Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114762 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Zahara
"Kemangi (Ocimum americanum L.) merupakan tanaman aromatik yang mengandung sitral yang diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi dari minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.) pada tikus yang diinduksi dengan karagenan. Tikus jantan dibagi menjadi enam kelompok, masing-masing terdiri dari empat ekor tikus. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi larutan CMC 0,5%, kelompok II sebagai kontrol positif diberi natrium diklofenak, kelompok III diberi sitral, kelompok IV, V dan VI diberi minyak atsiri daun kemangi 40 mg/200 g BB, 80 mg/200 g BB, dan 160 mg/200 g yang diemulsikan dengan larutan CMC 0,5%. Setelah 30 menit pemberian zat uji, telapak kaki tikus diinduksi dengan 0,2 mL karagenan untuk menimbulkan udem. Volume udem diukur dengan menggunakan pletismometer setiap jam selama enam jam. Hasil penelitian menunjukkan adanya penghambatan inflamasi paling baik sebesar 44,83% pada dosis 160 mg/200 g BB. Dosis 160 mg/200 g BB menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kontrol negatif. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun kemangi memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.

Kemangi (Ocimum americanum L.) is an aromatic plant that contains citral and known as anti-inflammatory agent. The aim of this study was to determine the anti-inflammatory activity of the essential oil kemangi leaves (Ocimum americanum L.) on carrageenan-induced rat. The male rats were divided into six groups, each consisting of four rats. Group I as negative control was given 0.5% CMC solution, group II as positive control was given diclofenac sodium, group III was given sitral, groups IV, V and VI were given 40 mg/200 g BW, 80 mg/200 g BW, and 160 mg/200 g BW essential oil of Ocimum americanum L., emulsified in 0.5% CMC solution. After 30 minutes of test substance administration, left paw of rats injected by 0.2 mL of carrageenan to induce edema. Edema volume was measured using pletismometer every hour for six hours. The result showed that at dose 160 mg/200 g BW gives the best effect in inhibited the inflamation response 44,83%. There was significant difference (p<0.05) at dose 160 mg/200 g BB to negative control. From this study can be concluded that essential oil kemangi leaves has anti-inflammatory activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sriyani
"Kemangi (Ocimum americanum L.) merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri dengan sitral sebagai komponen utamanya. Efektivitas sitral dalam penghambatan terhadap motilitas usus telah dibuktikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap motilitas usus mencit putih jantan. Sejumlah 30 ekor mencit putih jantan dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif yang diberi 0,2 ml CMC 0,5%, kelompok kontrol positif diberi atropin sulfat 0,08 ml/20 g BB, kelompok kontrol pembanding diberi emulsi sitral 0,1 mg/20 g BB, dan tiga kelompok bahan uji yang diberi emulsi minyak atsiri daun kemangi dengan dosis I, II, dan III berturut-turut, yaitu 0,5 mg/20 g BB; 1 mg/20 g BB; dan 2 mg/20 g BB. Kemudian diberikan suspensi charcoal meal sebanyak 0,2 ml secara oral, lalu mencit dikorbankan. Setelah itu dilakukan pengukuran sehingga diperoleh data persentase ratio dan hambatan motilitas usus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kemangi dosis 2 mg/20 g BB memberikan efek penghambatan sebesar 59,79% yang tidak berbeda secara signifikan (p>0,05) dengan sitral dan atropin sulfat. Dengan demikian, minyak atsiri daun kemangi berpotensi sebagai karminatif, antidiare, dan antispasmodik.

