Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khusnul Fariqa
"Pendahuluan: Diare merupakan penyebab kematian pada balita terbanyak di Indonesia dengan proporsi 25,2%. Kasus diare pada balita di Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan Tahun 2012 sebesar 34,09% dari seluruh kasus diare yang ada. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan faktor risiko lainnya dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Metode dan desain studi: Dengan menggunakan desain studi cross sectional, dilakukan survey berbasis populasi pada 153 balita berusia 0—59 bulan di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pada bulan Mei 2013. Data mengenai kejadian diare balita, jenis sumber air bersih yang digunakan, dan faktor risiko lainnya diukur dalam waktu bersamaan melalui wawancara dengan kuesioner.
Hasil: Prevalensi diare balita sebesar 32,70%. Melalui analisis bivariat chi square,diperoleh beberapa variabel berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian diare pada balita, yaitu jenis sumber air bersih berupa sumur pompa (SPT/SPM) (95% CI 1,30—5,04) PR= 2,56; sarana pembuangan sampah (95% CI1,10—2,70) PR= 1,73; dan risiko pencemaran sumber air bersih (95% CI 1,11—2,84) PR= 1,78.
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana sanitasi, pengetahuan ibu/pengasuh, dan hygiene perorangan yang cukup baik saja kurang efektif mencegah terjadinya daire pada balita tanpa diimbangi dengan tersedianya air bersih dari sumber yang berisiko kecil mengalami pencemaran.

Introduction: Diarrhea is the main leading causes responsible for under-fives death in Indonesia with a proportion 25,2%. Under-fives diarrhea cases in Kelurahan Manggarai, South Jakarta in 2012 is 34,09% from all diarrhea cases. This study assessed the correlation between types of water sources used and other related risk factors and the incidence of diarrhea among under-fives in Kelurahan Manggarai, Tebet, South Jakarta.
Methods and study design: By using a cross sectional study, a population based survey conducted among 153 children aged 0 to 59 months in Kelurahan Manggarai, Tebet, South Jakarta during May 2013. Data about the incidence of diarrhea among under-fives, types of water sources used, and other related risk factors were assessed in one time interview by a questionnaire.
Result: Diarrhea prevalence among under-fives was 32,70%. By using chi square analysis, variable statistically significant related to the incidence of diarrhea among under-fives were types of water sources in the form of pump well (handpump well/machine-pump well) (95% CI 1,30—5,04) PR= 2,56; solid waste treatment and facilities (95% CI 1,10—2,70) PR= 1,73; and the risk of contamination of water sources (95% CI 1,11—2,84) PR= 1,78.
Conclusion: The results show that adequate sanitation facilities, caregiver knowledge, and personal hygiene only are not enough to prevent diarrhea incidence among under-fives without adequate water supply from the minimum risk of contamination of water sources.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Fauzi Firdaus
"Diare wisatawan (Traveler's Diarrhea) adalah buang air besar lebih dari tiga kali dalam 24 jam dengan konsistensi encer, umum terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Sekitar 60% kasus TD disebabkan oleh Escherichia coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella, dan Aeromonas. Indonesia mencatat angka kejadian TD tertinggi di Asia Tenggara, mencapai 19%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab TD pada wisatawan nusantara di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, dengan fokus pada sumber konsumsi air minum dan karakteristik individu (usia, perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS), lama menginap, dan tempat menginap). Desain studi penelitian adalah cross-sectional dengan 173 responden, dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan kejadian TD di Pulau Tidung (11%), lebih rendah dibandingkan angka kejadian TD di Indonesia (19%) maupun Asia (20-60%). Faktor yang menunjukkan hubungan signifikan dengan kejadian TD di Pulau Tidung adalah sumber konsumsi air minum (p=0,000, OR=23,750), perilaku CTPS (p=0,012, OR=3,786), dan tempat menginap (p=0,053, OR=3,380). Analisis multivariat mengidentifikasi sumber konsumsi air minum (p=0,000, OR=24,986) dan tempat menginap (p=0,042, OR=3,797) sebagai faktor risiko dominan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kejadian diare wisatawan (TD) di Pulau Tidung lebih rendah dibandingkan Indonesia dan Asia. Faktor risiko dominan TD adalah sumber air minum dan tempat menginap. Oleh karena itu, Penting untuk meningkatkan pengawasan sanitasi air minum dan kebersihan tempat menginap. Otoritas kesehatan, seperti puskesmas, disarankan memperkuat pemantauan sanitasi di tempat-tempat umum yang sering dikunjungi wisatawan.

