Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140773 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meity Sudiarsih
"ABSTRAK
Positive Deviance (PD) atau penyimpangan positif adalah salah satu inisiatif
program gizi bagi balita yang bcrbasis pada partisipasi masyarakat.
Di Indonesia, pada tahun 2004 tercatat 11 propinsi tclah melaksanakan pendekatan
PD. Ncgara-negara yang telah berhasil menyelesaikan masalah anak-anak malnutzisi
diantaranya adalah Vietnam, Haiti, Guinea, Bangladesh dan Nepal (PD dan Hearth
USAID, 2004). Di Indonesia, informasi yang telah dipublikasikan di antaranya yaitu
Kelurahan Palrneriam Jakarta Timur (Anisah, 2005), Kanagarian Guguak Serai
Sumatera Bafat (Ulfah, 2006), Proyek BP-Tangguh Papua (Nuhamara, 2006) dan
Kelurahan Mulya Harja Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mcndalam tentang
partisipasi masyarakat sejak berdiri sampai terlaksananya kegiatan pos gizi serta upaya
mempertahankan keberhasilan pencapaian pos gizi untuk menekan prevalensi gizi bumk
dan gizi kurang pada balita.
Penelitian ini menggunakan desain Icualitatif dengan metode wawancara mendalam
dan FGD. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Mulya Haija selama Juni 2007. Sumber
informasi diperoleh dari 38 informan (5 kelompok FGD, 26 informan; 8 WM, 12
informan) dari LSM, dinkes, kelurahan, puskesmas induk, puskesmas pembantu, tokoh
masyarakat, kader posyandu dan orang tua balita.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa partisipasi rnasyarakat sudah terbentuk
dengan keterlibatan unsur-unsur masyarakat, yaitu memenuhi kriteria tingkatan fungsional. Kegiatan untuk menumbuhkan panisipasi tersebut' adalah melalui pelatihan,
sosialisasi program, pertemuan masyarakat, pendekalan personal dan pemberian insentif
bagi kader. Pihak-pihak yang bcrperan paling dominan dalam mendorong tumbuhnya
partisipasi masyarakat adalah ketua RW, ketua RT dan kader.
Faktor pcnghambat partisipasi adalah kondisi ekonomi, pengclolan keuangan
keluarga dan pendidikan masyarakat, tidak adanya pengalaman masa lalu
penanggulangan masalah gizi balita, luntumya budaya gotong royong di masyarakat
(salah satunya karcna ketergantungan pada bantuan pemerintah untuk masyarakat
miskin) serta kurangnya dukungan aparat kesehatan setempat. Faktor pendukungnya
adalah pengaruh besar tokoh masyarakat yaitu ketua RW dan RT serta kader posyandu.
Belum terlihat adanya sistern kemitraan yang dibangun atas dasar pembagian peran
untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Dari pcnclitian ini disarankan LSM mendapatkan upaya pendampingan yang
efektif untuk menumbuhkan kemandirian melalui partisipasi masyarakat. Selain itu,
LSM sebaiknya dapat menjadi lebih dari sekedar membuat model dari program
penanggulangan gizi, melainkan menjadi mitra pemerintah atau disebut sebagai service
base NGO. Sementara aparat pemerintah dapat lebih optimal mendorong Iahirnya
partisipasi masyarakat, dan donor dapat menjadikan partisipasi masyarakat sebagai
indikator keberhasilan program.

ABSTRACT
Positive Deviance (PD) is one of the inisiative of nutrition community base
program intervention for children under 5 (U5).
In Indonesia, ll provinces has conducted PD in year 2004. While countries which
have children malnutrition problem also use this approach. They are Vietnam, Haiti,
Guinea, Bangladesh dan Nepal (PD dan Hearth USAID, 2004). Areas covered by PD in
Indonesia (published data) are Village of Palmeriam Jakarta Timur (Anisah, 2005),
Village of Guguak Serai Sumatera Barat (Ulfah, 2006), Village of Proyek BP-Tangguh
Papua (Nuhamara, 2006) and Village of Mulya Hanja Bogor.
The objective of this research is to identify deeply community participation in PD-
hearth implementation from the very beginning stage to implementation of hearth in
order to solve children malnutrition problem. Besides, partnertship and the role of each
government institutions involved to encourage community participation were also part
of the objectives.
This qualitative research using indepth interview and FGD was conducted during
June 2007 in Village of Mulya Harja..Tl`otal informant involved was 38 people (5 groups
of FGD, 26 people; 8 indepth interview, I2 people) hom NGO, city health office,
village office, community health in village and sub district level, community leaders,
local volunteers (kader) and parents of children US.
This research was succesfully investigated that community participation existed,
approved by the involvement of community members and categorized as functional level
of participation. The activities to encourage participation were programme socialization, community meetings, trainings, personal approaches and incentive for kader. Local
informal leaders (head of RT/RW and kader) were dominantly stimulated community
participation. Some obstacles of community participation were economic condition,
household financial management, education, no experiment of participation and declined
tradition of partnership within community members, as well lack of partnership among
all competent govemment institutions.
