Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156240 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devy Arindha Sari
"Jumlah penyalahguna narkoba dari tahun ketahun terus meningkat. Hal ini perlu menjadi perhatian kita karena efek yang ditimbulkan oleh narkoba selain berbahaya bagi pemakainya, juga memberikan efek negatif bagi lingkungan. Seringkali penyalahguna narkoba terlibat dalam tindak kriminal untuk memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Banyak usaha djlakukan oleh keluarga penyalahguna narkoba untuk menghentikan ketergantungan mereka terhadap narkoba. Namun, sulit untuk berhenti dari ketergantungan terhadap narkoba, apalagi jenis heroin yang tinggi tingkat adiksinya. Angka kekambuhan (relapse) setelah seorang
penyalahguna menjalani rehabilitasi cukup tinggi.
Untuk memahami apa yang mendorong seorang individu menampilkan suatu perilaku, bisa dilihat dari kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Kebutuhan merupakan suatu pendorong bagi diti individu untuk melakukan sesuatu. Jika diketahui kebutuhan apa yang mendominasi perilaku individu penyalahguna narkoba, dalam proses konseling, konselor bisa membantu pengguna untuk lebih mengenali dirinya sendiri, menyadari kebutuhannya dan membantu mencari alternatif penyaluran Icebutuhan yang lebih tepat. Untuk membantu mengenali
kebutuhan kebutuhan apa yang ada dalam diri, diperlukan sebuah alat tes. Salah satu alat tes yang bisa digunakan adalah EPPS (Edwards Personal Preference Schedule). Konstruk alat tes ini dikembangkan dari teori kepribadian Henry Murray (1983). Alat tes ini mengukur 15 needs (need for achievement,preference, order; exhibition; autonomy; intraceptfon; succorance; dominance; abasement; afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression). Dengan bantuan alat tes ini, peneliti akan melihat kebutuhan apa yang dominan
dan menjadi karakteristik kepribadian dari individu penyalahguna narkoba Diharapkan bisa diperoleh suatu karakteristik yang membedakan antara individu penyalahguna dan bukan penyalahguna obat terlarang. Penelitian menggunakan sumber data sekunder dan pasien yang menjalani perawatan di RSKO (khususnya mereka yang mengalami ketergantungan heroin), sementara untuk kelompok bukan pengguna, peneliti mengadministrasikan tes EPPS pada subyek yang tidak menyalahgunakan narkoba.
Dari hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan profil EPPS yang signifikan antara penyalahguna dan bukan penyalahguna narkoba, kecuali pada needs for dominance dan need for heterosexuality terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok tersebut. Sementara dari perbandingan nilai mean kedua kelompok, ada kebutuhan yang eenderung iebih tinggi pada kelompok penyalahguna, yaitu : need for deference, exhibifion, auronom, afiliation, change, endurance, heterosexuality, dan aggression. Sedangkan nilai mean yang cenderung lebih rendah adalah: need for deference, order, inrracepton, succorance, dominance, abasement, dan nurrurance.
Selain itu, diperoleh juga gambaran perilaku penyalahgunaan narkoba dari kelompok penyalahguna. Mereka kebanyakan memulai dari usia remaja awal dan teman adalah orang yang memperkenalkan mereka pada penyalahgunaan narkoba. Setelah ketergantungan pada heroin, sebagian besar subyek melakukan tindak kriminal untuk membiayai pemakain narkobanya. Cara pemakaian heroin yang mereka lakukan adalah dengan menggunakan janun suntik. Hampir seluruh subyek menggunakan secara bergantian, perilaku ini beresiko menularkan virus
HIV/AIDS. Usaha untuk menghentikan ketergantungan terhadap heroin sudah
pernah dilakukan, namun seringkali mereka mengalami relapse.