Traveler's Diarrhea (TD) is characterized by passing loose stools more than three times within 24 hours and is common in developing countries like Indonesia. Approximately 60% of TD cases are caused by pathogens such as Escherichia coli, Shigella, Campylobacter, Salmonella, and Aeromonas. Indonesia has the highest TD incidence in Southeast Asia, reaching 19%. This study aims to analyze the factors causing TD among domestic tourists in Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, focusing on water consumption sources and individual characteristics (age, handwashing behavior with soap (CTPS), length of stay, and accommodation). The study used a cross-sectional design with 173 respondents, analyzed using chi-square tests and binary logistic regression. Results showed that the TD incidence in Pulau Tidung was 11%, lower than in Indonesia (19%) and Asia (20-60%). Significant factors associated with TD in Pulau Tidung were water consumption source (p=0,000, OR=23,750), CTPS behavior (p=0,012, OR=3,786), and accommodation (p=0,053, OR=3,380). Multivariate analysis identified water consumption source (p=0,000, OR=24,986) and accommodation (p=0,042, OR=3,797) as dominant risk factors. The study concludes that TD incidence in Pulau Tidung is lower compared to Indonesia and Asia. Dominant risk factors for TD are water consumption sources and accommodation. Therefore, it is crucial to improve sanitation monitoring of drinking water and accommodation hygiene. Health authorities, such as local health centers, should enhance sanitation monitoring programs in public areas frequently visited by tourists."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahju Tri Susilawati
"Kejadian luar biasa diare di Indonesia angkanya cukup tinggi lebih kurang 26 per 1000 penduduk per tahun. Prevalensi penyakit diare berkisar antara 20-49 penderita per 1000 anggota rumah tangga dan angka kematian pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 134 per 100.000 penduduk dan merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah pnemonia.
Pemukiman pinggir Sungai Ciliwung adalah salah satu wilayah yang potensial terjangkit penyakit diare akibat penduduknya padat, kumuh serta memilikki sarana air bersih buruk. Salah satu pemukiman Sungai Ciliwung adalah RW 10, 11 dan 12 Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi dan hubungan kualitas Mikrobiologis sumber air bersih responden dan faktor lain seperti sarana kesehatan lingkungan, higiene ibu, imunisasi balita, kualitas gizi balita dan karakter sosial ekonomi responden terhadap terjadinya penyakit diare balita di lokasi penelitian. Desain penelitian responden terhadap terjadinya penyakit diare balita di lokasi penelitian. Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan perbandingan 1:1 dan jumlah 125:125. Kasus dipilih adalah balita yang datang ke posyandu dan menderita diare, sedangkan kasus dipilih adalah balita datang ke posyandu tidak diare dan berlokasi dekat dengan balita diare sebagai kasus. Analisis yang digunakan uji univariat, bivariat dengan uji chi-square dan uji multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan hubungan bermakna dengan p<0,05 pada higiene ibu, kualitas gizi balita, sarana kesehatan lingkungan dan kualitas mikrobiologis sumber air bersih responden. Hasil uji multivariat dihasilkan model akhir yaitu: Logit y = 2,193 + (-1,248 Sarana Pembuangan Sampah)+(-2364 Sarana Jamban)+(-3831 Sarana Mnecuci) + 2,890 Sarana PAL + (-1,189 higiene ibu)+(-0,718 Kualitas Mikrobiologis Sumber Air Responden). Dalam model tersebut jika semua variabel kondisinya bagus akan memberikan resiko logit y 2,193 atau sebesar 0,78. Variabel dominan yaitu Sarana PAL dengan OR 17,987 pada CI 95% 2,514-127,295
Disimpulkan bahwa 86,5% kualitas mikrobiologis sumber air bersih responden buruk, namun tidak menjadi faktor dominan terhadap terjadinya penyakit diare balita karena dimungkinkan responden memasak airnya secara benar. Saran sebaiknya pihak-pihak terkait yang turut membantu pembangunan sarana kesehatan lingkungan pemukiman kumuh dan padat di perkotaan supaya mengikutkan warganya agar memiliki kepedulian dan pembangunan sarana tersebut tidak sia-sia.

