Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17668 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maura Xaviera Tupamahu
"ABSTRAK
Remaja yang berada dalam masa transisi antara masa kanak-kanak dan
masa remaja dewasa (Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengalami beberapa
perubahan: biologis, sosial dan sosio emosional (Santroclg 2001). Perubahan ini
terjadi mulai dari pembahan fisik, fungsi reproduksi, berpikir abstrak hingga kemandirian. Remaja yang berada dalam masa pencanan identitas diri ini, mulai mengalami perubahan fisik serta memiliki dorongan-dorongan seksual yang membuatnya tertarik dengan lawan jenis. Dengan kemampuan kognitifnya yang
sudah berkembang, remaja memiliki banyak pertanyaan yang terkait dengan perubahan dirinya, mulai mencari informasi dari lingkungan.
Kemajuan teknologi saat ini., mempermudah akses remaja terhadap berbagai informasi yang ia butuhkan. Selain itu, sekarang ini informasi tidak perlu dicari oleh remaja, sebab sudah banyak yang terberi melalui acara-acara di televisi,
diskusi-diskusi di radio serta artikel-artikel di majalah yang disampaikan aecara sangat terbuka bahkan terkadang sangat vulgar. Informasi yang diperoleh remaja ini memiliki dampak positif dan negatifnya, bila remaja tidak mencari konformasi
akan informasi tersebut. Sedangkan pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah dan dianggap suatu hal tabu
untuk dibicarakan secara terbuka nampaknya tidak mendukung rasa ingin tahu remaja. Terbentur dengan mitos serta paham yang berlaku, remaja tidak memiliki tempat untuk bertanya atau merasa malu/segan untuk bertanya.
Pandangan masyarakat yang masih menganggap seks sebagai topik yang
tabu untuk dibicarakan secara terbuka, membuat remaja yang memiliki rasa ingin tahu akan dorongan seksualnya mencari informasi-informasi` dari berbagai media.
Namun tanpa adanya bimbingan dan pengarahan, maka banyak pandangan serta pengertian remaja akan seks yang berbeda-beda. Berdasarkan hal ini dan hasil elisitasi, nampak masih banyak pandangan-pandangan yang kurang tepat mengenai seksualitas. Seperti, bila melihat dan mendengar kata-kata seks sebaiknya berpaling untuk menghindar anggapan negatif atau masturbasi menyebabkan impotensi. Pandangan-pandangan yang kurang tepat ini diperoleh
dari salah menginterpretasi informasi yang diterima dari lingkungan, seperti:
teman, artikel majalah atau media informasi lalnnya. Sehingga program
pendidikan kesehatan reproduksi diperlukan bagi para remaja.
Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi yang disusun diperuntukkan
bagi remaja laki-laki maupun perempuan yang berada dalam masa pubertas (10-15 tahun) dan duduk di bangku SLTP kelas 2. Program ini berbentuk pelatihan, yang dilaksanakan dalam waktu 3 hari. Adapun materi program adalah sebagai
berikut: Pubertas, Perubahan-perubahan tubuh, Menstruasi dan Mimpi Basah,Perilaku Seksual, Risiko Perilaku Seksual, dan Alat-alat Kontrasepsi.