Selanjutnya penelitian ini djharapkan bisa menjadi masukkan bagi pengembangan penelitian dibidang dan membantu konselor atau praktisi lainnya untuk lebih peka terhadap kebutuhan yang dimiliki oleh individu penyalahguna narkoba."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Indah Sari
"Penelitian ini berangkat dari penyalahgunaaan Narkoba yang muncul dengan segala dampaknya yang memprihatinkan. Dari data yang diperoleh, ditemukan bahwa kebanyakan penyalahguna Narkoba adalah usia remaja. Penyalahgunaan itu mempunyai dampak yang bermacam-macam, mempengaruhi individunya sendiri, maupun sosialnya. Karena itu penelitian ini meninjau dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap kepribadian individu, dalam hal ini adalah harga dirinya. Penelitian ini memberikan gambaran harga diri temaja penyalahguna Narkoba. Sebagai bahan pembanding, penelitian ini juga memberikan gambaran remaja yang bukan penyalahguna Narkoba. Gambaran ini diberikan karena aspek tersebut merupakan salah satu sasaran bagi upaya pencegahan dalam dalam individu itu sendiri. Untuk memberikan gambaran harga diri itu digunakan instrumen Self-Esteem Inventory yang dikembangkan oleh Coopersmith. Instrumen ini mengukur harga diri dari 4 dimensi yaitu sosial, akademis, keluarga dan general.
Hasil studi kepustakaan menunjukkan bahwa pada beberapa jenis Narkoba memberikan efek menurunkan kepercayaan diri serta memburuknya kepribadian seseorang disamping efek samping lainnya. Selain itu juga ditemukan bahwa ada kaitan antara penyalahgunaan Narkoba dengan kepribadian individu.
Pada analisis didapati hasil bahwa harga diri tinggi lebih banyak dimiliki oleh remaja yang bukan penyalahguna Narkoba. Sedangkan harga diri rendah lebih banyak dimiliki oleh remaja penyalahguna Narkoba. Sebagai analisis tambahan didapati hasil adanya perbedaan yang signifkan antara rata-rata skor total harga diri remaja penyalahguna Narkoba dengan rata-rata skor total harga diri remaja bukan penyalahguna Narkoba.
Untuk melihat gambaran lebih jelas lagi, penelitian ini melihat rata-rata skor dari tiap domain. Terlihat bahwa pada tiap domain harga diri, rata-rata skor penyalahguna lebih rendah dari bukan penyalahguna. Namun yang perbedaannya signifikan adalah pada domain sosial, keluarga dan general. Perbedaan yang terlihat paling besar adalah pada domain keluarga, yang berarti bahwa remaja penyalahguna Narkoba cenderung merasa bahwa keberadaan mereka di lingkungan keluarga tidak berharga.
Dari semua hasil penelitian ini diharapkan selanjutnya dapat dijadikan bahan pendekatan untuk membantu remaja korban penyalahguna agar tidak lagi menggunakan Narkoba dan dapat kembali berkarya di tengah-tengah masyarakat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citrawati Pusporini
"Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya Terjalinnya hubungan personal (interaksi antar individu) sangat penting, terutama untuk memenuhi kebutuhan intimacy seseorang (Strong & Devault, 1988). Tentu saja kriteria memilih pasangan hidup yang ideal berbeda pada tiap individu. Sejalan dengan berkembangnya waktu, banyak dijumpai perempuan yang dianggap berusia ‘cukup dewasa’ untuk menikah namun belum juga menikah, padahal sudah memiliki ‘segalanya’, seperti pendidikan tinggi, karir yang mantap, dan penghasilan yang memadai. Masyarakat kebanyakan berpandangan tradisional dan menganggap perempuan seperti tersebut di atas sebaiknya mengakhiri masa Lajangnya dan segera berkeluarga karena kodrat seorang perempuan adalah sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Namun banyak hal yang mernpengamhi seseorang memutuskan untuk menikah/ tidak atau menentukan pilihan untuk menikah namun belum menemukan pasangan yang tepat. Selain dikasihani, individu lajang dipandang Lingkungannya sebagai seseorang yang kurang bergaul, kurang menarik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan dengan orang-orang lain (Anderson & Stewart dalam Matlin, 1999 dalam Gracesiana 2002). Bagi para lajang sendiri, pilihan yang mereka jalankan memiliki baik keuntungan maupun kerugian, sama halnya dengan menikah. Ada kesirnpulan yang menyatakah bahwa menjadi lajang lebih sulit bagi perempuan (Si menquer Carol, 1982), dan menurut Freedman (1978), orang yang tidak menikah cenderung merasa Lonely dibandingkan individu yang menikah.
