Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206076 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Madinatul Munawaroh
"Karakteristik khusus dari anak dengan autistic spectrum disorder (ASD) umumnya membuat para orang tua khususnya ibu sebagai caregiver utama dari anak-anak ASD memiliki well-being yang rendah. Belum lagi kebutuhan akan pendidikan untuk anak yang mulai memasuki usia sekolah membuat beban dan stres ibu semakin bertambah. Perceived social support diasumsikan mampu menjadi penahan dalam menghadapi situasi yang menekan (stressful). Perceived social support yang dimaksud berasal dari tiga jenis sumber, yaitu keluarga, teman, dan significant other. Penelitian ini melibatkan 32 responden yaitu para ibu dari anak dengan ASD di sekolah inklusif di kota Jakarta Timur dan Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ketiga jenis sumber dari perceived social support dan psychological well-being (r= .446). Jenis sumber keluarga dan significant other berkorelasi positif dan signifikan dengan psychological well-being (r= .360 dan r=.575). Tidak ada perbedaan signifikan antara usia ibu, jenis pekerjaan ibu, status pernikahan ibu, tingkat pendidikan, jumlah anak, pengeluaran per bulan, jenis kelamin anak, jenis ASD anak, dan urutan kelahiran anak dengan ASD.

In general, unique characteristic from chidren with autistic spectrum disorder (ASD) bring negative results for parent’s mental health, especially for mothers who are role as a primary caregiver from children with ASD. Moreover, education need for their school-aged children increase high-level on negative symptoms. Perceived social support assumed as a buffer against stressful events by reducing stress level. Perceived social support which are included from family, friends, and significant other. This research involved 32 mothers of children with ASD.
The results showed that there is a significant and positive relationship between perceived social support and psychological well-being (r= .446). In addition, subtes family and significant other significantly correlated with psychological well-being (r= .360 and r=.575).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noori Lukman Pradipto
"Selama masa pandemi Covid-19, tantangan yang dihadapi oleh guru semakin berat
dengan strategi mengajar yang baru. Hal tersebut membuat guru kesulitan untuk
mempertahankan kesejahteraan psikologis mereka terutama guru perempuan yang mengajar di tingkat SD. Stres yang dirasakan oleh guru perempuan semakin bertambah dengan beban sebaga seorang ibu yang mengurus anak. Komunikasi antara anggota keluarga diasumsikandapat membantu guru untuk melewati masa sulit selama pandemi Covid-19. Penelitian inidilakukan untuk melihat peran pola komunikasi keluarga, baik dimensi conversation ataupun conformity, sebagai mediator dalam hubungan antara perceived social support dengan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel convenient sampling dari guru perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived social support
dengan psychological well-being baik secara langsung (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000), maupun tidak langsung melalui pola komunikasi keluarga dimensi conversation (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). Di sisi lain, pola komunikasi keluarga yang mementingkan konformitas dalam berpendapat tidak berperan sebagai mediator karena tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). Salah satu limitasi penelitian ini adalah penelitian
ini hanya dapat dilakukan masa pandemi akan tetapi hasil yang didapatkan mengimplikasikan bahwa dukungan sosial dari berbagai pihak sangat dibutuhkan oleh guru dalam menghadapi masa pandemi agar dapat menjadi bahagia, terlepas dari pola komunikasi di rumah. Meskipun demikian, pola komunikasi yang mementingkan kehangatan dalam berpendapat dan keterbukaan dapat menjadi salah satu bentuk dukungan sosial yang menunjang psychological well-being guru di situasi pandemi.

