Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faiza Hatim
"Stroke merupakan manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak dan penyebab kematian terutama pada usia lanjut. Penatalaksanaan yang umum digunakan adalah citicoline. Namun, harga satuan citicoline relatif mahal, sehingga dibutuhkan terapi alternatif. Pada studi eksperimen ini digunakan kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica L.) dosis 200 mg dan pegagan (Centella asiatica) dosis 150 mg pada neuron di girus dentatus internus tikus sprague dawley pascahipoksia karena pada penelitian sebelumnya, tanaman ini terbukti memiliki efek neuroterapi. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan bahan alam untuk dapat dijadikan alternatif pengobatan pada pasien stroke. Terdapat tiga perlakuan yang diberikan pada hewan coba pascahipoksia ini, yaitu (1) citicoline sebagai kontrol positif, (2) akuades sebagai kontrol negatif, dan (3) kombinasi ekstrak akar kucing 200 mg dengan pegagan 150 mg. Setelah diberikan perlakuan selama tujuh hari, tikus-tikus itu kemudian dibedah dan selanjutnya akan dibuat sediaan untuk mengamati perubahan jumlah sel pada girus dentatus internus otak. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan uji One Way Anova. Hasil analisis tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna setelah pemberian kombinasi ekstrak akar kucing 200 mg dan pegagan 150 mg terhadap jumlah sel normal (p=0,657). Namun, walaupun secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna, terdapat perbedaan pada ukuran sel girus dentatus internus pascahipoksia.

Stroke is a clinical manifestation of circulatory disorders of the brain and cause death, especially in the elderly. Management commonly used is citicoline. However, citicoline unit price is relatively expensive, thus requiring alternative therapies. This experimental study used a combination of extracts of ‘Akar Kucing’ (Acalypha indica L.) dose of 200 mg and ‘pegagan’ (Centella asiatica) dose of 150 mg on neurons in the gyrus dentatus internus sprague dawley rats. The purpose of this study is to use natural materials to be used as an alternative treatment in stroke patients. There are three treatment given to animals pascahipoksia, namely (1) citicoline as a positive control, (2) distilled water as a negative control, and (3) a combination of 200 mg extract ‘Akar Kucing’ with 150 mg of ‘pegagan’. After a given treatment for seven days, the rats will be made into preparations for observing changes in the number of cells. The One Way Anova analysis showed that no significant relationship after administration of a combination of extract ‘Akar Kucing’ 200 mg and 150 mg of ‘Pegagan’ normal cell count (p = 0.657). However, although there is no meaningful relationship statistically, there is a difference in cell size internus post hypoxia gyrus dentatus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Farah Faulin Al Fauz
"Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang akan menyebabkan kematian pada sel otak. Penyakit ini memiliki prevalensi yang tinggi pada orang tua. Salah satu obat yang digunakan untuk penatalaksanaan stroke adalah citicoline, namun obat ini memiliki efek samping dan harganya cukup mahal. Oleh karena itu diperlukan pengobatan alternatif yang lebih aman dan terjangkau, yaitu kombinasi Acalypha indica Linn (akar kucing) dan Centella asiatica (pegagan). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan perlakuan terhadap Sprague dawley yang dikondisikan hipoksia. Sprague dawley diberikan perlakuan berupa pemberian berbagai dosis kombinasi dari Ekstrak Akar Kucing yaitu dosis 150, 200, dan 250 mg serta Pegagan dosis 150 mg kemudian dilihat hasilnya melalui identifikasi jumlah sel normal, kondensasi, dan piknotik yang terdapat di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data dianalisis dengan One-Way Anova dan didapatkan nilai sebesar p>0,05 yang memiliki arti tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini didapatkan pada perbandingan kombinasi dosis akar kucing dan pegagan didapatkan jumlah sel yang tidak terlalu berbeda di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia.

