Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Novayani
"Skripsi ini membahas negasi dalam bahasa Jawa Kuno pada teks diparwa Penelitian difokuskan kepada varian perilaku sintaktis makna dan jangkauan penegasian konstituen negatif Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat berbagai varian perilaku sintaktis dan makna konstituen negatif sedangkan jangkauan penegasiannya adalah sama.

This thesis explained the negation in Old Javanese language on diparwa text The research pointed out on variant syntactical behavior meanings and scope of the negation To that end this research implemented the analytical descriptive method In conclusion the result of the research revealed that there are several variants syntactical behavior and negative constituent meanings while the concerning scope of the negation is exactly the same. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangkit Ria Irawan
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang fungsi partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno. Langkah awal penulisan skripsi ini adalah penulis membaca keseluruhan teks Ādiparwa kemudian mencari, mengumpulkan dan mengelompokan data sesuai kata yang mendahului partikel ni. Temuan data dalam teks Ādiparwa diuraikan secara sintaksis serta didukung oleh referensi yang membahas tentang partikel ni. Hasil dari analisis menjelaskan tentang fungsi partikel ni yang didahului oleh nomina, verba dan partikel de. Hasil ini menunjukan fungsi partikel ni yang sebagai pemarkah, preposisi, dan preposisi majemuk. serta menjelaskan ciri khusus partikel ni dalam Bahasa Jawa Kuno.

ABSTRACT
This thesis discusses the function of particles ni in the Old Javanese language. The first step of this thesis is the author read the entire text Ādiparwa then searched collected and classified data according to the word that precedes the particle ni. The results of the data in the text Ādiparwa describe using syntac theory and supported by references that discuss particle ni. The results of the analysis describes the function of the particle ni, which is preceded by the noun, verb and particle de. These results show that as a function of particle ni markers, prepositions, and compound prepositions. and explain the special characteristics of particles ni in the Old Javanese language.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Fitriana
"[Tesis ini mengkaji leksem deiktis dalam bahasa Jawa Kuno berdasarkan perilaku sintaktisnya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah teks Ādiparwa. Data diolah dengan menggunakan peranti lunak Sketch Engine. Peneliti memanfaatkan menu word list (daftar kata) dan baris konkordansi pada peranti lunak Sketch Engine untuk pemerolehan dan pengolahan data. Penelitian ini menggunakan teori deiksis dari Fillmore (1975) dan menggunakan teori sintaksis Dixon (2010), serta didukung oleh penelitian mengenai bahasa Jawa Kuno oleh Zoetmulder dan Poedjawijatna (1992 dan 1993). Analisis sintaktis yang dilakukan pada penelitian ini juga tidak terlepas dari aspek semantik karena aspek semantik tidak dapat dilepaskan dari analisis sintaktis. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku sintaktis leksem yang deiktis dalam bahasa Jawa Kuno pada teks Ādiparwa berbeda satu sama lain. Pada tataran frasa, leksem yang deiktis dalam bahasa jawa Kuno dapat membentuk beberapa frasa, seperti frasa pronominal, frasa nominal, frasa apositif, dan frasa preposisional. Pada tataran kalimat, leksem yang deiktis dapat mengisi fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, bergantung pada kategori sintaktis leksem yang deiktis. Berdasarkan posisinya, leksem yang deiktis dapat berada di sebelah kiri atau kanan dari kata yang ditunjuk atau dijelaskannya.
;This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
, This thesis discussed about the deictic lexeme in Old Javanese based on its syntactic behavior. This research used Ādiparwa text as the data. The data was processed by software Sketch Engine. Researcher used wordlist and concordance menu in Sketch Engine to acquire and process the data. This research also used the deixis theory by Fillmore (1975), the syntax theory by Dixon (2010), and the research of Old Javanese by Zoetmulder and Poejawijatna (1992 and 1993). The syntactic analysis in this research was related with semantic aspect, because the semantic aspect cannot be separated from the syntactic analysis. The result of the analysis showed that the syntactic behavior of deictic lexeme in Old Javanese on Ādiparwa text was different from one deixis and the others. In the phrase level, the deictic lexeme can establish some phrases, such as pronominal phrase, nominal phrase, appositive phrase, and prepositional phrase. In the sentence level, the deictic lexeme can be function as subject, predicate, object, complement, and adjunct depended on syntactic category of deictic lexeme. Based on the position, the deictic lexeme can be placed in the right or left side the word that was referenced or explained.
