Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aida Argaputri
"ABSTRAK
Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri Sena kemampuan yang
dimiliki (Websters Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat
kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya, 2007). Orangtua
yang mcmpersepsikan anaknya sebagai ?segalanya buruk?dapat menciptakan
konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, dan
tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frankel-Bnmswilk, dalam Burns,
1993).
Cognilfve-Behavior Therapy (CBT) adalah sebuah istiiah yang digunakan
untuk menjelaskan bentuk innervensi yang bersifat psikoterapeutik dan bertujuan
untuk mengurangi distress psikologis dan perilaku maladaptifdengan cara
mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT
pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatifmengenai hidup
dan seseorang adalah hasil dari se%taIk negatif yang berujung pada perasaan
negatif mengenai diri sendiri, sebf-esteem rendah, dan kepada perilaku yang
bersifat menghambat individu mencapai hasil yang diinginkan (Bumett, 1996).
Intervensi cognizive behavioral dinilai paling sukses mcningkatkan harga diri dan
konsep diri. Program diasosiasikan dengan peningkatan positive seMta1k dan CBT
dihubungkan dengan pengurangan negative se%talk (Bumett, Craven, dan Marsh,
1999).
Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan diri sorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata.
Ia merasa kurang percaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat
belajar. Ia takut menjawab dengan salah. Sctelah intervcnsi, anak mampu
menyadari kcsalahan berpikimya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi
lain, sikap ayah yang marah saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit
menunjukkau perubahan positif di mmah. Anakjuga sangat memperhatikan
cvaluasi dari teman scbayanya.

ABSTRACT
Self-confidence is faith about oneself and one?s own ability (Webster?s
Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the
child?s perception of his/her self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive
their child as ?all bad", create a self-concept that emphasize the child that he/she
is less accepted, bad, and does not have any approval of his action from the parent
(Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993).
Cognitive-Behavior Therapy (CBT) is an intervention that aims to
psychological distress and maladaptive behavior by altering cognitive processes
(Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is based on the notion that
negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which
leads to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating
behavior (Bumett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most
successful enhancers of self-esteem and self-concepts. 'I'he program was
associated with an increase in positive self-talk and CBT was linked to a decrease
in negative self-talk (Bumett, Craven, and Marsh, 1999).
CBT?s program on this final assignment was aimed to improve the self-
conlidence ofa nine year old girl with an average intelligence. She feels little of
confidence in answering the teacher?s or pa1°ent's questions. She was afraid that
she might give a wrong answer. As the result ofthe intervention, the child now is
aware of her faulty think and become more confident in school. On the other side,
her father-'s attitude that always become angry whenever she gives a wrong
answer make her more difficult to show some improvement at home setting. The
child also pays much of attention on her peer?s evaluation.
"
2007
T34197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Argaputri
"Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri serta kemampuan yang dimiliki (Webster's Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya. 2007). Orangtua yang mempersepsikan anaknya sebagai 'segalanya buruk'dapat menciptakan konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, den tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frenkei-Bronswilk, dalam Burns, 1993) Cognitille-llehavior Therapy (CB1) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan bentuk intervensi yang bersifat psikoterapeutik den bertujuan untuk mengurangi distress paikologis dan perilaku mal adaptif dengan cara mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatif mengenai hidup dan seseorang adalah hasil dari self-talk negatif yang berujung pada perasaan negatif mengenai diri sendiri, selfesteem rendah, dan kepada perilaku yang bersifat menghambat individu mencapai basil yang diinginkan (Burnett, 1996). lntervensi cognitive behavioral dinilai paling snkses meningkatkan harga diri dan konsep diri.Program diososiasikan dengan peningkatan positive self talk dan CBT dihuhungken dengan penganangan negative self-talk (Burnett, Craven, den Marnh, 1999). Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri seorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata. Ia merasa kurang pereaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat belajar. Ia takut menjawab dengan sa1ah. Setelah intervensit anak mampu menyadari kesalahan berpikirnya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi lain, sikap ayah yang marab saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit menunjukkan perubahan positif di rumah.

