Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jessica Octaviani Gunawan
"Skripsi ini membahas peran elemen aural dalam persepsi manusia yang selama ini didominasi oleh visual. Pembahasan dilakukan dengan mengkaji sistem visual dan auditori milik Gibson serta mengkaji kemampuan tuna netra yang mampu mengandalkan pantulan suara untuk mempersepsikan objek serta ruang di sekitarnya (echolocation) tanpa melibatkan kemampuan visual. Penelitian dilakukan melalui eksperimen pribadi dan pengamatan langsung tanpa menggunakan pengukuran teknis.Hasil penelitian berupa persepsi yang bersifat subjektif dan menunjukkan potensi elemen aural dalam membantu manusia mempersepsikan sekitarnya hingga mampu berorientasi dan bernavigasi di dalam ruang tanpa menggunakan bantuan pengelihatan.

This study focuses on the role of aural element in human perception, which has been dominated by visual. The study is based on Gibson’s visual and auditory system and also based on blind’s ability to use echo in perceiving object and space (echolocation) without using visual ability. This research is done through personal experience and observation without using any technical measurement. The result of this study is a subjective perception that shows the potential of aural element to help human perceives his surrounding so they can orient and navigate in space without any visual help."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imaniar Sofia Asharhani
"Setiap kota akan memberikan citra yang berbeda ketika kita menelusuri bagian-bagiannya. Skripsi ini memaparkan pembentukan citra yang dapat diwujudkan dari tampilan visual kota pada façade. Peran serta warga kota dalam membentuk citra kota merupakan hasil dari perwujudan pemenuhan kebutuhan mereka dalam berkota. Seni visual, khususnya Mural dan Graffiti menjadi bahasan pada skripsi ini dalam pembentukan townscape dan juga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan warga. Pemilihan lokasi penyajian seni visual juga terkait dengan beberapa faktor tertentu. Hasil analisis dari studi pustaka dan studi kasus menunjukkan bahwa peranan seni visual yang yang muncul akan menghadirkan dampak yang beragam. Demikian pula dalam hal kemunculannya yang memiliki pola berbeda. Kota Yogyakarta menjadi lahan observasi untuk mendukung penulisan ini.

Every city will impress their image differently when we through its parts. This paper tries to reveal how the image of a city emerges from the city visual display appeared on façade. Citizen needs is the motive of them to participating on city image making (townscape). Visual Art especially Mural and Graffiti is the main topic in this paper to making townscape beside to accomplish citizen needs. The locations are choosing with concerned on certain factor. The analysis results from theory and case study shows that visual art which appeared on city façade represent different impact on townscape. The character of location is divers from each other. Yogyakarta City becomes the case study in this paper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43380
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inten Gumilang
"Pertanyaan besar mengenai ada tidaknya potensi ruang yang bersifat meditatif didalam ruang perjalanan user menjadi basis pengkajian skripsi ini. Pendalaman teori dibagi menjadi tiga bagian, pertama adalah aktivitas berjalan dan ruang seperti apa yang tergolong meditatif, lalu yang kedua adalah hubugan antara jenis karakter ruang meditatif yang sesuai dengan aktivitas berjalan meditatifnya, dilanjutkan dengan yang ketiga yakni mengkaji bagaimana proses mengalami ruang oleh user sewaktu aktivitas berjalan meditatif terjadi. Hasil pendalaman teori menjadi basis studi kasus yang melibatkan tiga user yang masing-masing berjalan di empat ruang perjalanan yang berbeda, tiap proses pengalaman perjalanannya digambarkan lewat diagram. Dari hasil studi kasus, ditemukan bahwa ada potensi ruang meditatif dalam ruang perjalanan user yang melakukan aktivitas berjalan meditatif, karena di dalamnya user dan ruang bisa saling berinteraksi dengan cara yang lebih intim dan personal. Membuktikan bahwa ruang mampu mempengaruhi manusia dititik yang tidak mereka sadari