Kemangi (Ocimum americanum L.) is a plant that contains essential oils with citral as a main component. Effectivity of citral as intestinal motility inhibition was evaluated. The purpose of this study was to determine the effect of essential oil of kemangi leaves (Ocimum americanum L.) on white male mices intestinal motility. Thirty white male mices were divided into six groups, which the negative control group was given 0,2 ml of 0,5% CMC, the positive control group was given atropine sulfate 0,08 ml/20 g BW, the comparison control group was given emulsion citral 0,1 mg/20 g BW, and three of test materials groups were given volatile oil emulsion kemangi leaves (Ocimum americanum L.) doses 0,5 mg/20 g BW; 1 mg/20 g BW, and 2 mg/20 g BW. Then mices was given charcoal meal suspension 0,2 ml orally, and the animals were sacrificed. This measured was expressed as ratio and inhibition percentage. The results showed that the inhibition of essential oil of kemangi leaves (Ocimum americanum L.) dose 2 mg/20 g BW was 59,79%, it did not show significant different (p> 0.05) effect with citral and atropine sulfate. Altogether, essential oil of kemangi leaves (Ocimum americanum L.) has potential as a carminative, antidiarrheal, and antispasmodic agent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Rahmi Arief
"Nanopartikel merupakan material berskala nano yang dewasa ini banyak digunakan untuk berbagai macam aplikasi. Metode sintesis nanopartikel pada umumnya menggunakan senyawa anorganik yang berbahaya bagi lingkungan. Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis nanopartikel NiO dengan menggunakan metode green synthesis yang ramah lingkungan. Ekstrak dari daun lampes Ocimum sanctum digunakan untuk mensintesis nanopartikel NiO karena mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavoniod, polifenol, dan saponin sebagai sumber basa dan capping agent. Nanopartikel NiO disintesis dengan membuat gel Ni OH 2 yang kemudian dikalsinasi sehingga membentuk nanopartikel NiO.
Karakterisasi nanopartikel NiO dengan menggunakan PSA menunjukkan ukuran partikel dari nanopartikel NiO sebesar 52,42 nm. Dilakukan pula karakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan XRD. Kemudian nanopartikel NiO tersebut di modifikasi pada permukaan Glassy Carbon GC. Modifikasi elektroda GC dengan nanopartikel NiO dilakukan secara besamaan dengan pembentukan nanopartikel NiO. Setelah itu, GC-NiO NP dikarakterisasi dengan menggunakan cyclic voltammetry CV dan SEM-EDX. Elektroda tersebut kemudian digunakan untuk studi pendahuluan sensor urea.
Hasil penelitian menunjukan bahwa elektroda GC-NiO NP dapat digunakan untuk mendeteksi urea dengan nilai Limit of Detection LOD sebesar 0,12904 mM dan linearitas R2= 0,9787. Pengulangan studi sensor urea dengan elektroda GC-NiO NP menunjukan RSD 2,854 dan kestabilannya menunjukkan RSD 7,90 selama 3 hari.

Nanoparticles is a nano scale materials that are useful for many applications. Methods of nanoparticles synthesis generally use inorganic compounds that are harmful to the environment. In this study, NiO nanoparticles have been carried out using green synthesis method. Lampes leaf extract Ocimum sanctum was used to synthesis NiO nanoparticles because it contains secondary metabolite compounds such as alkaloids, flavoniods, polyphenols, and saponins as a base source and capping agent. NiO nanoparticles had been synthesis by forming Ni OH 2 gel first and then calcined to be NiO nanoparticles.
Characterization of NiO nanoparticles using PSA showed a particle size of NiO nanoparticles is about 52.42 nm. The other characterizations were using UV Vis spectrophotometer, FTIR, and XRD. Then, NiO nanoparticles were modified on Glassy Carbon GC surface. The modification of GC electrodes with NiO nanoparticles was carried out together with the formation of NiO nanoparticles. After that, GC NiO NPs was characterized using cyclic voltammetry CV and SEM EDX. Then, that electrode was used for preliminary studies of urea sensor.