Self-confidence is faith about oneself and one's own ability (Webster's Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the child's perception of bislber self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive their child as "all bad1create a self-concept that emphasize the child that be/she is less accepted, bad, and does not hove any approval of his action from the parent (Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993). Cognitive-Behavior Therapy (CBI) is an intervention that aims to psychological distress and Maladaptive behavior by altering cognitive processes (Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is baaod on the notion that negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which lands to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating behavior {Burnett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most successful enhancers of self-esteem and self-concepts.The program was associated with an increase in positive self-talk a.nd CBT was linked to a decrease in negative self-talk (Burnett, Cmven, and Marsh, 1999). CBT's program on this final assignment was aimed to improve the self­ confidence of a nine year old girl with an average intelligence. She feels little of confidence in answering the teacher's or parent's questions. She was afraid that she might give a wrong answer. As the result of the intervention, the child now is aware of her faulty Chink and become more confident In school. On the other side, - her father's attitude that always become angry whenever she gives a wrong' answer make her more difficult to show some improvement at home setting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T32434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Olvina Faz
"Tesis ini membahas mengenai penerapan program cognitive behavioral therapy yang didasarkan pada program think good feel good untuk melihat peningkatan self esteem pada remaja putera dengan perilaku menarik diri. Penelitian ini merupakan penelitian single case dengan desain pre test-intervensi-post test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CBT ini mampu mengubah core beliefdan akhirnya meningkatkanself esteem remaja dengan perilaku menarik diri. Terdapat beberapa saran yang dikemukakan di dalam penelitian ini yaitu terkait dengan perlunya psikoedukasi bagi orangtua dan menjadikan orangtua sebagai co-terapis sehingga meski program berakhir klien tetap mendapatkan dukungan secara sosial.

