Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trianti Budi Kurniasih
"Molibdenum banyak digunakan sebagai katalis desulfurisasi dari senyawa merkaptan yang mengandung sulfur. Penelitian ini telah berhasil mensintesa katalis Mo8O26@MMT, melalui proses pilarisasi senyawa TBA-α-Mo8O26 pada bentonit (katalis A), dan sintesa In-Situ melalui reaksi MoO3 dan tetrabutilammonium hidroksida dalam pelarut air dengan bentonit (katalis B). Bentonit yang digunakan adalah bentonit alam dari Bogor. Uji sifat katalitik Mo8O26@MMT dilakukan pada proses desulfurisasi senyawa asam 3-merkaptopropanoat (AMP) dengan dua metode yang berbeda yaitu proses batch dan proses alir melalui katalis. Hasil karakterisasi GC-MS dari produk desulfurisasi melalui proses batch dengan katalis A menunjukan adanya asam asetat (60,92 %) dan asam propenoat (39,08 %), dan produk melalui proses alir melalui katalis A adalah asam butanoat (53,06 %). Sedangkan, desulfurisasi AMP dengan katalis B tidak berhasil melepaskan atom sulfur dari AMP.

Molybdenum was widely used as a catalyst for the desulfurization of sulfur-containing mercaptan compounds. In this study, has successfully synthesize catalysts Mo8O26@MMT, through a process TBA-α-Mo8O26-pillared bentonite (A catalyst), and In-Situ synthesis through reaction of MoO3 and tetrabutylammonium hydroxide solvent in water with bentonite (B catalyst). Natural bentonite was used obtained from Bogor. Test the catalytic properties Mo8O26@MMT by desulfurization process 3-Mercaptopropionic acid (AMP) with two different methods, namely batch process and flow-through-the-catalyst process. Characterization using GC-MS showed that products AMP desulfurization by batch process with A catalyst were acetic acid (60.29%) and propanoic acid (39.08%), whilst the product from flow-through-the-catalyst A process was butanoic acid (53.06%). In contrast, AMP desulfurization with B catalyst was unsuccessful release the sulfur atom of AMP."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamal Miftah
"Bentonit alam Jambi telah dimodifikasi menjadi Fe bentonit dengan menggunakan polikation besi III oksida sebagai katalis reaksi foto fenton. Karakterisasi katalis dilakukan menggunakan metode FTIR XRD dan EDS sementara studi fotokatalisis dilakukan menggunakan metode spektrofotometri UV Visible pada panjang gelombang 200 400 nm. Sebelum preparasi dilakukan pemurnian bentonit untuk mendapatkan bentonit yang kaya akan montmorilonit yang akan diseragamkan kation bebasnya dengan Na menjadi Na bentonit. Selanjutnya menggunakan metode kompleks tembaga amin ditentukan nilai kapasitas tukar kation dari bentonit Jambi dan diperoleh nilai KTK sebesar 37 1281 mek 100gram bentonit.
Hasil karakterisasi XRD dan EDS mengkonfirmasi keberadaan besi III oksida dalam bentonit Pengurangan kadar polutan organik fenol dan p klorofenol dilakukan menggunakan besi III oksida yang disisipkan pada katalis bentonit alam dengan penambahan hidrogen peroksida H2O2 30 dan penyinaran sinar UV C direaksikan dalam proses batch Untuk perbandingan proses adsorpsi fotolisis dan reaksi fenton dipelajari untuk menunjukkan penurunan kadar fenol dan p klorofenol yang murni berdasarkan proses foto fenton.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan katalis besi III oksida yang disisipkan pada bentonit dengan pH awal diatas 6 dan penambahan 78 mM H2O2 total penurunan kadar yang paling efektif dari 100 mg L 1 fenol pada panjang gelombang 269 nm terjadi dalam waktu 90 menit dibandingkan dengan penurunan kadar p klorofenol pada panjang gelombang 279 nm.