Stroke is a clinical manifestation of circulatory disorders of the brain that will cause death in brain cells (neuron). This disease has a high prevalence in the elderly. One of the drugs that is used for treatment in stroke is citicoline, but this drugs have side effects and quite expensive. Therefore we need a safer treatment alternative and affordable, which is combination of Acalypha indica Linn (akar kucing) and Centella asiatica (Pegagan). This research uses experimental methods to perform the treatment in Sprague dawley rats pascahypoxia. Sprague dawley rats are given treatment of various dose combinations of akar kucing (150, 200, 250 mg) and pegagan (150 mg). After that, see the results through the identification number of normal, condensation, and piknotik cells in the gyrus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data were analyzed with One-Way ANOVA and obtained a value of p> 0.05 which means not significantly different the number of cells in gyrus dentatus Sprague dawley pascahypoxia internus after treatment with various dose in extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ireska Tsaniya Afifa
"Stroke adalah salah satu penyebab kematian tersering di dunia. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Penyakit ini dapat menyebabkan sekuel jangka panjang penurunan fungsi otak. Terapi farmakologi untuk mengembalikan fungsi tersebut masih cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek neuroterapi kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica L./AI) dan pegagan (Centella asiatica L./CA) sebagai alternatif terapi pascastroke yang terjangkau. Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang dilaksanakan sejak Oktober 2010. Perlakuan diberikan pada 15 tikus galur Sprague dawley yang dikondisikan hipoksia (10% O2 dan 90% N2) selama satu minggu. Pascahipoksia, tikus diberikan perlakuan uji (kombinasi ekstrak air AI 250 mg/kgBB dan CA 150 mg/kgBB), kontrol positif (citicoline), dan kontrol negatif (akuades). Otak tikus diambil, dipotong melintang melalui girus dentatus internus, dan diperiksa dengan mikroskop cahaya. Sel granular girus dentatus internus dihitung jumlahnya sesuai dengan kelompok morfologi: normal (N), kondensasi (K), dan piknotik (P). Data dianalisis menggunakan tes parametrik one way ANOVA. Didapatkan rata-rata jumlah sel granular pada tiap perlakuan: (1) ekstrak uji (N=14, K=270,75, P=15,5), (2) kontrol positif (N=14, K=261,6, P=24,2), dan (3) kontrol negatif (N=19, K=247,8, P=33). Pada uji ANOVA didapatkan nilai p > 0,05 yang berarti jumlah rata-rata sel tiap kelompok morfologi pada tikus yang diberi perlakuan uji tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif maupun negatif. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat efek terapi sinergis kombinasi ekstrak air Acalypha indica L. dan Centella asiatica L. terhadap perbaikan sel granular girus dentatus internus tikus.

Stroke is one of the leading causes of death, mainly result from either ischemia or cerebral hemorrhage. Brain damage caused by stroke may result in long-term sequalae, yet pharmacological therapy to reverse that damage is still expensive. This study aims to determine the synergic effect of combined extract of Acalypha indica L. dan Centella asiatica L. as an affordable alternative for post-stroke therapy. This study is an experimental based study conducted since October 2010. Fifteen rats were placed inside a chamber of 10% O 2 and 90% N 2 for seven days. Post-hypoxia, the rats were given three different treatments: AI water extract 250 mg/kgBB and CA 150 mg/kgBB, positive control (citicoline), and negative control (aquadest). Then, the brain was extracted, cut through the internal dentate gyrus, and examined under light microscope. Granular cells of internal dentate gyrus were counted according to their morphology groups: normal (N), condensated (C), and pycnotic (P). The mean values for each morphology group were obtained: (1) extract (N=14, C=270.75, P=15.5), (2) positive control: (N=14, C=261.6, P=24.2) and (3) negative control (N=19, C=247.8, P=33). Data were analyzed using one-way ANOVA parametric test. The test obtained p value > 0.05, meaning there was no significant difference between the extract group and the control groups. Thus, it can be concluded that there is no synergic neurotherapy effect between the extracts of Acalypha indica L. and Centella asiatica L. on the repairment of rats granular cells of internal dentate gyrus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Budi Premiaji Widodo
"Perkembangan penyakit menunjukkan adanya tren peningkatan penyakit tidak menular yang didominasi oleh penyakit kardiovaskular. Salah satu manifestasinya adalah pada kelainan neurovaskular. Penelitian untuk terapi penyakit ini terus dikembangkan, termasuk salah satunya terapi menggunakan obat herbal. Dua jenis tanaman yang dipercaya memiliki efek terapi adalah akar kucing dan pegagan.
Metode: Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan tujuan mendapatkan data terkontrol dari efek pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan, obat citicoline, dan aquades pada 5 kelompok tikus yang sebelumnya dikondisikan hipoksia. Data diambil dengan melakukan hitung sel piknotik, terkondensasi dan sel normal pada girus dentatus otak tikus.