The thesis deals with cognitive behavioral therapyprogram application which is based on think good feel good program in order to observe enchanced self-esteemof male adolescent with withdrawal behavior. Research currently held during the thesis preparation is of single case with pre-test-intervention-post-test design. Results obtained reveals that the CBT program is capable of modifying the core belief and thereby enhancing self-esteem of male adolescent with withdrawal behavior. Several suggestions are, then, offered, including parents requiring to have psychoeducation and act as co-therapist that will be continuously providing social support to clients despite the program is terminated."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munardyansih
"Orangtua sering mengalami kesulitan menanggulangi anak usia sekolah yang mudah marah, sering menentang dan menunjukkan reaksi emosi yang tak terkendali atau agresif. Tak jarang orangtua terjebak situasi konflik yang emosional dan terpancing melakukan tindak kekerasan yang menjadi model perlaku agresif pada anak sehingga masalah perilaku anak tak mudah diatasi. Kesulitan mengendalikan emosi demikian terjadi pada D (9 tahun) subyek penelitian ini yang terlihat sejak D memiliki adik pada usia 4 tahun dan orangtua lebih menaruh perhatian pada adiknya yang lahir dengan kelainan jantung bawaan. Pada masa usia sekolah frekuensi marah terjadi setiap hari, sering konflik dengan anggota keluarga dirumah, mengalami kesulitan dalam berteman dan kerap memperoleh hasil belajar yang kurang baik, sekalipun tergolong cerdas dan memiliki intelligensi diatas taraf rata-rata.
Kemarahan dan perilaku menentang yang maladaptif menunjukkan D kurang memiliki kemampuan pengendalian emosi sesuai taraf perkembangan anak usia sekolah, yang umumnya mampu mengontrol dan mengarahkan tindakannya untuk menjalin kerjasama dengan oranglain. Perilaku demikian sexing terjadi pada anak Oppositional Defiant Disorder (ODD) yaitu gangguan perilaku yang ditandai oleh pola perilaku menentang, menantang dan memusuhi (hostile) yang terutama ditujukan pada orangtua (APA, 2000).
D memenuhi kriteria diagnosa ODD. Kemarahan anak ODD disebabkan oleh proses kognitif yang disfungsi dan mengalami defisit kognitif yang herdampak pada keterbatasan kemampuan mengendalikan emosi dan mengatasi masalah sosial (Mash & Wolfe, 1999). Disfungsi dan defisit kognitif merupakan fokus masalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). CBT merupakan intervensi kognitif yang secara emperis telah terbukti efektif untuk mengelola kemarahan dan menanggulangi anak yang mengalami masalah interpersonal (Stallard 2005)
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana teknik CBT dapat diterapkan untuk mengendalikan marah pada anak ODD usia sekolah dengan menggunakan metode yang dikembangkan Stallard. Intervensi ditujukan untuk meningkatkan kesadaran diri, pemahaman lebih baik mengenai perasaan dan pemikiran negatif yang menimbulkan kemarahan, dan mengembangkan pengendalian din melalui ketrampilan kognisi dan perilaku yang sesuai.
Intervensi terbagi atas kegiatan untuk mengendalikan emosi dan kognisi. Fokus intervensi masing-masing melalui tahapan Identifikasi masalah (mengenali pencetus dan reaksi kemarahan D, pemikiran negatif yang disfungsi dan defisit kognitif), mengembangkan ketrampilan yang sesuai untuk mengendalikan marah (menurunkan ketegangan dengan latihan relaksasi, pengaturan pemahman dan mengganti pemikiran negatif dengan pemildran yang menenangkan atau menurunkan reaksi marah dengan 'self instructional ), mengenali dan menguji disfungsi kognisi yang mempengaruhi kehidupan anak.
Pada penelitian menunjukkan bahwa tehnik CBT yang digunakan memudahkan D untuk menyadari serta memahami kesulitannya dan mengetahui langkah untuk melakukan perubahan atau mengendalikan reaksi marahnya. Hasil penelitian menunjukkan perubahan pada D, dimana ia lebih mampu mengendalikan perasaannya ketika menyadari mulai timbul perasaan marah dengan berusaha menurunkan ketegangan dan menenangkan diri dengan pemikiran yang positif Selama periode penelitian frekuensi marah tidak terjadi setiap hari. Namun pada penelitian ini penerapan keterampilan bare yang dikuasai D belum menetap sehingga untuk mencegah terjadinya relaps diperlukan program untuk evaluasi berkala dan melibatkan peran aktif orangtua sebagai co-clinician.
Kelemahan lainnya dalam penelitian ini adalah pada desain penelitian yang belum meneakup pelatihan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan sosial. Kelemahan lainnya adalah jumlah perencanaan sesi dan jangka waktu pertemuan untuk dapat mempertahankan dan mengevaluasi keterampilan kognisi baru yang telah dipelajari. Saran dalam penelitian ini adalah terkait dengan perencanaan desain penelitian, perencanaan jumlah sesi dan peningkatan peran orangtua dalam program CBT."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17815
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ratu Rosari
"ABSTRAK
Minat untuk memilih judul tulisan ini berawal dari kenyataan bahwa pada
dasarnya narpidana yang kurang percaya diri itu enggan untuk bergaul,
tidak mempunyai gairah untuk menghasilkan karya sendiri. Disamping itu
khususnya narapidana yang akan bebas, mereka tidak mempunyai
pandangan atau cita-cita setelah hebas nanti. Kurang percaya diri ini
disebabkan karcna adanya sikap pesimis, mereka masih khawatir atau ragu
kalau tidak diterima di Iingkungan masyarakat. Apalagi stigma masyarakat
masih bersifat negatif Berdasarkan wawancara dan pengisian kuesioner, diperoleh hasil bahwa mereka berkeinginan untuk melakukan usaha setelah hebas nanti, akan
tetapi mereka masih kurang percaya diri, apakah bisa terlaksana dengan
baik. Sedangkan masyarakat mungkin sebagian bclum pcrcaya dengan eks
narapidana. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut, maka menurut penulis,
program untuk meningkatkan rasa percaya diri terhadap narapidana yang
akan bebas menjadi penting untuk dilakukan. Hal tersebut didasari oleh
pandangan bahwa dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, mereka
akan menjadi manusia yang kreatifl akan dapat mcnciptakan sendiri lahan
kerja bagi dirinya dan bahkan mungkin bagi orang Iain.
Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini penulis memilih pelatihan tehnik
meningkatkan rasa percaya diri sebagai upaya memberikan bekal mental
bagi narapidana yang akan bebas.

