Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196406 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mairanti Prastika Putri
"Tinggi badan merupakan indikator klinis yang penting untuk menentukan indeks massa tubuh, memperkirakan kebutuhan energi basal, dsb. Namun, pengukuran tinggi badan pada lansia biasa menemui beberapa kesulitan. Model prediksi tinggi badan menggunakan bagian tubuh pengganti yang mudah diukur seperti panjang ulna dan demi span telah dikembangkan pada ras Kaukasia namun hanya sedikit studi yang dikembangkan dari populasi Indonesia. Sebanyak 202 pralansia dan lansia (usia ≥ 45 tahun) dengan tubuh sehat (90 laki-laki dan 112 perempuan) dari 30 Posbindu di Kecamatan Bojongsari dilibatkan dalam studi potong lintang ini. Tinggi badan, panjang ulna dan demi span diukur menggunakan microtoise staturemeter dan pita ukur nonelastis menggunakan prosedur standar.
Analisis statistik menunjukkan hubungan yang lebih kuat terhadap tinggi badan pada variabel demi span (r=0,933) dibandingkan panjang ulna (r=0,888). Model prediksi tinggi badan yang dihasilkan adalah: tinggi badan(cm)= 65,451 + (3,854 x panjang ulna) -(5,722 x jenis kelamin) - (0,089 x usia) dan tinggi badan(cm)= 49,961 + (1,479 x demi span) - (2,970 x jenis kelamin) - (0,049 x usia) (jenis kelamin: laki-laki=0; perempuan=1). Persamaan dari penelitian ini masih membutuhkan validasi lanjutan pada populasi pralansia dan lansia lain. Persamaan tinggi badan dari studi sebelumnya tidak menunjukkan kesesuaian yang baik dengan tinggi badan aktual subjek. Kami menyarankan catatan khusus dalam penggunaan model prediksi tinggi badan dari ras dan kelompok usia lain untuk pralansia dan lansia Indonesia.

Height is an important clinical indicator to determine the body mass index, estimate basal energy requirements, etc. However, measurements in elderly may impose some difficulties. Height prediction models using surrogate measurement that are easily measured such as ulna length and demi span has been developed for the Caucasian race, but only a few studies were developed from the Indonesian population. A total of 202 healthy pre-elderly and elderly (age ≥ 45 years) which consist of 90 men and 102 women from 30 “Posbindu Lansia” (integrated coaching post for elderly) in Bojongsari subdistrict were included in this cross-sectional study. Height, ulna length and demi span was measured using microtoise staturemeter and nonelastic measuring tape using standard procedures.
Statistical analysis showed a stronger correlation to height in demi span (r = 0.933) than ulna length (r = 0.888). Height prediction models derived from this study are: height (cm) = 65.451 + (3.854 x ulna lenght) - (5.722 x gender) - (0.089 x age) and height (cm) = 49.961 + (1.479 x demi span) - (2.970 x gender) - (0.049 x age) (gender: male = 0; female = 1). Height prediction models of this study still require further validation in other pre-elderly and elderly populations. Height prediction models from previous study failed to show good agreement with measured heights of this study. We recommend caution when using height prediction models derived from other races and age groups for Indonesian pre-elderly and elderly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Afrida Resti Nugraheni
"Skripsi ini merupakan penelitian cross sectional yang bertujuan mengembangkan model prediksi tinggi badan untuk kelompok dewasa awal yang tidak dapat diukur tinggi badan aktualnya. Penelitian ini melibatkan 138 mahasiswa (70 laki-laki dan 68 perempuan) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang diambil secara acak sederhana. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran antropometri tinggi badan menggunakan microtoise serta pengukuran panjang ulna dan demi span menggunakan pita ukur non elastis (medline).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata hasil pengukuran antropometri laki-laki lebih besar dibanding perempuan. Hasil korelasi antara tinggi badan dengan panjang ulna kanan, ulna kiri, demi span kanan, dan demi span kiri pada laki-laki menunjukkan keeratan hubungan yang sangat kuat (r = 0,77; 0,76; 0,84; 0,84). Sedangkan, korelasi pada perempuan menunjukkan keeratan hubungan yang kuat sampai sangat kuat (r = 0,74; 0,72; 0,77; 0,80).