This research suggested NGO to conduct more effective facilitation too develop
independence through community participation. Besides, it is better for NGO to play
more than just creating model for government, furthermore NGO can act as a service
base NGO due some govemment?s limitations investigated. In addition, funding agency
(in this case, government/Dinkes is the source of funding) would consider community
participation as one principle of programme.

"
2007
T34576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuce Sariningsih
"Tesis ini meneliti tentang perilaku orang tua miskin dalam memenuhi kebutuhan gizi balitanya. Kriteria kemiskinan pada penelitian ini adalah kriteria yang mengacu pada BKKBN, dimana kondisi keluarga miskin diidentikan sebagai keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I.
Balita adalah anggota keluarga yang rentan apabila kebutuhan akan pangannya tidak terpenuni, khususnya kebutuhan akan makanan yang bergizi. Dipandang dari segi dietetik, anak-anak usia 1 - 5 tahun (pra sekolah) merupakan konsumen pasif. Mereka belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri, sukar diberi pengertian tentang makanan, serta kemampuan untuk menerima jenis-jenis makanan masih terbatas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah gizi adalah faktor ekonomi, sosial dan budaya. Hal yang menarik adalah bahwa terdapat balita miskin yang memiliki kondisi gizi baik, di samping sebagian besar balita miskin yang mengalami gizi kurang. Pertanyaan penelitian yang mendasar dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku orang tua miskin dalam memenuhi kebutuhan gizi balita ?
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara tidak berstruktur secara mendalam dan observasi langsung dengan kapasitas peneliti sebagai outsider. Informasi dipilih dengan menggunakan teknik purposive.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan gizi balitanya. Asumsi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa perilaku orang tua yang menentukan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan gizi balita miskin adalah perilaku dalam dimensi ekonomi dan sosial. Bagian dari dimensi ekonomi yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan gizi balita adalah ketrampilan dari keluarga miskin dalam mengelola pendapatan yang rendah. Aspek yang penting dalam dimensi sosial adalah penerapan pengetahuan mengenai gizi balita secara praktis dalam kehidupan sehari - hari. Sedangkan dimensi budaya yang terdiri dari komponen perilaku tabu/pantangan akan makanan tertentu dan perilaku mengutamakan makanan bagi kepala keluarga tidak memberikan kontribusi terhadap perilaku orang tua dalam memenuhi kebutuhan gizi balita pada keluarga informan.
Keempat keluarga miskin sebagai informan dalam penelitian ini memiliki pendapatan yang rendah dan tidak menentu, perekonomian mereka sehari-hari ditandai dengan aktifitas perekonomian gali lubung tutup lubang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, terutama kebutuhan pangan, keadaan ini merupakan indikator dari kemiskinan yang mereka alami. Tetapi dua balita miskin lainnya dapat terpenuhi kebutuhan gizinya.
Pada dua keluarga miskin yang memiliki balita dengan gizi baik, ibu dari balita mempunyai kreatifitas untuk mengolah makanan, toleransi yang rendah terhadap pemenuhan keinginan jajan makanan, memiliki ketelatenan yang tinggi untuk memberi makan anak balitanya, dan tidak berhenti berupaya jika balita tidak mau makan. Temuan lainnya adalah ibu berusaha memanfaatkan keberadaan Posyandu semaksimal mungkin. Di lain pihak, perilaku ayah adalah mengurangi anggaran untuk membeli rokok. Pengeluaran untuk rokok dialokasikan untuk kepentingan membeli makanan yang bergizi bagi balita. Pengetahuan mengenai gizi dan pentingnya bagi tumbuh kembang balita diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pada dua keluarga miskin lainnya yang memiliki balita dengan gizi kurang bahkan buruk, ibu dari balita memiliki kreatifitas yang rendah dalam mengolah makanan, pengeluaran untuk jajan makanan cukup tinggi serta kurang telaten merawat balita. Di samping itu, ibu dari balita belum memanfaatkan Posyandu dengan baik, Perilaku ayah pada keluarga miskin yang tidak menunjang kondisi gizi balitanya adalah perilaku merokok. Konsumsi rokok dalam sehari mencapai satu sampai dua bungkus. Meskipun mereka telah mengetahui tentang gizi dan pentingnya gizi bagi tumbuh kembang balita, namun pengetahuan tersebut belum diaplikasikan pada perilakunya untuk memenuhi kebutuhan gizi balita.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dipandang perlu bagi semua pihak terutama pemeriutah dan lembaga-lembaga pemberdaya lainnya termasuk LSM untuk memperkuat komitmennya dalam membantu memecahkan masalah gizi yang dialami oleh balita miskin. Upaya yang dilakukan dapat berbentuk pemberdayaan dalam bidang ekonomi dan pemberian motivasi pada keluarga miskin agar mereka dapat memenuhi kebutuhan gizi balitanya."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida
"Program PMT telah dilakukan di kecamatan Bogor Selatan pada tahun 1999 bagi balita gizi buruk dan kurang agar dapat meningkatkan status gizinya. Namun hingga saat ini belum pernah dilakukan evaluasi atau penelitian, khususnya mengenai waktu peningkatan status gizi balita selama mengikuti program PMT tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang peluang balita dan waktu peningkatan status gizi selama dua belas minggu intervensi PMT serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Desain penelitian ini longitudinal selama dua belas minggu dengan melibatkan 194 balita. Analisis Kaplan Meier dilakukan untuk menentukan probabilitas status gizi tidak meningkat selama dua belas minggu. Analisis multivariat regresi cox dilakukan untuk menentukan besarnya nilai probabilitas peningkatan status gizi berdasarkan kecurigaan ada faktor lain secara bersama-sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas status gizi tidak meningkat sampai dua belas minggu sebesar 67,01%. Median waktu peningkatan status gizi tidak diketahui, artinya sampai dua belas minggu intervensi PMT belum ada 50% balita yang mengalami peningkatan status gizi.