The results showed that GC NiO NPs electrode was used to detect urea with Limit of Detection LOD values 0.12904 mM and linearity R2 0.9787. Repeatability of urea sensor studies with GC NiO NPs electrode shows RSD 2.854 and its stability showed that RSD 7,90 for 3 day.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvyn Yeremia Pribadi
"Tumbuhan kemangi Ocimum sanctum diketahui memiliki senyawa-senyawa yang berpotensi menjadi larvasida seperti steroid dan terpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dari ekstrak daun O. sanctum dengan fraksi etil asetat sebagai larvasida untuk larva Aedes aegypti instar III-IV agar dapat digunakan sebagai bentuk alternatif pengendalian nyamuk. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan dua kelompok: kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan terdiri dari konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, dan 400 ppm. Efektivitas ekstrak tampak pada jam pengamatan ke-1 sampai ke-6. Pada jam pengamatan ke-24 dan ke-48, ditemukan perbedaan bermakna p = 0,002 dan p = 0,000; p < 0,05 antara konsentrasi ekstrak dengan mortalitas larva. Selain itu, ditemukan juga korelasi positif yang kuat antara konsentrasi ekstrak dengan mortalitas larva R = 0,907 jam ke-24; R = 0,901 jam ke-48. LC50 dan LC90 yang diperoleh pada jam pengamatan ke-24 dan ke-48 pada penelitian ini adalah 171,3 ppm, 545,5 ppm dan 94,6 ppm, 178,6 ppm. Pada pengamatan morfologi larva ditemukan perubahan bentuk menjadi melengkung dan perubahan warna menjadi lebih pucat. Sebagai kesimpulan, ekstrak daun O. sanctum dengan fraksi etil asetat memiliki efektivitas sedang dengan pola dose-dependent.

Tulsi Ocimum sanctum is known to possess chemical constituents that are potentially able to be used as larvicide such as steroids and terpenoids. The aim of this study is to evaluate the effectivity of leaf O. sanctum extract with ethyl acetate solvent as a larvicide for instar III IV Aedes aegypti larvae so that an alternative to mosquito control can be used. This study uses an experimental design with two groups control and treatment. The treatment group consists of concentrations 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, and 400 ppm. The effectivity of the extract is observed from hour 1 to 6. In hour 24 and 48, there is significant difference p 0,002 and p 0,000 p 0,05 between the concentration of the extract and the larvae mortality. Furthermore, there is a strong positive correlation between the concentration of the extract and the larvae mortality R 0,907 hour 24 R 0,901 hour 48. The LC50 and LC90 from hour 24 and 48 that is observed from the study is 171,3 ppm, 545,5 ppm and 94,6 ppm, 178,6 ppm. Morphological observation reveals a distorted and pale body. As a conclusion, leaf O. sanctum extract with ethyl acetate solvent has medium effectivity with a dose dependent pattern."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginarti Ekawati
"Inflamasi umumnya diterapi dengan obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) yang memiliki efek samping serius, seperti gangguan saluran cerna, sehingga perlu dicari terapi lain yang memiliki efek samping yang lebih ringan, salah satunya digunakan infus rambut jagung (Zea mays L.). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antiinflamasi infus rambut jagung yang diberikan secara oral ditinjau terhadap penurunan udem pada telapak kaki tikus yang diinduksi dengan karaginan. Pada penelitian ini digunakan metode Winter yang telah dimodifikasi pada 25 ekor tikus putih jantan, yang dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok I, II dan III diberikan infus rambut jagung, yaitu 1,8; 3,6 dan 7,2 g/200 g BB, kelompok IV yang diberikan natrium diklofenak 27 mg/200g BB sebagai kontrol positif dan kelompok V diberikan CMC 0,5% sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan dosis I, II, dan III memiliki efek antiinflamasi ditinjau dari penurunan volume telapak kaki. Berdasarkan persentase penghambatan udem, dosis III memiliki potensi antiinflamasi yang lebih besar daripada dosis I dan II. Bahan uji ketiga dosis tersebut memiliki potensi lebih kecil daripada natrium diklofenak.

