Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70499 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellen Dawitri
"Produksi tembakau selama ini digunakan untuk bahan baku dalam industri rokok yang merupakan salah satu industri yang terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011, produksi rokok di Indonesia mencapai 270,3 milyar batang. Hal ini menjadikan tembakau sebagai salah satu komoditi yang sangat penting di tanah air. Tembakau yang selama ini hanya diketahui fungsi utamanya sebagai bahan baku rokok, ternyata memiliki potensi lain sebagai biopestisida yang aman terhadap lingkungan. Selama ini pestisida yang digunakan untuk mencegah hama dan penyakit pada tanaman, kebanyakan meninggalkan residu di dalam tanah dan pada gilirannya dapat mencemari lingkungan perairan dan tanah.
Penelitian ini memproduksi pestisida dan meneliti kandungan dan sifat biopestisida yang dihasilkan dari pirolisis tembakau. Pirolisis dilakukan pada tekanan atmosfir. Uji kandungan dianalisis dengan metode GC-MS. Hasilnya, terdapat kandungan nikotin, d-limonene, indol, dan pyridine yang merupakan bahan aktif dalam pestisida. Senyawa yang paling dominan pada bio-oil adalah nikotin dengan jumlah 31,5%. Biopestisida yang diuji ke serangga dan tanaman terbukti efektif untuk membunuh serangga, namun tetap aman bagi tanaman.

Tobacco has been used as main raw material in the cigarette, and the industry is one industry that continues to increase each year. In 2011, cigarette production in Indonesia had reached 270.3 billion cigarettes. This makes tobacco as one of the most important commodities in the country. Tobacco is so far only known as a raw material cigarette, appeared to have another potential as an environmentally safe biopesticide. Pesticides used to prevent pests and diseases in crops, mostl y leave residues in the soil and in turn can contami nate water and soil.
This study observed the manufacture of pesticides and biopesticides properties by the pyrolysis of tobacco. Pyrolysis performed at atmospheric pressure. Composition of bio-oil was analyzed by GC-MS method. As a result, there are nicotine, d-limonene, indole, and pyridine which is the active ingredient in the pesticide. The most dominant compounds in bio-oil is the amount of nicotine with amount of 31.5%. Biopesticides are tested to insects and plants proved effective at killing insects, but still safe for plants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Hartono Chendra
"Dewasa ini kebutuhan akan bahan bakar minyak di Indonesia semakin meningkat. Namun, hal ini tidak disertai dengan peningkatan produksi minyak. Salah satu cara untuk memproduksi minyak adalah dengan menggunakan batubara lignit dalam proses gasifikasi untuk membentuk syngas yang kemudian digunakan untuk mensintesis bahan bakar. Untuk mendapatkan rasio H2/CO yang sesuai pada proses gasifikasi, diperlukan char yang memiliki luas permukaan yang besar. Char yang memiliki luas permukaan besar dapat dihasilkan dari proses pirolisis batubara lignit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pirolisis yang terbaik untuk mendapatkan char dengan luas permukaan yang terbesar. Pada penelitian ini, pirolisis dilakukan dengan variasi suhu 700, 775, 800 °C dan laju pemanasan 3, 6, dan 9 °C.
Pada akhir penelitian, didapatkan bahwa laju pemanasan dan suhu akhir pirolisis memiliki korelasi positif dengan pengurangan massa char. Suhu akhir pirolisis memiliki korelasi positif dengan luas permukaan char dan laju pemanasan memiliki korelasi negatif dengan luas permukaan char. Akhirnya dihasilkan char dengan luas permukaan tertinggi yaitu 172 m2/gram dari pirolisis dengan suhu akhir 850 °C dan laju pemanasan 3 °C/menit.