Hasil: Dari 5 ke tikus yang diamati selnya, jumlah rata-rata sel terbanyak muncul pada kelompok terapi dengan citicoline. Jumlah rata-rata terendah muncul pada kelompok terapi dengan akuades. Pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan tidak menunjukkan adanya urutan sesuai dosis. Pada analisis dengan uji One-Way Annova, didapatkan bahwa hasil tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Diskusi dan Kesimpulan: Walaupun secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna dari masing-masing kategori, pada pengamatan langsung sel dapat diamati adanya peningkatan jumlah sel normal pada pemberian terapi dengan kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan. Pengobatan dengan terapi herbal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan, peneliti berharap dapat dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara pemberian ekstrak dengan efek neuroterapinya.

Recent updates in diseases shows increasing number incommunicable disease, espescially in cardiovascular diseases. One of the disease caused by cardiovascular disease is neurovascular. Research for treatment of this disease still on progress, including research in herbal medicine. Two of herbal medicine that has being used for years are akar kucing and pegagan.
Method: Experimental, in purpose obtaining controlled data from treatment with combination of akar kucing with pegagan, citicoline, and aquades in 5 group of mouse that has been hypoxiated. Data taken after treatment are the normal cells of mouse (Sprague dawley.) brain in gyri of dentata.
Result: From 32 mouse that observed, mean number of highest normal cells are found in mouse with citicoline treatment. And the lowest mean of normal cell are found in mouse with aquades treatment. Treatment with combination of akar kucing and pegagan did not correlated with order of dose. And statistic analysis with one-way annova shows the differences are not significant (p>0,878).
Discussion and Conclusion: Although statistically insignifficant, in direct observation the difference can be seen. In mouse with akar kucing and pegagan treatment, number of normal cells was increased. This may be resulted from anatomycal factor, duration of treatment, and method of observation. Further research still needed for understanding the effect of treatment with neurotheraphy effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Agustia Rahma Putri
"Stroke merupakan penyakit yang cukup sering dijumpai pada masyarakat. Untuk mengobati stroke, citicoline merupakan salah satu obat yang dapat digunakan terutama untuk memperbaiki kelainan neurologis. Diketahui bahwa terdapat pengobatan alternatif berupa tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit tersebut seperti akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica). Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian mengenai kombinasi ekstrak kedua tanaman ini. Kombinasi ekstrak tersebut akan dibandingkan dengan aquades (kontrol negatif) dan citicoline (kontrol positif). Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Skripsi ini membahas efek neuroterapi yang diberikan oleh kombinasi ekstrak tanaman akar kucing 150 mg dengan pegagan 150 mg. Kombinasi tersebut diberikan pada tikus Sprague dawley yang sudah dikondisikan hipoksia selama satu minggu. Setelah diberikan kedua kombinasi tersebut, akan dihitung jumlah sel normal, yang berkondensasi, dan piknotik pada girus dentatus internus tikus. Setelah data terkumpul, dilakukan uji normalitas Saphiro-Wilk terlebih dahulu dengan hasil p>0.05 (persebaran data normal) dan uji homogenitas p>0,05 (varian sata sama) dari masing-masing perlakuan. Selanjutnya, untuk menguji hipotesis dilakukan uji One Way Anova dengan hasil p>0.05 dimana hasil terhadap sel normal p=0.982, sel kondensasi p=0.170, dan sel piknotik p.0,338. Dengan hasil tersebut maka pemberian kombinasi ini tidak memberikan efek yang berbeda bermakna.