"Is there any meditative potential space that could be found in a space of journey by user" ? will becoming a base foundation for research in this thesis. It started by the assessment of theories that divided in three section, first is walking activity and character of space that has meditative quality, second is relation between each character of meditative space with its meditative walking activity, and third is analysing the spatial experience process by user when the meditative walking activity is happening. The theory assessment will be the foudation of case studies which involves 3 partisipant. Each of them will be doing a walking journey in 4 different space characteristic, every experience in every journey will be depicted by diagram. The conclusion of the case studies are : meditative potential space could be found in a space of journey by user who do the meditative walking activity, because user and space could communicate in a very intimate and personal way. It proves that space could affect human in a way that sometime we are unconscious about it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ujung, Verarisa Anastasia
"Ruang sebagai wadah representasi kuasa dan respon akan penyimpangan perilaku diri merupakan ide besar dalam skripsi ini. Sebab, ruang merupakan dimensi kehidupan sosial dan elemen penting terkait dengan kuasa dan pengawasan sosial. Ruang dengan fungsi dan karakteristik terkait ide tersebut didefinisikan sebagai correctional space. Pada dasarnya, correctional space merupakan solusi ruang akan kebutuhan penghukuman, pengawasan serta koreksi terhadap penyimpangan yang dipahami sebagai tindakan kriminal. Sehingga, skripsi ini berfokus dalam konteks keterikatan ruang, diri, dan kuasa dalam ide koreksi.
Kuasa yang direpresentasikan dalam correctional space berlaku melalui aspek spasial dan sosial dalam bentuk institusi yang dalam hal ini adalah Lembaga Pemasyarakatan. Studi kasus yang dibahas adalah Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang yang menerapkan sistem pengawasan dan pembinaan melalui kuasa pendisiplinan dan toleransi. Lembaga Pemasyarakatan sebagai correctional space dikarakterisasi oleh sistem relasi, interaksi, kontak, dan toleransi antar penyelenggara kuasa terhadap warga binaan. Maka, penting untuk membahas bagaimana kuasa pendisiplinan dan toleransi dipahami secara ruang dalam Lembaga Pemasyarakatan sebagai correctional space. Temuan skripsi ini diharapkan dapat memberi pengertian spasial terkait penerapan correctional space dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Space as the representation of power and response of disorder behavior is a central idea of this study. That's because of space is related to social life dimension and an important element in the constitution of power and social control. Space that consist of the function and characteristic according to those idea is defined as a correctional space. Basically, correctional space is the space solution with the aim of punishment, control and correctional action for the opposite behavior which is considered as a crime. That's why the study is focusing in the context of space, body, and power through correctional idea.
Power which represented in correctional space applied through spatial and social aspect in institution which considered as a penitentiary. This case studied in Penitentiary of Cipinang in which applied the control and development system through disciplinary power and toleration. Penitentiary as a correctional space is characterized by the system of relation, interaction, contact, and toleration between stake-holder and inmate. That's why, it's important to study how disciplinary power and toleration has been considered spatially in penitentiary as the correctional space. As the result, this study may contribute in spatial understanding of the implementation of correctional space in Penitentiary.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S181
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Butar Butar, Siska
"Telinga adalah bagian dari indera yang membentuk persepsi ruang melalui proses mendengar. Mendengar terdiri dari berbagai tahapan dalam pembentukan interpretasi akan informasi yang didengar. Mendengar terdiri dari mengumpulkan sumber suara, klasifikasi suara, dan pergeseran perhatian akan suara. Proses mendengar sendiri memiliki hubungan dengan indera lain, terutama visual. Visual menjadi alat untuk melihat gerak dan event dalam ruang. Kumpulan informasi dari seluruh indera tersebut dapat membentuk pemahaman akan lingkungan di sekitar manusia.
Pemetaan digunakan untuk melihat cara kerja suara dan menghubungkan suara dan visual dalam pemahaman ruang. Metode soundwalk digunakan dalam mengambil rekaman suara yang dipadukan dengan pengambilan gambar dan rekaman video. Ketiga cara ini digunakan untuk melihat suara, relasi suara dan visual, serta keberadaan suara dan visual bersamaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa suara dan visual memiliki hubungan untuk dapat saling terhubung dan saling bertemu dalam gerak, event, dan ruang. Sehingga suara dan visual memiliki hubungan yang saling terkait dalam memperkaya pengalaman ruang.