Recently, Indonesia’s fossil fuels requirement is increasing. This increase is not accompanied by oil and gas production. One method to produce fuels is by gasifying lignite coal into synthetic gas and do a Fischer-Tropsch process on synthetic gas. To produce synthetic gas with convenient H2/CO ratio for Fischer-Tropsch process, the coal used must be has large surface area which can be achieved by pyrolysis process.
This research aims to identify the best condition that produces char with the largest surface area. Final temperature variation used is 700, 775, 850 °C with heating rate variation of 3, 6, and 9 °C/minute. In this research it was found that increase of final temperature and heating rate would increase weight loss of the char. Increase of final temperature would increase char surface area. Increase of heating rate would decrease char surface area.
At the end of the research, char with the largest surface area produced is 172 m2/gram which is produced in final temperature of 850 °C and heating rate of 3 °/minute.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Kristanda Suwignjo
"Untuk memenuhi persyaratan bahan baku pembuatan bahan bakar cair sintetis (synfuel) melalui proses Fischer Tropsch, diperlukan proses gasifikasi batubara lignit yang menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO ≈ 2 dan yield gas yang tinggi. Metode gasifikasi kukus dapat meningkatkan komposisi H2 dalam gas sintesis. Energi aktivasi reaksi gasifikasi dapat diturunkan dengan menggunakan katalis K2CO3. Laju pemanasan terkontrol pada tahap pirolisis menentukan ukuran pori arang yang berpengaruh pada komposisi dan yield gas sintesis. Pada penelitian sebelumnya, rasio H2/CO tertinggi didapat dari kondisi suhu 750°C dan rasio massa kukus/arang 3,3 yaitu 1,682 dengan yield gas yang dihasilkan sebesar 0,60 mol/mol C.
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpankan arang batubara lignit hasil pirolisis dengan laju pemanasan terkontrol yang memiliki luas permukaan pori 172,5 m2/g bersama dengan katalis K2CO3 ke dalam reaktor unggun tetap. Rasio massa kukus/arang yang ditambahkan bervariasi 2,0; 3,0; 4,0 dan suhu gasifikasi 675, 750, 825⁰C.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi reaksi gasifikasi yang sesuai untuk produksi gas sintesis bahan baku proses Fischer Tropsch adalah reaksi gasifikasi berkatalis K2CO3 pada suhu 675°C dan rasio massa kukus/arang 2,0. Kondisi ini menghasilkan gas sintesis dengan rasio H2/CO 2,07 dengan yield gas 1,128 mol/mol C (45% konversi karbon). Keberadaan katalis K2CO3, suhu reaksi gasifikasi, dan rasio kukus/arang terbukti mempengaruhi rasio H2/CO gas sintesis yang dihasilkan.

To fulfill the requirement for synfuel production raw material through Fischer Tropsch process, a lignite coal gasification technology is needed to supply high yield of syngas with H2/CO ratio ≈ 2. Steam gasification is able to increase H2 composition in syngas. Activation energy of gasification can be decreased by using K2CO3 catalyst. Controlled heating rate in pyrolysis step determines the surface area of char which will give effect to the composition and production yield of syngas. In previous research, the highest H2/CO ratio (1.68) and yield (0.60 mole/mole C) is obtained from 750 oC gasification temperature with steam/char mass ratio 3.3.
This research was done by feeding the lignite coal char from controlled heating rate pyrolysis step which has surface area 172.5 m2/g and K2CO3 catalyst in fixed bed reactor. Steam/char mass ratio used in this research is varied from 2.0; 3.0; 4.0 and the gasification temperature is varied from 675, 750, 825 oC.
The result of this research showed that the appropriate K2CO3 catalytic steam gasification condition to produce syngas for Fischer Tropsch material is at 675 oC with 2.0 steam/char mass ratio. This condition obtained syngas with 2.07 H2/CO ratio and 1.13 mole/mole C gas yield (45 % carbon conversion). The addition of K2CO3 catalyst, gasification temperature, and steam/char ratio was proved to influence the syngas H2/CO ratio.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Anis Hidayah
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma perairan karena mengganggu ekosistem air. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan berbagai upaya dilakukan salah satunya dengan pembuatan Carboxymethyl Cellulose (CMC). Potensi eceng gondok menjadi CMC cukup besar karena kandungan selulosanya yang cukup tinggi. Proses pembuatan CMC ini diawali dengan isolasi selulosa eceng gondok kemudian mereaksikannya dengan NaOH pada berbagai variasi konsentrasi 10% dan 35% dan ClCH2COONa dalam suatu media reaksi. Pada penelitian ini digunakan campuran pelarut isopropanol-isobutanol sebagai media reaksi dengan variasi komposisi 20:80. 40:60, 50:50, 60:40, 80:20. Dari penelitian diperoleh CMC dengan kondisi optimum pada konsentrasi NaOH 10% dengan kemurnian tertinggi 90,9% pada komposisi alkohol 80:20 dan viskositas tertinggi 157,5 cP pada komposisi alkohol 50:50.