Secara bivariat diketahui ada perbedaan antara umur ibu, konsumsi energi dan umur balita dengan waktu peningkatan status gizi. Hasil analisis ini tidak melihat perbedaan antara pendidikan, pengeluaran, pengetahuan, pola asuh, besar keluarga, konsumsi protein, penyakit infeksi, status gizi awal, jenis kelamin, partisipasi dengan waktu peningkatan status gizi. Probabilitas status gizi tidak meningkat sampai minggu kedua belas pada balita yang mempunyai ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 76,24%. Balita yang ibunya berumur kurang dari 20 atau lebih dari 30 tahun probabilitas status gizi tidak meningkat sebesar 55,29%. Peningkatan status gizi balita yang mempunyai ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 0,480 kali (95% CI : 1,100 - 3,038) dibanding balita yang ibunya berumur kurang dari 20 atau lebih dan 30 tahun. Balita yang konsumsi energinya baik memiliki probabilitas status gizi tidak meningkat sebesar 62,30% dan 74,58% bagi balita yang konsumsi energinya kurang. Peningkatan status gizi pada balita dengan konsumsi energi baik 1,828 (95% CI ; 1,100 - 3,038) kali dibanding balita yang konsumsi energinya kurang. Probabilitas status gizi tidak meningkat pada balita yang berumur ≤ 2 tahun sebesar 72,73% dan > 2 tahun sebesar 54,84%. Peningkatan status gizi balita yang berumur > 2 tahun sebesar 1,798 (95% CI : 1,096 - 2,948) kali dibanding balita yang berumur ≤ 2 tahun.
Secara multivariat faktor yang berhubungan dengan waktu peningkatan status gizi balita selama dua belas minggu intervensi PMT adalah umur ibu, pengetahuan, konsumsi protein dan umur Balita, Peningkatan Status gizi pada balita yang memiliki ibu berumur antara 20 - 30 tahun sebesar 0,471 (95% CI : 0,279 - 0,795) dibanding balita yang umur ibunya < 20 atau > 30 tahun dengan mengendalikan pengetahuan ibu, konsumsi protein dan umur balita. Berdasarkan pengetahuan gizi ibu, peningkatan status gizi balita yang ibunya berpengetahuan baik sebesar 1,694 (95% CI : 1,061 - 2,969) kali dibanding balita yang pengetahuan gizi ibunya kurang dengan umur ibu, konsumsi protein dan umur balita yang sama. Balita yang konsumsi proteinnya baik peningkatan status gizinya 1,659 (95% CI : 0,911 - 3,023) kali dibanding balita lain yang konsumsi proteinnya kurang pada kondisi umur ibu, pengetahuan dan umur balita yang sama. Dilihat dari umur balita, balita yang berumur > 2 tahun peningkatan status gizinya sebesar 1,775 (95% CI : 0,984 - 2,914) kali dibanding balita yang berumur ≤ 2 tahun dengan umur ibu, pengetahuan gizi ibu dan konsumsi protein yang sama.

Supplemental Food Giving Program for Balita with bad and less nutrient had done in South Bogor Sub-district in 1999. But, there isn't evaluation/research about it yet, specialties the time of Balita?s nutrient status increasing during follow this program.
This research goal is to obtain information regarding the opportunities and the time of Balita's nutrient status increasing within twelve weeks supplemental food giving intervention, also factors which influenced them.
This research design is longitudinal within twelve weeks involved 194 Balita. Kaplan Meier Analysis was done to determine probability of Balita with nutrient status not increase within twelve weeks. While Multivariate Regression Cox Analysis was done to determine probability value of Balita's nutrient status increase, based on suspicious there's another factor coinciding.