Diarhoe diseease outbreak in Indonesia is very high, aroun 26 per 1000 people per year (Indonesia Health Profile, 2000). Diarhoe disease prevalence is around 20-49 per 1000 household member and moralitiy at age 1-4 years old ara 134 per 100.000, which is the second highest disease that causes death.
The diarhoe at children under 5 years old still high because there one still a lot of unhealthy resident in the urban area, like resident Ciliwung river, Kelurahan Bukit Duri RW 10, 11, and 12 which resident a crowded, dirty, and a few facilitu clean water cause poluted from microbiologis Ciliwung river.
The purpose of this study is to know the condition and the association of quality microbiologis source clean water, another factor ex; facility environment health, higiene mother children, imunisasi chiren, quality nutrition chidren and social economi household. This study is case-control with 125 case and 125 control. Case is children at age 1-5 years old and disease diarhoe. Control is children at age 1-5 years old which living near children disease diarhoe. This study did two weeks. Result of this study from univariat analysis, bivariat analysis with chi-square and multivariat analysisi with regresion logistic.
Bivariat analiysis test showed that there is significant relation between using of higiene mother children, quality nutrion children, facility environment health and quality water microbiologis, with OR 17,987 CI 95% of variabel dominant SPAL Finisihing model multivariat analysis showed logit y = 2,193+(-1,248 Facility garbage)+(-2,364 Facility latrien)+(3,831 facility wash)+2,890 Fasility gutter+(-1,189 higiene mother children)+(-0,718 quality microbiologis sourcer water respondent). It means good variability, which variabilt give point zero then prediction diarhoe disease children 0,78
It is concluded that quality mcrobiologis water with risk 0,448 althought 85,6% quality microbiologis water bad. This is cause respondent understand good cooking drinking water.
Need to be continuing study about quality microbiologis water by season to know spread diarhoe disease chidren at age 1-5 years old"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galang Rambu Mustaqim
"Latar belakang. Cijantung merupakan Kelurahan dengan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga berisiko mencemari air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar risiko penggunaan air tanah sebagai sumber air bersih bersama dengan faktor risiko lainnya terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Cijantung, Jakarta Timur.
Metode. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2018 menggunakan desain studi cross sectional pada 124 sampel rumah tangga Kelurahan Cijantung.
Hasil. Terdapat hubungan yang bermakna pada variabel kondisi sarana pembuangan tinja p=0,019; OR=3,487 dan kondisi sarana pembuangan sampah p=0,037; OR=3,346 terhadap kejadian diare pada balita. Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada variabel jenis sumber air bersih p=0,084 dan perilaku mencuci tangan orang tua/pengasuh p=0,191 terhadap kejadian diare pada balita. Sebanyak 90 sampel air tanah dan 40 sampel air perpipaan/PAM tidak memenuhi syarat bakteriologis Permenkes No.32 Tahun 2017.
Kesimpulan. Penggunaan air tanah sebagai sumber air bersih tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kejadian diare pada balita di Kelurahan Cijantung tahun 2018.

Background. Kelurahan Cijantung has a high population density, making it's at risk for having polluted groundwater. This study aims to know the risk of diarrhoea among toddler by the use of groundwater and other related risk factors in Kelurahan Cijantung, East Jakarta.
Method. Study was conducted from May until June 2018 using cross sectional study design of 124 household samples of Kelurahan Cijantung.
Results. Fecal disposal facilities condition p 0,019 OR 3,487 and waste disposal facilities condition p 0,037, OR 3,346 variables have a significant correlation with the incidence of diarrhea among toddler. Meanwhile types of water sources p 0,084 and parent's handwashing behavior p 0,191 has no significant correlation with the incidence of diarrhea among toddler. As much as 90 of all groundwater samples and 40 of all piped water PAM samples do not qualify the bacteriological standard stated on Permenkes No.32 Tahun 2017.