Hasil analisis multiregresi menghasilkan empat model prediksi dengan masing-masing prediktor, namun model prediksi dengan panjang demi span kiri (TB = 60,53 + (1,53 x demi span kiri) - (2,07 x jenis kelamin) dianggap paling valid karena memiliki nilai R square yang paling besar (0,857).

The aim of this cross sectional research was to develope height prediction model for early adult that can’t be measured their actual height. This research was carried out 138 students (70 males and 168 females) Faculty of Public Health University of Indonesia with simpe random sampling tecnique. The data was taken by antropometric measurement, included body height used microtoise, ulna and demi span length used medline.
The result seen that mean of males antropometric measurement was larger than females. Correlation betwen height with right ulna length, left ulna, right demi span, and left demi span in males were very strong (r = 0,77; 0,76; 0,84; 0,84). However, the correlation in females were strong till very strong (r = 0,74; 0,72; 0,77; 0,80).
Multiregression analysis result four prediction models with each predictor, but prediction model with left demi span (Height = 60,53 + (1,53 x left demi span) - (2,07 x sex) was the most valid model because it has biggest R square (0,857).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarmani Djoko
"ABSTRAK
Rasio lingkar pinggang lingkar pinggul (RLPP) adalah salah satu ukuran antropometri yang dapat menggambarkan distribusi lemak dalam tubuh khususnya timbunan lemak di rongga perut. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan RLPP merupakan resiko terhadap penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus. RLPP dan kegemukan secara sinergis merupakan resiko terhadap non insulin dependent diabetes mellitus.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari survey status gizi orang dewasa di 12 kotamadya.yang merupakan kerjasama antara Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia tahun 1996. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan RLPP dan resiko RLPP dengan menggunakan kasus Padang. Responden penelitian ini adalah orang dewasa yang berumur > 18 tahun. Variabel-variabel bebas yang dipelajari hubungannya dengan RLPP adalah umur, sex, lipida darah (kolesterol, LDL kolesterol, HDL kolesterol dan trigliserida), indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan merokok, aktifitas fisik dan konsumsi energi. Dalam penelitian ini dilakukan analisa univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata RLPP adalah 0,85, bila dirinci menurut sex, maka RLPP laki-laki adalah 0,85 dan perempuan adalah 0,83. Bila dikaitkan dengan resiko RLPP terhadap penyakit degeneratif maka 50% responden mempunyai RLPP yang beresiko. Bila resiko tersebut dirinci menurut sex maka proporsi perempuan yang beresiko lebih besar (59%) daripada laki-laki (13,6%).
Dalam analisis bivariat RLPP ternyata berhubungan dengan umur, IMT, dan konsumsi energi. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa RLPP behubungan dengan umur, sex, IMT dan interaksi sex dengan IMT. Hal ini menunjukkan bahwa IMT besar peranannya dalam menentukan variasi RLPP.
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan agar dimasyarakatkan pentingnya mempertahankan berat badan ideal dengan melakukan pemantauan berat badan dan tinggi badan sejak dini. Kegiatan penimbangan balita dapat dilanjutkan pada umur-umur berikutnya melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa proporsi perempuan yang beresiko lebih besar daripada laki-laki, maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan promosi untuk mempertahankan berat badan ideal pada perempuan melalui organisasi kewanitaan seperti PKK, Darmawanita, Kowani dan lain-lain.

ABSTRACT
Correlates of Waist Hip Ratio In Adult (Padang Case)Waist hip ratio (WHR) is an anthropometric measurement that describes the body fat distribution mainly to central ( high WHR) or peripheral ( low WHR) adipose tissue region. Recent research has demonstrated that increased waist hip ratio is a risk of the development of cardiovascular disease and non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) and it seemed that waist hip ratio synergistic with obesity for risk of NIDDM.
This study analized secondary data of Survey of nutrional status in adult in 12 cities in Indonesia (especially Padang sub sample). The survey was a collaboratif study between Nutrition Directorate Ministry of Health and faculty of Public Health University of Indonesia, in 1996. Data analysis was done on 220 respondents after cleaning for the outliers.
The aim of the study is to determine the factors that correlate with WHR such as sex, age, cholesterol, LDL cholesterol, HDL cholesterol, trigliserid, body mass index, smoking habits, physical activity, and energy consumption in adult (age > 18 years) in Padang. The risks of WHR for degeneratif deseases were also evaluated.
