Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 230307 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Immi Rizky Budiyani
"Maraknya penyalahgunaan NAPZA suntik, membuat pemerintah mendirikan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) untuk mengurangi dampak buruk akibat pemakaian NAPZA suntik, sehingga diharapkan meningkatnya derajat kesehatan penasun. Namun salah satu permasalahan dalam penerapan PTRM adalah kepatuhan pasien. Berdasarkan hal itu, dilakukan penelitian cross sectional terhadap 51 sampel agar diketahui faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan mengikuti terapi metadon di RSKO Cibubur.
Hasil penelitian menunjukkan ketidakpatuhan sebesar 37,3%. Diketahui penasun dengan umur <30 tahun (66,7%), berjenis kelamin laki-laki (40%), pendidikan tinggi (37,5%), tidak bekerja (44,4%), pengetahuan kurang (54,5%), sikap kurang (60%), jauh dari tempat pelayanan (38,7%), dukungan keluarga kurang (46,7%), dukungan petugas kesehatan kurang (50%), dukungan teman kurang (37,5%) dan keterpaparan informasi baik (41,7%) memiliki proporsi ketidakpatuhan lebih tinggi. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan ketidakpatuhan mengikuti PTRM (p-Value 0,026; PR 2,261).

The rise of injecting drug use make government build Methadone Maintenance Treatment program (MMT) , in order to harmful reduction so that IDU’s health increased. But one of problems in applying MMT is adherence injection drug users. Based on that, cross sectional study carried out to 51 samples in order to know the factors related to disobedience in IDU who following MMT program in RSKO Cibubur.
The result shows disobedience is 37,3%. IDU with age less than thirty (66,7%), male (40%), high education (37,5%), didn’t have a job (44,4%), less knowledge (54,5%), less attitude (60%), far from health care (38,7%), less of family support (46,7%), less of health worker’s support (50%), less of friend support (37,5%) and have good exposure information (41,7%). Chi Square test results stated that there is a significant relationship between knowledge of the noncompliance following the MMT (p-Value 0.026; PR 2,261).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hafsari
"Jumlah kasus HIV/AIDS setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan salah satu faktor yang menyebkan peningkatan kasus HIV adalah dengan adanya peningkatan jumlah penularan di kalangan pengguna NAPZA suntik. Masalah tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini untuk melihat faktor-faktor faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada pengguna NAPZA suntik di Klinik PTRM Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel 46 pasien NAPZA suntik di Klinik PTRM. Hasil penelitian menunjukkan status HIV (+) sebesar 63%, diketahui 87% penasun adalah laki-laki, 58.7% berusia ≥34 tahun, 71,7% memiliki tingkat pendidikan ≤SMA, 58.7% menikah, 69.6% memiliki tingkat pengetahuan HIV yang baik, 63% penasun telah menyuntik ≥9 tahun, 50% penasun pertama kali menyuntik di usia <19 tahun, 69.6% penasun menyuntik ≥3 kali sehari, 87% penasun berbagi jarum suntik, 43.5% penasun melakukan sterilisasi dengan air bersih, 60.9% penasun melakukan seks berisiko rendah, 80.4% penasun memanfaatkan LJSS, 52.2% telah mengikuti terapi metadon ≥4 tahun, 58.7% penasun mendapatkan NAPZA dari ≥2 sumber yang berbeda. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menyuntik (PR 1.8; P Value = 0.02), berbagi jarum suntik (PR 4.2; P Value = 0.02), dan sterilisasi jarum menggunakan air bersih (PR 5.5; P Value = 0.006) dengan status HIV. Oleh karena itu perlu dikembangkan lagi akses terhadap jarum suntik steril bagi penasun.

