Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Welvina Poulika T.
"Tujuan dari dibuatnya skripsi ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Sistem Perilaku Positif (The Behavioral Activation System) dan Sistem Perilaku Negatif (The Behavioral Inhibition System) Terhadap Hedonic Shopping Value (HSV). Penelitian ini menggunakan studi kasus pada Ace Hardware di Jakarta dengan jumlah responden sebanyak 234 orang. Data penelitian ini diolah dengan software Lisrel 8.51, menggunakan teknik Structural Equation Modeling (SEM). Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa The Behavioral Activation System (BAS) terbukti memberikan pengaruh terhadap Hedonic Shopping Motivations (HSM) sedangkan The Behavioral Inhibition System (BIS) tidak terbukti mempengaruhi HSM. Terbukti bahwa HSM berpengaruh terhadap HSV. BAS dan BIS tidak terbukti berpengaruh terhadap HSV. Pengaruh BAS dan BIS terhadap HSM pada wanita tidak terbukti lebih besar daripada pria, sedangkan pengaruh BAS dan BIS terhadap HSV pada wanita terbukti lebih besar daripada pria.

The purpose of this paper is to determine the effect The Behavioral Activation System and The Behavioral Inhibition System towards Hedonic Shopping Value. This study uses a case study on Ace Hardware in Jakarta with the number of respondents is 234 people. The research data was processed with 8:51 Lisrel software, using Structural Equation Modeling (SEM). The results of data processing show that the Behavioral Activation System (BAS) give effect to the Hedonic Shopping Motivations (HSM) but The Behavioral Activation System (BIS) does not affect the HSM. Proved that the HSM effect on HSV. BAS and BIS are not shown to affect the Hedonic Shopping Value (HSV). The influence of BAS and BIS on HSM in women not proved greater than men, while the influence of BAS and BIS towards HSV in women proved greater than men."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichwan Rizal
"Nilai memegang peranan penting dalam keseharian karena menjadi kriteria bagi individu dalam memilih dan membenarkan tingkah laku serta mengevaluasi tindakan orang lain, termasuk diri sendiri dan peristiwa (Schwartz, 1992). Selain itu, nilai juga sangat berhubungan dengan salah satu komponen resiliensi keluarga, yakni sistem keyakinan keluarga. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kontribusi nilai terhadap resiliensi keluarga pada mahasiswa dengan latar belakang keluarga miskin. Penelitian dilakukan pada 315 mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Potrait Values Questionnaire (PVQ) untuk mengukur nilai dan Walsh Family Resilience Questionnaire (WRFQ) untuk mengukur resiliensi keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kontribusi nilai tradition dan achievement terhadap resiliensi keluarga. Berdasarkan analisis tambahan ditemukan beberapa hasil, yakni (a) adanya pengaruh jenis kelamin terhadap nilai conformity, benevolence, universalism, dan power, (b) adanya pengaruh pendidikan Ayah terhadap nilai security dan hedonism, (c) adanya pengaruh usia terhadap nilai hedonism, dan (d) adanya pengaruh pendapatan terhadap nilai conformity dan hedonism.

Values are important in people live because values can be criterion for choosing, judging, and evaluating behavior or event (Schwartz, 1992). Moreover, values are also highly correlated with one of family resilience’s component’s that is family belief system. This research aims to know the contribution of values toward family resilience of college students who lives in poverty. Total participant are 315 college students who receive Bidikmisi scholarship. Portrait Values Questionnaire (PVQ) is used to measure values and Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) to measure family resilience.
The results showed that values related to tradition and achievements are contributed to family resilience.Moreover, the additional analysis upon demographic data showed several results: (a) gender has a significantly influence values related to conformity, benevolence,universalism, and power, (b) father’s educational background significantly influence values related to security and hedonism, (c) age significantly influence values related to hedonism, and (d) family income also significantly influence values related to conformity and hedonism.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dewi Fransiska
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran penerimaan diri sebagai manfaat pendidikan psikologi pada mahasiswa psikologi jenjang sarjana. Penerimaan diri adalah kondisi dimana seseorang benar-benar menerima dirinya tanpa tergantung penerimaan orang lain (Ellis,1997). Manfaat pendidikan psikologi dilihat dengan pertanyaan terbuka tentang manfaat pendidikan psikologi. Penerimaan diri dengan menggunkan alat ukur Unconditional Self Acceptance Questionnaire (USAQ) (Chamberlain & Haaga, 2001). Penelitian ini dilakukan pada 179 orang mahasiswa jenjanga sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012. Hasil penelitian yang diperoleh adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor penerimaan diri sebagai dampak pendidikan psikologi pada setiap angkatan mahasiswa (p=0,582).

