Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195251 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fathia Anindita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resirkulasi air lindi terhadap kualitas air lindi. Penelitian ini menggunakan 2 lysimeter dengan sistem pengoperasian yang berbeda, lysimeter 1 dengan proses resirkulasi air lindi dan lysimeter 2 tanpa proses resirkulasi. Sampah yang digunakan pada kedua lysimeter merupakan sampah organik (buah dan sayur) yang berasal dari Pasar Kemiri Muka, Depok. Berat sampah pada lysimeter 1 dan 2 secara berurutan adalah 205 kg dan 180 kg dengan kadar air sebesar 89,5% dan 86,8%. Penambahan air dilakukan pada kedua lysimeter untuk menstimulasi pembentukan air lindi dan sebagai simulasi infiltrasi air hujan dengan mengasumsikan adanya kebocoran sebesar 24% pada lapisan geotextile. Volume penambahan air pada kedua lysimeter yaitu 1,4 L yang disesuaikan dengan curah hujan kota depok, sedangkan volume air lindi yang diresirkulasikan pada lysimeter 1 yaitu 1,5 L. Pengukuran karakteristik air lindi yang meliputi pH air lindi, konsentrasi TSS dan TDS serta temperatur sampah pada kedua lysimeter dilakukan selama 100 hari. pH air lindi yang dihasilkan dari lysimeter 1 (dengan resirkulasi) cenderung lebih rendah hingga akhir pengoperasian lysimeter karena penerapan resirkulasi air lindi, yaitu berada pada rentang 5,73-8,25 pada lysimeter 1 dan 5,93-8,94 pada lysimeter 2. Konsentrasi TSS pada lysimeter 1dan lysimeter 2 secara berurutan berada pada rentang 660-2792,411 mg/L dan 200-1660 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi TDS berada pada rentang 6004-17120 pada lysimeter 1dan 3340-14860 mg/L pada lysimeter 2. Konsentrasi TSS dan TDS pada lysimeter 1 lebih tinggi dibandingkan dengan lysimeter 2 karena proses resirkulasi yang diterapkan pada lysimeter 1 menyebabkan akumulasi material organik (volatile fatty acids) pada air lindi selama fase awal degradasi sampah (asidogenesis) serta akumulasi material anorganik (amonia dan klorida) pada air lindi hingga akhir pengoperasian lysimeter 1 karena material anorganik tersebut tidak digunakan lagi pada proses degradasi sampah.

This study aims to determine the effect of leachate recirculation on leachate quality. It uses two lysimeter with different operating systems, lysimeter 1 with leachate recirculation process and lysimeter 2 without recirculation process. Waste which used in both lysimeter is organic waste (fruit and vegetable) derived from Pasar Kemiri Muka, Depok. Respectively, the weight of waste in lysimeter 1 and 2 were 205 kg and 180 kg and the water content were 89,5% and 86,8 %. The addition of water carried in both lysimeter was to stimulate the formation of leachate and to simulate the infiltration of rain water by assuming the occurrence of the leakage (24%) in the geotextile layer. The volume of water added in both lysimeter was 1,4 L adjusted with rain fall intensity in Depok, while the volume of leachate that resirculated in lysimeter 1 was 1,5 L. The leachate samples from both of lysimeters were monitored for pH, TSS, TDS and waste temperature during 100 days of study. Leachate pH generated from lysimeter 1 (with resirculation) tended to be lower by the end of the operation because the application of leachate resirculation, which is in the range 5,73 to 8,25 in lysimeter 1 and 5,93 to 8,94 in lysimeter 2. TSS concentrations in lysimeter 1 and 2 respectively in the range from 660 to 2792.411 mg /L and 200-1660 mg/L, while the concentration of TDS lies in the range 6004 to 17120 in lysimeter 1 and 3340 to 14860 mg/L in lysimeter 2. TSS and TDS concentrations in lysimeter 1 were higher than lysimeter 2 due to the recirculation process that was applied to the lysimeter 1 which causes accumulation of organic material (volatile fatty acids) in the leachate generated in the initial phase of waste degradation (asidogenesis) and accumulation of inorganic material (ammonia and chloride) in lysimeter 1 until the end of the operation as the inorganic material is no longer used in the process of waste degradation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listy Ayuningtias
"Meningkatnya produksi sampah akibat aktivitas manusia mengakibatkan terjadinya penumpukan di Tempat Pemrosesan Akhir TPA. Kondisi tersebut menyebabkan lahan TPA menjadi semakin terbatas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan mempercepat proses stabilisasi landfill melalui mekanisme resirkulasi lindi. Dalam prosesnya mendekomposisi sampah air lindi yang dihasilkan dari landfill akan berpotensi mencemari lingkungan bila tidak ditangani dengan tepat. Di antara senyawa berbahaya yang terdapat dalam air lindi diantaranya adalah senyawa nitrogen baik berupa ammonia nitrit maupun nitrat.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi ammonia nitrit dan nitrat pada air lindi yang dihasilkan dari lysimeter dengan dan tanpa proses resirkulasi serta untuk mengetahui waktu pembentukan senyawa ammonia nitrit dan nitrat dalam lysimeter terkait dengan kondisi temperatur sampah dan pH lindi. Penelitian dilakukan dengan membuat pemodelan sistem sanitary landfill dalam dua buah lysimeter masing masing untuk proses dengan resirkulasi dan tanpa resirkulasi. Pada lysimeter juga diberikan asupan air sesuai dengan data curah hujan yang ada.