Number of HIV/AIDS cases has increased every year, and one of factor that cause this rapid increases is the rise prevalence among injecting drug user. That problem encourage this study to observe the factors associated HIV status among Injecting Drug Users at Methadone Maintenance Treatment Program RSKO Jakarta in 2014. This study using cross sectional study with 46 sample of IDUs in methadone maintenance treatment program. The results shows that proportion of HIV (+) is 63%, most respondents (87%) are male, 58.7% aged ≥34 year, 71.7% have less or secondary high school, 58.7% married, 69.6% have good knowledge about HIV, 63% had injecting for ≥9 years, 50% first injecting drugs in <19 years old, 69.6% injected drugs ≥3 times a day, 87% sharing needles, 43.5% rinsed needles with clean water, 60.9% having low risk sexual activity, 80.4% had utilize Needle and Syringe Program (NSP), 52.2% had join methadone maintenance treatment program for ≥4 year. The results of Chi-square test stated there are significant relationsip between age of first injecting drugs (PR 1.8; P Value = 0.02), sharing needles (PR 4.2; P Value = 0.02) and rinsed needle with clean water (PR 5.5; P Value = 0.006) with HIV status. The results suggest that access of needle exchange programs should be developed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lendi Andita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pemberian dukungan sosial, studi kasus terhadap pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Penelitian yang dilakukan berupaya untuk menggambarkan bagaimana dukungan sosial yang diberikan kepada pasien PTRM. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan kepada pasien berupa dukungan emosional, dukungan finansial, dan juga dukungan informasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan PTRM serta meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

ABSTRACT
This thesis discuss about social support to the patient Methadone Maintanance Program (MMP) in Rumah Sakit Ketergantungan Obat. The research have the objective to describe how social support that given to the MMP patient. In order to explain more about it, this thesis uses qualitative approach with descriptive research design. The research result shows that social support for the patient includes emotional support, financial support, and information support can increase the adherence from the patient during the therapy MMP and also able to increase the patient life quality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Supriyatna
"ABSTRAK
Penggunaan peralatan suntik yang terkontaminasi di antara pengguna NAPZA
merupakan bagian kekuatan utama yang mendorong epidemi HIV dan AIDS.
Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah harm reduction melalui
Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Tujuan penelitian untuk memperoleh
gambaran arti dan makna pengalaman pengguna NAPZA suntik yang mengikuti
PTRM. Metode penelitian dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan
dipilih dengan tehnik purposive sampling, jumlah partisipan tujuh orang. Analisa
data menghasilkan sebelas tema yaitu: membangun kembali nilai-nilai kehidupan,
kesulitan mendapatkan NAPZA suntik, dorongan teman dan keluarga, respon
fisik: gangguan fungsi tubuh akibat perubahan penggunaan obat, respon
psikologis: adaptasi terhadap PTRM, memperbaiki fungsi keluarga, meningkatkan
fungsi sosial, menumbuhkan perilaku positif, kinerja pelayanan kesehatan yang
baik, perlakuan diskriminatif dan stigma negatif, serta peningkatan upaya
pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menjadi masukan bagi keluarga,
masyarakat, dan pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada
peserta PTRM.

ABSTRACT
The use of contaminated injecting equipment among drug users is the main force
which driving the HIV and AIDS. One approach of harm reduction is substitution
therapy with methadone known as the Methadone Maintenance Therapy Program
(MMTP). The purpose of this article is to see the meaning of injecting drug user
experience who involves in MMTP that chosen by pupossive sampling (N:7). The
method used in this research was a descriptive phenomenological approach.
Results of the data analysis produced eleventh themes that build life values the
difficulty of getting drug injection, friends and family encouragement, physical
responses : adaptation to MMTP, improve family functioning, improve social
functioning, cultivate an attitude of positive behavior, good institutional
performance, discriminative and negative stigma, and improved health care
services. The result is expected to be input to enhance efforts combating HIVAIDS
among injecting drug users through MMTP."