]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Diautami
"Skripsi ini membahas kalimat tanya Bahasa Jawa Kuna. Pertama-tama penulis membaca, mencari, dan mengumpul data berupa kalimat tanya yang ada pada teks Ādiparwa dan Wirataparwa. Penulis juga mengumpulkan refrensi yang membahas mengenai kalimat tanya Bahasa Jawa Kuna. Temuan kalimat tanya yang ada pada teks Ādiparwa dan Wirataparwa akan dibahas menggunakan teori sintaksis dan ditunjang oleh beberapa referensi yang membahas kalimat tanya Bahasa Jawa Kuna. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam Bahasa Jawa Kuna terdapat 4 jenis kalimat tanya, yaitu kalimat tanya, konfirmatoris, altenatif, informatif dan tidak langsung. Selain itu, pada kalimat tanya konfirmatoris terdapat konstituen takarin yang berfungsi meminta penegasan melalui penegasian. Pada kalimat tanya informatif, kata tanya selalu berada di awal kalimat dan menduduki fungsi Predikat.

This thesis discusses about introgative sentences in Old Javanese. First, the authors read, searched, and collected data of the introgative sentence in the Ādiparwa and Wirataparwa texts. The authors also collected the references which discusses about introgative sentences. The results of the introgative sentences in Ādiparwa and Wirataparwatext will be discussed using syntac theory and supported with others reference which discussed about introgative sentences in Old Javanese. In Old Javanese showed that there are four varians of introgative sentences, there are confirmative introgative-sentence, alternative, informative, and indirect introgative-sentence. Beside that, in confirmative question there is contituenttakarin which function propose to confirmation in negation ways. In informative questions, the introgative-prounouns are always in the first sentence and occupied the Predicate function."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muna Mardhiyah Amini
"Dudu dan ora merupakan penanda negasi dalam bahasa Jawa yang menempati fungsi sintaksis predikat dengan jenis kata tertentu yang mendampinginya contohnya, dudu dengan nomina dan ora dengan verba. Namun, pada data yang ditemukan terdapat dudu dan ora tidak berkedudukan sebagai bagian dari predikat mau pun menegasi predikat. Hal tersebut melatarbelakangi penelitian ini yang bertujuan untuk menjelaskan posisi penanda negasi dudu dan ora di dalam kalimat dan cakupan penanda negasi dudu dan ora. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan sebuah novel berjudul Dom Sumurup Ing Banyu oleh Suparto Brata pada tahun 2006 sebagai sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan kalimat dengan penanda negasi dudu dan ora. Data tersebut lalu dikelompokkan berdasarkan data berupa kalimat yang memiliki pola fungsi sintaksis minimal Subjek-Predikat dan data berupa wacana. Pada penelitian ini ditemukan dudu dan ora yang menempati fungsi predikat bersama dengan kata lain yang mendampinginya. Namun, yang dinegasi oleh penanda negasi bukan kata yang mendampinginya melainkan kata pada fungsi sintaksis lainnya. Selain itu, ditemukan dudu dan ora yang tidak menempati fungsi predikat dan tidak didampingi oleh jenis kata apa pun. Dengan demikian cakupan negasi dudu dan ora mampu melewati batas 1 fungsi sintaksis.

Dudu and ora are negation markers in Javanese that occupy the syntactic function of predicates with certain types of words accompanying them, for example, dudu with nouns and ora with verbs. However, in the data found, dudu and ora do not function as part of the predicate or negate the predicate. The background of this study aims to explain the position of dudu and ora negation markers in the sentence and the scope of dudu and ora negation markers. This research was conducted by using qualitative research method and using a novel entitled Dom Sumurup Ing Banyu by Suparto Brata in 2006 as data source. Data collection was done by collecting sentences with negation markers dudu and ora. The data was then categorized based on the data in the form of sentences that have a minimal syntactic function pattern of Subject-Predicate and data in the form of discourse. In this study, dudu and ora were found to occupy the predicate function along with other words that accompany them. However, what is negated by the negation marker is not the word that accompanies it but the word in other syntactic functions. In addition, dudu and ora are found that do not occupy the predicate 2 function and are not accompanied by any type of word. Thus, the scope of dudu and ora negation is able to cross the boundary of 1 syntactic function.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam suatu bahasa negasi mendukung fungsi yang sangat penting. Fungsi utama negasi ialah untuk menyangkal atau mengingkari pernyataan lawan bicara atau pembicara yang dianggap keliru oleh pembicara itu sendiri. Manusia menggunakan konstitun negatif sebagai alat yang paling sempurna untuk menyangkal atau mengingkari sesuatu, oleh karena itu kehadiran konstituen negatif dalam suatu kalimat akan mengubah makna kalimat semula atau kalimat tanpa negasi., yaitu konstituen negatif dasar yang terdiri dari ora dan dudu, sednagkan negatif yang di samping menyatakan negasi hal lain menyangkut aspek seperti imperatif, kesertaan, penolakan, larangan dan lain sebagainya. Kelompok kedua ini diwakili oleh aja 'jangan', embuh 'tidak tahu', durung ;belum', dan wurung 'tidak jadi' atau 'urung.