Ketika para dewasa muda tertarik untuk menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain, ada juga suatu keinginan yang kuat untuk mandiri dan bebas. Perkembangan pada tahap ini melibatkan perjuangan antara keinginan untuk funtime dan komitmen pada satu sisi, dengan keinginan mandiri dan bebas di sisi yang lain (Hoyer, Ribash & Roodin, 1999; Hall & Lindzey, 1973 dalam Gracesiana, 2002). Adanya perbedaan keinginan yang dimiliki tiap individu ini dapat dijelaskan dengan teori Murray yang menyebutkan bahwa baik disadari atau tidak, setiap perilaku manusia didasari oleh motivasi tertentu. Ini merupakan asumsi dasar dari pandangan psikologi. Untuk berbicara tentang motivasi, tentu harus berbicara tentang kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan merupakan suatu pendorong bagi diri individu untuk melakukan sesuatu (Mummy, 1938 dalam Groth-Mamat, 1999). Untuk membantu mengenali kebutuhan-kebutuhan apa yang ada dalam diri dan menjadi pendorong munculnya perilaku, diperlukan sebuah alat tes. Salah satu alat tes yang bisa digunakan untuk meneliti fenomena di atas yaitu EPPS (Edward Personal Preference Schedule). Konstruk alat tes ini dikembangkan dari teori
mengenai kepribadian yang dikembangkan oleh Murray (1938).
Dengan menggunakan alat tes ini akan dilihat kebutuhan-kebutuhan apa yang dominan dan menjadi karakteristik kepribadian dari perempuan lajang di atas 30 tahun. Selain itu
dapat dilihat pula apakah ada suatu karakteristik kepribadian yang membedakannya dengan perempuan yang telah menikah. Penelitian dilakukan pada 70 orang subyek dengan karakteristik perempuan lajang dan perempuan yang menikah, berusia diatas 30 tahun, dengan menggunakan incidental sampling. Dalam penelitian ini, alat yang digunakan berbentuk tes EPPS (Edward Personal Preference Schedule) untuk melihat kebutuhan-kebutuhan seseorang yaitu kebutuhan khusus yang dimiliki seseorang.
Dari hasil analisis dan interpretasi data yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Tidak ada perbedaan profil EPPS yang signifikan antara perempuan lajang dan perempuan menikah yang berusia di atas 30 tahun, kecuali pada need for change, dimana perempuan lajang cenderung memiliki need for change yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang menikah. Dengan demikian, ada perbedaan need for change yang signifikan antara perempuan lajang dan perempuan yang menikah. Hal ini berarti bahwa perempuan lajang cenderung selalu menginginkan perubahan dan tidak menyukai memiliki kebiasaan hidup yang tetap. Mereka senang mencari dan menjumpai kawan baru, saling bertukar perhatian, dan berlibur ke tempat yang asing. Karena kondisi itu, mereka cenderung tampak kurang stabil, baik pendirian maupun keinginannya (Edward dalam EPPS, 1978). Ketidakstabilan ini sesuai dengan keinginan lajang untuk membentuk hubungan yang dekat dengan orang lain namun di satu sisi ada juga keinginan yang kuat untuk mandiri dan bebas (Hoyer, Rybash & Roodin, 1999; HalI & Lindzey, 1973 dalam Gracesiana., 2002).