2013
T35437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Bunga Anggraini
"Salah satu penilaian keberhasilan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang merupakan program rehabilitasi terhadap pengguna narkoba khususnya pengguna narkotika suntik adalah kualitas hidup klien. Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas hidup klien PTRM ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 62 responden di Puskesmas Kedung Badak dan BogorTimur. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kualitas hidup klien PTRM di Kota Bogor pada domain fisik sebesar 57,6; domain psikologis sebesar 57,5; domain sosial sebesar 63,6; dan domain lingkungan 63,9. Dibandingkan rerata skor populasi sehat di Indonesia, domain fisik dan psikologis lebih rendah daripada populasi tersebut, sedangkan domain psikologis tidak berbeda dengan populasi tersebut. Adapun skor domain lingkungan lebih tinggi dibandingkan populasi sehat Indonesia. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup pada domain fisik adalah tingkat pendidikan, sedangkan domain psikologis adalah dosis metadon. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidup domain sosial adalah adanya seseorang yang dapat diajak bicara, sedangkan domain lingkungan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pemberian Take Home Dose THD dan penerapan aturan penghargaan dan sanksi terhadap klien PTRM di Puskesmas tersebut. Untuk meningkatkan kualitas hidup klien PTRM, diperlukan penanganan klien dengan pendekatan individual dan dibutuhkan dukungan sosial untuk meningkatkan motivasi serta kepatuhan klien dalam menjalani terapi metadon.

One of the achievement in Methadone Maintenance Therapy which is a rehabilitation program for injecting drug users is quality of life. The purpose of this study was to determine quality of life among MMT patients. Sixty two respondents from Kedung Badak and Bogor Timur Public Health Care were recruited in this cross sectional study. The results showed mean scores for physical domain was 57.6 psychological domain was 57.5 social domain was 63.6 and environmental domain was 63.9. Compared toquality of life of the Indonesian general population scores, physical and psychological domain scores were lower, while social domain had no different with the Indonesian population. Environmental domain had higher score than Indonesian general population. The dominant factor in determining physical and environmental domain was level of education, while the psychological domain was methadone dose, and the existence of some ones to talk to was dominant factor for social domain. Evaluation to Take Home Dose THD and application of 'reward and punishment' rule in these health providers. To improve MMT patients rsquo quality of life it is suggested to treat patients based on individual approach and social support to increase clients motivation and adherence to methadone therapy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahayu
"Retensi merupakan salah satu indikator Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross sectional dengan melihat data rekam medik dan data formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 65 responden yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan retention rate pada 1 tahun terapi pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Kecamatan Tebet sebesar 84,6%. Faktor yang berhubungan bermakna secara statistik dengan retensi pada penelitian ini adalah dosis obat metadon (nilai p : 0,000) dan dosis bawa pulang (nilai p : 0,022). Mekanisme pemberian dosis bawa pulang perlu dipertahankan untuk meningkatkan retensi pasien PTRM.

Retention is an indicator to Methadone Maintenance Treatment (MMT).This study is aims to see description and factors associated with methadone maintenance treatment retention on Tebet Subdistric health center. This study was a cross sectional on opiate dependence’s patient medical records and “Formulir Asesmen Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis” who receive methadone maintenance therapy. This study involved 65 patients in Puskesmas Kecamatan Tebet who entered inclusion criteria.
Results showed that retention rate on one year therapy is 84,6%. Factors associated with retention in this study is methadone dose (p value: 0,000) and take home dose ( p value: 0,022). Take-home dosing mechanism needs to be maintained to improve patient retention on MMT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa N.
"ABSTRAK
Saat ini dunia berada dalam dua masalah besar yang saling terkait, yaitu masalah
penggunaan napza dan penyebaran virus HN/AIDS di kalangan pengguna
NAPZA suntik. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) merupakan salah satu
bentuk pendekatan untuk mengurangi dampak buruk NAPZA mempunyai tujuan
untuk mencegah meningkatnya penularan HN I AIDS dan mengbentikan total
penggunaan NAPZA. Namun P1RM bukanlah I 000/o jalan keluar, karena masih
bisa ditemukannya peserta P1RM yang masih positif menggunakan NAPZA
suntik. Pada peserta PTRM RSKO Jakarta tahun 2003-2007, variabel yang
mempengaruhi peserta menggunakan kembali heroin adalah wilayah tempat
tinggal peserta [J>9>,0202; HR:I,604; 95%CI:l,094-2,352], kepatuhan peserta
dalam mengikuti terapi [J>9>,0006; HR: 1,784; 95%CI: 1,281-2,485], konseling
pra tes HN yang peserta ikuti [!>9l,OOI; HR: 0,349; 95%CI: 0,192-0,635] dan
konseling pra dan pasca tes HN yang peserta iknti [J>9>,025; HR: 0,581; 95%CI:
0,362-0,933]. Perlunya motivasi dan konseling kepada peserta PTRM agar tujuan
tercapai.