Hearing is one of human senses which shapes our perception of space through process of listening. Listening consists of different stages that create interpretation of information from listening process. This stages composed of collecting sound sources, classification of sounds, and shifting our attention on sounds. Process of listening is related to other senses, particularly visual sense. Visual becomes a tool to observe movement and event in space. Accumulation of information can shape our understanding on the surrounding environment.
Mapping is used in order to reveal the mechanism of sounds and connect sound with visual. Soundwalk, is utilized as a method to record sounds in combination with photograph and video recording. This methods is used to explore sound, link sound with visual input, and to perceive sound and visual simultaneously. The analysis shows that sound and visual can affect each other and connect in movement, event, and space. Thus exploration of the connection of sound and visual is essential on enriching our understanding on spatial experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Octiviani
"Fotografi adalah sebuah alat komunikasi yang dapat menangkap gambar secara objektif, fotografi merepresentasikan sesuatu yang nyata secara cepat. Arsitek kemudian memanfaatkan fotografi untuk merekam karya mereka yang nantinya dapat digunakan untuk beberapa tujuan, seperti dokumentasi, materi pameran, dan juga sebagai pengganti interaksi langsung dengan bangunan. Arsitektur mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi melalui wujud dan ruang bangunannya, dimana manusia dapat mengalami dan berinteraksi dengan ruang arsitektur melalui raga dan indra mereka. Sejak ditemukannya fotografi, arsitek telah memanfaatkan fotografi untuk mengkomunikasikan ide, konsep dan tujuan dari karya sang arsitek. Fotografer diharapkan dapat membantu arsitek untuk menciptakan sebuah ilusi pada fotografi, ilusi yang kemudian dapat membantu manusia dalam memvisualisasikan bangunan arsitektur melalui media dua dimensi atau bahkan merasakan pengalaman ruang tiga dimensi. Keberhasilan ilusi ini bergantung kepada bagaimana manusia mempersepsikan informasi yang telah diberikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor konsep fotografi arsitektur dan bagaimana persepsi manusia dapat mempengaruhi cara manusia mencerna informasi. Dengan memahami cara kerja persepsi manusia, diyakini bahwa manusia dapat berinteraksi dengan ruang arsitektur melalui foto sebagaimana manusia berinteraksi dengan ruang arsitektur secara langsung. Untuk mendukung dan menanggapi isu yang muncul, beberapa responden telah diwawancari dengan beberapa pertanyaan. Dengan menganalisa hasil dari wawancara dari responden dan teori-teori yang ada, penelitian ini akan menuntun kepada sebuah kesimpulan tentang bagaimana manusia mempersepsikan informasi yang didapat dari sebuah fotografi arsitektur.