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah diharapkan dapat mengambil lebih banyak sampel, sehingga didapat perbedaan yang lebih akurat serta hasilnya dapat digeneralisasikan kepada subjek Iain di Luar sampel penelitian. Selain itu ada baiknya untuk melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa subyek dari tiap kelompok, untuk melihat kesesuaian dari hasil needs yang diperoleh dengan gambaran kepribadian subjek. Dapat pula dilakukan penelitian lanjutan pada perempuan lajang dan perempuan menikah yang tidak bekerja untuk melihat apakah tidak adanya perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok tersebut disebabkan karena faktor pekerjaan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anindya Jati Andri
"Penelitian ini memuat situasi yang melatarbelakangi ketergantungan seseorang terhadap penggunaan narkoba, sikap yang ditampilkan setelah terinfeksi HIV/AIDS serta cara partisipan memaknai kondisi diri dan lingkungan/keluarga terdekatnya serta tindakan-tindakan yang dilakukan ketika menyelesaikan masalah. Teori explanatory style dari Peterson & Seligman (1987) digunakan berdasarkan dimensi internal-external, stability-unstability/transient dan global-specific melalui penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Bertujuan untuk melihat pemahaman mereka terhadap kondisi yang ada hingga cara-cara yang dilakukan untuk memaknai masalah tersebut. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar dari mereka menggunakan pola eksternal, stability dan global dalam memahami ketergantungannya pada narkoba, mereka masih mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap narkoba walaupun sadar akan dampak yang ditimbulkan. Kesulitan untuk memahami keadaan diri terinfeksi HIV/AIDS disebabkan oleh banyak faktor. Seperti dukungan sosial, keadaan partisipan saat ini, adanya stigma di masyarakat yang membatasi gerak hidup mereka. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan partisipan yang hanya diambil pada satu buah panti rehabilitasi narkoba. Padahal pemahaman yang muncul dapat berbeda bila diteliti pada panti rehabilitasi lain, partisipan perempuan ataupun individu yang tidak mengikuti program rehabilitasi. Selanjutnya ditemukan pula bahwa rasa tanggung jawab pada diri sendiri dapat menjadi kekuatan tersendiri bagi pengguna narkoba yang terinfeksi HIV/AIDS untuk memahami kebutuhan dirinya sendiri.

This study analyzise the background of people?s situation on drugs dependency, their attitudes emerge after infected by HIV/AIDS, and ways to give self-meaning to themselves and their surroundings including actions to deal with their life problems. Style explanatory theory from Peterson & Seligman (1987) which is based on internal-external dimension, stability-unstability/transient dan global-specific dimentions was used. This study was a in qualitative research with case study method. The objective is to explore the understanding of drug users with HIV/AIDS. The outcome from this research shows that most of the subjects were using external, stabilized and global patterns from explanatory theory in order to understand their dependecies on drugs and how hard for them to release from it eventhough they knew that is harmful. The drug users who were infected by HIV/AIDS were hard, to understand their situations. This was caused by many factors such as social support, their physical and psychological conditions, public stigma that limit ways to facing their life. The constraints in this research were that all subjects were from one rehabilitation centre. Whereas, other understanding can be different in other rehabilitation centres which is women participant, or people who were not under any rehabilitation program. Furthermore, the researcher found that a sense of responsibility to oneself can be a moral support for any subject to understand his/her needs and conditions."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siti Rohmi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Pratiwi
"Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba dicerminkan salah satunya dari hal rehabilitasi penyalahguna narkoba. Survei BNN tahun 2015 menyatakan bahwa hanya sekitar 18 di kelompok rumah kos yang pernah mencari pelayanan rehabilitasi. Keterpaparan informasi narkoba merupakan faktor yang cukup penting dalam perubahan perilaku terlebih untuk melakukan rehabilitasi. Rumah kos merupakan populasi rumah tangga yang dianggap rawan terhadap penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan informasi narkoba dengan perilaku pencarian rehabilitasi di rumah kos.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi Penyalahguna Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di 20 Provinsi Tahun 2015 dan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Pada penelitian ini peneliti hanya mengambil populasi dan sampel pada rumah kos di 6 kota di 6 provinsi yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar dan Manado.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba di rumah kos yang terpapar informasinya baik memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku pencarian rehabilitasi 3,8 kali lebih tinggi dibandingkan yang terpapar informasinya kurang baik setelah dikontrol oleh variabel umur, pekerjaan dan pendapatan/uang saku perbulan.