Abstract
Right now, there are two big problems that have relationship each other in the
world; they are drogs eliciting and HIV/AIDS among the injecting drug uses (IDU)
problems. Mefuadone Maintenance Therapy is one of The Harm Reduction programs
that has aim to prevent HIV/AIDS spreading and drug user ehatinence. Unfortunately,
there always find some MMf clients that still use heroin or relapse. This study finds
fuat there are some factors that influence MMf clients to be relapse in Drug
Dependency Hospital, they are: client's living area factor !J>=0,0202; HR:l,604;
95%Cl:l,094-2,352], client's adherence factor [J>=0,0006; Hil: 1,784; 95%CI: 1,281-
2.485), HIV counseling before client's has HIV test [J>=O,OO!; HR: 0,349; 95%CI:
0,192-0,635) and HIV conscling before and after client's has HIV test [J>=0,025; Hil:
0,581; 95%CI: 0,362-0,933). It's suggested that there are needed more motivation
and counseling for the MMf clients in Drug Dependency Hospital."
2009
T32497
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yaniar Mulyantini
"Penyalahgunaan opioid banyak terkait dengan masalah lain diantaranya morbiditas psikopatologi. Saat ini belum didapatkan data mengenai proporsi psikopatologi pada pasien dalam terapi rumatan metadon di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi psikopatologi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan psikopatologi tersebut, yang dialami pasien dalam terapi rumatan metadon di Puskesmas Tebet dan Jatinegara.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang, yang dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai bulan Oktober 2015. Setiap responden mengisi data umum, kuesioner SCL-90 dan kuesioner Brief COPE; semua kuesioner diisi sendiri oleh subjek penelitian. Dari total 109 responden, 52,1% mengalami psikopatologi. Didapatkan hubungan yang bermakna antara penyalahgunaan multi zat dengan terjadinya psikopatologi (p=0,000; RP 14,38; IK95% 5,492-37,675). Faktor yang juga memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya psikopatologi adalah emotion-focused coping (p=0,002; RP 3,019; IK95% 1,175-7,753).
Disimpulkan bahwa responden dengan riwayat penyalahgunaan multi zat berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibanding mereka yang tidak memiliki riwayat penyalahgunaan multi zat. Responden yang menggunakan emotion-focused coping berisiko lebih besar mengalami psikopatologi dibandingkan mereka yang menggunakan problemfocused coping.

Opioid dependents often related to other problems, including psychopathology morbidity. However, such information among methadone maintenance treatment participants in Indonesia is still insufficient and limited. Therefore, this study aimed to determined the proportion of psychopathology comorbidity and the related factors among methadone maintenance treatment participants in Puskemas Tebet and Jatinegara.
A cross sectional study of opioid dependence patients was conducted between January 2015 and October 2015 at two institutional drug substitution clinic in Jakarta. Subjects were recruited with convenient sampling method. All subjects filled in questionnaire on sociodemographic information, SCL-90 questionnaire, and Brief COPE questionnaire by them selves). Of 109 subjects, 52.1% had psychopathology morbidity. There was an association between history of polysubstance abuse (p=0.000, PR 14.38, 95%CI 5.492-37.675) and psychopathology morbidity among subjects. Other factor that showed significant association with psychopatghology morbidity is emotion-focused coping (p=0.022, PR 3.019, 95%CI 1.175-7.753).