Abstract
Inflammation is usually treated by Non-steroid Antiinflammatory Drug (NSAID) that has seriously side effect in gastrointestinal tract. So, we need to find another therapy that has lower side effect than them, which is infusa corn silk (Zea mays L.). The aim of this study was to determined antiinflammatory effect of infusa corn silk which had been given orally, reviewed to decrease edema on hind paw of male rats induced by carrageenan. This study used Winter method that had modified at 25 male rats which had been divided into five groupes. Group I, II and III had been given with infusa corn silk each of them 1,8; 3,6 dan 7,2 g/200 g BW, group IV had been given diclofenac sodium 27 mg/200 g BW as positive control, and group V had been given orally and CMC 0.5% as negative control. The results showed dose I, II, and III have antiinflammatory effects in terms of decreased foot volume. Based on the percentage inhibition of edema, dose III has the potential antiinflammatory greater than dose I and II. Three doses of test substance has the potential smaller than diclofenac sodium. "
2011
S1623
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rimson Muara Jaya
"Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Salah satu terapi hipertensi adalah dengan menggunakan obat yang berfungsi sebagai penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme). Tanaman Kemangi (Ocimum americamum L) memiliki aktivitas penghambatan angiotensin converting enzyme (ACE) yang dapat digunakan sebagai obat bahan alam untuk penyakit hipertensi.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan fraksi teraktif ekstrak etanol 80% dari daun kemangi yang memiliki efek penghambatan aktivitas ACE dan menentukan kandungan kimia dan total flavonoid fraksi teraktif ekstrak etanol 80% dari daun kemangi.
Penelitian dilakukan dengan metode chusman and cheung dengan menggunakan substrat Hipuril-L-Histidil-L-Leusin (HHL) dan metode pengukuran spektrofotometri. Fraksi teraktif yang didapatkan adalah fraksi diklormetan dengan nilai IC50 sebesar 4.274 ug/mL.
Hasil identifikasi senyawa kimia dari fraksi ini adalah alkaloid, saponiin, flavonoid, tannin, fenol, antrakuinon dan terpen dengan kandungan total flavonoidnya adalah sebesar 84,15 mgQE/g. Berdasarkan hasil yang diperoleh daun kemangi memiliki efek penghambatan aktifitas ACE sehingga dapat digunakan sebagai obat antihipertensi.

Hypertension is a condition of the increasing blood pressure above normal. One of hypertension therapy is the used of drugs as Angiotensin Converting Enzyme inhibitors (ACEi). Basil leaves (Ocimum americamum L) has inhibitory activity of angiotensin converting enzyme (ACE) which can be used as a natural medicine for hypertension.
The purpose of this study was to determine the most active fraction of basil leaves that has ACE inhibitory activity and the phytochemical constituents and total flavonoid content from the fractions.
The test is using Cushman and cheung methods, substrate of Hipuril-L-Histidil-L-Leucine (HHL) and spectrophotometric measurement. The most active fraction is diclormethan with IC50 value : 4.274 ug / mL.
The phytochemical compounds of this fraction are alkaloids, saponiin, flavonoids, tannins, phenols, anthraquinone and terpenes with total flavonoid content 84.15 mgQE/g. Based on the results basil has effects of Angiotensin Converting Enzym Inhibition so it can be used as an antihypertensive drug."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S57825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Ardiana Kartika Nugraheni
"ABSTRAK
Diabetes mellitus DM adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama dan prevalensinya akhir-akhir ini meningkat secara dramatis. Teh putih merupakan jenis teh yang diharapkan dapat dijadikan alternatif penanganan diabetes mellitus karena penggunaan obat antidiabetes oral sintetik sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala terkait dengan efek samping yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui LD50 dan tingkat keamanan ekstrak daun teh putih, serta pengaruhnya terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus. Uji toksisitas akut dilakukan pada mencit jantan dan betina galur DDY dengan dosis 1,25; 2,5; 5; dan 10 g/kg bb yang diberikan dalam dosis tunggal. Uji aktivitas antidiabetes dilakukan pada tikus Sprague Dawley jantan diabetes yang diinduksi streptozotocin-nikotinamid, melalui pemberian ekstrak daun teh putih dosis 50, 100 dan 200 mg/kg bb yang diberikan selama 14 hari. Hasil perhitungan diperoleh LD50 pada mencit jantan adalah 4,58 g/kg bb dan 2,73 g/kg bb untuk mencit betina. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun teh putih selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif P.