This study is conducted to see the description of self-acceptance as the benefit of Psychology Education for undergraduate psychology students. Self-acceptance is a condition where a person truly accept himself (Ellis, 1997). Benefit of psychology education is measured by open-ended questions. Self-acceptance is measured by Unconditional Self Acceptance Questionnaire (USAQ) (Chamberlain & Haaga, 2001). Study was conducted on 179 undergraduate students, University of Indonesia in grade 2009, 2010, 2011, and 2012. Result of this study , there is no significant differences between the scores of selfacceptance as the benefit of psychology education to students in each grade (p = 0.582)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Rahmat Hidayat
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011
158 DED t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Rahmat Hidayat
Bogor: Ghalia Indonesia, 2011
158 DED t (1);158 DED t (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hanna Djumhana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari suatu fenomena kehidupan yang menimbulkan rasa ingin tahu yaitu adanya pribadi-pribadi dengan pengalaman musibah tertentu yang menimbulkan penderitaan berat berkepanjangan dan penghayatan diri tak bermakna, tetapi ternyata mereka mampu mengatasinya dengan baik dan berhasil pula mengembangkan kehidupan mereka secara normal dan bermakna. Bahkan musibah dan penderitaan itu mereka tanggapi sebagai suatu hikmah yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Ini merupakan keberhasilan memenangkan perjuangan hidup: Mengubah nasib buruk menjadi baik, dan mengubah penghayatan diri tak bermakna menjadi bermakna.
Fenomena ini sangat relevan untuk diteliti guna menemukan prinsip-prinsip yang ada di balik keberhasilan itu. Dan temuan mengenai prinsip-prinsip itu sangat penting tidak saja untuk memperluas wawasan dan teori psikologi, tetapi terutama untuk dapat diamalkan di lingkungan psikologi klinis dalam membantu mereka yang mengalami penderitaan serupa dan belum berhasil mengatasinya.
Pokok-pokok kajian teori:
Untuk menunjang penelitian dilakukan kajian teori mengenai:
Logoterapi dan pandangannya mengenai makna hidup Kualitas-kualitas insani (transendensi, humor dan ketawa, pengenalan dan pengembangan diri) dan pemanfaatannya dalam proses penemuan makna hidup Encounter sebagai ragam kebersamaan yang mengembangkan dan menunjang kehidupan bermakna Fenomenologi dan pendekatannya terhadap penderitaan.
Kajian-kajian teori tersebut menunjukkan adanya suatu proposisi teoretis, -yakni prinsip-prinsip yang secara teoretis mendasari masalah yang diteliti-, yang terdiri dari komponen-komponen dan proses yang menentukan keberhasilan pengubahan diri dari kondisi tak bermakna (meaningless) menjadi bermakna (meaningful).
Komponen-komponen keberhasilan yang dijabarkan dari kajian teori itu adalah:
Pemahaman diri (Self insight)
Makna hidup (The meaning of life)
Pengubahan sikap (Changing attitude)
Keikatan diri (Self commitment)
Kegiatan terarah (Directed activities)
Dukungan sosial (Social support).
Dijabarkan dari kajian teori, proses keberhasilan mengubah hidup tak bermakna menjadi bermakna terdiri dari urutan pengalaman dan tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
Pengalaman tragic
Penghayatan tak bermakna
Pemahaman diri
Penemuan makna dan tujuan hidup
Pengubahan sikap
Keikatan diri
Pemenuhan makna hidup
Hidup yang bermakna kebahagiaan.
Rancangan penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana terdapat kesesuaian, penambahan, pengurangan, atau pertentangan antara proposisi teoretis dengan pengalaman empirik para responden yang telah berhasil mengubah kondisi hidup dari tak bermakna menjadi bermakna.
Untuk itu disusun rancangan suatu penelitian dengan judul "Keberhasilan Pengembangan Hidup Bermakna: Studi kasus atas pada pribadi-pribadi dengan pengalaman tragik dengan menggunakan metode studi kasus tipe " Holistic & Multiple-case Design". Dalam penelitian ini data diperoleh melalui wawancara mendalam non-psikoanalisis terhadap para responden yang benar-benar memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Hasil penelitian:
Hasil temuan studi kasus menunjukkan kesesuaian dengan proposisi-teoretis mengenai komponen-komponen dan proses keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna, bahkan ditemukan komponen-komponen baru lainnya yang melengkapi proposisi teori. Ini berarti ada suatu pola tertentu yang mendasari komponen dan proses keberhasilan itu.
Komponen yang ditemukan dalam studi ini adalah unsur-unsur psikososial yang secara potensial dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengembangkan kehidupan bermakna sejauh hal itu direalisasikan.
Komponen ini ternyata cukup banyak ragamnya, tetapi semuanya dapat dikategorikan dalam empat dimensi yaitu: dimensi personal, dimensi sosial, dimensi spiritual, dan dimensi nilai-nilai.