Dari hasil analisis diketahui bahwa ora dan dudu berbeda dalam segi morfologi, sintaksis dan semantik. Dalam segi morfologi, keduanya berbeda dalam proses morfologi. Dalam segi sintaksis, keduanya berbeda hal jangkauan penegasian dalam suatu konstruksi kalimat. Pada segi semantik, perbedaan yang timbul adalah bahwa ora lebih bersifat polisemi dibandingkan dengan dudu.
Ciri lain dari konstituen negatif dasar adalah bahwa kedua konstituen ini mempunyai sifat sebagai penbentuk negatif kontradiktif dan negatif alternatif, walaupun untuk mengetahuinya harus dikembalikan pada data-data yang mencukupi.
Konstituen negatif paduan mempunyai ciri khusus yaitu bahwa kelompok ini bersifat dasar polisemu dalam segi semantik. Dari konotasi dasarnya paduan yaitu, bahwa kelompok ini mempunyai paduan atau parafrasa dengan kata-kata lainnya. Dalam segi sintaksis sifatnya tidak jauh berbeda dengan konstituen negatif dasar dalam menjangkau sebuah konstruksi kalimat.
Negasi dalam bahasa Jawa, sebagai salah satu bagian dari permasalah yang timbul dari perkembangan bahasasejauh ini belum pernah dibatasi secara khusus. Oleh karena itu, tujun dari penulisan ini adalah mengetahui konstituen negatif dan bagaimana jangkauan sintaksis dan semantisnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Musleh Febri Ardiansyah
"Fonotaktik Bahasa Jawa Kuno (BJK) telah dijabarkan oleh Oglobin (1991), Mardiwarsito dan Kridalaksana (2012), serta Suarka (2018). Pada umumnya penelitian tersebut menjelaskan fonotaktik BJK berdasarkan jumlah pola fonotaktik yang ditemukan beserta dengan contoh kata yang mewakili setiap pola persukuan tersebut. Akan tetapi, ketiga penelitian tersebut belum menjelaskan mengenai jenis fonem tertentu yang berdistribusi pada pola persukuan yang ada pada BJK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan distribusi fonem Jawa Kuno pada kata bersuku satu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa kamus Jawa Kuno-Indonesia (Zoetmulder & Robson, 1995) dan kamus daring BJK http://sealang.net/ojed/. Penelitian ini menggunakan klasifikasi pola persukuan BJK oleh Suarka (2018); terdapat 11 pola fonotaktik pada BJK. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mencatat kata yang memuat ke-11 pola persukuan BJK pada kamus Jawa Kuno-Indonesia (Zoetmulder & Robson, 1995). Data dikelompokkan berdasarkan jenis fonem yang menempati pola persukuan yang ada. Penelitian ini menghasilkan jenis fonem yang cenderung berdistribusi menempati posisi pola persukuan pada kata bersuku satu. Distribusi fonem pada BJK memiliki ciri khas, yakni dua konsonan yang sama dapat berada dalam satu suku kata sekaligus.

The phonotactics of Old Javanese has been described by Oglobin (1991), Mardiwarsito and Kridalaksana (2012), and Suarka (2018). In general, these studies explain the phonotactics of Old Javanese based on the number of phonotactic patterns found along with examples of words that represent each of these tribal patterns. However, the three studies have not explained the specific types of phonemes that are distributed in the tribal patterns in Old Javanese. The purpose of this research is to describe the distribution of Old Javanese phonemes in monosyllabic words. This research uses a qualitative method. The data sources used are the Old Javanese-Indonesian dictionary (Zoetmulder & Robson, 1995) and the online dictionary of the Old Javanese language http://sealang.net/ojed/. This research uses the classification of Old Javanese tribal patterns by Suarka (2018); there are 11 phonotactic patterns in Old Javanese. Data collection was done by searching and recording words containing the 11 Old Javanese tribal patterns in the Old Javanese-Indonesian dictionary (Zoetmulder & Robson, 1995). The data were grouped based on the type of phonemes that occupy the existing tribal patterns. This research produces a type of phoneme that tends to be distributed to occupy the position of the tribal pattern in monosyllabic words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya , 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hanika Zahra Minerva Pertiwi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas variasi negasi bahasa Jepang. Sumber data yang digunakan adalah komik berjudul Kobayashi ga Kawaii Sugite Tsurai! vol. 2. Alasan pemilihan komik itu adalah komik Kobayashi ga Kawaii Sugite Tsurai! vol. 2 mengandung varian negasi yang cukup beragam. Data yang dijaring dalam studi ini ialah ujaran-ujaran dalam komik yang mengandung negasi. Berdasarkan hasil analisis ditemukan enam tipe negasi, yaitu, (i) masenn, (ii) naii, (iii) nee, (iv) janee, (v) janeee dan (vi) jan. Penelitian ini mengidentifikasi variasi negasi dan karakteristiknya dengan menggunakan ancangan kualitatif dengan metode analisis data berdasarkan teori negasi Givon Tamly (1979) dan Dahl (1979). Konteks, dalam hal ini, latar belakang percakapan merupakan hal yang dipertimbangkan dalam menentukan makna dari variasi negasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan variasi negasi bahasa Jepang secara fonologis dan negasi penggunaan berdasarkan faktor sosial.