Conclusion. The use of groundwater as the household's main source of water has no significant risk effect on diarrhea among toddler in Kelurahan Cijantung 2018.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salmaa Afkari
"Periode balita adalah fase rentan terhadap risiko kesehatan yang dapat menghambat pertumbuhan anak serta menyebabkan kematian. Diare menjadi perhatian utama dalam kesehatan balita karena menjadi penyebab utama kematian dan penyakit pada kelompok usia tersebut, terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017, prevalensi diare pada balita di Indonesia cenderung stagnan, hanya mengalami sedikit penurunan dari 14,3% pada tahun 2012 menjadi 14,1% pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara sumber air minum dan sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare pada balita di Indonesia dengan menggunakan analisis propensity score matching berdasarkan data SDKI 2017. Penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi observasional.  Populasi penelitian ini yaitu seluruh anak di bawah usia lima tahun (0-59 bulan) yang tercatat dalam data SDKI 2017. Hasil analisis propensity score matching menemukan bahwa efek rata-rata dari layanan air minum yang tidak layak menunjukan hasil yang tidak signifikan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita berdasarkan nilai statistic t yang dihasilkan dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 2,0%. Sementara itu, efek rata-rata dari layanan sanitasi yang tidak layak memenuhi nilai asumsi yang signifikan berdasarkan nilai t yang dihasilkan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 3,8%. Perbandingan hasil analisis propensity score matching dan analisis regresi logistik biner menunjukkan sedikit perbedaan pada nilai odds ratio yang dihasilkan, namun tidak terlihat signifikan. Temuan ini menunjukan masih diperlukan penanganan terhadap kejadian diare pada balita. Diperlukan upaya dalam penerapan program edukasi yang berfokus pada pencegahan diare untuk mengurangi kejadian diare pada balita terkait sanitasi jamban. Selain itu, diperlukan pengembangan infrastruktur dan peningkatan ketersediaan fasilitas sumber air minum dan sanitasi agar akses fasilitas dapat tercapai merata di seluruh wilayah Indonesia.

The under-five period is a phase vulnerable to health risks that can stunt a child's growth and cause death. Diarrhea is a major concern in the health of children under five as it is the leading cause of death and illness in this age group, especially in developing countries. Based on data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 and 2017, the prevalence of diarrhea in children under five in Indonesia tends to stagnate, only experiencing a slight decrease from 14.3% in 2012 to 14.1% in 2017. This study aims to examine the effect of drinking water sources and household sanitation on the incidence of diarrhea in children under five years old in Indonesia using propensity score matching analysis based on the 2017 IDHS data. The research was quantitative in nature using an observational study design.  The population of this study was all children under the age of five (0 - 59 months) recorded in the 2017 IDHS data.  The results of the propensity score matching analysis found that the average effect of unimproved drinking water services showed insignificant results on increasing the incidence of diarrhea in children under five years of age based on the t-statistic value generated with an increased risk effect value of 2.0%. Meanwhile, the average effect of unimproved sanitation services meets the significant assumption value based on the resulting t value on the increase in the incidence of diarrhea in children under five with an increased risk effect value of 3.8%. Comparison of the results of propensity score matching analysis and binary logistic regression analysis showed a slight difference in the resulting odds ratio values, but did not appear significant. These findings indicate the handling of the incidence of diarrhea in toddlers. Efforts are needed to implement educational programs that focus on diarrhea prevention to reduce the incidence of diarrhea in children under five years of age related to latrine sanitation. In addition, it is necessary to develop infrastructure and increase the availability of water supply and sanitation facilities so that access to facilities can be achieved evenly throughout Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Desi Ermaleni Br.
"Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terjun dikelola dengan sistem open dumping, sehingga akan menghasilkan lindi yang dapat mencemari air tanah. Salah satu efek dari kualitas air yang buruk adalah diare. Ditujukan untuk menganalisis hubungan kualitas bakteriologis air bersih terhadap kejadian diare pada penduduk sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
Studi cross sectional dilakukan selama 1 bulan. 210 responden dipilih secara sampling acak proporsional stratifikasi. Memeriksa kualitas air bersih secara fisika, kimia dan bakteriologis berdasarkan jarak dari TPA kurang dari 300 meter, 300-600 meter, lebih dari 600 meter, dan melakukan wawancara.