Adapun unsur-unsur yang merupakan komponen dimensi personal adalah: pemahaman diri, dan pengubahan sikap, sedangkan dimensi sosial mencakup: dukungan sosial, faktor pemicu kesadaran diri, dan model ideal pengarahan diri. Adapun dimensi nilai-nilai mencakup: pencarian makna hidup secara aktif-kontemplatif, penemuan makna hidup, keikatan diri terhadap makna hidup, kegiatan terarah pada tujuan, tantangan, dan keberhasilan memenuhi makna hidup. Dan komponen dimensi spiritual adalah keimanan sebagai dasar dari kehidupan beragama.
Unsur-unsur tersebut bila disimak dan direnungkan secara mendalam ternyata semuanya merupakan kehendak, kemampuan, sikap, sifat, dan tindakan khas insani yakni kualitas-kualitas yang dianggap terberi pada eksistensi manusia semata-mata.
Seperti halnya komponen keberhasilan, hasil temuan studi kasus yang menunjang dan meneguhkan proposisi-teoretis ini menunjukkan adanya pola tertentu pada dimensi proses. Ini berarti usaha seseorang yang berhasil mengubah penghayatan hidupnya yang tak bermakna menjadi bermakna ternyata melalui berbagai ragam kegiatan dan pengalaman unik yang secara keseluruhan seakan-akan ada polanya yaitu ada tahaptahap tertentu menuju ke arah penghayatan hidup bermakna.
Temuan studi kasus menunjukkan adanya tiga tahap pengalaman diantara bentangan kutub kondisi hidup tak bermakna (The meaningless life) dengan kutub kondisi hidup bermakna (The meaningful life), yang seakan-aakan menjembatani kedua kutub itu. Ketiga tahap pengalaman itu adalah:
Tahap penerimaan diri (The phase of self acceptance),
Tahap penemuan makna hidup (The phase of discovering meaning)
Tahap pemenuhan makna hidup (The phase of fulfilling meaning).
Selanjutnya penelitian ini menunjukan adanya bermacam-macam peristiwa, pengalaman, dan kegiatan yang dapat dikategorikan pada ketiga tahap pengalaman ini. Tahap penerimaan diri mengandung di dalamnya proses-proses: pemahaman diri, pengubahan sikap, dan faktor pemicu, sedangkan dalam tahap penemuan makna hidup ada pencarian aktif dan penemuan makna hidup. Dan setelah makna hidup ditemukan, kemudian dilanjutkan dengan upaya yang sadar dan terarah untuk memenuhinya berupa: keikatan diri (self commitment) terhadap makna hidup, melakukan kegiatan terarah pada tujuan hidup, dan harus menghadapi berbagai tantangan-tantangan, sebelum mencapai keberhasilan memenuhi makna hidup itu.
Kesimpulan:
Dengan merujuk kepada hasil-hasil temuan studi kasus yang menunjukkan bahwa komponen keberhasilan dan proses keberhasilan sama-sama memiliki pola tertentu dan sama-sama pula meneguhkan proposisi-teoretis, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pola keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna:
Keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna dilakukan dengan jalan menyadari dan mengaktualisasikan potensi- potensi kualitas-kualitas insani yang diarahkan pada pemenuhan makna hidup.
Komponen keberhasilan dalam mengembangkan penghayatan hidup bermakna berupa kualitas-kualitas insani yang bersumber pada dimensi ragawi, dimensi personal, dimensi sosial, dimensi spiritual, dan dimensi nilai-nilai sebagai kesatuan dimensional eksistensi manusia.
Proses keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna merupakan aktualisasi dari potensi kualitas-kualitas insani melalui berbagai kegiatan yang terarah pada pemenuhan makna hidup.
Komponen keberhasilan dan proses keberhasilan merupakan kesatuan yang saling menunjang satu dengan lainnya dalam pengembangan diri pada umumnya, dan pengembangan penghayatan hidup bermakna pada khususnya.
Proses mengembangkan penghayatan hidup tak bermakna (meaningless) menjadi bermakna (meaningful) menjalani tiga tahap pengalaman, yaitu: tahap penerimaan diri, tahap penemuan makna hidup, dan tahap pemenuhan makna hidup.
Dukungan sosial, -yakni hadirnya pribadi-pribadi lain yang akrab dan dikasihi-, dan rasa keimanan berfungsi hampir pada seluruh tahap proses pengembangan hidup bermakna, terutama pada waktu seseorang ada dalam tahap penderitaan, yaitu saat-saat mengalami peristiwa tragis dan menghayati hidup tak bermakna serta pada waktu menghadapi tantangan-tantangan dalam memenuhi makna hidup.