The result of this research showed that Balita's nutrient status not increase within twelve weeks probability 67,01 %. Median time of Balita's nutrient status increasing is unknown, it means within twelve weeks intervention the program less than 50 % Balita increasing their nutrient status.
From the outcomes of bivariate analysis known, there's difference between mother's age, energy consumption and Balita's age with the time of nutrient status increasing. But, there's no difference between mother's educational background, expenses, knowledge, bring-up pattern, sum of family's member, protein consumption, infection disease, early nutrient status, gender, participation with the time of Balita's nutrient status increasing, Balita's nutrient status not increase within twelve weeks if their mother's between 20 - 30 years old probability 76,24 %. While their mother's <20 or >30 years old probability 55,29 %. Balita's nutrient status increasing if their mother between 20 - 30 years old 0,480 time ( 95 °.b CI : 1,100 - 3,038 ) compare with Balita's mother < 20 or > 30 years old. Balita with good energy consumption but their nutrient status not increase probability 62,30 % and 74,58 % for the Balita with less energy consumption. Balita < 2 years old with nutrient status not increase probability 72,73 % and > 2 years old nutrient status increasing 1,798 times (95 % CI : 1,096 - 2,948 ) comparing with Balita = 2 years old.
From the outcomes of multivariate analysis, factors related to the time of Balita's nutrient status increasing within twelve weeks intervention of the Supplemental Food Giving Program are mother's age, knowledge, protein consumption and Balita's age. Balita's nutrient status increasing with their mother's age between 20 - 30 years old 0,471 times ( 95 % CI : 0,279 - 0,795 ) compare with Balita's mother < 20 or > 30 years old, under control of mother's knowledge, protein consumption and Balita of the same age. Based on mother's nutrient knowledge's good, so Balita's nutrient status increasing 1,694 times (95 % CI: 1,061 - 2,969) compare with Mother's knowledge deficit with mother's age, protein consumption and Balita's with the same age. Balita with good protein consumption have nutrient status increasing 1,659 times (95 % CI: 0,911 - 3,023) compare with another Balita with less protein consumption and the same condition of mother's age, knowledge and Balita's age. Balita > 2 years old have nutrient status 1,775 times (95 % CI: 0,984 - 2,914) compare with Balita = 2 years old with the same mother's age, mother's nutrient knowledge and Balita's protein consumption.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T1867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Herlina
"Di desa Bojonggede kasus gizi kurang meningkat setiap tahunnya, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di desa tersebut. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data primer menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian mengunakan indikator CIAF (Composite Index of Antopometric Failure) ini menemukan 34,5% balita mengalami gangguan pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah stunting (0,711). Hasil analisis menunjukan ada hubungan yang bermakna (p value=0,000) antara pendidikan dan pengetahuan ibu dengan status gizi (BB/U, TB/U dan BB/TB). Sedangkan faktor-faktor determinan lain (asupan gizi, pola asuh, dan karakteristik keluarga ) menunjukkan kecenderungan yang positif dengan terjadinya gizi kurang namun tidak memiliki hubungan yang bermakna.

At the village Bojonggede malnutrition cases increasing every year, the purpose of the study was to determine the factors that affect the nutritional status of children in the village. Design used in this study was cross sectional using primary data using questionnaires.
The results using indicators CIAF (Composite Index of Anthroopometric Failure) found that 34.5% of infants had growth problems and biggest contribution is stunting (0.711). The analysis showed significant association (p value = 0.000) between maternal education and knowledge of the nutritional status (BB/U, TB/U and BB/TB). Where as the other determinant factors (nutrition, parenting, and family characteristics) showed a positive trend in the occurrence of malnutrition but does not have a meaningful relationship.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Astuti
"Kekurangan Energi Protein (KEP) pada balita masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Seperti diketahui bahwa masalah gizi kurang akan berdampak pada penurunan intelegensia dan produktifitas dan pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya tingkat intelektualitas bangsa dan menurunnya kualitas sumberdaya manusia sehingga dikhawatirkan bangsa Indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi. Dengan memperhatikan masalah gizi kurang yang dihadapi dewasa ini, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan upaya penanggulangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita dan memprediksi faktor yang paling berperan terhadap kejadian status gizi kurang pada balita di pedesaan Jawa Tengah tahun 2002. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu hasil survei Helen Keller lnternasional (HKI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Disain penelitian adalah cross sectional. Populasi adalah seluruh anak balita (umur 0-60 bulan) di wilayah pedesaan Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel adalah multistage cluster. Dari sebanyak 8110 balita yang ada pada data sekunder, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan maka didapatkan sebanyak 7582 balita yang memenuhi kriteria untuk dianalisis. Status gizi balita diukur dengan pengukuran antropornetni menggunakan indeks BB/U dan disajikan dalam Z skor. Analisis data meliputi univariat, bivariat (Pearson Chi Square dan regresi logistik sederhana) dan analisis multivariat (pemodelan dengan regresi logistik multivariat).