Studi ini menunjukan hubungan yang signifikan antara kualitas bakteriologis air dengan kejadian diare, nilai p = 0,004, OR=3,188. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian diare adalah jarak tempat tinggal ke TPA kurang dari 300 meter, nilai p=0,0046, OR=2,607, jarak tempat tinggal ke TPA 300-600 meter, nilai p= 0,006, OR=2,324, perilaku cuci tangan, nilai p=0,000, OR = 5,154 dan pendidikan, nilai p=0,019, OR = 2,059.
Kualitas bakteriologis air bersih berhubungan dengan kejadian diare. Disarankan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang mencegah kontaminasi air bersih dan mengolah air gambut untuk air minum.

Final Disposal Place managed by open dumping system, so will produce leachate that can pollute ground water. Diarrhea is one of the bad water quality impacts. The purpose of this study is to analyze correlation of quality bacteriological clean water with the incidence of diarrhea in the society around Final Disposal Place in Terjun Medan Marelan.
Cross sectional study was done by one month. 210 respondents selected by proportionated stratification. To investigate the clean water quality physically, chemically and bacteriologically, based on the distance from the landfill less than 300 meters, 300-600 meters, more than 600 meters, and interviews.
The study shows the significant correlation of bacteriology water quality and diarrhea, the p-value= 0,004, OR=3,188. Other factors causing diarrhea are living place distance to Final Disposal Place with p= 0,0046, OR=2,607, for less than 300 metres, p-value = 0,006, OR=2,324, for 300-600 metres, handwashing behavior, pvalue=0,000, OR = 5,154, and education with p-value = 0,019, OR = 2,059.
The bacteriology water quality shows the significant correlation with the incidence of diarrhea. Suggested to socialization about preventing contamination of clean water and treat water peat for drinking water."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiila Kurnia Soleh
"Penyakit diare merupakan gejala infeksi gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dan termasuk penyakit menular dari kebersihan yang buruk. Pada umumnya penyakit ini didasari dengan dehidrasi parah dan kehilangan cairan, namun adanya infeksi bakteri septik saat ini menjadi kemungkinan penyebab kematian terkait diare, terlebih di negara berkembang. Jakarta Timur masih memiliki lima persen dari total penduduk nya yang masih BAB sembarangan atau tidak memiliki jamban sehat. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya penderita diare. Metode penelitian ini menggunakan analisis spasial. Penelitian ini menganalisis penderita diare secara spasial menggunakan analisis overlay dan deksriptif dengan melihat keterhubungan antara karakteristik lokasi (kepadatan hunian dan air bersih) terhadap kemunculan penderita diare. Dihasilkan bahwa karakteristik lokasi air bersih di Kecamatan Cipayung cenderung tidak memenuhi syarat dikarenakan adanya pengaruh dari air sungai Sunter yang sudah tercemar. Kepadatan hunian di Kecamatan Cipayung belum termasuk ke dalam hunian yang padat atau kumuh tiap RW nya. Penderita Diare tersebar secara tidak merata di Kecamtan Cipayung tetapi penderita diare di Kecamatan Cipayung banyak terkonsentrasi di bagian utara dan selatan. Penderita diare cenderung berpola mengikuti keberadaan air bersih tidak layak yang berada pada wilayah yang berdekatan dengan sungai Sunter. Faktor kepadatan hunian tidak berpengaruh langsung terhadap penderita diare dikarenakan pola spasial penderita diare berdasarkan kepadatan hunian tiap RW nya sangat beragam dan tersebar pada RW yang memiliki air berisih tidak memenuhi syarat. Maka dapat disimpulkan, pola spasial penderita diare di Kecamatan Cipayung ini terjadi pada wilayah yang memiliki air bersih tidak memenuhi syarat dan kepadatan hunian kurang dari 41 bangunan perhektarnya.