Bentonite from Jambi has been modified into Fe bnetonit using iron III oxide polication as intercalation agent. Before perparation bentonite purification was performed in order to get bentonite which is rich with montmorillonite phase and then is cation exchanged with Na called Na bentonite. Furthermore using a copper amine methode its cation exchange capacity CEC value was determined as 37 1281 mek 100 g bentonite Reduction of the organic pollutants phenol and p chlorophenol was conducted using iron III oxide immobilized on pristine bentonite catalyst in the presence of hydrogen peroxide H2O2 30 and UV C light in batch process.
Catalyst characterization was performed using FT IR XRD and EDS while photocatalytic study was done by UV Visible spectrophotometry at wavelength 200 400 nm As comparison adsorption photolysis and fenton process were studied to indicate the degradation of phenol and p chlorophenol were purely based on photo fenton process.
The results indicated that by using catalyst of iron III oxide ndash pillared bentonite at initial pH above 6 and 78 mM H2O2 total decreased contents of the 100 mg L 1 phenol at wavelength 269 nm and p chlorophenol at wavelength 279 nm was occurred within 90 minutes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahid Hidayat
"Bentonit merupakan senyawa lempung yang tersusun atas mineral lempung dari kelompok smektit. Kandungan utama bentonit adalah mineral montmorillonit. Bentonit alam di modifikasi dengan penyeragaman kation menggunakan kation Na+. Juga dilakukan pilarisasi dengan Al2O3 untuk meningkatkan basal spasing. Untuk meningkatkan sifat reduksinya maka bentonit di immobilisasi dengan nanopartikel. Digunakannya nanopartikel bertujuan untuk meningkatkan daya katalis dari bentonit, sehingga diharapkan mampu mendegradasi perubahan dari senyawa 4-Nitrofenol menjadi 4-Aminofenol.
Dari hasil reduksi 4,3x10-4 mmol 4-Nitrofenol dengan 0,084 mmol NaBH4 menjadi 4-Aminofenol, di dapatkan Al-Bentonit@Au mampu mereduksi 98% reduksi dan persen konversi 93% dan Al-Bentonit@Cu mereduksi 100% dan mengkonversi 91%. Sedangkan Al-Bentonit@Ag, dan Al-Bentonit@Ni, pada 4,3x10-4 mmol 4-Nitrofenol hanya mampu mereduksi 4-NP namun belum terbentuk senyawa 4-AP. Katalis Al-Bentonit@Cu sebanyak 5 mg dengan waktu pengadukan 3 menit mampu mereduksi 5 mL 4-NP 1x10-3 M dengan 0,84 mL NaBH4 0,1 M dengan persen reduksi 98,9% dan persen konversi 99,2%.

Bentonite is a fine clay compound that is composed of clay minerals of the smectite group. The main content of bentonite is montmorillonite minerals. Natural bentonite modified by using a uniform cations Na + cations. Also performed pilarisasi with Al2O3 to increase basal spasing. To improve the properties of the bentonite reduction in immobilizing the nanoparticles. The use of nanoparticles aims to improve the catalyst of bentonite, that are expected to degrade the change of the compound 4-nitrophenol into 4- aminophenol.
Reduction of the results of 4.3 x10-4 mmol 4-nitrophenol with 0.084 mmol NaBH4 into 4-aminophenol, in getting Al-Bentonite @Au can reduce 98% percent reduction and the percent conversion of 93% and Al-Bentonite @ Cu can reduce100% and converting 91%. While Al-Bentonite@Ag, and Al-Bentonite @ Ni, at 4.3 x10-4 mmol 4-nitrophenol is only able to reduce 4-NP but not formed compound 4-AP. Al-Bentonite@Cu catalysts as 5 mg with 3 minutes stirring able to reduce 5 ml of 4-NP 1x10-3 M with 0.84 mL of 0.1 M NaBH4 with 98.9% percent reduction and 99.2% the percent conversion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yulia Ningsih
"Bentonit merupakan salah satu mineral yang kelimpahannya cukup besar di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna bentonit maka dibuat bentonit terpilar Al dengan polianilin dan diaplikasikan sebagai agen pereduksi ion Cr(VI). Pengukuran dengan XRD menunjukkan pilarisasi dengan polikation Al menyebabkan basal spacing dari bentonit alam naik menjadi 18,41 Å. Sintesis Bent@Al@PANI dilakukan secara in situ dengan anilin 0,05 M sebagai monomer dan amonium peroksodisulfat (APS) 0,0625 M sebagai inisiator dalam polimerisasi fasa bulk. Perbandingan konsentrasi APS/anilin adalah 1,25.