Melalui program ini remaja diharapkan dapat memahami fumgsi-fungsi serta pembahan organ reproduksi dan mengembangkan perilakunya menjadi
bertanggung jawab.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abidah Muflihati
"Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan oleh sekolah merupakan salah satu upaya untuk membimbing remaja mengatasi konflik seksualnya. Oleh berbagai pihak, sekolah dan guru dianggap sebagai pihak yang layak memberikan pendidikan KRR ini. Pihak sekolah dan guru melaksanakan pendidikan KRR ini dengan memasukkan mated KRR ke dalam pelajaran Biolagi, Penjaskes, dan Agama, sebagaimana kebijakan yang ditetapkan Depdiknas tentang strategi pendidikan KRR di sekolah. Di Yogyakarta, di antara sekolah yang menerapkan strategi tersebut dan cukup mendapat perhatian dart BKKBN adalah SMA Muhammadiyah 2 (MUHA) Yogyakarta. Oleh karenanya penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi praises dan factor-faktor yang menjadi pendukung dan perrghambat dart pendidikan KRR tersebut di SMA MUHA.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang rnenjadi fokus penelitian, maka diambil SMA Muhammadtyah 2 (MUHA) sebagal kasusnya. Data diperoleh melalui wawancara semi terstruktur, observasi dan Faces Group Discussion (FGD) dart beberapa Informan yang diplih secara purposif, yaitu guru BK, guru Biologi, guru Penjaskes, guru Agama dan siswa. Data-data ini dianalisa secara induktif dengan menggunakan berbagai konsep yang menjadi kerangka pemikiran, yaitu konsep tentang remaja, konsep pendidikan kesehatan, dan pendidikan seksualilas/ kesehatan reproduksi remaja.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa proses pelaksanaan program pendidikan KRR mengisyaratkan adanya berbagai tahapan mulai dari program kerja sama dengan BKKBN sampai memasukkan program tersebut datam layanan BK di kelas, dan dalam pelajaran Biologi, Penjaskes, serta Agama. Tahapan tersebut adalah tahap menerima informasi tentang masalah seksualitas remaja, tahap menemukan program bimbingan dan konseling adolescent reproductive health (BK-ARH) sebagai solusi, tahap mengambil/ mengadopsi program BK-ARH, tahap menyiapkan pelaksanaan kegiatan orientasi BK-ARH di sekolah, tahap petaksanaan kegiatan orientasi BK ARH, dan terakhir tahap pelembagaan program dengan memasukkan program BK-ARH ke dalam salah situ layanan BK. Dalam proses pengajaran, materi KRR disampaiIIn deb guru BK, Biologi, Penjaskes, dan Agama pada waktu dan kelas yang berbeda-beda. Guru BK menggunakan kelas terpisah pada saat menjelaskan tentang alat reproduksi, sedangkan tiga guru lainnya menggunakan kelas campur. Materi yang disampaikan para guru mecakup aspek pengetahuan fisik, aspek psikologis, dan aspek sosial/nilai. Aspek nilai yang ditekankan adalah nilai keislaman dan konsekwensi hukumnya. Metode-metode yang digunakan para guru dapat membantu siswa melakukan klarifikasi nilai, rneningiatkan pengetahuan, dan empati dan kerja lama. Faktor yang rnenjadi hambatan adalah keterbatasan waktu dan beban kurikulum yang banyak, dan guru BK kelas X yang belum mendapat pelatihan KRR.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan program pendidikan KRR di SMA MUHA, yang dimulai sejak adanya kerjasama antara BKKBN dan SMA MUHA daiam program BK-ARH pada tahun 1998, telah berdampak pada perubahan fingkungan sekolah. Program penyuluhan dan Konseling KRR yang dilakukan oleh guru BK bersama dengan guru Biologi, Penjaskes, dan Agama merupakan upaya pelembagaan program pendidikan KRR. Penyampaian materi KRR oleh keempat guru dalam pefajaran masing¬masing membuat siswa dapat menjaga periiaku seksualnya agar tidak melakukan seks pranikah dalam pacaran, meskipun sebenamya para guru menekankan agar tidak berpacaran. Hal ini karena adanya keterbatasan waktu bagi para guru dalam menyampaikan materi KRR dan guru 8K kelas X yang belum mendapat pelatihan.
Karenanya penelitian ini menyarankan agar lembaga-lembaga yang peduli pada KRR memberikan pelatihan KRR bagi guru yang akan mengajarkan materi KRR dan mendorong sekolah-sekolah lainnya untuk dapat melembagakan program KRR. Sedangkan bagi BK SMA MUHA agar dapat melibatkan klinik sekolah dafam proses edukasi sehingga siswa mendapat informasi yang alkup, serta melakukan koordinasi secara formal dengan guru Biologi, Penjaskes dan Agama daiam melaksanakan program pendidikan KRR."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The growth of the birth rate in Indonesia is not comparable with the availability of labour force and it has an impact on national economic conditions. Therefore, the BKKBN (National Family Planning Coordinating Board) is very active to conduct various forms of promotion of the Family Planning (KB) in order to reduce the birth rate and to achieve a prosperous family. This study seeks to examine the relationship between the promotion of family planning programs with reproductive health behaviors among the parish of the church which is characterized by a certain ethnic group, in West Jakarta. By using simple random sampling, the questionnaire was distributed to 123 respondents of the 20-44 -year -old. This study used simple linear regression analysis and the result showed there was a very strong relationship between the promotion of family planning programs and reproductive health behavior."