"
2007
T34075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Ketut Suryani
Jakarta : Gramedia, 2004
158.1 LUH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pattywael, Maria Angelin
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara efikasi diri dalam keputusan karier dengan problem-focused coping style yang terdiri dari approach dan avoidance problem-focused coping style pada mahasiswa S1 Universitas Indonesia. Sampel penelitian ini berjumlah 516 mahasiswa S1 semester empat Universitas Indonesia dari semua fakultas. Efikasi diri dalam keputusan karier diukur menggunakan Career Decision Self-Efficacy Short Form (Taylor dan Betz, 1983), dan Problem-Focused Coping Style diukur menggunakan Problem-Focused Styles of Coping (Heppner, Cook, Wright, dan Johnson, 1995) yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti.
Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi positif antara efikasi diri dalam keputusan karier dengan approach problem-focused coping style (r= 0.282, p<0.01). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara efikasi diri dalam keputusan karier dengan avoidance problem-focused coping style (r= -0.107, p<0.01). Disarankan agar mahasiswa menerapkan approach problem-focused coping style untuk meningkatkan efikasi diri dalam keputusan karier, serta menghindari penerapan avoidance problem-focused coping style.

This research was conducted to examine the relationship between career decision self-efficacy with problem-focused coping style, consists of approach and avoidance problem-focused coping style on undergraduate students of Universitas Indonesia. Samples of this research are 516 4th semester undergraduate students from 13 faculties of Universitas Indonesia. Career decision self-efficacy was measured by Career Decision Self-Efficacy Short Form from Taylor and Betz (1983), and Problem-Focused Coping Style was measured by Problem- Focused Style of Coping (Heppner, Cook, Wright, and Johnson, 1955) which has been adapted and modified by the researcher.
The results are, there is a significant positive relationship between career decision self-efficacy and approach problem-focused coping style (r= 0.282, p<0.01), also there is a significant negative relationship between career decision selfefficacy and avoidance problem-focused coping style (r= -0.107, p<0.01). Based on the results, suggest that undergraduate student to enhance career decision self-efficacy by using approach problem-focused coping style."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gobet, Fernand
New York: McGraw-Hill , 2011
153.4 GOB f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aristya Puspita Adi Wardhani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari intervensi kognitif-perilaku dalam menurunkan kecemasan sosial pada siswa SMA di lingkungan akademik. Intervensi ini disusun berdasarkan tiga level tujuan intervensi kognitif-perilaku yang dikemukakan oleh Stallard (2005). Penelitian ini menggunakan mixed method design, yaitu dengan menggabungkan data secara kualitatif dan kuantitatif untuk melihat sejauhmana kecemasan sosial subjek penelitian sebelum dan setelah pemberian intervensi kognitif-perilaku. Data kualitatif diperoleh dengan wawancara terhadap subjek, guru dan teman sekolah dengan berpedoman pada tiga subskala kecemasan sosial dari La Greca dan Lopez (1998). Data kuantitatif diperoleh dengan mengukur tingkat kecemasan subjek menggunakan alat ukur Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) yang telah diadaptasi oleh Oktarani (2014).
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa intervensi kognitif-perilaku ini dapat menurunkan tingkat kecemasan sosial subjek di lingkungan akademik. Agar mendapatkan hasil penelitian yang optimal, penting untuk membangun kepercayaan terhadap subjek penelitian dan melibatkan orang lain di sekitar subjek saat intervensi dilakukan.

