Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bruun, Ole
Copenhagen: NIAS Press, 2011
133.333 7 BRU f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ayu Ningrum
"Kebudayaan Cina merupakan salah satu kebudayaan yang tertua di dunia. Kebudayaan Cina meliputi banyak hal seperti yang bernilai tradisi, kebiasaan, serta kepercayaan. Salah satunya adalah konsep fengshui, yaitu ilmu pengetahuan dan kepercayaan yang bertujuan untuk menata bangunan rumah tinggal dan lingkungan yang sesuai dengan keselarasan jiwa penghuninya. Jika penataan suatu tempat disesuaikan dengan fengshui maka akan mendatangkan pengaruh positif (seperti kenyamanan, keberuntungan) bahkan bisa meminimalkan datangnya pengaruh negatif. Dewasa ini fengshui tidak hanya digunakan sebatas pada bangunan tempat tinggal saja. Akan tetapi juga diterapkan pada perkantoran, pertokoan, dan bangunan komersial lainnya yang ditandai dengan banyaknya perusahaan, kantor, dan bankbank yang menggunakan konsep fengshui. Fengshui penataan kantor mengatur letak atau posisi dari tiap ruangan dalam kantor tersebut termasuk penataan ruang kerja, penataan lahan parkir, arah letak pintu masuk utama, dan sebagainya. Dalam fengshui penataan ruang kerja, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ruang kerja untuk membantu memaksimalkan pengaruh positif yang datang. Misalnya penataan/penempatan meja kerja, arah layar komputer, dan posisi duduk seseorang dalam ruang kerjanya. Semua hal tersebut tentu dapat mempengaruhi usaha yang akan atau yang sedang dijalankan. Namun, konsep feng shui oleh sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang bersifat mistis (klenik) dan tidak logis (tidak masuk akal). Walaupun demikian sebagian lain dari konsep ini juga dapat dibuktikan secara logika. Maka demi memperoleh dan merasakan dampak positif dari konsep feng shui ini memerlukan rasa percaya (yang bersifat sugesti)"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S13062
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nandita Erisca
"Skripsi ini membahas mengenai Kelenteng Tanjung Kait ditinjau dari segi arsitektural dan ornamentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi deskripsi bangunan beserta ornamen, mulai dari halaman depan, bangunan utama, bangunan tambahan, dan bangunan tempat ziarah. Hasil deskripsi tersebut kemudian di analisis dengan analisis bentuk, analisis khusus, dan analisis kontekstual.
Hasil analisis terlihat bahwa dari segi arsitektural, Kelenteng Tanjung Kait mengikuti aturan-aturan umum yang ditemukan dalam pendirian Kelenteng namun tidak sepenuhnya, begitu pula dengan aturan fengshui. Dari segi ornamentasi, ornamen yang terdapat pada Kelenteng Tanjung Kait dikelompokkan ke dalam 5 motif (fauna, flora, lambang geomansi, tokoh, dan motif benda).

The focus of this study is the Tanjung Kait Chinese Temple (Architectural and Decorative Motifs Orientation. The method is description of building and decorative motifs start from front yard, main building, addition building, and cemetery building. After description, then to do analysis (form analysis, specific analysis, and contextual analysis).
The result analysis from architectural side is Tanjung Kait Chinese Temple doing decision to built Chinese Temple but not all of it, and also not doing all decision fengshui. The decorative motifs in Tanjung Kait Chinese Temple are animal themes, plant themes, geometry symbol, shape themes, and thing themes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11965
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yang, C. K. (Ching-kun), 1910-
London: University of California Press , 1967-1970
307.095 1 YAN r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Tanod
"Feng Shui adalah salah satu kepercayaan masyarakat Cina tradisional. Feng Shui merupakan suatu aturan tentang penempatan letak dan bentuk suatu bangunan buatan manusia agar selaras dengan lingkungannya. Tujuan dari keselarasan ini ialah agar terjadi suatu harmoni di dalam alam sehingga manusia dapat memperoleh manfaat yang sebesar_besarnya dari keadaan alam di sekitarnya. Pada masa sekarang ini, Feng Shui masih digunakan di negeri asalnya juga di Indonesia. Pemakaiannya tidak terbatas pada masyarakat golongan etnis Cina raja, tetapi juga dari masyarakat golongan etnis lainnya. Latar belakang pendidikan dan agama merekapun berbeda_ Dalam penggunaannya, seseorang dibantu oleh Feng Shui Xiari Shang sebagai penterjemah dari aturan-aturan Feng Shui_ Aturan-aturan ini mengatur letak, bentuk dan arah makam, rumah tinggal, dan tempat usaha seseorang_ Kehidupan masyarakat Jakarta dan sekitarnya juga telah dipengaruhi oleh aturan Feng Shui_ Contoh keberhasilan hidup seseorang setelah mengikuti aturan Feng Shui, membuat orang lain juga ingin mencari penyelesaian masalah-masalahnya dengan Feng Shui. Hal ini menyebabkan Feng Shui menjadi topik yang sering dibicarakan akhir-akhir ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