Photography is a communication tool that can capture an image objectively, it represents what exists with its brief moment. Afterwards Architects utilize it to record their works that can later be used for other purposes such as documentation, exhibition material, and also as a substitute of direct interaction with the building. Architecture has the ability to communicate through its form and space where people can experience and interact in it with their body and senses. Since the discovery of photography, architects have been taking advantage of the device with the intention of communicating their ideas, concepts, and purposes of their works. Photographers can hopefully aid the architects by using their skill to create an illusion in photography, which can helps people visualize the building in two-dimensional form or even offering the experience in three dimensional form. Such illusion can work depending on how the human percepts the information given.
This study will explore the concept of photography in architecture and how human perception can affect the way people perceived information. With understanding of the human’s working method in perception, it is believed that humans can interact with an architectural space through a photograph similar to the experience they would get in threedimensional form. Several people are interviewed to support and validate the issue that has been raised. Analyzing the informant’s point of view and several theories, this study will lead to a conclusion on how human percepts information from an architectural photography.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ibrahim Bagus Prawira
"Manusia yang memiliki dua telinga dan pendengaran normal memiliki kemampuan untuk melakukan lokalisasi suara dalam membaca ruang. Di masa dimana mata percaya apa yang mereka lihat, dapatkah manusia melihat melalui telinga? Manusia saling berhubung satu sama lain, mereka membutuhkan dan dibutuhkan, mereka membuat dan memakai. Bagaimana dengan suara yang mereka buat? Siapa yang terpengaruh dengan suara yang mereka buat? Tugas Akhir ini merupakan sebuah proyek studi dan rancangan yang membahas kemampuan manusia dalam membaca dan mendefinisikan ruang melalui suara dan gerakan. Pendekatan yang digunakan merupakan gabungan dari pendekatan intuitif dan teoritis. Proyek ini berakhir dengan ujung yang terbuka, menanti banyak eksplorasi dan aplikasi lebih lanjut.

People who are blessed with two ears and normal hearing have the ability to localize sound. The information from such work can be used as a way to read space. In time where eyes believe what they see, can people see through their ears? People always relate to each other, they have needs, and at the same time are needed by others. They give and they take. What about the sound they make? Who listen to their voice? This project is both a research and a design project. The topic is human ability to read and define space through sound and movement. Due to the rather arbitrary background of the topic, the approach of this project combines theoretical approach with intuitive approach. This result of this project is open-ended, longing for further exploration and application in the fields it may belong to."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadyan Farizi
"Secara singkatnya, arsitektur adalah cara “membuat desain dari suatu ruang”, tetapi dia dibuat dari pelbagai elemen dan faktor (Merriam Webster). Memang bisa dinyatakan bahwa proses membangun suatu bangunan tidaklah terbatasi oleh bentuk luar bangunannya, melainkan dibentuk oleh berbagai analisa dari konteks tapak, material, tekstur, bebauan, dan akal sehat, namun itu merupakan pekerjaan dari arsitek tersebut untuk memanipulasi berbagai elemen arsitektur tersebut untuk membentuk suatu perjalanan yang baik bagi para pengunjung dalam suatu ruang tersebut. Maka dari itu, karya tulis ini akan fokus membuat analisa dalam proses membentuk mixed use development yang melingkupi lingkungan yang sehat dan ramah lingkungan melalui langkah langkah yang berbeda, seperti responsif atas konteks tapak secara natural dan kultur, dan pembentukan hubungan yang kuat antara arsitektur dan lokasi sekitarnya.

In short , architecture is the “act of planning and designing space”, but there are various more elements and factors that it constitutes (Merriam Webster). Indeed, the process of constructing a building is not solely limited to just creating the external form, but also accompanied by thorough analyses on the site conditions, materiality, textures, scents, and others more, to produce an immaculate atmosphere for living. This is because humans respond through their senses and reasoning, and it is therefore the job of the architect to manipulate architectural elements to produce the best living experience for the people. Consequently, this report will focus on the process of creating a mixed use development that embodies a healthy and sustainable environment for the people through multiple steps, such as by responding to the surrounding site’s natural and cultural conditions, and establishing a strong relationship between the architecture and its site."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anthya Dwita Mahatidana
"ABSTRAK

Skripsi ini berfokus pada pembentukan programming melalui proses

pengalaman ruang pengguna dengan alat pancaindera dan gerak terkait dengan
keberadaan media digital interaktif di ruang publik. Kehadiran media digital
interaktif memiliki potensi dalam mengembangkan programming pada ruang
publik baik berupa reprogramming maupun deprogramming. Hal ini dapat terjadi
dengan masing-masing pengguna mengalami ruang secara aktif dengan
menggunakan media digital interaktif hingga membentuk kombinasi event yang
repetitif dan memberikan kebiasaan baru. Persepsi dalam mengalami ruang juga
dapat dipengaruhi oleh keberadaan media digital interaktif terhadap elemen ruang
itu sendiri. Pemahaman akan peran kehadiran media digital interaktif di ruang
publik ini dapat memberikan perspektif baru dalam perancangan arsitektur.