Water hyacinth is one of aquatic weeds because its disturb aquatic ecosystem. Many efforts were made to reduce the negative impact of these plants, which one of them with manufacturing of Carboxymethyl Cellulose (CMC). Water hyacinth has high potential to be CMC because it cellulose content is very high. CMC manufacture process start with cellulose isolation and reacting it cellulose with NaOH and NaMCA in isopropanol-isobutanol as reaction medium. Experiment variation are NaOH concentration at 10% and 35% w/v and isopropanol-isobutanol composition at 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, and 80:20. From this experiment, optimum condition of CMC production is 10% w/v NaOH concentration with maximum viscosity 157,5 cP at 80:20 alcohol composition and maximum purity 90,9% at 50:50 alcohol composition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona
"Penambahan platina ke dalam titania nanotube arrays dengan menggunakan metode reduksi kimia untuk produksi hidrogen dari gliserol telah dilakukan. Pemilihan metode penyisipan dopan antara reduksi kimia dan fotodeposisi telah diinvestigasi terlebih dahulu dengan menggunakan titania nanopartikel. Metode reduksi kimia memiliki dispersi 82,67%, sedangkan metode fotodeposisi sebesar 47,78%. Karakterisasi FESEM menunjukkan titania nanotube arrays dengan anodisasi ultrasonic bath selama 90 menit menghasilkan ketinggian film mencapai 7 μm. Morfologi titania nanotube arrays menghasilkan hidrogen tujuh kalinya dibandingkan morfologi nanopartikel. Penambahan dopan dengan metode reduksi kimia ke dalam titania nanotube arrays dilakukan dengan memasukkan plat titania berukuran 3,5 x 3,5 cm ke dalam larutan H2PtCl6 dengan konsentrasi tertentu, kemudian ditambahkan NaBH4 sebagai agen pereduksi. Penambahan Pt ke dalam titania nanotube arrays mampu meningkatkan produksi hidrogen, yang terbukti menghasilkan hidrogen 1,7 kalinya dibandingkan dengan titania nanotube arrays tanpa Pt atau 13 kalinya dibandingkan dengan titania nanopartikel tanpa Pt.

Addition of platinum into titania nanotube arrays by chemical reduction to produce hydrogen from glycerol solution has been carried out. The selection methods of insertion dopant between chemical reduction and photodeposition have been investigated fotodeposisi advance using titania nanoparticles. Chemical reduction method has a dispersion of 82.67%, while fotodeposisi method 47.78%. FESEM characterization of titania nanotube arrays using ultrasonic bath anodization have film thickness reach 7 μm. Titania nanotube arrays produce hydrogen seven times compared with titania nanoparticle. Addition of dopants using chemical reduction method is done by entering titania foil sized 3.5 x 3.5 cm into a H2PtCl6 solution with specific concentration, then NaBH4 as reducing agent is added. The addition of Pt into titania nanotube arrays can increase the production of hydrogen, which is proven can generate hydrogen 1.7 times compared with titania nanotube arrays without Pt or 13 times compared with titania nanoparticle without Pt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samhani Mahendra Wijaya
"Eceng gondok merupakan gulma perairan, namun memiliki kadar selulosa cukup tinggi. Selulosa eceng gondok merupakan sumber potensial bahan baku alternatif pembuatan carboxymethyl cellulose (CMC) pengganti kayu. Selulosa eceng gondok dicampurkan dalam campuran pelarut isopropanol-etanol. Kemudian dilanjutkan dengan mereaksikan selulosa eceng gondok dengan NaOH dan ClCH2COONa. Proses netralisasi dilakukan dengan menggunakan asam asetat dan etanol 96 % serta pengeringan dalam oven. Karakterisasi CMC optimum yang dihasilkan memiliki derajat substitusi (DS) 1,65 dan tingkat kemurnian 93,16 % pada kondisi konsentrasi NaOH 10 %, dengan komposisi media reaksi Isopropanol-Etanol 80 ml:20 ml.