Hasil uji FTIR dan spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan bahwa polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldin salt (ES). Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan Bent@Al@PANI 0,05 M dengan waktu reaksi 10 menit, pH 3,0, massa 0,1 g mampu mereduksi Cr(VI) 1,92x10-4 M sebesar 83,03 %. Tetapan laju reduksi orde satu untuk Cr(VI) diperoleh sebesar 0,72 menit-1.

Bentonite is a mineral that has a large abundance in Indonesia. To improve the usage of it, polyaniline-modified Al-pillared bentonite was synthesized and applied as a reductant of Cr(VI) ion. XRD measurement showed that the pillarization of bentonite using Al polycation caused the basal spacing value of bentonite to be 18,41 Å. Bent@Al@PANI was synthesized by in situ process with aniline 0,05 M as monomer, and ammonium peroxodisulfate (APS) 0,0625 M as initiator of bulk polymerization. Concentration ratio of APS/aniline was 1,25.
The analysis result of FTIR and UV-Vis spectroscopy indicated that the result of synthesis was polyaniline in its emeraldine salt form. The result of measurement by UV-Vis characterization showed that 0,1 g of Bent@Al@PANI 0,05 M with 10 minutes reduction time and pH 3,0, resulted 83,30 % reduction percentage of Cr(VI) 1,92x10-4 M. First order reaction rate constant of Cr(VI) was found to be 0,72 min-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Sundari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat effek perlakuan Bentonit terhadap kualitas pasir cetak. Proses perlakuan Bentonit berupa pemurnian senyawa Montmorilonit dari Bentonit dengan campuran alkohol - bromoform pada B.J. 2,1 gr/ml dan kecepatan pemutaran 4000 rpm. Secara statistik ditunjukkan bahwa perlakuan terhadap B.Boyolali memberikan hasil paling baik ( 85,76%) karena paling mendekati garis sentral yaitu 82,73 %.
Analisa pemurnian Montmorilonit dari ke 4 Jenis Bentonit (Boyolali, Karang Nunggal, Bogor, Wyoming) dilakukan dengan XRD dan hasilnya menunjukkan bahwa B.Bogor memberikan tingkat kemurnian paling tinggi dengan pengotor paling sedikit yaitu kuarsa dibawah 2%.
Analisa unsur dari ke 4 jenis Bentonit yang sama (tanpa perlakuan) dilakukan dengan XRF dan hasilnya menunjukkan bahwa B.Wyoming mempunyai ratio Na/Ca
paling tinggi yaitu 1,75. Pemurnian Montmorilonit dari Bentonit memberikan simpangan baku 3,44%. Pada penyiapan Bentonit Boyolali untuk pasir cetak dilakukan 18 kali percobaan pemurnian dengan kondisi teknis dimana digunakan campuran alkohol- bromoform murni dan bekas.