During the Covid-19 pandemic, teachers are facing more challenges such as new teaching strategies. Thus, makes it difficult for teachers to maintain their psychological well-being especially female teachers who teach elementary students. Some of those female teachers have responsibilities as mothers at home. The burden of caring for children in home increasing the stress felt by these teachers. It is assumed that communication between family members can help teachers through difficult times during the Covid-19 pandemic. This
research was conducted to see whether conversation or conformity dimension within family communication pattern can act as mediator in the relationship between perceived social support and psychological well-being. This research is non-experimental study with convenient sampling technique given to female teachers. The result indicates that there is significant relationship between perceived social support and family communication pattern, either directly (β = 0.57, t(117) = 7.91, p = 0.000) or indirectly through the conversation
dimension within family communication family patterns (coefficient = 0.42, SE = 0.07, CI = 0.27 - 0.56). On the other hand, family with high conformity dimension do not act as mediator in relationship between perceived social support and psychological well-being (coefficient = -0.11, SE = 0.10, CI = -0.32 - 0.10, p = 0.300). One of the limitation of this study is this study can only be conducted in pandemic Covid-19 situation but the results obtained shows that social support from various sources is needed by teachers in order to be mentally healthy and happy regardless of communication patterns at home. However, communication patterns that emphasize warmth and openness can be one of the social
support that teachers needed in this pandemic situation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerardine Genoveva Saulina
"Tantangan penyesuaian peran ganda yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 memberikan dampak buruk pada psychological well-being ibu yang bekerja, khususnya pada ibu yang bekerja dengan anak kelas 1-3 sekolah dasar karena adanya tantangan perkembangan serta perubahan sistem pembelajaran akibat pandemi COVID-19. Mindful parenting merupakan gaya pengasuhan yang dapat diterapkan untuk menghindari penurunan psychological well-being. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk melihat kontribusi mindful parenting terhadap psychological well-being pada ibu bekerja dengan anak yang duduk di kelas 1 sampai dengan 3 SD. Mindful parenting dan psychological well-being pada ibu bekerja dengan anak yang duduk di kelas 1 sampai dengan 3 SD (N=310) diukur menggunakan Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale dan Ryff’s Scale of Psychological Well-being. Hasil analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa mindful parenting memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap psychological well-being.

The challenge of adjusting to multiple roles caused by the COVID-19 pandemic has a negative impact on the psychological well-being of working mothers. Especially for mothers who work with children in grades 1-3 of elementary school due to developmental challenges and changes in the learning system due to the COVID-19 pandemic. Mindful parenting is a parenting style that can be applied to avoid a decrease in psychological well-being. This correlational study aims to examine the contribution of mindful parenting to psychological well-being in working mothers with children who are in grades 1 to 3 of elementary school. Mindful parenting and psychological well-being of working mothers with children in grades 1 to 3 of elementary school (N=310) were measured using the Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale and Ryff's Scale of Psychological Well-being. The results of simple linear regression statistical analysis showed that mindful parenting had a positive and significant contribution to psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Kamaril Larasati
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perceived social support sebagai mediator hubungan antara bersyukur dan psychological well-being pada emerging adults. Mengingat masa emerging adulthood merupakan masa transisi, maka psychological well-being sangat penting dimiliki oleh emerging adults. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dengan 806 emerging adults Indonesia yang berusia 18-25 tahun. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat indirect effect ( = .05,.00 < .01) dan direct effect ( = .78,. 00 < .01) yang signifikan, yang mengindikasikan bahwa perceived social support memediasi secara parsial hubungan antara bersyukur dan psychological well-being. Dengan kata lain, bersyukur dapat melewati perceived social support terlebih dahulu untuk memengaruhi psychological well-being, namun juga dapat memengaruhi psychological well-being secara langsung.

The purpose of this study was to find out whether perceived social support mediates the relationship between gratitude and psychological well-being in emerging adults. Given maintaining psychological well-being is very important for emerging adults to face transition period. This study used a regression analysis technique with 806 developing Indonesian adults aged 18-25 years. The results of the mediation analysis has shown a significant indirect ( = .05, .00 <.01) and direct effect ( = .78, .00 <.01), which indicates that perceived social support partially mediates the relationship between gratitude and psychological well-being. In other words, gratitude can pass through perceived social support first to influence psychological well-being, but it can also affect psychological well-being directly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyana Kurniawan
"Penelitian ini dilakukan untuk meneliti hubungan antara causality orientation dengan kesejahteraan psikologis pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian.Pengukuran Causality Orientation menggunakan alat ukur hasil adaptasi dari alat ukur General Causality Orientation Scale (GCOS) yang dibuat oleh Deci dan Ryan pada tahun 1985 dan pengukuran kesejahteraan psikologis menggunakan alat ukur hasil adaptasi Ryff Psychological Well-Being Scale (RPWBS). Responden dalam penelitian ini berjumlah 139 orang dengan menggunakan metode purposive sampling.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara autonomy orientation dengan kesejahteraan psikologis dengan skor signifikansi, sebesar 0.000, p<0.05; terdapat hubungan yang signifikan antara controlled orientation dengan kesejahteraan psikologis dengan skor signifikansi sebesar 0.012, p<0.05; terdapat hubungan yang signifikan dan bersifat negatif antara impersonal orientation dengan kesejahteraan psikologis dengan skor signifikansi sebesar 0.000, p<0.05.