Stroke is one of common disease in community. To treat stroke, citicoline is one of drug that can be used especially for neurological disorders. Alternative treatment is another choice to treat stroke. There are some herbs which can be used for this disease like Acalypha indica Linn. and Centella asiatica. So, researcher combine both of that extract of herbs to see the effects. This study was conducted with experimental method. This study will discuss about the neurotherapy effect which given by extracts combination of Acalypha indica Linn. 150 mg and Centella asiatica 150 mg. Extracts combination will be compared with aquades as negative control and citicoline as positive control. The combination was administered to Sprague dawley that had hypoxia for a week. After being given the combination, researcher will count total of cells in gyrus dentatus internus. There are normal cells, condensation cells, and pyknotic cells. After data collected, this study uses a Shapiro-Wilk normality test which p> 0.05 (normal data distribution) and homogenity test which p>0,05 (variance is same) from each treatment. Furthermore, tests performed with One Way Anova for hypothesis test and the results of p> 0.05 where the normal cells p=0.982, condensation cells p=0.170, and pyknotic cells p=0.338. So the combination of these doses does not provide a significant value."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jody Felizio
"Stroke telah menjadi penyakit yang menduduki peringkat tiga sebagai penyebab kematian terbesar di dunia. Pasien yang telah sembuh dari stroke masih mengalami gejala neurologis sisa dari penyakit tersebut. Piracetam merupakan obat yang digunakan untuk mengobati gejala neurologis paska stroke, namun penggunaan piracetam menimbulkan banyak efek samping. Oleh karena itu, untuk mengurangi efek samping dari penggunaan piracetam, dilakukan penelitian mengenai efek neuroterapi dari kombinasi akar kucing dan pegagan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu kefektifan penggunaan kombinasi ekstrak 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) dan 150 mg pegagan (Centella asiatica) terhadap neurogenesis neuron pasca hipoksia di hipokampus girus dentatus. Penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan kontrol positif berupa piracetam, dan kontrol negatif berupa akuades. Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada jumlah sel normal paska perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif (p=1,000), dan kontrol positif (p=0,184). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa penggunaan kombinasi 150 mg akar kucing dan 150 mg pegagan tidak memiliki efek yang bermakna dibandingkan dengan pemberian akuades dan pirasetam.
Kata kunci: hipoksia, Acalypha indica Linn, Centella asiatica, piracetam, neurogenesis, hipokampus girus dentatus

Stroke has become a disease that was ranked third as a cause of death in the world. Patients who have recovered from the stroke still experience residual neurological symptoms from stroke. Piracetam is a drug used to treat post-stroke neurological symptoms. However, its usage cause many side effects. Therefore, to reduce side effects from the usage of piracetam, a research on the effect of combination of 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) extract with 150 mg pegagan (Centella asiatica) extract for hippocampus neuron regeneration of Sprague Dawley mouse is conducted. This research aims to find out the effectiveness of the usage of 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) extract with 150 mg pegagan (Centella asiatica) on neurogenesis in the hippocampus gyrus dentatus. This research is an experimental study using a piracetam as the positive control, and aquades as the negative control. This research uses One Way Anova test followed by Post Hoc test to determine the results. Results showed that there was no significant difference in the number of normal cells post-treatment compared to negative controls (p=1.000) and positive controls (p=0,184). The conclusion to be drawn is that the use of combination of 150 mg akar kucing (Acalypha indica Linn) extract with 150 mg pegagan (Centella asiatica) has no significant effect compared with the provision of aquades and piracetam."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ermono Superaya
"Stroke adalah suatu penyakit serebrovaskular yang disebabkan oleh berhentinya aliran darah arteri ke otak. Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik yang disebabkan oleh obstruksi pada arteri di sirkulasi serebelum. Hipoksia serebral yang terjadi akibat iskemik pada otak tersebut menimbulkan perubahan pada morfologi sel dan kemudian kematian sel dimana sel neuron menjadi piknotik bermanifestasi berupa kecacatan neurologis pada penderitanya, sehingga penderita stroke harus mengonsumsi obat jangka panjang untuk kesembuhannya. Citicoline merupakan obat yang efektif untuk stroke dari penelitiannya namun memiliki kelemahan dari segi pemakaian dan harga yang mahal menyebabkan obat ini kurang efisien di masyarakat. Tanaman herbal akar kucing dan pegagan merupakan obat alternatif pada terapi stroke karena efek neuroprotektifnya. Dosis kombinasi kedua herbal ini diharapkan mampu memberikan perubahan jumlah pada sel piknotik di otak.
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan melakukan percobaan pemberian ekstrak akar kucing dan pegagan terhadap tikus terhadap 5 kelompok tikus yang dibuat hipoksia dengan berbagai jenis perlakuan yaitu pemberian akuades, citicolin, dosis akar kucing 150,200,250mg dikombinasikan dengan pegagan 150mg. Serebelum tikus kemudian diambil dan dibuat sediaan preparat histopatologi untuk dilihat perubahan terhadap sel piknotik di girus dentatus internus.
Dari hasil uji One away Anova didapatkan bahwa tidak terdapat perubahan jumlah sel piknotik yang bermakna terhadap perlakuan yang diberikan terhadap tikus (p> 0,05). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi kombinasi kedua herbal tersebut tidak memberikan perubahan jumlah sel piknotik pada girus dentatus internus tikus.