O`Malley, L.S.S. (Lewis Sydney Steward), 1874-1941
New York: Macmillan, Cambridge, ENg. University Press, 1935
294.5 OMA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winzeler, Robert L.
"Abstract:
An innovative and interpretive overview of the nature of popular religion in Southeast Asia, covering Hinduism, Buddhism, and Islam, as well as Christianity and the conversion of indigenous people"
London: Lanham Rowman & Littlefield, 2016
200.959 WIN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Feuchtwang, Stephan
United Kingdom: Curzon Press , 2001
299.51 FEU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Masyhuri
"Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang hubungan agama dan negara pada dasarnya bertititik tolak pada kerangka membangun masyarakat bangsa melalui faham kebangsaan, artinya dalam berbangsa dan bernegara, ia harus dipahami dalam kerangka nasional. Begitu juga pengertian menyeluruh tentang syari'at islam, dalam pandangan Abdurrahman Wahid masalah i'tiqadi'ah dipahami sebagai wilayah politik untuk memperjuangkan ideologi negara, mu'amalah dipahami sebagai upaya memperjuangkan hak-hak warga negara melalui Undang-Undang Dasar 1945, dan akhlaqiah dipahami sebagai upaya berdakwah dengan moralitas. Oleh karena itu, negara yang menjadi keyakinan mayoritas penduduk Indonesia merupakan wilayah privat yang tidak boleh diinterversi atau disubordinasi oleh negara, begitu juga negara, sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh UUD 1945, harus benar-benar dilaksanakan untuk memperjuangkan hak-hak berkeyakinan dalam kerangka pembangunan nasional.
Adapun konsepsi tentang hubungan agama dan negara Rebublik Indonesia, dalam pemahaman Abdurrahman Wahid dirumuskan dalam tiga bahasan pokok, yaitu : Pertama, finalisasi Pancasila sebagai ideologi negara, karena perjuangan mengenai ideologi tersebut, pada dasarnya bukan didasarkan pada unsur keterpaksaan umat Islam, melainkan didasarkan pada kesadaran yang diwujudkan sebagai penghormatan untuk bersama membangun masyarakat bangsa. Kedua adalah mengenai hubungan simbiotik antara agama dan negara, yang dimaksudkan untuk menjaga hubungan secara proporsional, artinya warga negara tidak boleh mencari legitimasi keagamaannya kepada pemerintah, begitu juga sebaliknya pemerintah tidak boleh mencari legitimasi politiknya kepada agama tertentu, terlebih ia tidak boleh mempolitisasi agama sebagai kendaran politik. Ketiga adalah mengenai konsep pribumisasi Islam yang dimaksudkan untuk mempermudah implementasi hukum Islam menjadi negara tanpa tercerabut dari budaya lokal (bangsa). Sedangkan demokrasi yang dipraktikkan oleh negaranegara Barat adalah tergolong sekuler, yaitu ia dipahami sebagai semangat untuk memisahkan urusan agama dan negara. Implikasi negara yang berfaham sekuler adalah negara tidak satu sen pun mengeluarkan uang untuk kepentingan agama, yang berarti keberadaan seperti Departemen Agama, Peradilan Agama, urusan Haji, dan kurikulum agama dalam semua jenjang pendidikan harus dihapuskan.

The thoughts of Abdurrahman Wahid about state and religion are basically based on the framework to built nation society through nationalism, in which nation and state. Islam has to be understood in national framework. The complete meaning of Islamic Shari'a, in the Wahid's opinion, has a various meaning. The meaning of theology is understood as political region or struggling for the state ideology, mu'amalah (transaction) can be understood as struggling effort for civic rights through UUD 45 and morality can be understood as teaching effort by morality. Therefore, Islam becoming Indonesian's belief as private matter may not be intervened and subordinated by state, as well as state, according to constitutional law (UUD 45), has to really conduct the struggle for civic right to national development.
And the conceptions of Republic Indonesia and Islam relation, according to Abdurrahman's opinion, are formulated in three fundamental discussion, that concern to finalizing Pancasila as state ideology, because the struggle of ideology basically not relied on compulsory from Muslim, but based on a awareness realized as respect to develop nation state together. Matter is symbiotic relation the second between state and Islam to remain to take care of intercourse proportionally, so citizen may not look for its religious legitimacy to certain religion, particularly he may not make religion as political desire. The third matter is concept "pribumisasi Islam" intended to facilitate implementation of Islamic law as state law. While democracy foundation practiced by western countries is assumed secular, comprehended as spirit to develop political system. The implication of state, which has a secular method that they will not participate to the religion case, such as Department of Religious Affairs, Personal Islamic Court, and the religion curriculum in all education ladders have to be abolished.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 2001
200 DEL (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>