The purpose of this research is to study the correlation between Causality Orientation and Psychological Well-being of students Police College. The Causality Orientation was measured with an instrument that was adapted from the General Causality Orientation Scale (GCOS) that Deci and Ryan developed, while the Psychological Well-Being was measured with an instrument that was adapted from the Ryff Psychological Well-Being Scale (RPWBS). 139 people participated in this study and they were sampled using the purposive sampling method.
The results of this research shows a significant correlation between autonomy orientation and Psychological Well-Being with a significance score of 0.000, p<0.05; a significant correlation between controlled orientation and Psychological Well-Being with a significance score of 0.012, p<0.05; a negative and significant correlation between impersonal orientation and Psychological Well-Being with a significance score of 0.000, p<0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evryanti Cahaya Putri
"Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga pada SWB remaja. Remaja merupakan kelompok paling rentan terhadap dampak tersebut berkaitan dengan karakteristik perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kesepian, traits kepribadian (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), dan persepsi terhadap dukungan sosial (keluarga, teman, figur yang signifikan) terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 313 orang remaja yang tinggal di Indonesia usia 13-18 tahun (M= 15.72; SD=1) dengan tingkat pendidikan sekolah menengah (sederajat SMP dan SMA). Partisipan dipilih menggunakan metode convenience sampling, pengumpulan data dilakukan secara daring. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Analisis data menggunakan teknik regresi hirarki berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian, traits kepribadian, dan persepsi terhadap dukungan sosial berkontribusi terhadap SWB (LS, PA, NA) remaja secara signifikan. Kontributor yang signifikan adalah kesepian, neuroticism dan openness to experience, serta persepsi terhadap dukungan sosial dari keluarga. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menyusun intervensi psikologis bagi remaja dan psikoedukasi bagi orangtua dalam meningkatkan SWB remaja pada masa pandemi.

The COVID-19 pandemic not only has an impact on physical health but also on adolescents’ subjective well-being (SWB). Adolescent is the most vulnerable group affected by the negative consequences of COVID-19 pandemic. This research investigated the contribution of loneliness, personality trait (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experience), and perceived social support (family, friend, and significant figure) to adolescents’ SWB during COVID-19 pandemic. The participants were 313 of Indonesian adolescents aged 13- 18 years (M= 15.72; SD=1. 517), with junior and senior high education. Participants were selected using the convenience sampling method and data were collected online. The measuring instruments used in this study are Satisfaction with Life Scale, Scale of Positive and Negative Experience, R-UCLA Loneliness Scale Version 3, and Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Data were analyzed using hierarchical multiple regression technique. The results showed that loneliness, personality traits, and perceived social support contributed to adolescent SWB (LS, PA, NA). Loneliness, neuroticism and openness to experience, and perceived social support from family were significant contributors to SWB (LS, PA, NA). This study can be implemented to develop psychological interventions for adolescents and psychoeducation for parents in increasing adolescent SWB during the pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Ramdhanu
"Penelitian ini ditujukan untuk melihat hubungan antara penggunaan Internet dengan psychological well-being pada mahasiswa Universitas Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa program Sarjana Strata Satu dan Diploma Tiga Universitas Indonesia sebanyak 66 orang. Penggunaan Internet diukur dengan alat ukur Internet Attitude Scale yang dibuat oleh Eric B. Weiser pada tahun 2001.
Psychological well-being diukur dengan PWB Scale yang dikembangkan oleh Carol D. Ryff pada tahun 1995, dan telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh kelompok payung penelitian psychological well-being Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada tahun 2011 (Larasati, 2012). Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.362 dengan nilai signifikansi sebesar 0.003 (p<0.01). Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan Internet dengan psychological well-being pada Mahasiswa Universitas Indonesia.