ABSTRACT
This research analysis variation of negation in Japanese language. The source of this research is Japanese comic Kobayashi ga Kawaii Sugite Tsuraii! Vol.2. Reasons for selecting comic Kobayashi ga Kawaii Sugite Tsuraii! Vol.2 because it contains a considerable variety of negations. The collected data is spoken language which contains negations. Based on analysis results found six negations, (i) masenn), (ii) naii, (iii) nee, (iv) janee, (v) janeee and (vi) jan. This research identifies variation of negation and the characteristic by using qualitative design with analysis methods based on negation theory by Givon Tamly (1979) and Dahl (1979). Context in this problem, conversation background are two main points to understand the meaning of negations. The results of this research showing Japanese variation of negations phonogically and usage based on factor social."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
New Delhi: International Academy of Indian Culture, 1957
899.221 RAN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Helma Rizkiana
"Penelitian mengenai negasi dalam bahasa isyarat belum banyak dilakukan di Indonesia. Memperhatikan situasi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan negasi dalam bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) yang berfokus pada analisis terhadap bentuk penanda manual dan nonmanual serta pola susunan kata dari satu jenis kalimat, yaitu kalimat pernyataan. Penelitian ini menggunakan data berupa rekaman video berbahasa isyarat informan tuli yang berisi 60 kalimat pernyataan negasi dalam Bisindo. Data yang sudah dikumpulkan, selanjutnya ditranskripsi terlebih dahulu untuk mengetahui bentuk penanda manual, penanda nonmanual, serta pola susunan kata dalam kalimat pernyataan negasi Bisindo. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) kalimat pernyataan negasi pada Bisindo dominan menggunakan penanda manual untuk menyatakan negasi; (2) penanda manual yang digunakan untuk menegasikan kalimat adalah TIDAK/BUKAN, BELUM, TIDAK-ADA, TIDAK-MENGERTI, TIDAK-PERNAH/BELUM-PERNAH, TIDAK-SUKA, dan TIDAK-MAU yang cenderung muncul di akhir kalimat; (3) jenis gerakan penanda nonmanual yang digunakan dalam kalimat pernyataan negasi adalah alis naik, alis turun, dan kepala menggeleng, (4) gerakan nonmanual yang paling banyak muncul adalah alis naik, sedangkan penanda manual negasi yang paling banyak digunakan adalah TIDAK/BUKAN; (5) untuk pola susunan kata, ditemukan sebanyak 10 jenis/tipe dan pola SP-Neg muncul dengan jumlah yang paling signifikan.
Research on negation in sign language has not been extensively conducted in Indonesia. Recognizing this gap, this study aims to describe negation in Indonesian Sign Language (Bisindo) which focuses on analyzing the forms of manual and nonmanual markers, as well as word order patterns in one type of sentence: statement sentences. This study utilizes data in the form of video recordings of deaf informants using sign language, comprising 60 negation statement sentences in Bisindo. The collected data is transcribed to identify the forms of manual markers, nonmanual markers, and word order patterns in Bisindo negation statement sentences. The findings show that (1) negation statement sentences in Bisindo predominantly employ manual markers to express negation; (2) manual markers such as NOT/NOT, NOT-YET, NOTHING, NOT-UNDERSTAND, NEVER, NOT-LIKE, and NOT-WANT are used to negate sentences, often appearing at the end of the sentence; (3) the types of nonmanual marker gestures used in negation statement sentences include raising eyebrows, lowering eyebrows, and shaking the head; (4) the most prevalent nonmanual gesture is raising eyebrows, while the most frequently used negation manual marker is NOT/NOT; (5) concerning word order patterns, 9 types are identified, with the SP-Neg pattern being the most significant."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>