ABSTRACT
Diabetes mellitus DM is a major public health problem and its incidence has increased dramatically. White tea is a type of tea is expected to be used as an alternative in treatment of diabetes mellitus because of side effect of oral synthetic antidiabetic drugs. This study aims to determine LD50 and the level of safety of white tea leaf extract, and its effect on reducing blood glucose levels in diabetic rats. The acute oral toxicity study performed at dose 1,25 2,5 5 and 10 g kg bw of male and female DDY mice in single dose administration. Antidiabetic activity study of white tea extract was performed on diabetic Sprague Dawley male rats induced streptozotocin nicotinamide, at dose 50, 100 and 200 mg kg BW for 14 days. This studies showed that the oral LD50 of white tea extract is 4.58 g kg bw in male mice and 2.73 g kg bw for female mice. The administration of white tea leaves extracts for 14 days showed decreased blood glucose level significantly compared to negative control group P
"
2017
T49674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tanaman kemangi (Ocimum americanum L) secara empiris diketahui mempunyai aktivitas
dalam menghambat Streptococcus mutans yaitu bakteri yang selama ini dikenal sebagai penyebab karies
gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dari suatu sediaan yang mengandung ekstrak etanol herba kemangi dalam bentuk sediaan obat kumur. Konsentrasi hambat minimum ekstrak kemangi adalah 0,3% b/v. Hasil formulasi sediaan obat kumur ekstrak kemangi memperlihatkan larutan berwarna coklat, beraroma mint dan kemangi, memiliki rasa manis dan mint. Sediaan obat kumur ekstrak kemangi mampu membunuh bakteri uji dengan waktu kontak 60 detik. Formula obat kumur ekstrak
kemangi yang dibuat relatif stabil secara fisik selama 35 hari waktu pengamatan. Hasil pengujian
aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa formula yang mengandung ekstrak kemangi (1,25%), natrium
benzoat (0,1%), alkohol 95% (0,5%), sorbitol (20%), gliserin (10%), aqua menthae-piperetae (0,5%), dan
aquadest merupakan formula yang paling baik aktivitasnya."
615 JSTFI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Retno Wijayanti
"Buah oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb.) merupakan tanaman yang secara empiris memiliki efek diuretik, sehingga diduga memiliki efek antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihipertensi dari ekstrak etanol 70% buah oyong pada tikus putih jantan yang diinduksi larutan NaCl. Tiga puluh ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dibagi dalam enam kelompok yaitu kontrol normal, kontrol induksi, kontrol Tensigard®, dan tiga kelompok dosis ekstrak buah oyong. Induksi larutan NaCl (3,75g/kg bb) diberikan pada setiap kelompok perlakuan, kecuali kelompok kontrol normal, secara per oral selama 14 hari. Pada hari ke-15 dilanjutkan pemberian sediaan uji berupa larutan CMC 0,5% (kontrol normal dan induksi), Tensigard®, dan ekstrak buah oyong dengan dosis 274,5; 411,75; dan 617,62 mg/200g bb hingga hari ke-28. Pengukuran tekanan darah sistol, diastol, dan arteri rata-rata dilakukan pada hari ke-14, 21, 24, dan 28 menggunakan alat pengukur tekanan darah non-invasif CODA®. Penelitian dilanjutkan dengan pengukuran volume urin 24 jam untuk melihat efek diuretik. Hasil analisis pengukuran tekanan darah menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% buah oyong dapat menurunkan tekanan darah sistol, diastol, dan darah rata-rata secara bermakna pada hari ke-24 pengujian, namun hasil analisis pengukuran volume urin 24 jam tidak menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok.