Pada pengujian pasir cetak digunakan 4 variabel Bentonit yaitu Montmorilonit hasil perlakuan B.Boyolali, B.Boyolali 270 mesh, B.Boyolali 140 mesh dan Bentonit UI. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Montmorilonit (2%)memberikan kekuatan tekan basah, geser basah dan tarik kerinq masing-masing 1,1 N/cm2,
0,8 N/cm` dan 5,0 N/cm. Ke 4 variabel Bentonit diatas digunakan untuk uji cor spesimen Al dan hasilnya menunjukkan bahwa Montmorilonit (2%) memberikan effek paling baik pada permukaan benda tuang.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhaida
"ABSTRAK
Bentonit alam Merangin Jambi merupakan jenis Ca-bentonit dengan dengan
kandungan smectit sebesar 91,24%. Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan
modifikasi bentonit Merangin Jambi dengan KOH 0,1 M; 0,2; 0,3 M; 0,4 M; dan
1 M sebagai katalis reaksi transesterifikasi minyak kelapa sawit untuk produksi
biodiesel. Biodiesel adalah metil ester asam lemak yang dihasilkan dari
alkoholisis minyak hewani atau nabati. Selain itu, diamati juga pengaruh dari suhu
reaksi, waktu reaksi, rasio mol minyak : metanol, dan jumlah katalis. Persentase
yield metil ester cenderung lebih besar pada suhu reaksi 60 oC, waktu reaksi 2
jam, rasio mol minyak dengan metanol 1 : 12, jumlah katalis 3%, dan katalis Nabentonit
yang dimodifikasi dengan KOH 0,4 M. Katalis hasil regenerasi masih
dapat digunakan kembali dengan % yield metil palmitat, metil oleat, dan metil
linoleat, berturut-turut sebesar 0,34 %, 1,03 %, dan 3,19%.
ABSTRACT
Natural bentonite from Merangin Jambi is a type of Ca-bentonite with the
smectite content of 91,24%. This study has been performed successfully to
modify bentonite from Merangin Jambi as catalyst for the transesterification of
palm oil for biodiesel production. Biodiesel is fatty acid methyl esters produced
by alcoholysis of animal or vegetable oil. In addition, it was observed the effects
of temperature, reaction time, oil to methanol ratio, catalyst amount, and loading
amount KOH. The max percentage yield of methyl ester was obtained at
temperature of 60 oC, reaction time 2 hour, oil to methanol ratio 1 :12, 3% catalyst
amount, and KOH loading at 0,4 M. Recycle catalyst was used for the
transesterification with the percentage yield of methyl palmitate, methyl oleate,
and methyl linoleate respectively 0,34%, 1,03%, and 3,19%."
2013
T35207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovan Sunu Meirivandhy
"Bentonit alam yang berasal dari Tapanuli dimodifikasi menjadi Organoclay Tapanuli agar menjadi lebih organofilik. Sebelum digunakan untuk preparasi, dilakukan proses fraksinasi terhadap bentonit Tapanuli untuk memurnikan montmorillonit (MMT) yang ada pada bentonit. Hasil MMT kemudian diseragamkan kation penyeimbangnya dengan Na+ menjadi Na-MMT. Selanjutnya menggunakan tembaga amin (Cu(en)22+), dihitung nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang diperoleh sebesar 24,2 mek/100 gram Na-MMT. Preparasi organoclay menggunakan Na-MMT dengan surfaktan BTMA-Cl (Benzil Trimetilammonium Klorida) sebagai agen penginterkalasi dan konsentrasi BTMA-Cl yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK yaitu 0,0484 M dan 2 KTK yaitu 0,0968 M.
Hasil karakterisasi organoclay menunjukkan surfaktan BTMA-Cl telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Setelah itu, organoclay diaplikasikan sebagai adsorben p-klorofenol dan fenol dengan variasi konsentrasi 10-80 ppm. Karakterisasi untuk melihat daya adsorpsinya dibandingkan dengan bentonit alam. Hasil karakterisasi menunjukkan daya adsorpsi organoclay lebih besar dibandingkan bentonit alam. Pada konsentrasi tertinggi daya adsorpsi bentonit alam, organoclay terhadap p-klorofenol, dan organoclay terhadap fenol masing-masing sebesar 1,53 mg/g; 4,28 mg/g; dan 2,83 mg/g yang menunjukkan bahwa adsorpsi organoclay terhadap p-klorofenol lebih besar dibandingkan adsorpsi organoclay terhadap fenol.