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah gizi kurang di Jawa Tengah, khususnya pada balita dengan prevalensi gizi kurang (Z skor < -2 SD) sebesar 31,3 % dimana 4,6 % diantaranya adalah gizi buruk. Hasil analisis multivariat ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita adalah umur anak, penyakit infeksi, status gizi ibu, pendidikan bapak, pendidikan ibu, nomor urut lahir anak, dimana masing-masing mempunyai peranan yang spesifik dalam mempengaruhi status gizi. Pengaruh penyakit infeksi pada balita terhadap status gizi berkaitan dengan keadaan sanitasi. lingkungan keluarga yang kurang baik. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi status gizi balita adalah umur balita kemudian status gizi ibu, kemudian pendidikan ibu, pendidikan bapak, nomor urut lahir anak dan penyakit infeksi. Model regresi logistik yang terbentuk cukup mantap untuk memprediksi karena hampir 70 % variabel yang ada dalam model dapat menerangkan kondisi status gizi. Hasil ini diharapkan dapat dipakai oleh penentu kebijakan dalam penanggulangan masalah gizi kurang pada balita.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pengelola program dan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota dan propinsi, perlu menekankan prioritas penanggulangan masalah gizi kurang pada balita umur 6-23 bulan. Perlu dilakukan peningkatan status gizi ibu khususnya pada keluarga balita dengan sosial ekonomi rendah, melalui program pemberdayaan masyarakat, yaitu program pelatihan .khususnya kepada ibu-ibu untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya rumah tangga Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui program pemberian paket produktif (sistem bergulir) pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai dengan potensi masing-masing daerah. Untuk mengatasi adanya penyakit infeksi pada anak maka perlu penyuluhan tentang sanitasi lingkungan keluarga.
Daftar Pustaka: 82 (1982-2004)

Protein-energy malnutrition of children under five year is still health problem in Indonesia. Like we know that malnutrition will impacts - decreased intelegentia and productivity and so will impact to decreased level of nation intellectuality and decreased human resources and is apprehensived Indonesia nation can not competed with others nation in era globalization. With attention to malnutrition who was attended this time, government and community be needed increased vigilance and efforts to tackling.
The purpose of this study is to examine influence factors of nutritional status underfive children and predicted factors was most role in case malnutrition of underfive children in rural Central Java, year of 2002. This study was use secondary data from result survey of Helen Keller International joint with Office of Health Central Java Province. Study designed was cross sectional. The population was underfive children (0-60 years) in rural Central Java. Sampling methods was multistage cluster. From 8110 underfive children in secondary data, with inclusion and exclusion criteria was has been definited, so be obtained 7582 underfive children was fulfill criteria for analyzed. Nutritional status was measured with anthropometric, and weight-for-age index and was asserted with Z-score. Data analysis with univariate, bivariate (Pearson Chi Square and Logistic Regression) and multivariate (Multivariate Logistic Regression Model).
The result of study show there was malnutrition problem in Central Java, especially of underfive children with prevalence of malnutrition (Z-score < -2 SD) are 31,3 %, where 4,6 % of them is severe malnutrition. The result of multivariate analysis was there are 6 factors influenced nutritional status underfive children was children age, infection, mother nutritional status, father education, mother education, number of birth child there were each others have specific role in influenced nutritional status. Role of infection to nutritional status associated with family environment sanitation that less good. Dominant factors influenced nutritional status underfive children was children age then mother nutritional status, mother education, father education, number of birth child and infection. Logistic Regression Models that was resulted enough steady to predict because almost 70 % variable in model can explain condition of nutritional status. This result was hope can applied by provider in tackling malnutrition problem in underfive children.
The study recommended to organizer of program and cross sector in district level and province level, necessary emphasize priority tackling malnutrition problem of children age 6-23 month. Be needed to increasing mother nutritional status especially to family with low social economic, by means of community empowerment program, that is trained program especially to mother for increasing organizing family resources. Necessary to empower family economic by means of distribution productive package (turned system) effort extended productive economic appropriate with potential in each district. To tackling infection in children be needed to conducting communication about family environment sanitation.
Bibliography: 82 (1982-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfina Hidayati
"ABSTRAK
Permasalahan produk legislasi yang dihasilkan anggota legislatif, baik yang
menyangkut kualitas, maupun pelibatan partisipasi masyarakat di dalam proses
penyusunan dan perancangan suatu Perda sedang menjadi sorotan. Kebijakan
upaya perbaikan gizi dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan status
gizi masyarakat khususnya di provinsi Bengkulu, Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam proses
penyusunan Peraturan Daerah menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
wawancara mendalam dan studi literatur di DPRD Provinsi Bengkulu.