Diarrhea is a symptom of gastrointestinal infection that can be caused by various microorganisms and includes infectious diseases from poor hygiene. In general, this disease is based on severe dehydration and fluid loss, but the presence of septic bacterial infection is now a possible cause of diarrhea-related deaths, especially in developing countries. East Jakarta still has five percent of its total population who still open defecation or do not have healthy latrines. This can lead to diarrhea. This research method uses spatial analysis. This study analyzes diarrhea sufferers spatially using overlay and descriptive analysis by looking at the relationship between location characteristics (occupancy density and clean water) to the occurrence of diarrhea sufferers. The result is that the characteristics of the location of clean water in Cipayung District tend to not meet the requirements due to the influence of polluted Sunter river water. The density of housing in Cipayung District is not included in the dense or slum dwellings of each RW. Diarrhea sufferers are spread unequally in Cipayung District, but diarrhea sufferers in Cipayung District are mostly concentrated in the north and south. Diarrhea sufferers tend to follow the pattern of the presence of unsafe clean water in the area adjacent to the Sunter river. The occupancy density factor does not directly affect diarrhea sufferers because the spatial pattern of diarrhea sufferers based on the occupancy density of each RW is very diverse and scattered in RWs that have clean water that does not meet the requirements. So it can be concluded, the spatial pattern of diarrhea sufferers in Cipayung District occurs in areas that have clean water that does not meet the requirements and the occupancy density is less than 41 buildings per hectare.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ginanjar
"Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI tercantum bahwa tujuan pokok dari pembangunan kesehatan antara lain pengurangan angka kesakitan, kecacatan dan kematian serta peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan dapat diterima masyarakat. Salah satu target yang ingin dicapai dengan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kesakitan dan kematian pada kelompok rentan, salah satunya pada kelompok anak-anak di bawah lima tahun. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada sumua golongan umur adalah 280/1000 penduduk dan pada golongan balita adalah 1,5 kali pertahun (Depkes RI. 2000). Secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita yaitu 55%. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada tahun 2000 adalah 301/1000 atau 3,01%, cenderung meningkat dibanding angka kesakitan diare pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan Profil Kesehatan kasus diare di Puskesmas Sukmajaya pada golongan semua umur sebanyak 3.265 kasus dengan jumlah prevalensi sebesar 5,36%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan kondisi fisik air bersih dengan kejadian diare. Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Sumber data adalah data primer yang didapatkan dengan cara observasi langsung dan wawacara menggunakan kuesioner dan data sekunder berasal dari laporan tahunan program kesehatan lingkungan Puskesmas Sukmajaya. Populasi penelitian adalah warga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukmajaya dan sampel yang dianalisis adalah 90 ibu rumah tangga (responden) dengan menggunakan cara simple random sempling dan menggunakan analisis statistik untuk mengetahui frekuensi dan kebermaknaan hubungan.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa kejadian diare 51,1%, Jenis sumber air bersih 88,9% yang menggunakan sumber air bersih dari air tanah, Kondisi fisik air bersih 88,9% yang kondisi fisik air bersihnya tidak baik, sedangkan untuk analisis bivariat didapat hubungan yang signifikan antara jenis sumber air bersih, kondisi fisik air bersih, jenis jamban, umur dan pendidikan dengan kejadian diare. Saran ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Wilayah Kerja Puskesmas Sukmajaya agar selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat untuk melakukan program intervensi dan implementasi penyuluhan tentang hidup sehat mencegah diare beserta penjelasan tentang diare dari etiologi, proses terjadi diare, tanda dan gejala,serta penanganannya dan perlu intervensi program untuk penyediaan fasilitas sumber air bersih, kondisi fisik sarana air bersih dan jamban yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sukandar
"Diare merupakan salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Desain penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan pendekatan potongan lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita sebanyak 89 orang dengan sampel yang dipilih dengan teknik acak secara sederhana (simple random sampling). Data dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner dan analisis yang digunakan melalui dua tahap yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi, dan bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang PHBS dengan kejadian diare pada balita, p = 0,112 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini: tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga dengan kejadian diare.

The Diarrhea is one of the causes of high morbidity and mortality of children in Indonesia. This study was aimed to identify the relationship between family knowledge of hygiene and healthy practices with the incidence of diarrhea in infants in the Village District of Sukajaya Urug Bogor Regency. This research used a descriptive correlation with cross-sectional study. The sample size was using 89 mothers who had children with random techniques (simple random sampling). Data were collected by questionnaires and analyzed by two stages, an univariate test to see the frequency and distribution of resapondent and a bivariate test to identify relationships between variables that used Chi Square test. The results showed that there was not relationship between family knowledge of hygiene and healthy practices with the incidence of diarrhea in infants, p = 0.112 (p <0.05). The conclusion of this study: the absence of a significant association between knowledge family with the incidence of diarrhea."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hardiyansyah
"Latar Belakang : Hingga saat ini penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka kasus diare di Kabupaten Pandeglang termasuk yang tertinggi di provinsi Banten. Puskesmas Labuan, Pagelaran dan Cibaliliung merupakan daerah yang berulang kali terjadi KLB Diare antara lain disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang masih kurang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare akut pada balita.