Hasil pengamatan terhadap kedua lysimeter selama 100 hari menunjukkan bahwa konsentrasi ammonia dan nitrat pada lysimeter dengan resirkulasi lysimeter A cenderung lebih tinggi dibandingkan pada lysimeter tanpa resirkulasi lysimeter B. Sedangkan untuk konsentrasi nitrit pada kedua lysimeter tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Senyawa ammonia nitrit dan nitrat pada kedua lysimeter sudah terbentuk sejak awal penelitian meskipun pada awalnya memiliki nilai yang relatif rendah. Terkait dengan temperatur sampah diketahui bahwa pelepasan ammonia tertinggi terjadi pada temperatur 30°lC Sedangkan terkait dengan pH lindi konsentrasi ammonia meningkat pada rentang nilai pH 7 5 8.

A rapid increase in waste volumes caused by human activities resulted in the accumulation of waste in landfill. This condition causes landfill that willrun out of space within years In order to overcome this problem leachate recirculation is applied to accelerate waste stabilisation. Leachate generated from landfill would potentially contaminate the environment if not handled properly. Among the hazardous substances contained in leachate some of them are nitrogen compounds such as ammonia nitrite and nitrate.
The objective of the research project was to investigate ammonia nitrite and nitrate concentrations in leachate generated from lysimeters with and without recirculation as well as to determine the time formation of ammonia nitrite and nitrate in lysimeters associated with waste temperature and leachate pH. Two lysimeters were used to simulated sanitary landfill with and without recirculation. Water was added to both lysimeters in accordance with the rainfall data.
Experiments carried out in lysimeters demonstrated that for 100 days the concentrations of ammonia and nitrate in lysimeter with recirculation lysimeter A tend to be higher than in lysimeter without recirculation lysimeter B. However nitrite concentration in both lysimeters showed no significant differences. Ammonia nitrite and nitrate in both lysimeters have been formed since the beginning of the study in low concentration. Associated with waste temperature the highest ammonia release occured at temperature of 30°C andrelated to leachate pH ammonia concentration increased in the range of 7 5 8 pH value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Askin Putra Fanela
"Teluk Kendari merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan pusat kegiatan masyarakat. Kondisi seperti ini akan menyebabkan terjadinya ancaman di sekitar teluk berupa sedimentasi. Sedimentasi yang tinggi pada perairan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi total padatan tersuspensi yang berdampak pada terhambatnya penetrasi cahaya pada perairan akibat terhalang oleh partikel sedimen. Sebagai konsekuensinya, tingginya konsentrasi TSS dapat menurunkan tingkat fotosintesis dan akan menurunkan kandungan klorofil-a dalam perairan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk, menganalisis karakteristik sedimen (ukuran butir), menganalisis sebaran total padatan tersuspensi dan klorofil-a serta mensintesa hubungan antara total padatan tersuspensi dengan kandungan klorofil-a. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari sampai maret 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan mengumpulkan data primer berupa data karakteristik ukuran butir sedimen, konsentrasi total padatan tersuspensi dan kandungan klorofil-a, serta data skunder berupa TSS dan Klorofil-a pada tahun 2010, 2015 dan 2018 yang diambil dari citra satelit Landsat 5 TM dan Landsat 8 OLI. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik sedimen dengan ukuran butir yang paling halus berada pada wilyah tengah teluk yang dimana pada wilayah itu merupakan wilayah dengan kandungan TSS tertinggi sedangkan yang lebih besar berada pada mulut teluk. Total spadatan tersuspensi berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a perairan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.79 yang berarti sebesar 79% variable TSS mempengaruhi kandungan klorofil-a.