The objective of this study was to see the correlation between Internet use and psychological well-being among Universitas Indonesia students. Participants of this research were 66 students among undergraduate and vocational program of Universitas Indonesia. Internet use was measured using Internet Attitude Scale, constructed by Eric B. Weiser in 2001.
Psychological well-being was measured using PWB Scale constructed by Carol D. Ryff in 1995, and had been adapted by psychological well-being research group of Fakultas Psikologi Universitas Indonesia in 2011 (Larasati, 2012). The coefficient of Pearson Product Moment reported was 0.362, with 0.003 significance value (p<0.01). Those numbers indicated that there was significant correlation between Internet use and psychological well-being among Universitas Indonesia Students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandam Kuntaswari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perfeksionisme dan psychological well-being pada seniman berusia dewasa muda dan dewasa madya. Pengukuran perfeksionisme menggunakan alat ukur Multidimensional Perfectionism Scale (Hewitt & Flett, 1989) dan pengukuran psychological well-being menggunakan alat ukur Ryff’s Revised-Psychological Well-Being (Ryff, 1995). Partisipan berjumlah 63 seniman berusia dewasa muda dan dewasa madya.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perfeksionisme dan psychological well-being (r = -0.584; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi perfeksionisme yang dimiliki seseorang, maka semakin rendah psychological well-being yang ia miliki. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dimensi perfeksionisme yang memberikan sumbangan paling banyak terhadap psychological well-being adalah socially prescribed perfectionism. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan intervensi lebih dini terhadap perfeksionisme, terutama pada socially prescribed perfectionism.