Gourd fruit (Luffa acutangula (L.) Roxb.) is the crop that empirically has diuretic effect, so it might be had antihypertensive effect. This research aimed to know the antihypertensive effect of 70% ethanol extract of ridged gourd fruit in sodium chloride induced white male rats. Thirty male rats strain Sprague-Dawley were divided into six groups of 5 animals each were used and administered orally with CMC liquid 0,5% (normal control), NaCl liquid 3,75 g/kg bw (induced control), Tensigard ® (Tensigard® control), and three groups of gourd fruit extract. Sodium chloride liquid as inducer was administered orally for 14 days, then continued by giving the gourd fruit extract (274,5; 411,75; and 617,62 mg/200g bw), Tensigard®, and CMC 0,5%. The blood pressure (systole, diastole, and arterial blood pressure) was measured on the day 14th, 21st, 24th, and 28th using CODA® non-invasive blood pressure. After that, the research was followed by measurement of the urine volume in 24 hours to know the diuretic effect. Result from analysis of blood pressure data showed that the 70% ethanol extract of gourd fruit could significantly reduce blood pressure (systole, diastole, and average blood pressure) on hypertensive rats in days 24th, however result of the analysis urine volume in 24 hours did not show significant difference inter-group."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42854
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Astari
"Keong tutut (Bellamya javanica) merupakan bahan alam yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mencegah kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah efek hepatoprotektif daging keong tutut dalam menurunkan aktivitas enzim aspartat aminotransferase (AST) dan alanin aminotransferase (ALT) yang merupakan parameter kerusakan hati. Tiga puluh enam (36) ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan, yaitu kontrol normal (CMC 0,5%), kontrol negatif (CMC 0,5%), kontrol positif (silymarin 9,45 mg/200 g BB), dosis 1 (serbuk daging keong tutut 56 mg/200 g BB), dosis 2 (serbuk daging keong tutut 112 mg/200 g BB), dan dosis 3 (serbuk daging keong tutut 224 mg/200 g BB). Bahan tersebut diberikan secara peroral selama 14 hari. Pada hari ke-15, semua tikus, kecuali kontrol normal diinduksi dengan CCl4 1 ml/kg BB melalui rute yang sama. Dua puluh empat jam setelah induksi, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital. Aktivitas AST dan ALT plasma diukur menggunakan kit dan ditunjukkan melalui perbedaan serapan. Hasilnya menunjukkan kelompok dosis 112 mg/200 g BB dan dosis 224 mg/200 g BB memiliki aktivitas AST dan ALT yang berbeda bermakna (p ≤ 0,05) dengan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daging keong tutut berpotensi sebagai hepatoprotekor karena mampu menurunkan aktivitas AST dan ALT.

Freshwater snail (Bellamya javanica) is natural materials that are empirically used by society to prevent liver damage. This study aimed to prove scientifically hepatoprotective effect of flesh of tutut snail in lowering the activity of aspartate aminotransferase (AST) and alanine aminotransferase (ALT) enzymes which are the parameters of liver damage. Thirty-six (36) rats were divided into six treatment groups. Those are normal control (0,5% CMC), negative control (0,5% CMC), positive control (silymarin 9,45 mg/200 g BW), dose 1 (flesh powder of freshwater snail 56 mg/200 g BW), dose 2 (flesh powder of freshwater snail 112 mg/200 g BW), and dose 3 (flesh powder of freshwater snail 224 mg/200 g BW). Those ingredients were given orally for 14 days. On the fifteenth day, all rats, except the normal control were induced by CCl4 1 ml/200 kg BW via the same route. Twenty-four hours after the induction, blood sampling done through orbital sinus. AST and ALT plasma activity were measured using kit and shown through the absorbance differences. The results show AST and ALT activity among dose 112 mg/200 g BW group and dose 224 mg/200 g BWgroup were significantly different (p ≤ 0,05) with the negative control group. It can be concluded that freshwater snail is a potential hepatoprotector due to its ability in lowering AST and ALT activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>