Kendari Bay is one of areas adjacent to the center of community activities at Southeast Sulawesi. Such conditions will cause a threat around the bay in the form of sedimentation. High sedimentation in the waters resulted in increas of total suspended solid (TSS) concentration. As a light light penetration in the will be low. TSS usually consist of < 2 I¼m. High TSS concentrations can reduce photosynthesis levels and the chlorophyll-a content in waters. This study was aimed to analyse the sediment grain size, the distribution patterns of total suspended solids and chlorophyll-a and tosynthesize the correlations between total suspended solids and chlorophyll-a content. This research was conducted in January to March 2018. The method used in this study was the survey method by collecting primary data such as sediment grain size, total suspended solid concentration and chlorophyll-a content, and secondary data such as TSS and chlorophyll-a in 2010, 2015 and 2018 taken from the image Landsat 5 TM and Landsat 8 OLI satellites. The results of this study indicated that the characteristics of sediments with the finest grain size was in the middle of the bay while the larger ones were at the mouth of the bay which is the region with the highest TSS content. TSS affected the chlorophyll-a content of waters as shown by the coefficient of determination (R2) of 0.79 which means that 79% of the TSS variable affects the chlorophyll-a content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Fauzi Rachman
"Lindi merupakan cairan yang terbentuk oleh adanya air hujan yang merembes ke dalam timbunan sampah. Konsep keseimbangan air digunakan untuk menentukan timbulan lindi di suatu TPA. Dalam penentuan timbulan lindi, nilai field capacity (FC) sampah merupakan salah satu parameter yang menentukan terhadap banyaknya lindi yang terbentuk. Pemodelan lysimeter dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh resirkulasi lindi terhadap nilai FC sampah. Perhitungan nilai FC sampah skala laboratorium dilakukan dengan membandingan berat atau volumetrik air dengan berat atau volumetrik sampah pada lysimeter. Nilai FC sampah yang didapatkan selanjutnya digunakan untuk menghitung perkolasi lindi yang dihasilkan di TPA Cipayung selama setahun dengan menggunakan Metode Neraca Air Thornthwaite. Sampah pada penelitian ini diambil dari Pasar Kemiri Muka Depok. Penambahan asupan air sebagai simulasi air hujan dan terjadinya kebocoran pada lapisan geotekstil pada kedua lysimeter sebesar 1,4 L. Air lindi yang diresirkulasikan pada lysimeter 1 adalah 1,5 L. Penelitian ini menjadi penting dilakukan, karena dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk evaluasi pengolahan lindi yang ada di TPA Cipayung,terutama dalam hal penentuan potensi timbulan lindi dari landfill.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa nilai kadar air sampah awal pada lysimeter terbilang tinggi, yaitu sebesar 80,6 %. Nilai FC sampah pada lysimeter 1 yaitu sebesar 0,592 L/kg atau 59,2 % atau 276,53 mm/m, sementara pada lysimeter 2 nilainya adalah 0,449 L/kg atau 44,9 % atau 442,93 mm/m. Semakin tinggi nilai FC sampah, maka jumlah timbulan lindi menjadi kecil dan sebaliknya apabila nilai FC sampah kecil, timbulan lindi semakin besar. Total perkolasi lindi di TPA Cipayung selama setahun menggunakan nilai FC dari sampah pada lysimeter dengan resirkulasi lindi (lysimeter 1) adalah sebesar 1.210 mm. Total perkolasi menggunakan nilai FC dari sampah dengan lysimeter tanpa resirkulasi (lysimeter 2) adalah sebesar 1.211 mm. Tidak terlihat perbedaan nilai perkolasi lindi di TPA Cipayung dari bulan Januari-Agustus dan dari bulan Oktober-Desember. Perbedaan nilai perkolasi hanya terjadi pada bulan September yaitu sebesar 38 mm bila dengan menggunakan resirkulasi lindi dan 39 mm bila tanpa resirkulasi lindi). Hal tersebut dikarenakan data curah hujan, temperatur, dan koefisien run-off yang digunakan pada kedua lysimeter mempunyai nilai yang sama. Selain itu, adanya perbedaan ketinggian sampah pada kedua lysimeter yang mencapai 0,32 m diduga turut mempengaruhi besarnya hasil perkolasi lindi pada hasil perhitungan ini. Perlu adanya keseragaman susunan lapisan (capping) di dalam seluruh lysimeter, sehingga hasil yang didapat bisa lebih dibandingkan.