Water hyacinth is an aquatic weed, but has a high cellulose content. Water hyacinth cellulose is a potential source for alternative materials of carboxymethyl cellulose (CMC) as wood substitutes. Water hyacinth cellulose mixed in a solvent mixture of isopropanol-ethanol. Then reacting cellulose with NaOH and ClCH2COONa. Neutralization process using acetic acid and 96% ethanol and drying in the oven. Optimum characterization of the resulting CMC has a degree of substitution (DS) of 1.65 and a purity level of 93.16% on condition 10% NaOH concentration and the composition of the reaction media is Ethanol Isopropanol 20 ml: 80 ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Putri Anggreiny
"Pada penelitian ini dibuat gemuk bio ramah lingkungan overbased kalsium sulfonat kompleks yang memiliki sifat antiaus tinggi. Base oil yang digunakan adalah minyak sawit terepoksidasi sedangkan thickening agentnya adalah campuran kalsium sulfonat-karbonat-borat sebagai sabun utama dan kalsium oleat-asetat sebagai pengompleks. Gemuk ini melalui proses saponifikasi pelarutan-pendinginan-homogenasi. Komposisi sabun pengompleks ditetapkan pada 4,5%, 7%, 9,5% dan jumlah thickening agent total divariasikan untuk mendapatkan gemuk NLGI #2 (multipurpose). Gemuk terbaik yang dihasilkan memiliki suhu dropping point 211°C, yaitu pada komposisi thickening agent 52,5% dengan perbandingan sabun utama 90,5% dan sabun pengompleks 9,5%. Uji keausan dengan four ball test menggunakan steel ball specimen 8,1 mm pada 1150 rpm dan load 62 kg menghasilkan nilai koefisien friksi yang kecil yaitu 0,056.

This research studies the synthesis of bio grease environmental friendly overbased calsium sulfonate complex which has high anti-waer properties. We used epoxidized palm oil as base oil, whereas thickening agent is a mixture of calsium sulfonate-carbonate-borate as primary soap and calsium oleic-acetat as a complex agent. The bio-grease was made through the process of saponification dissolution-cooling-homogenization. The composition of soap complexing agent composition was set at 4.5%, 7%, 9.5%, and the total number of thickening agent was varied to obtain grease of NLGI #2 (multipurpose). The best resulted grease has a dropping point temperature of 240°C, with the thickening agent composition of 52.5% while the ratio of primary soap 90.5% and soap complexing agent 9.5%. Wear test using four ball test using steel ball specimen 8.1 mm at 1150 rpm and 62 kg load, produces small coefficient friction value, which is 0.056."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Elfany Faisal
"Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) merupakan metode yang dapat diterapkan dalam mendegradasi limbah organik karena sangat produktif dalam menghasilkan radikal hidroksil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendegradasi limbah fenol dengan menggunakan metode CGDE. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran konsentrasi hidrogen peroksida yang merupakan indikator keberadaan radikal hidroksil.
Dari penelitian ini diperoleh kondisi optimum dalam mendegradasi limbah fenol dengan menggunakan elektrolit KOH. Kondisi optimum tersebut yaitu pada tegangan 700V, Konsentrasi KOH 0,02 M dan kedalaman anoda 0,5 cm dengan temperatur larutan yang dijaga 50-60°C. Persentase degradasi yang dihasilkan dengan kondisi optimum ini sebesar 93,7% dan konsentrasi hidrogen peroksida sebesar 296,055 ppm.

Contact Glow Discharge Electrolysis (CGDE) is a method that can be applied to degrade wastewater because it is very productive in producing hidroxyl radical. This study aims to degrade phenol waste by using CGDE method. Moreover, measurement of hydrogen peroxide concentration as an indicator of the presence of hydroxyl radical also performed.
From this study, the optimum conditions to degrade phenol waste by using KOH electrolyte were obtained. The optimum conditions are applied at 700V, concentration of KOH 0,02M and depth of anode 0.5cm while the temperature of solutions was mantained at 50-60°C. The result of percentage degradation was 93.7% and the concentration of hydrogen peroxide was 296.055 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrakhman Mukhyiddin
"Penelitian ini menggunakan suatu larutan yang akan disemprotkan melalui sistem spray dengan menggunakan uap anti pelarut karena teknik ini diyakini dapat menghasilkan partikel bulat mikro yang seragam dan proses pengeringannya yang sangat singkat. Eksperimen ini juga dilakukan pada temperature ruang dan tekanan atmosfer dimana ini berbeda dibandingkan teknik lain yang dilakukan pada tekanan yang sangat tinggi seperti Supercritical Antisolvent Precipitation (SAS). Karakteristik partikel ketika dikeringkan dengan menggunakan uap etanol antipelarut atau dengan udara panas akan dipelajari. Kemudian, kombinasi paparan antara uap etanol antipelarut dan udara panas diyakini akan mendapatkan hasil yang diinginkan dengan memperhatikan laju adsorpsi etanol (detik) dan kelembapan relatif (RH%).
Dapat dilihat pada 50 detik dengan RH 90% dan 60 detik pada RH 80%, akan menghasilkan bentuk partikel bulat mikro yang seragam. Ini mengindikasikan bahwa semakin lama laju adsorpsi pada RH% yang tinggi akan menghasilkan morfologi partikel yang diharapkan. Ukuran droplet di dapat pada rentang 25-35 µm dengan ukuran partikel ketika dikeringkan adalah 0.15–0.8 μm. Pengukuran droplet dilakukan dengan menggunakan ImageJ® yang di dapat melalui observasi mikroskop dan metode In-line holografi. Sedangkan, pengukuran partikel dianalisa dengan menggunakan SEM. Dengan kemiripan morfologi partikel yang didapatkan melalui eksperimen ini, teknik baru ini diyakini lebih menguntungkan secara ekonomis dibandingkan SAS.

