Partisipasi masyarakat sudah terlibat dalam PIS-PK, tetapi belum mengetahui secara jelas terkait PIS-PK.

This study aims to analyze the implementation of the Healthy Indonesia Program with a Family Approach (PIS-PK) policy in Mataram City, NTB Province in 2021. Policy implementation is analyzed by looking at aspects of bureaucratic structure, resources, communication, economic, social, and political conditions, and public participation. This research design is qualitative research with in-depth interviews and data analysis. Triangulation of data is done by triangulation of sources and metode. This research was conducted at the NTB Provincial Health Office, Mataram City Health Office, Puskesmas Dasan Agung, and Puskesmas Karang Pule in Mataram City. The results of this study indicate that the implementation of the PIS-PK policy still needs to be re-optimized. The bureaucratic structure based on SOPs and fragmentation still needs to be improved so that it is more organized and touches all lines. The disposition or acceptance and motivation of the implementers were actually good at the beginning, but because of many obstacles that occurred, the enthusiasm of the implementers decreased. Resources from the aspect of staff, costs, and facilities still do not fully support the implementation of PIS-PK, especially application problems that cause PIS-PK data in one of the puskesmas that cannot be input into the application. Communication has not been effective, the clarity of information provided by the health office to the puskesmas still needs to be improved. Cross-sectoral support and professional organizations still need to be improved again. Community participation has been involved in PIS-PK, but is not yet clear about PIS-PK.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resi Yuki Bramani
"ABSTRAK
Dalam kehidupan sosial, mayoritas individu manusia dalam suatu titik tertentu akan menjadi seorang kakek atau nenek. Lebih dari tiga-perempat orang dewasa-tua (olcleradulls) di Indonesia dan di Amerika Serikat adalah kakek atau nenek (Achir, 2001; Roberto & Stroes, 1992). perubahan perpanjangan rata-rata usia manusia (longevity) dalam beberapa dekade terakhir menyebabkan peningkatan waktu yang dihabiskan oleh manusia sebagai kakek-nenek (Smith, 1991). Kecenderungan ini juga terlihat dari usia atau angka harapan hidup penduduk Indonesia akhir-akhir ini yang telah meningkat secara bermakna yaitu 45, 7 tahun pada tahun 1970, menjadi 59,8 tahun pada tahun 1990 dan diproyeksikan menjadi 71,7 tahun pada tahun 2010 (Achir, 2001). Alasan-alasan tersebut menggugah peneliti untuk meneliti tentang peran mengasuh-cucu di Indonesia. Sayangnya, penelitian yang meneliti pengasuhan-cucu (grandparenting) sangatlah sulit didapatkan di Indonesia, berbeda dengan penelitian yang meneliti pengasuhan-anak (parenting).
Pengasuhan cucu (grandjxirenling) dapat menjadi dasar yang sangat penting dalam kesejahteraan psikologis manusia dalam masa-masa kedewasaan (adulthood). Dalam teori psychosocial developmenl, Erik Erikson (1963, 1980 dalam Thomas, 1989) menyatakan bahwa dewasa muda (middle aged) dan dewasa tua (older adults) akan menghadapi krisis perkembangan dimana mereka harus beijuang untuk menyeimbangkan generativity (memikirkan untuk membimbing generasi yang lebih muda) dan stagnation (tidak beraktifitas, menganggur, dan tidak berarti dalam hidup).
Pada tahun 1964, penelitian yang dilakukan oleh Weinstein dan Neugarten (1964 dalam Peterson, 1999) menemukan bahwa mengasuh-cucu di Amerika Serikat merupakan hal yang tidak menyenangkan karena melelahkan dan less rewarding. Penelitian tersebut ditentang oleh Peterson (1999) yang melakukan penelitian terhadap kakek-nenek dari Australia yang melaporkan bahwa mengasuh-cucu merupakan hal yang menyenangkan. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa jumlah kontak dengan cucu memiliki korelasi positif dengan kepuasan dalam mengasuh-cucu (grandparenting satisfaction). Penelitian ini bertujuan untuk meneruskan penelitian dari Peterson (1999) dengan subyek kakek-nenek dari Indonesia.
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur berupa kuesioner yang diadaptasi dari Peterson (1999). Kuesioner ini juga memiliki open ended qnestions yang akan dimasukan ke dalam kategori-kategori hal terbaik maupun terburuk dari peran mengasuh-cucu. Subyek (49 kakek dan 29 nenek) dalam penelitian ini tidak tinggal satu rumah dengan cucunya akan tetapi tetap tinggal satu kota dengan cucunya. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa jumlah kontak langsung memliki korelasi yang signifikan dengan kepuasan dalam mengasuh-cucu. Akan tetapi tidak ditemukan korelasi antara jumlah kontak tidak langsung (telepon atau surat menyurat) dengan kepuasan mengasuh-cucu. Diharapkan penelitian ini akan menyumbang penelitian tentang peran menagsuhcucu dan merangsang penelitian-penelitian yang akan datang. Kelemahan-kelemahan metodologi dan saran-saran juga dibahas dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Marzali
"This article is dedicated to the late Prof. Koentjaraningrat. It attempts to trace the history and the source of a concept and method used by Koentjaraningrat in a research and many of his speeches in the period of 1960-70s. The concept is called 'orientasi nilai-budaya'. The author finds that the concept was borrowed from the concept 'value orientation' used by Florence Kluckhohn and Fred Strodbeck, which was printed in their book, Variations in Value Orientation (1961). The concept 'value orientation' was originally stems from the concept 'value', which was once developed by Clyde Kluckhohn, the husband of Florence Kluckhohn, at Harvard University USA. This explanation, according to the author, is important for the student of anthropology in Indonesia. In the final of the article, the author attempts to apply the concept to the socio-cultural changes in contemporary Indonesia, particularly among the members of Islamic community."
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>