The results showed that there was a WHR difference between men and women (p<0,05) which is 0,85 in men and 0,83 in women. The risk of WHR for degenerative diseases was occured in 50% of the respondents. Women had bigger risk WHR percentage (59%) to men ( 13,6%). Bivariate analysis showed that WHR had a positive correlation with age, body mass index and energy consumption. Multiple linear regression analysis revealed that age, sex, body mass index and the interaction of sex and body mass index was associated with WHR. This means that body mass index has a great influence on WHR variation.
Based on the result it is suggested that the Ministry of Health should encourage the people to maintain their ideal weight in order to prevent the development of degenerative diseases from early childhood by monitoring their height and weight regularly. This attempt should also be addressed to adult nutritional status especially to women which could be done through the women organization such as Darmawanita, PKK, and Kowani.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Jastiffani Nurdin
"ABSTRAK
Tinggi badan merupakan salah satu pengukuran antropometri yang penting untuk memantau pertumbuhan dan status gizi anak. Pengukuran antropometri pengganti (surrogate anthropometric measurement) dibutuhkan dalam kondisi dimana pengukuran tinggi badan sulit untuk dilakukan dan tidak akurat. Penelitian dengan desain cross-sectional ini bertujuan untuk mengembangkan model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang ulna dan panjang kaki dengan menggunakan regresi linier. Sebanyak 49 orang anak laki-laki, dan 62 orang anak perempuan yang berasal dari 3 Pra TK/ TK di Depok, dilibatkan di dalam penelitian ini selama bulan April?Mei 2016. Tinggi badan diukur menggunakan stadiometer, panjang ulna menggunakan pita ukur non elastis, dan panjang kaki menggunakan kaliper kayu. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat korelasi yang sedang dan kuat antara panjang ulna dengan tinggi badan (laki-laki r = 0.682, perempuan r = 0.461), korelasi yang kuat juga ditunjukkan pada panjang kaki kanan dengan tinggi badan (laki-laki r = 0.726, perempuan r = 0.770), dan korelasi yang sangat kuat pada panjang kaki kiri dengan tinggi badan (laki-laki r = 0.830, perempuan r = 0.740). Panjang ulna dan panjang kaki merupakan indikator tinggi badan yang baik, akan tetapi, model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang kaki kiri memiliki akurasi yang lebih baik dan lebih mudah digunakan.

ABSTRACT
Height is an essential anthropometric measurement to monitor growth and nutirional status in children. Surrogate anthropometric measurements are needed when height is unobtainable and unreliable. This cross-sectional study was aim to develop prediction models from ulna and foot length by using linear regression. Boys (n= 49) and girls (n= 62) from 3 preschools in Depok were recruited in this study from April?Mei 2016. Stadiometer was used to measure height, non elastic tape to measure ulna length, and a caliper to measure foot length. The result of this study showed that there were a medium and strong correlation between ulna length and height (boys r = 0.682, girls r = 0.461), and right-foot length and height (boys r = 0.726, perempuan r = 0.770). Stronger correlation showed between left- foot length and height (boys r = 0.830, girls r = 0.740. Ulna and foot length are good predictors, however the prediction model based on left-foot length more accurate and easier to use than the prediction model based on ulna length."
2016
S62800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schmidt-Nielsen, Knut
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1989
591.41 SCH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Peters, Robert Henry
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1983
591.5 PET e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawan
"Proporsi jumlah penduduk usia tua di Indonesia semakin meningkat. Hal ini menggambarkan bahwa usia harapan hidup masyarakat juga meningkat. Salah satu upaya untuk menilai status gizi dari lansia dapat dilihat dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dan tinggi badan. Namun, pengukuran tinggi badan tegak pada lansia tidak dapat dilakukan karena skoliosis, kifosis, cacat, dan patah tulang. Tujuan studi ini adalah untuk memperoleh model prediksi tinggi badan pada pra lansia (45-59 tahun) dan lansia (60-90 tahun) berdasarkan panjang depa, tinggi lutut, usia, dan jenis kelamin. Studi ini dilakukan pada 202 (90 orang laki-laki dan 112 orang perempuan) pra lansia dan lansia, di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat.