This research was conducted to find the correlation between perfectionism and psychological well-being in artists in their young and middle adulthood. Perfectionism was measured by using Multidimensional Perfectionism Scale (Hewitt & Flett, 1989), and psychological well-being was measured by using Ryff’s Revised-Psychological Well-Being (Ryff, 1995). The participants of this research were 63 artists currently in their young and middle adulthood.
The main result of this research showed that perfectionism is negatively significant correlated with PWB (r = -0.584; p = 0.000, significant in L.o.S 0.01). This meant that the higher the level of one's perfectionism, the lower the level of PWB in oneself. Other result of this research was that the dimension of perfectionism that contributed the most to PWB was socially prescribed perfectionism. Based on such results, there needs to be an early intervention about perfectionism, especially about the socially prescribed perfectionism.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Rachmawati Sugianto
"Pada umumnya, semua orang setelah dewasa akan menikah. Namun ada orang-orang yang belum menikah meskipun telah berusia lebih dari usia yang dianggap lazim untuk menikah, yang disebut orang lajang. Dengan mempertimbangkan definisi orang lajang dari Cargan dan Melko, teori perkembangan dari Havighurst dan usia rata-rata pernikahan di Indonesia, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan orang lajang adalah orang-orang berusia 30 tahun atau lebih yang belum pemah menikah.
Kehidupan sebagai orang Iajang seperti memiliki dua sisi. Di satu pihak orang lajang memperoleh keuntungan-keuntungan dari kesendiriannya, tetapi di lain pihak ia juga harus menghadapi berbagai masalah dan stereotipe dari masyarakat yang sebagian besar bersifat negatif.
Dalam dua dekade terakhir ini jumlah orang lajang terus bertambah, termasuk di wilayah DKI Jakarta. Para ahli manca negara pun mcrasa tertarik untuk meneliti orang lajang, khususnya yang berkaitan dengan psychological well-being. Hasilnya ternyata kontroversial. Ada para ahli yang menemukan bahwa status Iajang berhubungan dengan psychological well-being dan ada pula yang tidak menemukan hubungan antara keduanya.
Selain hasil yang kontroversial, peneiitian-penelitian tersebut juga dilakukan di luar Indonesia dan pada tahun 80-an. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah hasil-hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di Indonesia dan masih relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini. Di samping itu, kehidupan orang lajang dengan segala keunntungan dan masalah yang diperoleh dari kesendiriannya menimbulkan pertanyaan, yaitu bagaimanakah psychological well-being mereka. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status lajang dengan psychological well-being.
Selanjutnya karena adanya perbedaan kondisi antara pria lajang dengan wanita lajang, maka akan diteliti juga apakah ada perbedaan nilai rata-rata psychological well-being antara pria lajang dengan pria menikah; antara wanita lajang dengan wanita menikah, antara pria lajang dengan wanita lajang dan antara pria menikah dengan wanita menikah. Mengingat psychological well-being juga berkaitan dengan tingkat pendidikan diri tingkat penghasilan, maka juga diteliti apakah ada perbedaan psychological well-being pada subyek dengan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan yang berbeda.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psychological well-being dari Ryff serta berbagai teori yang menggambarkan kehidupan orang lajang Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan teknik incidental sampling dengan karakteristik pria atau wanita, belum pernah menikah atau yang sudah menikah, berusia 30-40 tahun, bekerja, tamat SLTA dan berdomisili di Jakarta Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan persentase, korelasi point-biserial dan ANOVA. Uji validitas dilakul-can dengan menggunakan teknik korelasi Pearson dan uji reliabilitas dilakukan dengan teknik alpha Cronbach.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara status lajang dengan psychological well-being. Juga tidak ditemukan adanya perbedaan nilai rata-rata psychological well-being yang signifikan antara pria lajang dengan pria menikah; antara wanita lajang dengan wanita menikah; antara pria menikah dengan wanita menikah; antara pria lajang dengan wanita lajang; antara subyek dengan tingkat pendidikan berbeda dan antara subyek dengan tingkat penghasilan berbeda.
Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena alat yang tidak mengukur, presentase subyek yang kurang berimbang atau karena sebenarnya hubungan antara status Iajang dengan psychological well-being Iebih terkait dengan kualitas hidup melajang itu sendiri.
Saran yang disampaikan penulis bagi penelitian selanjutnya adalah penyempurnaan alat ukur, menggali lebih dalam mengenai kualitas hidup subyek serta melengkapi pengukuran kuantitatif dengan wawancara mendalam. Sedangkan saran-saran praktisnya adalah agar orang-orang lajang tidak perlu merasa rendah diri, dan kepada masyarakat agar dapat lebih menerima orang lajang sebagai bagian dari mereka, serta yang terakhir kiranya para konselor yang terkait dengan permasalahan orang lajang dapat menggunakan hasil ini untuk membantu orang lajang lebih memahami dirinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primalita Putri Distina
"Penelitian ini dilatarbelakangi adanya perbedaan tantangan dan beban mengajar pada guru SMA dan SMK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan psychological well being pada guru sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Bangka Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner Penelitian ini menggunakan alat ukur Ryff rsquo s Scale of Psychological Well Being yang telah diadaptasi oleh kelompok payung penelitian Psychological Well Being 2012 Responden dalam penelitian ini berjumlah 152 guru terdiri dari 74 guru SMA dan 78 guru SMK di Kabupaten Bangka Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan skor mean psychological well being yang signifikan pada guru SMA dan SMK di Kabupaten Bangka r 152 1 801 p 0 074 signifikan pada L o S 0 05 Hasil tersebut dapat diartikan tidak terdapat perbedaan psychological well being pada guru SMA dan SMK di Kabupaten Bangka.

This reseacrh was conduct because of there rsquo re difference of challenge and teaching loads between senior high school teachers and vocational high school teachers This research aims to describe the difference of psychological well being among senior high school and vocational high school teachers in Bangka Regency This research used quantitative approach by collecting data through questionnaires This research used Ryff rsquo s Scale of Psychological Well Being which adopted by a research team of psychological well being in 2012 The respondents in this research were 152 teachers with 74 from senior high school teachers and 78 from vocational high school teachers in Bangka Regency The result showed there rsquo s no significant difference of psychological well being among senior high school and vocational high school teachers in Bangka Regency r 152 1 801 p 0 074 significant at L o S 0 05 This result indicated there rsquo s no difference of psychological well being among senior high school and vocational high school teachers in Bangka Regency. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>