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa Tahapan-tahapan dalam
penyusunan Perda Perda no 12 tahun 2013 tentang Perbaikan Gizi , telah
melakukan semua tahapan yang direkomendasikan mulai dari tahap Definition,
Aggregation, Organitation, Representation, Agenda Setting, Formulation dan
terakhir tahap Legitimation. Secara keseluruhan proses penyusunan Perda No 12
tahun 2013 belum mencerminkan Perda yang partisipatif karena belum
melibatkan masyarakat dalam setiap proses penyusunannya. Tingkat partisipasi
masyarakat yang terjadi dalam konteks formal berada pada tingkat peredaman
yaitu Masyarakat dapat memberi masukan/saran dalam penentuan hasil kebijakan
namun pengambilan keputusan akhir tetap berada ditangan penguasa. Tidak
optimalnya pemanfaatan ruang paritsipasi dalam proses penyusunan Perda karena
kurangnya informasi yang tersedia bagi masyarakat .Kedudukan naskah akademik
merupakan bahan awal yang memuat gagasan-gagasan tentang urgensi,
pendekatan, ruang lingkup dan materi muatan suatu Peraturan Daerah, sebagai
bahan pertimbangan yang digunakan dalam permohonan izin prakarsa
penyusunan Raperda. Disarankan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam setiap proses penyusunan produk hukum daerah dapat dilakukan dengan
advokasi atau pendampingan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang
dilakukan oleh Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat maupun pemerintahan
daerah Provinsi Bengkulu sendiri, memiliki produk hukum daerah yang mengatur
dan menjamin partisipasi masyarakat dalam setiap proses penyusunan Perda, serta
perlu dukunganan sumber daya manusia yang memadai, dana yang cukup dan
waktu yang lebih banyak sehingga Naskah Akademik yang dihasilkan layak
dijadikan acuan dalam proses penyusunan suatu peraturan daerah

ABSTRACT
Problems resulting product legislation legislators, both concerning the quality, as
well as the involvement of community participation in the process of drafting and
designing a regulation was a concern. Policy efforts to improve nutrition
developed and directed to improve the nutritional status of public, especially in
the province of Bengkulu, The aim of this study was to obtain information about
public participation in the formulation of Local Regulation uses a qualitative
approach, with in-depth interviews and literature studies in Bengkulu Provincial
Parliament. Based on the analysis concludes that the stages in lawmaking
Regulation No. 12 of 2013 on Improving Nutrition, have done all the
recommended stages ranging from stage Definition, Aggregation, Organitation,
Representation, Agenda Setting, Formulation and Legitimation last stage. Overall
the process of drafting Regulation No. 12 of 2013 do not yet reflect recent
legislation participatory because the community has not been involved in any
drafting process. The level of community participation that occurs in formal
contexts are at the level of damping that is public can provide input / advice on the
determination of the policy but the final decision remains in the hands of the
authorities. Not optimal utilization of space paritsipasi in the decision-making
process because of the lack of information available to the public .existence
academic text is a starting material containing ideas of urgency, approach, scope
and substance of a Regional Regulation, as consideration used in the license
application initiative of drafting the proposed regulation. It is advisable to increase
community participation in every process of drafting local regulations to do with
advocacy or assistance to community groups conducted by universities,
community organizations and the regional government of Bengkulu province
alone, have local regulations that regulate and ensure community participation in
every law making process, as well as the need support adequate human resources,
adequate funding and a lot more time so that the resulting academic paper worthy
of reference in the process of drafting a regional regulation."
2016
T53667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Harumi Putri
"Status gizi balita dipengaruhi oleh pola asuh. Skripsi ini bertujuan untuk menggali informasi terkait status gizi dan pola asuh balita pasca perawatan di Pusat Pemulihan Gizi(PPG)Rawat InapUPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional dan studi kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September 2015 hingga Januari 2016. Gambaran pola asuh ibu diperoleh dari data primer dengan cara observasi dan wawancara mendalam. Data status gizi diperoleh dari data sekunder yang ada di PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.
Terdapat perbedaan yang signifikan (P value <0.05) antara nilai rata-rata status gizi pasien berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, dan BB/PB atau BB/TB saat masuk dan pulang dari PPG Rawat InapUPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya. Secara garis besar, pola asuh ibu dalam PHBS dan perilaku pencarian kesehatan cukup. Pola asuh dalam hal persiapan dan pemberian makan anak masih kurang sehingga perlu diperbaiki. Status gizi baik balita gagal dipertahankan karena persentase asupan makanan balita di rumah pasca perawatan lebih rendah dibandingkan fase rehabilitasi di PPG Rawat Inap UPT Puskesmas Kecamatan Sukmajaya.

The nutritional status of children is affected by caring practices. This research aims to explore information related to nutritional status and child caring practices in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok. This research used cross sectional study and and qualitative study. This research was conducted in September 2015 to January 2016. The primary data of child caring practices was obtained by observation and in-depth interviews of mothers. Nutritional status of children aged 6 to 59 months was collected from secondary data in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.