The research was conducted in modified spray drying system since the technique offers uniform microspheres particles and rapid dehydration rate in very short time. This was also done in normal temperature and atmospheric pressure which is different than spray drying system conducted in high pressure like Supercritical Antisolvent Precipitation (SAS). The characteristic of particles when it is dried by ethanol vapor or by hot air will be studied. Then, the combination of drying time between ethanol vapor and hot air drying leads to the expected result by considering preferable ethanol adsorption time rate (seconds) and relative humidity (RH%).
It was observed that 50 and 60 seconds with RH 90 and 80%, respectively, will initiate better formation of microspheres particles which means, the longer time and higher RH% is the better. Furthermore, the droplets size of aqueous is in the average of 25-35μm and size of the particles is in the range of 0.15–0.8 μm. The measurement of droplet size was done by ImageJ® from microscope and In-line holography observation while the particles were measured and analysed by SEM. With similar particles morphology resulted by this research to existing process like SAS, this experiment is economically more advantageous than SAS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Nurcahyani
"Produksi Carbon Nanotube (CNT) mengalami permasalahan dengan terbatasnya hasil CNT jenis Aligned yang dikarenakan oleh belum ditemukannya metode sintesis yang efektif dan ekonomis. Pada penelitian ini sintesis ACNT dilakukan melalui reaksi dekomposisi katalitik metana dengan metode Water-Assisted Chemical Vapor Deposition (WA-CVD) pada reaktor katalis terstruktur pelat sejajar dan reaktor fixed bed. Katalis yang digunakan adalah Fe-Ni/Al2O3 yang dipreparasi dengan metode sol-gel/dip-coating serta Ni-Cu-Al yang dipreparasi dengan metode kopresipitasi.
Hasil karakterisasi karbon dengan Transmission Electron Microscope (TEM) menunjukkan produk nanokarbon dengan jenis yang bervariasi, yaitu carbon nanotube, bamboo-shaped carbon dan carbon onion quasi-spherical Berdasarkan perbandingan hasil dengan metode tanpa penambahan air, CNT yang dihasilkan cenderung tumbuh tegak walaupun belum terbentuk secara rapi dan seragam. Selain itu, jumlah CNT yang dihasilkan lebih banyak dan memiliki kemurnian yang sangat baik. Hal tersebut menunjukkan peran air yang secara signifikan dapat meningkatkan kualitas CNT.

Carbon Nanotube (CNT) production have a problem with the limitation of Aligned CNT product caused by the effective and economic method that has not been found. This research used catalytic decomposition of methane with Water-Assisted Chemical Vapor Deposition (WA-CVD) method by using bench-scale plate structured catalyst reactor and fixed bed reactor. Catalyst Fe-Ni/Al2O3 prepared by sol-gel/dip-coating and Ni-Cu-Al prepared by co-precipitation were used to make CNT.
Transmission Electron Microscope (TEM) results shows there are various types of nanocarbon produced, such as carbon nanotube, bamboo-shaped carbon and also carbon onion quasi-spherical. Regarding to a comparison with without adding water vapor method, CNT which obtained tend to grow vertically eventhough have not formed uniformly. In addition, the amount of CNT is higher and have a high purity. It shows that the role of water vapor significantly increasing the quality of CNT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>