Studi menggunakan desain cross sectional. Kriteria inklusi responden adalah laki-laki maupun perempuan dengan usia 45-90 tahun, memiliki kondisi tubuh yang sehat atau masih mampu berdiri tegak, serta dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi responden adalah lansia yang memiliki salah satu tangan tidak dapat direntangkan karena patah tulang atau sebab tertentu, mengalami patah tulang/kaki palsu, dan gangguan komunikasi.
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa korelasi panjang depa dengan tinggi badan pada laki-laki r = 0,86 perempuan r = 0,71. Korelasi tinggi lutut dengan tinggi badan pada laki-laki r = 0,79 perempuan r = 0,72. Model prediksi tinggi badan dapat dilakukan dengan prediktor panjang depa, tinggi lutut, dan usia. Model prediksi ini dapat diaplikasikan pada pasien yang diamputasi atau gangguan patah tulang.

Proportion of elderly in Indonesia increases. This situation describe that the life expectation have also increased. A tools to assess the nutritional status of the elderly can be seen from the Body Mass Index (BMI) from weight and height. However, measurement of height in elderly can nott be obtained because scholiosis, khifosis, deformity, of fracture. The purpose of this study was to obtain the height prediction model in middle-age (45-59 years) and elderly (60-90 years) based on arm span, knee height, age, and gender. The study was conducted on 202 (90 men and 112 women) middle-age and elderly, in Bojongsari District, Depok, West Java.
This study use cross-sectional design. Inclusion criteria for the respondents were men and women aged 45-90 years, having a healthy body condition or still able to stand upright, and can communicate well. Exclusion criteria were elderly respondents who had one hand can not be stretched because of fracture or a particular cause, suffered a rosthetic limbs, and discommunication.
Results of this study indicate that the correlation arm span to height for men women r = 0.86 r = 0.71. Knee hight correlation with height in men women r = 0.79 r = 0.72. The new height prediction models can formed using arm span, knee height, and age. The predictive models can be applied to patients who amputated or fracture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahmawati
"Due to particular conditions, sometimes actual height can not be measured. Thus, this study was conducted to develop height prediction model of adolescent from knee height and ulna length. This cross sectional study involved 205 students of SMPN 7 Depok and SMAN 6 Depok. Subjects’s identity was recorded using questionairre, while stature height, knee height, and ulna length was measured directly. Prediction models was developed using multiple regression. Height prediction model from knee height has the highest R2 and the lowest MAE with equation Height (cm) = 38,422 - 1,878 Sex + 1,453 Age (year) + 2,071 knee height (cm).

Tinggi badan aktual terkadang tidak dapat diukur karena beberapa kondisi tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediksi tinggi badan pada remaja berdasarkan tinggi lutut dan panjang ulna. Penelitian pontong lintang ini melibatkan 205 murid SMPN 7 Depok dan SMAN 6 Depok. Data identitas subjek diperoleh melalui pengisian kuesioner, sedangkan tinggi badan, tingi lutut, dan panjang ulna diukur langsung. Model prediksi dikembangkan menggunakan regresi ganda. Model prediksi tinggi badan dari tinggi lutut memiliki R2 terbesar dan MAE terkecil dengan persamaan Tinggi Badan (cm) = 38,422 - 1,878 Jenis Kelamin + 1,453 Umur (thn) + 2,071 Tinggi Lutut (cm).
"
Universitas Indonesia, 2015
S60382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Subhania
"Tinggi badan merupakan salah satu pengukuran antropometri yang penting, salah satunya untuk mengetahui status gizi individu. Ketika pengukuran tinggi badan secara berdiri tidak dapat dilakukan seperti pada pasien di rumah sakit dan individu dengan kondisi tertentu disabilitas , maka dibutuhkan pengukuran antropometri pengganti agar hasil yang diperoleh akurat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang ulna, panjang telapak kaki dan tinggi lutut pada kelompok usia dewasa muda. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indoesia berusia 21 ndash; 30 tahun, sebanyak 58 orang laki-laki dan 78 orang perempuan. Desain studi pada penelitian ini menggunakan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara tinggi badan dengan panjang ulna kiri laki-laki r=0.853, perempuan r=0.76 , panjang ulna kanan laki-laki r=0.865, perempuan r=0.726 , panjang telapak kaki kiri laki-laki r=0.799, perempuan r=0.708 , panjang telapak kaki kanan laki-laki r=0.791, perempuan r=0.862 , tinggi lutut kiri laki-laki r=0.862, perempuan r=0.841 , tinggi lutut kanan laki-laki r=0.87, perempuan r=0.833 . Panjang ulna, panjang telapak kaki dan tinggi lutut merupakan prediktor tingi badan yang baik karena memiliki korelasi yang kuat pada laki-laki dan perempuan serta mudah dalam melakukan pengukuran.