Stroke is cerebrovascular disease caused by cessation of arterial blood flow to the brain. Approximately 80-85% of strokes are ischemic strokes caused by arterial obstruction in the circulation of cerebellum. Cerebral hypoxia caused by ischemia of the brain gives result in alteration of cells morphology and cell death in which neuron cells become picnotics. This will later manifests in the form of neurological disability shown in the affected individuals resulting in the need to take long term medication. Citicoline is an effective drug for stroke based on research but has drawbacks in term of usage and high price which cause it to be less efficient in the community. The herbs cat root and Indian pennywort are alternative drugs for stroke therapy because of its neuroprotective effects. Combination dose of these two herbs are expected to provide a change in number of picnotic cells in rat?s brain.
This research experiments on giving the extract of cat root and indian pennywort to 5 groups of hypoxic rats in various dose (150, 200, 250 mg of cat root combined with 150 mg of Indian pennyworts), negative control is given aquades and positive control is given citicoline. The cerebellum of the rats is then taken and is made to histopathologic preparation to see the changes of picnotic cells in gyrus dentatus internus.
From the One Way Anova test results, it can be seen that there is no meaningful changes in the number of picnotic cells after the treatments are given to the rats (p>0,05). In conclusion, therapy with combination of cat root and Indian pennywort does not provide changes in number of picnotic cells in gyrus dentatus internus of the rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
John Christian
"Saat hipoksia, tubuh memproduksi radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. Radikal bebas, salah satunya, dapat menyerang protein sehingga menghasilkan dikarbonil. Namun, terdapat mekanisme adaptasi tubuh yang mungkin diinduksi hipoksia hipobarik intermiten, termasuk antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas dan dapat dilihat, salah satunya dengan penurunan produksi dikarbonil. Penelitian ini dilakukan dengan desain eksperimental dengan melibatkan 25 ekor tikus yang dibagi ke dalam 5 kelompok, yakni kelompok Hipoksia Hipobarik Intermiten (HHI) 7 kali, kelompok HHI 14 kali, kelompok HHI 21 kali, kelompok HHI 28 kali, dan kelompok kontrol. Terjadi fluktuasi kadar dikarbonil dan dapat terlihat tren perubahan kadar dikarbonil antara kelompok-kelompok perlakuan walaupun hasil uji statistik tidak memiliki perbedaan signifikan. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dari kadar dikarbonil pada jaringan hati tikus di kelompok yang diberikan perlakuan hipoksia hipobarik intermiten dengan kelompok kontrol sehingga hipotesis “jumlah paparan hipoksia hipobarik intermiten yang berbeda mengakibatkan perbedaan kadar dikarbonil yang bermakna pada jaringan hati tikus” dan adanya efek perlindungan HHI terhadap radikal bebas tidak terbukti.

During hypoxia, the body produces free radicals which are harmful to the body. Free radicals can attack proteins to produce dicarbonyl. However, there are body adaptation mechanisms that may be induced by intermittent hypobaric hypoxia, including antioxidants that protect the body from free radicals and can be seen, one of which is by decreasing dicarbonyl production. This study was conducted using an experimental design involving 25 rats which were divided into 5 groups, namely the Intermittent Hypobaric Hypoxia (HHI) group 7 times, the HHI group 14 times, the HHI group 21 times, the HHI group 28 times, and the control group. Fluctuations in dicarbonyl levels occurred and a trend of changes in dicarbonyl levels could be seen between the treatment groups, although the results of the statistical tests did not have a significant difference. The results showed that there was no significant difference in dicarbonyl levels in rat liver tissue in the group that was given intermittent hypobaric hypoxia treatment with the control group so that the hypothesis "different amounts of intermittent hypobaric hypoxia exposure resulted in significant differences in dicarbonyl levels in rat liver tissue" and there was an effect HHI's protection against free radicals is not proven."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wynne Oktaviane Lionika
"Strok merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker pada saat ini. Pada pasien pasca strok biasanya akan mengalami gejala sisa dan untuk mengatasi hal tersebut biasanya akan diberikan neuroterapi berupa Pirasetam. Untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh Pirasetam maka dilakukan penelitian mengenai kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan terhadap perbaikan neuron. Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh kombinasi ekstrak akar kucing (Acalypha indica Linn) dan pegagan (Centella asiatica) pada stimulasi neurogenesis di girus dentatus eksternus pada tikus pasca hipoksia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan kontrol positif yaitu Pirasetam. Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan Post Hoc. Didapatkan hasil bahwa terdapat kemaknaan yang cukup kuat pada kombinasi 200 mg/kgBB ekstrak akar kucing dan 150 mg/kgBB pegagan (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi memiliki efek cukup bermakna dengan akuades dan memiliki efek yang hampir sama dengan kontrol positif (Pirasetam).