Metodologi : Desain penelitian kasus kontrol dan dilaksanakan pada bulan Mei 2013. Populasi seluruh balita yang berusia 9 bulan sampai 59 bulan serta tinggal di 3 wilayah Puskesmas (Labuan, Pagelaran dan Cibaliung) Kabupaten Pandeglang tahun 2013 dengan balita menjadi unit analisisnya dan ibu sebagai respondennya. Total sampel 180 sampel, dengan perincian 90 sampel kasus dan 90 sampel kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah Faktor Lingkungan (sarana air bersih, pengelolaan tinja, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan e.coli pada air minum) dan Faktor Ibu (Umur, tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, perilaku mencuci tangan, perilaku BAB, perilaku mencuci peralatan makan/minum) dan Faktor Balita (Umur, Jenis Kelamin, status gizi, tatus imunisasi campak, pemberian asi eksklusif). Dilakukan analisis univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariate dengan unconditional logistic regression.
Hasil : Dari hasil analisis bivariat berdasarkan faktor balita diketahui status gizi mempunyai hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian diare dengan OR 2,20 (95% CI: 1,01 – 4,96). Berdasarkan Faktor Ibu didapatkan bahwa Pengetahuan Ibu OR 2,60 (95% CI: 1,36- 4,98), Perilaku BAB OR 0,53 kali (95% CI: 0,28 - 1.00) dan perilaku cuci tangan OR 2,16 kali (95% CI: 1.14 - 4.12) mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare akut pada balita. Dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor risiko yang paling berisiko terhadap kejadian diare akut pada balita adalah variabel pengetahuan ibu dengan OR 2,66 pada rentang (95% CI: 1,44 - 4,90) nilai p 0,002.
Kesimpulan : Ibu dengan pengetahuan rendah mempunyai risiko 2,66 kali untuk menderita diare pada balita (95%CI: 1,44 - 4,90) jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik.

Background: Until now diarrhea disease is one of community health problems in Indonesia. Figure of diarrhea case in Pandenglang Regency is categorized as the highest in Banten province. Community Health Centers Labuan, Pagelaran and Cibaliliung represent the regions which many times affected by Diarrhea Extraordinary Occurrence among them caused by bad environmental sanitation conditions. The objective of this research is to identify the factors related to the acute diarrhea occurrence in babies.
Methodology: Design of the research is control case and conducted in May 2013. Population is all babies aged 9 to 59 months and reside in 3 regions of Community Health Centers (Labuan, Pagelaran and Cibaliung) of Pandeglang Regency in 2013 with babies become its analysis unit and mothers as its respondent. Total sample are 180 samples, with details 90 case samples and 90 control samples. Variable in this research is environmental factors (clean water facility, septage management, waste management, drainage, and e.coli in drinking water) and factor of mother (age, knowledge level, education, occupation, family income, behaviors in hand washing, defecating, behavior of in washing meal/drink utensils) and factor of baby (age, sex, nutrition status, measles immunization status, exclusive breast milking). It is subjected to univariate, bivariate analysis with chi-square and multivariate tests with unconditional logistic regression.
Results: Of the results of bivariate analysis based on baby factor it is found that the nutrition status has a significant relation statistically with diarrhea occasion with OR 2,20 (95% CI: 1,01 - 4,96). Based on factor of mother it is found that the mother's knowledge OR 2,60 (95% CI: 2,36-4.98), defecating behavior OR 0,53 time (95% CI:0,28 - 1.00) and hand washing behavior OR 2,16 times (95% CI:1.14-4.12) have a significant relation with acute diarrhea occurrence in babies. Of the results of multivariate analysis it is found that the riskiest factor which to the acute diarrhea occurrence in babies is variable of mother’s knowledge with OR 2,66 in value range of (95% CI:1,44-4,90) p 0,002.
Conclusion: Mothers with low education have a risk 2,66 times to have diarrhea in babies (CI 95%: 1,44-4,90) if compared to mothers which have better education level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>