It was concluded that subjects with history of polysubstance abuse had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those without history of polysubstance abuse. Subjects who used emotion-focused coping had higher risk to get psychopathology morbidity compared with those who used problem-focused coping.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sukmawati
"ABSTRAK
Permasalahan NAPZA secara global menjadi persoalan hampir di semua Negara. Pecandu Narkotika, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani Rehabilitasi Medis maupun Rehabilitasi Sosial. Perawatan Rehabilitasi Medis NAPZA memerlukan waktu lama dan biaya yang tinggi, perlu mengetahui faktorfaktor yang menjadi beban biaya. Penelitian ini menggunakan desainpotong lintang.. Dari 68 Pasien Rehabilitasi Medis NAPZA, 79,4 % mengalami komplikasi, rata-rata lama dirawat 180 hari, biaya rata-rata Rp.20.512.370,-, dan tidak terbukti ada hubungan antara karakteristik pasien dengan biaya rehabilitasi Medis NAPZA. Program Rehabilitasi di RSKO terdiri 3 tahap. Komponen biaya yang paling besar adalah tahap Rehabilitasi sebanyak 87,2%, tahap Detoksifikasi/EMP sebanyak 12,07 %, sedang tahap After Care 0.72 %. Komponen biaya terbesar pada tahap Rehabilitasi adalah Akomodasi, yang kedua adalah Obat. Pada tahap Detoksifikasi/EMP komponen biaya paling tinggi.adalah obat. Asuransi Kesehatan Sosial tidak menjamin biaya Rehabilitasi Medis NAPZA. Studi merekomendasikan sustainabilitas layanan Pasien Rehabilitasi Medis NAPZA.

ABSTRACT
The drug abuse has become a problem globally. Addicts and the victims related to drugs abuse have to be admitted to the medical rehabilitation as well as social rehabilitation. Medical rehabilitation is expensive so that it?s important to know factors that affect the cost. This crossectional study was using quantitative method. The result showed that out off 68 rehabilitation patients, 79,8 % had complication, on average 180 treatment days, and average of cost was Rp.20.512.370,-,. There was no relationship between patients charactheristic and the cost. The rehabilitation program in RSKO consists of 3 stages, namely Rehabilitation (87,2 %), Detoxification (12,07 %), and After Care (0,72%). Accomodation, followed with the treatment cost are two largest cost component in rehabilitation stage. The highest cost of detoxification was for medication. The social health insurance do not cover any treatment for drug abuse rehabilitation. To sustain program in the future, advocacy to policy made is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raharni
"Penyalahgunaan napza merupakan penyakit endemik dalam masyarakat, penyakit kronik yang berulang kali kambuh dan merupakan proses gangguan mental adiktif. Angka kekambuhan cukup tinggi yaiu: sekitar 43,9%. Akibat penyalahgunaan napza banyak fihak yang dirugikan, bukan hanya individu yang bersangkutan, akan tetapi keluarga, masyarakat dan negara. Masa remaja merupakan masa yang paling rawan dalam kehidupan seseorang, pada masa ini merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
Berdasarkan data dari Rumah sakit Ketergantungan Obat (RSKO) di Jakarta dalam kurun waktu 4 tahun terakhir yaitu dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 angka kunjungan korban napza untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan cenderung mengalami peningkatan. Baik pasien rawat inap maupun rawat jalan sebagian besar berpendidikan SLTA yakni 38% untuk rawat jalan dan 42,5% untuk rawat inap. Sebagian besar berusia 15 - 24 tahun yaitu sebesar 78,l%.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi lentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan napza di kalangan siswa SMU negeri kota Bekasi. Manfaat dari penlitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola kurikulum pendidikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan napza di kalangan siswa SMU. Jenis penelitian ini adalah potong lintang (Cross sectional), populasinya adalah siswa SMU Negeri di kota Bekasi. Cara pengambilan sampel adalah secara gugus bertahap (Multistage sampling) dan secara acak sederhana, besar sampel dihitung dengan rumus uji hipotesis proporsi tunggal, dengan jumlah sampel 386 siswa. Cara pengambilan data dilakukan dengan cara survey, pengolahan data menggunakan perangkat komputer, analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan Uji Chi-Square dan multivariat dengan uji multi regresi logistik ganda, dengan model prediksi.
Hasil univariat didapat bahwa responden pria 53,6% dan responden wanita 46,1%, responder: yang berumur kurang dari 17 tahun 22,6% dan yang bemmur I7 tahun ke atas 77,4%. Prevalensi pengguna napza di kalangan siswa SMU Negeri kota Bekasi sebesar 16,8%.