The intervention program based on three levels of cognitive-behavioral intervention objectives defined by Stallard (2005). This research study uses mixed method design, by combining data qualitatively and quantitatively to see the extent of social anxiety of the research participant before and after the cognitive-behavioral intervention is given. The qualitative data were obtained by interviewing the participant, participant's teachers, and participant's schoolmates. The interviewing guide is based on three social anxiety subscales defined by La Greca and Lopez (1998). Therefore, the quantitative data were obtained by measuring the level of anxiety of the participant using the Social Anxiety Scale for Adolescent (SAS-A) that had been adapted to Bahasa Indonesia by Oktarani (2014).
The result showed that cognitive-behavioral intervention can reduce the level of social anxiety of the participant in the academic environment. Building trust with the participant and involving other people around the participant-such as parents and teacher- are important in order to get the optimum research results.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawati Intan Savitri
"

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh jarak psikologis saat menulis naratif terhadap refleksi diri adaptif. Jika mekanisme menjaraki-diri yang menggunakan perspektif dan kata-ganti personal saat menulis dianggap memfasilitasi refleksi diri adaptif, apakah variasi penggunaan keduanya memiliki pengaruh adaptif yang berbeda-beda? Dilakukan 3 studi. Studi 1.a. (N= 428),dilakukan untuk membuktikan dugaan bahwa penggunaan perspektif (aktor vs pengamat) saat mengingat peristiwa negatif akan berbeda dalam refleksi diri adaptifnya. Didapatkan hasil studi 1.a. hanya dapat membedakan mekanisme menjaraki-diri, tetapi tidak pada reaktivitas emosi, penghindaran, bercerita berulang dan pemaknaan kembali. Sedangkan Studi 1.b.(N=428) berhasil membuktikan penggunaan kata ganti persona pertama berbeda secara signifikan dengan kata ganti nama diri dalam hal menjaraki-diri, reaktivitas emosi, bercerita berulang, pemaknaan kembali kecuali penghindaran, ketika refleksi diri dilakukan dengan cara menulis. Studi 2 (N = 496) dilakukan untuk membuktikan bahwa terdapat variasi penggunaan perspektif (aktor vs pengamat) dengan kata-ganti personal (pertama vs nama-diri) pada menulis refleksi diri, studi membuktikan bahwa terdapat perbedaan refleksi diri adaptif pada efek utama maupun interaksi pada penggunaan perspektif dan kata ganti personal. Studi 3 (N=92) dilakukan untuk menjawab dugaan bahwa terdapat perbedaan pengaruh variasi jarak psikologis terhadap refleksi diri adaptif pada metode menulis ekspresif, menulis dengan menjaraki-diri dengan kelompok kontrol. Ditemukan terdapat perbedaan pengaruh variasi jarak psikologis pada penggunaan kata ganti personal dan perspektif dalam menulis naratif. Diskusi dan pembahasan dilakukan dengan mempertimbangkan teori level pemaknaan yang dikaitkan dengan jarak psikologis.


Self-distancing mechanism is being mentally distant from recalled negative experience. If the self-distancing mechanism using personal pronouns and perspective considered to facilitate adaptive reflection, do the variation of both methods have different adaptive influences? Study 1.a. (N=428), is conducted to prove whether the use of perspectives (actor and observer) when recalling negative memory has different influence in the adaptive self-reflection. Study 1.a. found that the use of perspective only distinguishes mechanism of self-distancing, but does not distinguish emotional reactivity, avoidance, recounting and reconstruing. Study 1.b. (N=428) found that the use of first personal pronouns has differ significantly from the use of third personal pronouns, i.e. name, in the term of self-distancing, emotional reactivity, recounting, reconstruing but not for avoidance when writing self reflection. Study 2 (N= 496) has been conducted to prove that there are variation in the use of perspectives (actor v.s. observer) with the use of personal pronoun (first person v.s one’s name). The study proved that there are difference in adaptive self reflections on the main effect as well as on the interaction effect of the use of perspective and personal pronouns. Study 3 (N=92) has been conducted to answer the question whether there are different influences on the variation of psychological distance toward adaptive self reflection, between expressive writing methods, writing with self-distancing and  control group. Study found that there are different influences of psychological distance on the use of personal pronoun dan perspective in writing narrative. Discussions considered of the construal level theory of psychological distance.

"
2019
D2665
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>