Leachate is a liquid that is formed by the rain water that seeps into the waste heap. The concept of the water balance is used to determine the generation of leachate in a landfill. In determining the leachate generation, the value of field capacity (FC) of waste can be used as one of the parameters. Lysimeter simulation is conducted to determine the effect of leachate recirculation to FC value. The value of FC is calculated by comparing between the water weight or volume with the waste weight or volume in the lysimeter. Furthermore, the value of FC is utilized to calculate leachate generated at Cipayung Landfill within a year by using Thornthwaite Water Balance Method. Solid waste that is utilized in this study was taken from Kemiri Muka traditional market-City of Depok. The amount of additional water into lysimeter is based on the amount of rainfall (precipitation) in Depok and the assumption of leakage rate of geotextile layer on the top of both lysimeter. Thus, 1.4 liter of water is supplied into both lysimeter and additional 1.5 liter of leachate supplied into one of lysimeter as leachate recirculation.Lysimeter 1 is appointed as lysimeter with leachate recirculation and lysimeter 2 is as lysimeter without leachate recirculation. This research is important because it can be used as a basis for evaluation on the existing leachate treatment at Cipayung Landfill especially in estimating of leachate quantity that is coming from landfill.
The results showed that the initial moisture content of waste in the lysimeter is approximately 80.6%. The value of FC of waste in lysimeter 1 and 2 is approximately 0.592 L/kg or 59.2% or 276.53 mm/m and 0.449 L/kg or 44.9% or 442.93 mm/m, respectively. The higher the value of FC of waste, the lower the amount of leachate volume generated, and vice versa. Total percolation of leachate at Cipayung Landfill within a year by using these both FC values is 1,210 mm with leachate recirculation and 1,211 mm without leachate recirculation. No visible difference in the amount of leachate percolation at Cipayung Landfill during January to August and October to December. The difference only occurred in September, which is 38 mm and 39 mm by using and not using leachate recirculation, respectively. These results took place due to the same value of rainfall and temperature data, and also the run-off coefficient that is utilized in both calculations. In addition, the difference in waste height on both lysimeter that reached 0.32 m supposedly influenced the amount of leachate generated. Therefore, for the next research, the entire lysimeter should be made on the same condition to obtain good and comparable results."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsah Almuthmainah
"Permasalahan sampah perkotaan meliputi keterbatasan lahan landfill dan pencemaran yang diakibatkan oleh air lindi dari landfill. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi pemanfaatan sampah sebagai kompos serta sebagai media pengolah air lindi menggunakan pemodelan bioreaktor lysimeter. Air lindi yang berasal dari landfill diolah menggunakan bioreaktor lysimeter berisi sampah organik berusia 2 tahun dengan sistem pengisian sampah berlapis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio C/N sampah sebesar 13.55:1 dibawah baku mutu kompos organik. Pengolahan air lindi menggunakan bioreaktor lysimeter memberikan pengaruh positif terhadap kualitas efluen air lindi. Parameter pH air lindi setelah melalui bioreaktor berkisar antara 7.67-8. Rata-rata persentase penurunan TSS air lindi mencapai 92.73%. Rata-rata persentase penurunan BOD dan COD air lindi berturut-turut sebesar 92.65% dan 92.61%. Rata-rata persentase peningkatan nitrat air lindi setelah melalui bioreaktor ialah sebesar 43.97%. Kadar nitrit mengalami penurunan dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 96.42%. Kadar nitrat dan nitrit pada efluen air lindi yang tinggi menunjukan bahwa air lindi membutuhkan pengolahan lanjutan berupa proses denitrifikasi.

Problems of urban waste include limited land for landfilling and pollution caused by leachate from landfills. This research was conducted in order to determine the potential use of waste as compost and as a treatment media for leachate using bioreactor lysimeter modeling. Leachate from the landfill is processed using bioreactor lysimeter containing 2 years old organic waste with layered systems.