Nowadays, stroke is number three killer disease after heart disease and cancer. In patient after stroke, there will be a sequealae and they will be given neurotherapy, Piracetam. For reducing the side effect of Piracetam, the research about combination extract of akar kucing and pegagan for neuron improvement is needed. This focus of this research discuss about the effect of combination of the extract of akar kucing (Acalypha indica Linn) and Pegagan (Centella asiatica) for stimulating neurogenesis in gyrus dentatus externus of Sprague Dawley pasca hipoxia. The desain of this research is experimental with positive control, Piracetam. This research uses One Way Anova following with Post Hoc. The result show that there is a significant between combination of 200 mg/kgBB extract akar kucing and 150 mg/kgBB pegagan (p=0,000). It is concluded that combination has a significant value if it is compared with aquadest and have a same effect if it is compared with positive control (Piracetam)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Muhammad
"In recent study of antioxidant effect of Acalypha indica Linn (AI) and Centella asiatica (CA) increased due to appearance more complication of various disease which often caused by ROS (Reactive Oxidative Stress) formation. The active content of both plants have several proved effect on tissue such as wound healing effect, anti-inflammatory effect, diuretic effect, antioxidant effect, etc. Many research of AI and CA are used to evaluate their scavenging effect towards free radical. Several research investigating the combination of both plants conducted in Faculty of Medicine Universitas Indonesia limited in liver, kidney and brain, this research aim to seek the efficacy of both plants to suppress oxidative stress in heart tissue.
This study uses experimental in vivo method. Combination of AI and CA are administered to Sprague dawley rats with dose of 200mg.kgBW- and 150mg.kgBW-1 respectively for 3, 7 and 14 days in hypoxia condition. Then the effect of both plants are compared to placebo (aquades) and Piracetam at 50mg.kgBW-1 dose. The result showed that combination of AI and CA have antioxidant effect after 7 days administration. Those combinations of AI and CA can suppress those pathways and reduce the MDA level. Therefore, the usage duration of the combination of AI and CA determined the efficacy as antioxidant in the heart and longtime usage duration might replace the use of piracetam as antioxidant.

Studi mengenai efek antioksidan pada Acalypha indica Linn (AI) dan Centella asiatica (CA) mulai diperdalam dikarenakan peningkatan komplikasi penyakit yang disebabkan oleh pembentukan stress oksidatif. Kandungan dari kedua tanaman ini telah diteliti pada jaringan dan memiliki efek yang bagus dalam penyembuhan luka, anti-inflamasi, diuretik, antioksidan dll. Telah banyak dilakukan penelitian tentang AI dan CA yang digunakan untuk mengevaulasi efek penurunan/eliminasi radikal bebas. Penelitian mengenai kombinasi AI dan CA masih sedikit dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, terbatas pada organ ginjal, hati dan otak, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan khasiat kombinasi AI dan CA pada jaringan jantung dalam menanggulangi stres oksidatif.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental in vivo. Kombinasi AI dan CA yang digunakan mempunyai kadar dosis yang masing-masing berjumlah 200mg.kgBB-1 dan 150mg.kgBB-1. Lalu kombinasi tersebut dieksperimentalkan pada tikus Sprague dawley dengan berat antara 150-250 g selama 3, 7 dan 14 hari dalam keadaan hipoksia. Efek dari kedua tanaman tersebut dibandingkan dengan plasebo (aquades) dan Pirasetam dengan dosis 50mg.kgBW-1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kombinasi AI dan CA mempunyai efek antioksidan setelah pemberian lebih dari 7 hari. Kombinasi AI dan CA dapat menekan/memotong jalur pembentukan stress oksidatif di jantung dan mengurangi kadar MDA. Oleh karena itu durasi penggunaan kombinasi AI dan CA menentukan khasiat antioksidan dalam jantung dan perlakuan jangka panjang mungkin dapat menggantikan obat Pirasetam sebagai antioksidan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>