ABSTRACT

This study focuses on the establishment of programming experience

through users senses and movement associated with the presence of interactive
digital media in public spaces. The presence of interactive digital media has the
potential to develop programming in public spaces either through deprogramming
or reprogramming. This can occur with each of the user actively experience space
using interactive digital media to form the combination of repetitive events and
provide new habits. Perception in the space experience can also be influenced by
the presence of interactive digital media in relation to spatial elements. An
understanding of the role of interactive digital media presence in a public space
can provide a new perspective in the design of architectural.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latupeirissa, Hendrico Firzandy
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap jejak spatial historis dan kehadiran kelompok Miss Tjitjih di lokasinya saat ini, serta mengungkap bagaimana kelompok ini tetap bertahan di lokasinya justru ketika penghidupan tidak terlalu berpihak. Saya melihat hubungan Master dan karyawannyalah yang mendasari bertahan dan meruangnya kelompok ini. Hubungan inilah yang kemudian membentuk karakter dan hubungan sosial diantara aktor-aktor yang terkait. Untuk itulah saya menggunakan teori Patron-Client untuk mengungkap fenomena Miss Tjitjih ini. Fokus penelitian akan berpusat pada hubungan sosial di dalam kelompok dan hubungan patron-client serta melihat implikasinya terhadap aspek spasial dan ruang daur hidupnya. Untuk mengungkap hal ini saya menggunakan penelitian yang berifat kualitatif. Kehidupan kelompok ini kemudian dibagi kedalam tiga periode kehadiran mereka di Jakarta yang terkait dengan lokasi dan kehadiran figur patron di dalam kelompok. Sementara data akan diangkat dari observasi lapangan dan wawancara terhadap anggota-anggota Miss Tjitjih yang pernah hidup di tiga periode kehadiran mereka di Jakarta. Analisis akan dilakukan dengan membandingkan hasil temuan lapangan dengan teori Patron-Client. Saya menemukan bahwa client sangat bergantung kepada patron dan membuat kelompok Miss Tjitjih tidak pernah beranjak dari lokasi bermukimnya. Ketergantungan inilah yang membuat kelompok Miss Tjitjih meruang dengan cara yang berbeda di periode terakhir ketika figur patron hilang dari dalam kelompok. Hal ini mereka lakukan untuk mempertahankan penghidupan dan kehidupan yang terkait dengan reward yang mereka anggap sebagai bagian dari hak mereka.

ABSTRACT
The purpose of this study is to reveal the historical spatial traces of Miss Tjitjih, while revealing how this group remained in its current location when livelihoods are not too closely aligned with them anymore. I see that the relation between Master and his employees underlies the survival and the settlement of this group. The employer and employees relationship is then shaping the character and social relations between actors in it. That is why i use the theory of Patron-Client to reveal Miss Tjitjih phenomenon. To reveal this phenomena, qualitative research is needed. This group then be divided into three periods of their presence related to the location and the presence of patron figure in the group. While data will be gathered from field observations and interviews on several members of Miss Tjitjih who have lived in three periods of their presence in Jakarta. The analysis will be done by comparing the results with Patron ? Client theory. Patron - client relationships in this complex seems giving great influence on the formation of members character and the group?s life cycle space. Client?s dependency to patron has made the group never left settlement location provided by the patron. This dependency ultimately makes the group creating their space in different ways in the last period when the patron figure is missing from the group . It turned out that they do this in order to sustain their life and livelihoods which connected with rewards which regarded as part of their rights."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>