Height is one of the important anthropometry measurements to determine nutritional status. When the measurement of height is difficult to conduct especially on patient in hospital or individual with disabilites, an alternative measurement is needed to define an accurate height. The purpose of this study was to develop a prediction model of height based on ulna length, foot length and knee height for young adults. A cross sectional design study was used in this study. Participants were 58 men and 78 women aged 21 30 years who were currently studying at Faculty of Public Health Universitas Indonesia.
Strong correlations were found between height and left ulna length men r 0.853, women r 0.76, height and right ulna length men r 0.865, women r 0.726, height and left foot lenght men r 0.799, women r 0.708, height and right foot length men r 0.791, women r 0.862, height and left knee height men r 0.862, women r 0.841 , height and right knee height men r 0.87, women r 0.833 . Ulna length, foot length and knee height are good predictors of height because they have strong correlations either for men or women and also they can be measured easily.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"ABSTRAK
Pengukuran tinggi badan merupakan salah satu pengukuran dimensi tubuh yang penting untuk memantau status kesehatan. Metode pengukuran antropometri pengganti dibutuhkan ketika tinggi badan aktual tidak dapat dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional yang bertujuan untuk mengembangkan model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang ulna, panjang telapak tangan, dan panjang telapak kaki dengan menggunakan persamaan regresi linier. Sebanyak 47 anak laki-laki, dan 44 anak perempuan tanpa disabilitas yang berasal dari SDIT X di Depok dilibatkan dalam penelitian ini selama bulan April-Mei 2017. Karakteristik antropometri yang diukur adalah tinggi badan, usia, panjang ulna, panjang telapak tangan, dan panjang telapak kaki. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan dan korelasi yang yang kuat antara tinggi badan dengan panjang ulna kanan laki-laki r= 0.849, perempuan r= 0.880 , panjang ulna kiri laki-laki r= 0.857, perempuan r= 0.880 , panjang telapak tangan kanan laki-laki r= 0.831, perempuan r= 0.842 , panjang telapak tangan kiri laki-laki r= 0.843, perempuan r= 0.851 , panjang telapak kaki kanan laki-laki r= 0.838, perempuan r= 0.900 , panjang telapak kaki kiri laki-laki r= 0.8443, perempuan r= 0.902 . Penelitian ini menghasilkan persamaan regresi linier ganda untuk memprediksi tinggi badan. Panjang ulna, panjang telapak tangan, dan panjang telapak kaki merupakan prediktor yang baik dalam memprediksi tinggi badan anak usia 6-9 tahun R2 ulna kanan= 0.796, R2 ulna kiri= 0.800, R2 telapak tangan kanan= 0.761, R2 telapak tangan kiri= 0.772, dan R2 telapak kaki kiri= 0.820 . Model prediksi tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki kiri memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan prediktor lainnya.

ABSTRACT
Height measurement is fundamental to assessing growth and nutrition. The surrogate measurement method is needed when actual height can not be obtained directly. The design of this study was cross sectional which purposed to develop prediction models based on ulna length, hand length, and foot length. Males and females aged 6 to 9 years without disability were recruited from Private Elementary School in Depok on April until May 2017. The anthropometric characteristics of their height, age, ulna length, hand length, and foot length were measured. Height was measured with a stadiometer, ulna, hand, and foot length were measured with caliper. The result of this study showed significant differences and strong correlation between stature and right ulna length boys r 0.849, girls r 0.880 , left ulna length boys r 0.857, girls r 0.880 , right hand length boys r 0.831, girls r 0.842 , left hand length boys r 0.843, girls r 0.851 , right foot length boys r 0.838, girls r 0.900 , left foot length boys r 0.8443, girls r 0.902 . The study derived a multiple linear regression equation for predicting height. Ulna length, hand length, and foot length are good predictor for estimating height in children aged 6 9 years right ulna R2 0.796, left ulna R2 0.800, right hand R2 0.761, left hand R2 0.772, dan left foot R2 0.820 . Prediction model based on left foot more accurate in estimating height than other predictors."
2017
S67963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>