There is significant differences (P value <0.05) between the average score of the nutritional status of children based on index WAZ, HAZ, and WHZ before and after treatment in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok. Generally, hygiene practices and health seeking behaviour are enough good. Food preparation and child feeding practive still need to be improved. Healthy nutritional status after treatment fails to be maintain because children consumed less energy than when they were in rehabilitation period in Therapeutic Feeding Center at Sukmajaya Community Health Center, Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaedi Pradja
"Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam bidang kesehatan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997. Dalam rangka merespon krisis ekonomi tersebut UNICEF melalui program JPSBK melakukan kegiatan revitalisasi posyandu dengan memberikan makanan tambahan vitadele untuk balita di posyandu sebanyak lebih dari 150.000 balita.
Untuk mengetahui dampak efektivitas revitalisasi posyandu dan pemberian vitadele terhadap status gizi balita maka Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (PPK-UI) bekerjasama dengan UNICEF melakukan penelitian di 4 propinsi yaitu Sumatera Barat (Sumbar), Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), yang dilakukan pada bulan Juni dan Juli tahun 2002. Data yang di analisis untuk pembuatan tesis ini adalah bagian dari penelitian yang dilaksanakan oleh PPK-UI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orang tua, Nitadele dan penyakit infeksi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini cross sectional. Sampel adalah ibu balita yang mempunyai balita berumur 10-60 bulan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator BB/U dan TB/U, ditemukan balita gizi kurang masing-masing sebanyak 30,7% dan 29,0%. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan status gizi balita berdasarkan indeks TB/U adalah pendidikan ibu balita (p=0,001), pendidikan bapak balita (p=0,003), pekerjaan bapak balita (p),001), pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita (p=0.411) untuk TB/U. Sedangkan menurut status gizi indeks BBIU adalah pendidikan ibu balita (p=0.004) dan penyakit ISPA (p=4.001), Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dorninan untuk terjadinya status gizi kurang berdasarkan indeks TB/U adalah pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita dan menurut status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U adalah penyakit ISPA.
Ada dua Cara ibu balita untuk mendapatkan vitadele yaitu membeli dan gratis, kemudian sebanyak 19.6% ibu balita menerima vitadele tidak rutin. Persentase jumlah vitadele yang diterima selama program tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan status gizi balita, tetapi mempunyai kecenderungan persentase jumlah vitadele yang diterima semakin sedikit, maka jumlah balita status gizi kurang meningkat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anggota keluarga yang ikut mengkonsumsi vitadele adalah (1) balita bukan sasaran, (2) ibu, (3) bapak, dan (4) anggota keluarga lainnya. Konsumsi vitadele terbanyak adalah balita bukan sasaran (72,5%), kemudian dua anggota keluarga (16,4%), tiga anggota keluarga (7,3%) dan semua anggota keluarga ikut mengkonsumsi (3,8%). Jarak akhir menerima vitadele sarnpai dengan saat penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. tetapi mempunyai kecenderungan balita status gizi kurang meningkat dengan jarak akhir yang semakin melebar.

Social Security Net (JPS BK) is one of efforts by government in health area to reduce impact of economic crisis since 1997. in order to response this crisis, UNICEF through JPSBK program conduct the revitali7a-ion program of posyandu by giving food supplement vitadele for 150.000 under fives.
To find out effectiveness posyandu revitalization and vitadele distribution to nutritional status of under five, Center of Health Research University of Indonesia (PPKUI) by cooperation with UNICEF conducting research in 4 provinces such as, West Sumatra. West Java, Center of Java and East Java, which carried out at June and July 2002. Data which analyzed by this study is part of that research.
This study objective is to find out factors that related to nutritional status of under-five such as under-five's characteristics, parent's characteristics, vitadele and infectious disease. This study used cross sectional design. Sample is mothers who have under-five aged 10-60 month.
Results of the analysis using indicator BB/U and TB/U, found there are under-fives under nutrition 30.7% and 29,0%. Factors which have relation with nutritional status of under-five based on TB/U index is mother education (p=0,041), Father Education (p=0,003), Father Occupation (p =0,401), mother knowledge about monitoring under-five's growth (p O,011). While based on index BBIU are mother education (p-0,04) and acuter respiratory disease (p=0,001), from multivariate analysis the most dominant factor of under nutrition based on index TB/U is mother knowledge and based on index BB/U is acute respiratory disease.