The problem of drug abuse is reflected by the rehabilitation of drug abusers. Survey of BNN in 2015 said that only about 18 in boarding houses ever seek rehabilitation services. Exposure to drug information is an important factor in behavioral change especially for rehabilitation. Boarding house is vulnerable population to do drug abuse. The purpose of this study was to determin the relationship of drug information exposure with rehabilitation search behavior in boarding house.
This study uses secondary data from the Drug Abuse Prevalence Survey in Household in 20 Provinces Budget Year 2015 and uses Cross Sectional design study. In this study, only took the population and samples in boarding houses in 6 cities in 6 provinces namely Medan, Jakarta, Surabaya, Pontianak, Makassar and Manado.
The results of this study is drug abusers that exposed to good information have a tendency to conduct rehabilitation seeking behavior 3,8 times higher than those who exposed to poor information after controlled by age variable, occupation and income allowance per month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wike Warzukni
"Salah satu alat bantu untuk melakukan pengukuran dalam bidang psikologi yaitu Hand Test, yang menggunakcn metode proyektif Melalui Hand Test dapat dilihat kecenderungan individu dalam bertindak. Penelitian-penelitian Hand Test di luar negeri memperkuat asumsi bahwa Hand Test memang mengukur kecenderungan tingkah laku yang over dan mampu membedakan antara berbagai populasi yang tergolong normal dan populasi kelompok Idinis (Wagner, 1983). Salah satu populasi yang memiliki karakteristik yang khas yaitu penyalahguna narkotika dan obat-ohatan berbahaya (narkoba). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan antara Hand Test antara penyalahguna narkoba dengan yang tidak memakai narkoba. Adapun perbedaan yang dilihat yaitu pada jumlah respons pada tiap kategori dan sub kategori yang terdapat dari dalarn Hand Test.
Di dalam penelitian ini digunakan dua kelompok, yaitu kelompok penyalahguna narkoba (kelompok narkoba) dan kelompok yang tidak memakai narkoba (kelompok non narkoba). Jumlah subyek dalam masing-masing kelompok yaim 30 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan (dengan persentase yang banyak laki-Iakinya), berusia antara 18 - 25 tahun. Data Hand Test pada kelompok nnrkoba merupakan data skunder, sementara dari kelompok non narkoba merupakan data primer. Untuk membandingkan antara kedua kelompok ini, digunakan teknik t-test untuk kelompok sampel yang independen, dan diolah dengan menggunakan program SPSS 11.0 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal jumlah respons AGG, DEP, dan WITH, di mana kelompok narkoba terlihat memiliki mean yang lebih. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok narkoba cenderung memberikan respons AGG, DEP, dan WITH yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non narkoba.
Respons AGG tampaknya berkaitan dengan dengan kecenderungan penyalahguna dalam bertindak secara agresif dan hal ini sejalan dengan yang dikatakan Vaillant (dalam Nathan, 1988); Papalia, Olds, & Feldman (2001).
Sedangkan respons WITH berkaitan dengam pengabaian peran yang dilakukan oleh penyalahguna narkoba, di mana seseorang yang terlibat penyalahguna narkoba terutama heroin. Tingginya respons DEP berkaitan dengan ketergantungan emosional yang oleh penyalahguna narkoba. Selain itu mereka juga tergantung dalam hal Enansial kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhaannya akan narkoba yang seakan tidak terbatas.
Sebagai penutup, diberikan samn-saran untnk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya hendaknya membandingkan respons Hand Test dalam hal kualitas dari isi (konten) jawaban subyek, jadi tidak hanya dilihat dari jumlah respons saja. Selain itu juga hendaknya memakai rentang usia subyek yang lebih luas sehingga dapat digeneralisir untuk seluruh populasi penyalahguna narkoba. Sedangkan manfaat dari hasil penelitian ini, dapat menjadi masukan bagi program rehabilitasi penyalahguna narkoha, misalnya deng-an mendiskusikan bersama penyalahguna narkoba mengenai kecenderungan bertindak yang mereka miliki.
Melalui hal ini diharapkan mereka memiliki pemahaman tentang dirinya, dan dapat lebih mengontrol dirinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>