Lengkap +
JPUKIA 6-7 (1-2) 2015 (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
Depok: Rajawali Pers, 2022
372.372 HAD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S8345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Oktaria
"Setiap remaja berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai dengan tumbuh kembangnya melalui pelayanan klinis, konseling dan KIE pada pendidikan formal dan non formal. Berdasarkan penelitian awal melalui wawancara dengan siswa di salah satu sekolah di Kab. Ogan Ilir, diperoleh informasi bahwa siswa belum mendapatkan pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi di sekolah maupun dari orang tua, guru menuturkan bahwa siswa terkesan malu dan merasa tabuh ketika membahas masalah pernikahan dan kesehatan reproduksi, siswa menganggap materi yang disampaikan oleh guru kurang pantas untuk disampaikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap program pendidikan kesehatan reproduksi remaja tingkat SMA sederajat di Kab. Ogan Ilir pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data melalui wawancara mendalam pada 10 orang informan utama guru, tenaga kesehatan Puskesmas dan penyuluh KB dan 2 orang informan kunci dari Dinas Kesehatan dan Dinas P3AP2KB, Focus Group Discussion pada 4 kelompok siswa dengan total 40 orang siswa dari 4 sekolah dan telaah dokumen. Hasil penelitian ini yaitu semua sekolah telah menerapkan kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja oleh guru di sekolah, program PKPR oleh tenaga Puskesmas dan Program PIK-R oleh penyuluh KB. SDM yang terlibat sebagian besar memiliki latar belakang yang sesuai dengan kesehatan reproduksi namun masih memerlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta telah memiliki panduan dalam pelaksanaan kegiatan namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa penyesuaian. Terdapat beberapa kendala yang menghambat proses pelaksanaan kegiatan diantaranya adalah ketersediaan anggaran, sarana dan alat pendukung yang belum memadai, serta tidak semua remaja dapat di jangkau dalam pelaksanaan kegiatan. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan oleh guru di sekolah, program PKPR dan PIK-R sudah sesuai dengan kebutuhan dan sangat bermanfaat bagi remaja, namun masih perlu dioptimalkan lagi dalam hal pelaksanaannya.

Every teenager has the right to receive reproductive health services in accordance with their growth and development through clinical services, counseling and information in formal and non-formal education. Based on initial research through interviews with students at one of the schools in  Ogan Ilir, information was obtained that students had not received good knowledge about reproductive health at school or their parents, the teacher said that students seemed embarrassed and felt timid when discussing marriage and reproductive health issues, students considered the material presented by the teacher to be inappropriate to convey. The aim of this research is to conduct an analysis of the adolescent reproductive health education program at high school and equivalent levels in Ogan Ilir in 2023. This research is qualitative research with a phenomenological approach. Data were collected through in-depth interviews with 10 main informants, teachers, health workers at the Community Health Center and family planning instructors and 2 key informants from the Health Service and P3AP2KB Service, Focus Group Discussions on 4 groups of students with a total of 40 students from 4 schools and document review. The results of this research are that all schools have implemented adolescent reproductive health education policies through adolescent reproductive health education by school teachers, the PKPR program by Community Health Center staff and the PIK-R Program by family planning counselors. Most of the human resources involved have a background that is relevant to reproductive health but still require training to increase their knowledge and skills, and already have guidelines for implementing activities, but in implementation there are several adjustments. There are several obstacles that hamper the process of implementing activities, including inadequate budget availability, supporting facilities and equipment, and not all teenagers can be reached in implementing activities. Adolescent reproductive health education through education by teachers in schools, the PKPR and PIK-R programs are in accordance with needs and are very beneficial for adolescents, but still need to be optimized further in terms of implementation."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anisa
"ABSTRAK
Resiko seksual merupakan masalah yang kurang disadari oleh para remaja. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas terhadap tingkat kesadaran remaja dalam menghindari resiko seksual. Penelitian ini menggunakan metode survei di dua sekolah, yakni penerima program PKRS (SMK WANUS, 46 siswa) dan dibandingkan dengan bukan penerima program (SMK YPR, 59 siswa). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksualitas terhadap tingkat kesadaran remaja dalam menghindari resiko seksual meskipun hubungannya lemah. Menariknya hal ini berlaku di dua sekolah, baik penerima program maupun bukan penerima. Artinya, keberadaan program PKRS tidak berpengaruh secara positif.

ABSTRACT
Sexual risk is neglected topic yet very crusial to teenagers. This study observe the effect of reproductive health and sexuality knowledge to level of teenagers consciousness in sexual risk prevention. By using quantitative survey, this study compare two school theay are SMK WANUS (46 students) as receiver of reproductive health and sexuality education programme and SMK YPR (59 students) as non-receiver of the programme mention above. This study show the linked connection between level of reproductive health and sexuality knowledge to level of teenagers cousciousness in sexual risk prevention both in receiver and non-receiver programme. Therefore, this sexual education programme has no positive effect.