Pada akhimya intisari dari keenam basil temuan tersebut dapat dirumuskan secara singkat sebagai berikut:
Keberhasilan mengembangkan hidup bermakna dicapai dengan mengaktualisasikan secara sadar potensi-potensi dan kualitas pribadi dengan pengarahan kepada pemenuhan makna hidup. Proses ini akan lebih efektif bila berlangsung dalam relasi sosial yang supportif Lebih-lebih lagi bila dilandasi dengan keimanan mendalam.
Perlu dijelaskan bahwa sekalipun ditemukan adanya semacam pola, komponen, dan tahap-tahap dalam proses keberhasilan mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna, tetapi keunikan pribadi dalam memilih komponen dan menjalani proses keberhasilan itu tetap diakui dan diutamakan.
Implikasi
Hasil penelitian mengenai keberhasilan mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna dapat diterapkan sekurang- kurangnya untuk dana kegiatan psikologi klinis, yakni Konseling Individual dan Latihan Pengembangan Pribadi bagi mereka yang menghayati diri tak bermakna setelah mengalami musibah tertentu sebelumnya.
Konseling individual bagi mereka yang menghayati hidup takbermakna tujuannya selain untuk menguasai cara-cara mengatasi sendiri gejala-gejalanya, juga terutama untuk membantu lebih menyadari sumber-sumber makna hidup yang ada di sekitar mereka sendiri, lalu menentukan pilihan secara bebas, kemudian memenuhinya.
Selain itu temuan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pelatihan pengembangan pribadi dengan jalan lebih menyadari nilai-nilai yang menjadi sumber makna hidup dan menentukan secara bebas hal-hal yang bermakna baginya. Dalam hal ini unsur-unsur dinamika kelompok seperti: dukungan kelompok (group support), ungkapan diri (self disclosure), umpan balik (feedback), dan kesediaan berbagi pengalyman (sharing), serta suasana akrab (encounter) merupakan sarana efektif dalam proses penemuan dan pengembangan makna hidup melalui pelatihan dalam kelompok."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Ilmi Amalia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara penilaian terhadap kemampuan menyelesaikan masalah pada mahasiswa psikologi tahun pertama dan mahasiswa tahun akhir. Penelitian ini juga untuk memperoleh gambaran tentang manfaat pendidikan psikologi dalam membantu meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah mahasiswa. Alat ukur yang digunakan adalah problem solving Inventory (Heppner & Petersen, 1982) dan pertanyaan terbuka tentang manfaat pendidikan psikologi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 126. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara problem solving appraisal mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa tahun akhir (t(124) = 2.319, p < 0.05). Manfaat pendidikan psikologi yang dirasakan mahasiswa dapat membantu meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah yaitu memahami diri, menguasai emosi dan menilai masalah dari berbagai sudut pandang.

This research was conducted to investigate the differences of problem solving appraisal in first year and last year undergraduate psychology students and to gain an overview of the benefits of psychology education on improving students’ problem solving ability. The study used problem solving inventory (Heppner & Petersen, 1982) and an open-ended questionnaire asking about benefits of psychology education. This study found that there is a significant difference in problem solving appraisal between first year and last year students [t (124) = 2.319, p < 0.05]. Among the benefits of psychology education to improve students’ problem solving ability are to understand themselves, to control emotion, and look at problems from different perspectives."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Oktarianti
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi belanja utilitarian dan motivasi belanja hedonic terhadap purchase intention pada konsumen belanja online. Partisipan penelitian ini merupakan mahasiswa yang pernah berbelanja online, sejumlah 289 orang. Motivasi belanja utilitarian dan motivasi belanja hedonic diukur dengan alat ukur Utilitarian Motivation dan Hedonic Motivation yang disusun oleh Tsao dan Chang (2010). Purchase intention diukur dengan alat ukur Purchase Intention yang disusun oleh Topaloglu (2012).
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belanja utilitarian dan motivasi belanja hedonic memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention pada konsumen belanja online. Walaupun kedua motivasi ini memiliki pengaruh yang signifikan, motivasi belanja utilitarian lebih mempengaruhi purchase intention pada konsumen belanja online dibandingkan motivasi belanja hedonic.

This research aimed to examine the influence of utilitarian and hedonic shopping motivations on purchase intention among online shopping consumer. Participants of this research were undergraduate students who have online shopping experience, with the amounts of 289 participants. Utilitarian and hedonic shopping motivations were measured using Utilitarian and Hedonic Motivation measurement items developed by Tsao and Chang (2010). Purchase intention was measured using Purchase Intention measurement items developed by Topaloglu (2012).
The main result of this research showed that utilitarian and hedonic shopping motivations have significant impact on purchase intention among online shopping consumer. While both of these motivations have significant impact, utilitarian shopping motivation has more influence on purchase intention than hedonic shopping motivation among online shopping consumer.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>