Hasil analisis bivariat dengan uji Chi-square di mana p < 0,05 diketahui bahwa variabel-variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan penyalahgunaan napza adalah faktor individu yaitu karakteristjk remaja (jenis kelamin dan umur), pengetahuan dan sikap, sedangkan dari faktor lingkungan yaitu pekerjaan ibu, keharmonisan keluarga, kebiasaan merokok di keluarga, teman sebaya, dan penggunaan waktu luang.
Hasil analisis multivariat dengan uji multi regresi logistik didapat variabel yang paling dominan berhubungan dengan penyalahgunaan napza adalah jenis kelamin laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan kepada pengelola kurikulum pendidikan perlu segera mencari pemecahan untuk mencegah penyalahgunaan napza di kalangan siswa SMU, dengan bekerjasama dengan orang tua murid, misalnya menambah kegiatan ekstra kurikuler dan memberikan pelajaran tambahan mengenai napza, serta meningkatkan kerja sama secara optimal dengan instansi lain yakni depkes, kepolisian, kehakiman dengan memberikan penyuluhan tentang penyalahgunaan napza mengenai hahaya, akibat dan sangsi penyalahgunaan napza.
Saran untuk peneliti, perlu dilakukan penelitian selanjutnya yang bersifat kualitatif sehingga paduan kedua jenis penelitian akan sangat bermanfaat sebagai masukan ke Institusi SMU dalam upaya pencegahan penyalahgunaan napza di kalangan siswa SMU.

Drug abuse, an endemic illness on society, is one of those cronic illness which continously come up an is a process of addictive mental disorder. From the research 49,3% relaps is obtained. It brings terrible effects not only the individual who consumes the drug itself, but also to the family, society, as well as the nation. Adolescence, a transitional time between childhood and adulthood, is the most crucial and dangerous phase in someone's life.
Based on the data obtained from the Hospital of Dmg Dependence (RSKO) in Jakarta, on the past 4 years those are 1997 up to 2000, the number of drug abuse patient visit for out patient or the hospitalized ones tends to increase. Both out patients or the hospitalized patients are mostly have highschool diploma, those are 38% for out patient and 42,5% forthe hospitalized patient. Most of them are 15-24 years of age, estimated at 78,l%.
The purpose of this research is to gather information about factors corellated to drug abuse among govemment-owned high school students in Bekasi region. It is highly expected that this research can be a source of input for the educational cuniculum experts, in preventing dmg abuse amonghigh school students to occur.
This research is based on cross sectional method. and the population is government-owned high school students in Bekasi region. both male and female. Multistage sampling was used, and randomly, sample amount was calculated by single population proportion test method with the amount of 386 students. Data gathering it as completed by survey, data processing was completed by computer, data analysing was completed by univariat, bivariat with Chi-Square test, and multivariat with multi regression logistic test.
53,6% male respondents and 46,l% are the result of univariat. Respondents who are below 17 years old consist of 22,6% and those above 17 years old are 77,4%. Those who had ever tried or are using drugs, are 65 person ( l6,8%).
The result of bivariat analysis with Chi-square test where p<0,05 determined that variables which have close relation to drug abuse are individual factors teenage characteristics (gender and age), knowledge and behaviour, and environmental factors, those are mont's accupation, family harmony, smoking habit in the family, peer friends. and the usage of leisure time. The result of multivariat analysis with multi regression logistic test determined that the most dominant variables correlated to dnig abuse is the male gender.
Based at the research result, it is vivid that the educational curriculum experts should immediately seek for the solution to prevent further drug abuse among the high school students. with giving extra curricullar activities and giving an extra lesson of drugs. They can also incooperate with another institutions such as Health department, police department, law department in giving brief orientation about drug abuse and its danger, effect, and punishment of misusing drugs.
As the advice for researchers, further quality oriented study is highly recommended, so that the combination of both types of research can be very useliil as an input for High school institution in the efibrt of preventing dwg abuse among high school student."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>