"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Saat ini masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi remaja semakin meningkat
akibat dari kurangnya pengetahuan remaja tentang fungsi dan kesehatan reproduksinya
(Nani Utami Adi, 2005).Tujuan dari penelitian adalah lmtuk mengidentifikasi gambaran
persepsi remaja terhadap adanya isu dimasukkannya pendidikan kesehatan reproduksi
dalam kurikulum sekolah. Penelitian ini dilakukan di SMUN 39 Jakarta Timur dengan
jumlah responden 76 orang siswa dan siswi. Desain penelitian yang digunakan adalah
desain deskriptif sederhana yang diberikan melalui pertanyaan terstruktur atau
kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif univariat dengan
menggunakan sistem proporsi dan persentasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
remaja memiliki persepsi positif terhadap perlunya pendidikan kesehatan reproduksi
masuk dalam kurikulum sekolah. Penelitian ini merekomendasikan perlunya pemberian
informasi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja secara akurat dan komprehensif
dengan memasukkanya menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5482
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Dwi Mustika
"Penelitian mengenai sikap orang tua dan siswa SLTP Tarakanita I terhadap Pemberian Pendidikan Seksualitas untuk Remaja di Sekolah ini dilakukan dengan alasan berkembangnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan seksualitas untuk remaja. Kebutuhan ini muncul dengan makin maraknya kejahatan seksual yang alaupun meningkatnya kehamilan di luar nikah yang dialami remaja. Meskipun masih ada pro dan kontra di kalangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan seksualitas untuk remaja, namun para ahli berpandangan b^wa pemberian pendidikan seksualitas untuk remaja merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengurangi fenomena negatif, seperti kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual, di kalangan remaja. Dengan mengetahui sikap orang tua dan siswa, dapat dicari jalan keluar untuk mengatasi pro dan kontra, sehingga pendidikan seksualitas dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan remaja dan keinginan orang tua.
Dengan menggunakan metode purposive sampling, responden penelitian yang dipakai dalam penelitian ini beijumlah 102 orang, yang terdiri dari 51 orang responden orang tua dan 51 orang responden siswa yang merupakan pasangan orang tua dan anak. Semua responden diambil pada SLTP Tarakanita 1, Jakarta, dimana anak duduk di kelas 3 SLTP yang telah mendapatkan pendidikan seksualitas di kelas 2 SLTP. Alat ukur yang digunakan adalah seperangkat kuesioner yang terdiri dari 20 pernyataan. Data yang diperoleh diukur dengan menggunakan metode Likert, dan dengan menggunakan SPSS 11.0 menghitung mean, A NOVA dan Hesl untuk menggambarkan sikap responden serta membandingkan antar komponen sikap yang diukur.
Dari data yang diperoleh, gambaran hasil penelitian dapat diuraikan secara singkal sebagai berikut; secara umum, responden orang tua adalah wanita yang berusia antara 35 hingga 50 tahun, memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir adalah SMU keatas. Sedangkan responden siswa, sebagian besar berusia 14 hingga 15 tahun, dan perbandingan antara pria dan wanita hampir seimbang. Sedangkan sebagian besar responden berasal dari daerah Jawa. Dari hasil perhitungan mean, didapatkan bahwa hampir seluruh responden bersikap positif terhadap pemberian pendidikan seksualitas di sekolah. Artinya responden setuju dengan pemberian pendidikan seksualitas di sekolah.
Hasil perhitungan t-test, untuk membandingkan mean antar komponen sikap yang diukur, didapatkan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antar komponen yang diukur. Hal ini berarti masing-masing komponen sikap hal yang sesuai dengan pengertiannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian diatas adalah sikap responden, baik responden orang tua maupun siswa, terhadap pemberian pendidikan seksualitas di sekolah adalah positif meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok responden. Saran yang dapat diberikan terbagi menjadi dua, yaitu saran untuk penelitian dan saran untuk pihak sekolah.
Saran untuk penelitian ditujukan agar pada penelitian lebih lanjut, peneliti dapat mengubah dan memperhatikan hal-hal tertentu, seperti item-item pemyataan, metode penelitian, sehingga hasil atau data dapat lebih akurat dan mewakili populasi yang sebenamya. Sedangkan saran untuk pihak sekolah lebih ditujukan agar pihak sekolah dapat mengadakan pendidikan seksualitas yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi orang tua dan siswa. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>