Mother could get vitadele free or buying, 19,6% under-fives not received vitadele routinely. Percent number vitadele accepted during program has no significant relation with under-five's nutritional status, but tend fewer accepted percent vitadele could increase under-fives with under nutrition. Result of this study showed that there are non target which consume vitadele such as, non target under-five, mother, father, and other family member. The most consumed vitadele is non target under-five (72.5%). Two family member (16.4%), three family member (7.3%) and all family member (3.8%). time range from end for accepting vitadele to starting time of this study have no significant relation, but there is increasing in under-five's nutritional status if more range of time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruthy
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari pemberian biskuit tempe kurma terhadap status gizi balita penderita TBC di kecamatan terpilih, Jakarta Timur. Sasaran penelitian ini adalah balita penderita TBC dan berstatus gizi kurang dengan usia 12-59 bulan. Penelitian dengan disain kuasi eksperimental ini berlangsung selama 1 bulan. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling dan didapatkan junlah balita pada kelompok perlakuan sebanyak 11 balita dan pada kelompok kontrol 5 balita. Kelompok perlakuan diberikan biskuit tempe kurma dan kelompok kontrol diberikan biskuit plasebo setiap hari sebanyak 50 gram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan balita di kelompok perlakuan meningkat sebesar 0.29 kg dan tinggi badan meningkat signifikan secara statistik sebesar 1.8 cm. Selain itu, status gizi pada kelompok perlakuan meningkat sebesar 0.144 SD pada indikator BB/U dan mengalami penurunan pada indikator BB/TB sebesar 0.06 SD. Tidak ada perbedaan status gizi yang signifikan sebelum dan setelah intervensi pada kelompok perlakuan. Status gizi pada kelompok kontrol meningkat lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan pada indikator BB/U 0.644 SD dan BB/TB 0.474 SD. Namun, peningkatan status gizi pada kelompok kontrol ini tidak bermakna secara statistik.

The aim of this study was to see the effect of Tempe-Date Palm biscuit intervention to nutritional status of under five children with tuberculosis in East Jakarta. The object of this study was children 12-59 months who are under nutrition and have tuberculosis (TBC). This study was designed as quasi experimental in 1 month. The children were chosen by purposive sampling. There were 11 children in intervenstion group and 5 children in control group. The intervention group was given tempe-date palm biscuit and the control group was given plain biscuit 50 gr per days for 4 weeks.
The result was children in intervention group gain weight 0.29 kg and gain height significantly about 1.8 cm. Moreover, nutritional status of the intervention group gain 0.144 SD for BB/U and decline 0.06 SD for BB/TB. There was no significantly difference between before and after the intervention on intervention group. The control groups?s nutritional status was higher than intervention group on BB/U 0.644 SD and BB/TB 0.474 SD. But, there was no significantly difference between before and after on control group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Markus Nugraha
"Saat ini anak yang pintar merupakan harapan semua orang tua. Semua hal dilakukan demi meningkatnya kepintaran sang anak. Hal ini mendasari banyak penelitian dilakukan terkait faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan status kognitif anak. Penelitian ini memiliki desain analisis data sekunder dengan menggunakan metode cross-sectional. Jumlah sampel penelitian yang berhasil dijaring adalah sebanyak 167 anak usia lima sampai tujuh tahun yang berasal dari Posyandu Kelurahan Kampung Melayu. Data yang diambil merupakan status gizi dengan indeks BB/U dan TB/U serta data status kognitif yang terdiri dari Verbal, Performance, dan Full Scale IQ melalui Wechsler Intelligence Scale.
Metode analisis menggunakan uji hipotesis Chi-square, dengan uji alternatif Fisher. Dari 167 subyek, 10,8% termasuk dalam kategori severely underweightunderweight untuk BB/U dan 16,2% termasuk dalam kategori stunted untuk BB/U. Dari 167 subyek, 45,5% termasuk dalam kategori High IQ untuk Verbal IQ, 44,3% termasuk dalam kategori High IQ untuk Performance IQ dan 44,9% termasuk dalam kategori High IQ untuk Full Scale IQ. Didapatkan hubungan bermakna antara indeks antropometri tinggi badan sesuai usia dengan Full Scale IQ anak (p=0,03).

These days, smart kid is the hope of all parents. All things done for the sake of increasing the child's intelligence. Therefore there?s a lot of research on the underlying factors that affect the intelligence of children. This study aimed to find out whether there is relationship between the nutritional status of children with cognitive status. This study using a secondary data and cross-sectional methods. Total sample is 167 children aged five to seven years from Posyandu Kampung Melayu. Data are on the form of index W/A and H/A and also cognitive status data consisting of Verbal, Performance, and Full Scale IQ from Wechsler Intelligence Scale method.
The analytical method using Chi-square test of the hypiothesis, with the Fisher as alternative test. Of 167 study subjects, 10,8% eith category Severe Underweight ? Underweight of W/A index and 16,2% in the category of Stunted of H/A index. Of 167 study subjects, 45,5% are in category High IQ for Verbal IQ, 44,3% are in category High IQ for Performance IQ, and 44,9% are in category High IQ for Full Scale IQ. Trough Chi-Square test there is a significant correlation between the H/A index with Full Scale IQ (p = 0,03).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>