Raw Bentonit from Tapanuli will modified into Organoclay Tapanuli to be more organophilic. Before being used for the preparation, carried out on bentonite Tapanuli fractionation process for purifying montmorillonite (MMT) which is in bentonite. Cation in MMT homogenized with Na+ to be Na-MMT. Further use of copper amine, calculated values ​​Cation Exchange Capacity (CEC) and CEC values ​is 24.2 mek/100 gram Na-MMT. Organoclay were prepared via the Na-MMT with BTMA-Cl surfactant (Benzyl Trimethylammonium Chloride) as an intercalated agent and BTMA-Cl concentration were added according to the value of 1 CEC is 0.0484 M and 2 CEC is 0.0968 M.
Characterization results showed organoclay surfactant preparation has been successfully intercalated BTMA-Cl into MMT. After that, organoclay applied as adsorbent p-chlorophenol and phenol with various concentration 10-80 ppm. Characterization to see adsorption value, then compare with Raw Bentonite. Characterization results showed the organoclay adsorption better than the raw bentonite adsorption. At the highest concentration, the adsorption value of raw bentonite, organoclay against p-chlorophenol, and organoclay against phenol is 1.53 mg/g, 4.28 mg/g, and 2.83 mg/g which show that the adsorption organoclay against p-chlorophenol better than the adsorption organoclay against phenol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Adhayuda
"Organobentonit berhasil dibuat dari proses interkalasi bentonit alam Tapanuli dengan senyawa Monosodium Glutamat (MSG). Sebelum digunakan untuk preparasi organobentonit, dilakukan proses sedimentasi terhadap bentonit Tapanuli untuk memurnikan kandungan montmorillonit (MMT) yang ada pada bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation pada interlayer bentonit dengan Na+ menjadi Na-Bentonit. Selanjutnya dilakukan penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan menggunakan larutan [Cu(en)2]2+, sehingga diperoleh nilai KTK sebesar 45,29 mek/100 gram bentonit. Preparasi organobentonit menggunakan Na-Bentonit yang terinterkalasi senyawa MSG, dimana jumlah MSG yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK dengan variasi pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Hasil karakterisasi organobentonit menunjukkan senyawa MSG telah berhasil terinterkalasi ke dalam bentonit dan terjadi perubahan pada d-spacing. Produk organobentonit tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ dengan variasi konsentrasi (1-10 mM) dan membandingkannya dengan kemampuan adsoprsi dari bentonit alam dengan konsentrasi ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ yang sama. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa organobentonit lebih efektif daripada bentonit alam dalam menyerap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+.

Organobentonite successfully made from the process of intercalation bentonite tapanuli with the compounds of Monosodium Glutamate (MSG). Before being used for the preparation, sedimentation process of bentonite content was made to purify montmorillonite (MMT) on bentonite Tapanuli. The uniformity of cations with Na+ on bentonite interlayer was made to make Na-Bentonite. Furthermore, Cation Exchange Capacity (CEC) values was calculated by using a [Cu(en)2]2+, and CEC values obtained is 45.29 meq/100 grams of bentonite. Organobentonite was prepared using the Na-Bentonite intercalated by MSG compound, and the MSG was added according to the value of 1 CEC and 2 CEC with variety of pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Characterization results showed that organobentonite preparation has been successfully intercalated MSG into bentonite and its d-spacing has changed. Organobentonite product adsorption ability was tedted against heavy metal ions Pb2+ and Cd2+ adsorption by varying the concentration (1-10 mM) and compare it with the adsorption ability of natural bentonite. From the data obtained shows that organobentonite is more effective than the natural bentonite to absorb heavy metal ions Pb2+ and Cd2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kurniawan Putra
"Telah dilakukan sintesis CuO-Bentonit dengan menggunakan prekursor kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan aplikasinya sebagai fotodegradasi Rhodamin B. CuO-Bentonit disintesis dengan mencampurkan agen pemilar kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan bentonit. Larutan kompleks [Cu(NH3)4]2+ dibuat dengan menambahkan NH4OH 1,5 M ke dalam Cu(NO3)2.3H2O 1M. Selanjutnya melalui proses hidrotermal pada suhu 160deg;C selama 2 jam dan kalsinasi pada suhu 400o C selama 5 jam akan terbentuk CuO-Bentonit. CuO-Bentonit yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Diffuse Reflectance Spectrophotometry (UVDRS), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan Scanning Electron Microscope (SEM). CuO-Bentonit yang terbentuk digunakan sebagai katalis dalam fotodegradasi Rhodamin B menggunakan sinar lampu-UV dengan menambahkan 50 mg CuO-Bentonit ke dalam 100 mL larutan Rhodamin B 2x10-5M pada beberapa variasi waktu.
Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa material CuO telah berhasil disisipkan pada lapisan interlayer bentonit. Analisis UV-DRS menunjukkan nilai energi bandgap sebesar 1,31 eV; 1,31 eV; dan 1,28 eV untuk masing masing 15%, 20 %, dan 25% CuO-Bentonit. Fotodegradasi Rhodamin B menggunakan CuO-Bentonit memperlihatkan penurunan konsentrasi pada penyinaran lampu-UV selama 180 menit. Berdasarkan data uji aplikasi material 20% CuO-Bentonit memiliki kemampuan sorpsi dan fotokatalis yang paling baik terhadap degradasi zat warna Rhodamin B.

It has been synthesized CuO-Bentonite by using precursor [Cu (NH3) 4]2 + and its application as a photodegradation of Rhodamine B. The CuO-Bentonite pillaring agent synthesized by mixing the [Cu(NH3) 4]2 + and bentonite. Solution of complex [Cu(NH3) 4]2 + is made by adding 1.5 M NH4OH in Cu(NO3) 2.3H2O 1 M. Furthermore, through a hydrothermal process at 160deg;C for 2 hours and calcination at 400o C for 5 hours will be formed CuO-Bentonite. CuO-Bentonite is formed and characterized by X-ray Diffractometry (X-RD), Infrared Spectrophotometry (FTIR), X-ray Fluorescense (X-RF), UV/Vis Spectrophotometry Diffuse reflectance (UVDRS), Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) and Scanning Electron Microscope (SEM). CuO-Bentonite is used as a catalyst in the photodegradation of Rhodamine B using UV-light by adding 50 mg of CuO-Bentonite into a 100 mL solution of Rhodamine B 2x10-5 M at some time variation.
XRD analysis results showed that the CuO material was successfully inserted into the interlayer of bentonite layer. UV-DRS analysis showed that the bandgap energy of 1.31 eV, 1.31 eV, and 1.28 eV for each of 15%, 20%, and 25% CuO-Bentonite respectively. Photodegradation of Rhodamine B using CuO-Bentonite showed a decline in the concentration of radiation-UV light for 180 minutes. Based on test, 20% CuO-Bentonite has the best sorption capacity and photocatalytic degradation of Rhodamine B.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pudji Trihandajanto
"Tanah Bentonite adalah sejenis tanah lempung dengan bagian unsur terbesar mengandung mineral Montmorilonite yang dijumpai dalam deposit vulkanik yang telah mengalami pelapukan. Bahan ini sangat aktif mengembang apabila terdapat air dan sangat sensitif terhadap proses konsolidasi. Bahan ini biasanya digunakan dalam pemboran sumur-sumur minyak dan sebagai penutup. Pengujian Triaxial terhadap tanah Bentonfre ini dimaksudkan untuk menganalisa, mempelajari dan membandingkan perubahan tegangan tanah dan tekanan pod yang terjadi pada tanah Bentonite melalui uji Txiaksial Tak-terkonsolidasi Tak-terdrainasi (UU) dan Terkonsolidasi Tak-terdrainasi (CU). Sedangkan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui kekuatan geser dari tanah tersebut, dimana tanah ini mempunyai sifat mudah mengembang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S34614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>