The results showed that the ratio of C/N of the waste is 13.55:1, under the standard of quality of organic compost. Leachate treatment using a bioreactor lysimeter gives a positive effect on the quality of leachate effluent. The pH of leachate after the treatment ranged between 7.67-8. The average percentage decrease in TSS of leachate reached 92.73%. The average percentages reduction in BOD and COD of leachate, respectively are 92.65% and 92.61%. The average percentage increase in nitrate of leachate after going through the bioreactor is at 43.97%. Nitrite levels decreased by an average percentage decrease of 96.42%. The high levels of nitrate and nitrite in the leachate effluent showed that the leachate requires an advanced processing such as denitrification process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Taufik Ibrahim
"Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh distribusi spasial curah hujan terhadap total suspended solid di daerah aliran Ci Lutung, Kabupaten Majalengka. Proses ekstraksi citra Himawari 8 dibutuhkan untuk mengetahui pola distribusi spasial curah hujan ketika kejadian pengambilan sampel. Data Curve Number berupa kelompok hidrologi tanah dan Penggunaan Lahan dibutuhkan untuk memberi bobot tiap-tiap sub DAS yang telah didelineasi untuk karakteristik fisik wilayah. Pola distribusi spasial curah hujan memiliki korelasi kuat dengan konsentrasi TSS yang dihasilkan melalui debit limpasan. Pola Distribusi curah hujan yang variatif di setiap kejadian pengambilan sampel turut menyumbang andil terjadinya fluktuasi nilai konsentrasi total suspended solid dan kekeruhan. Korelasi kuat terdapat pada hubungan antara TSS dengan debit aliran dengan angka koefisien determinasi r2 sebesar 0,84. Sementara korelasi sedang terdapat pada hubungan antara kekeruhan dan TSS dengan angka koefisien determinasi r2 sebesar 0,58.

The study aims to analyze the influence of spatial distribution of rainfall on total suspended solid in Ci Lutung flow area, Majalengka regency. The process of extraction the image of Himawari 8 is needed to know the pattern of spatial distribution of rainfall when the sampling takes place. Data Curve Number in the form of hydrologic soil group and Land Use is needed to give weight of each sub basin that has been diarealized for physical characteristic of region. The spatial distribution pattern of rainfall has a strong correlation with the concentration of TSS generated through runoff discharge. Variable rainfall distribution patterns in each sampling event contributed to the fluctuation of total suspended solid and turbidity concentration. The strong correlation is in the relationship between TSS with runoff discharge with the coefficient of determination r 2 is 0.84. While the correlation in the relationship between turbidity and TSS with the coefficient of determination r2 is 0.58."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Nefawam
"Masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya faktor-faktor Community Led Total Sanitation (CLTS) mana yang berkontribusi dalam pencapaian masyarakat 100 persen tidak buang air besar di sembarang tempat di Kecamatan Lembak dan Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan tujuan umumnya adalah diketahuinya penerapan pendekatan CLTS di Kecamatan Lembak dan Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008, khususnya mengenai elemen pemicuan dalam CLTS yang paling berpengaruh terhadap motivasi masyarakat, kegiatan pendampingan dari Puskesmas untuk menjaga konsistensi proses pemicuan CLTS, peran kepemimpinan lokal dalam mendorong motivasi masyarakat untuk membangun fasilitas sanitasi, komitmen sosial di antara masyarakat untuk memelihara kesinambungan perilaku buang air besar pada fasilitas sanitasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, mengamati penerapan tahapan CLTS yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalannya dalam mencapai masyarakat 100% tidak buang air besar sembarang tempat. Tahapan CLTS menempati variabel independen, yakni faktor internal berupa elemen pemicuan CLTS, kepemimpinan lokal dan komitmen sosial serta faktor eksternal berupa pendampingan dari Puskesmas terhadap pencapaian masyarakat 100% tidak buang air besar sembarang tempat sebagai variabel dependen.
Elemen pemicuan yang paling mempengaruhi tergugahnya responden di Kecamatan Lembak dan Kecamatan Talang Ubi adalah rasa malu. Kecamatan Lembak mengalami kenaikan status sanitasi sebesar 81,1%, sedangkan Kecamatan Talang Ubi sebesar 9,6%. Pendampingan oleh fasilitator pasca pemicuan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan status sanitasi, di Kecamatan Lembak adalah sebesar 77,0%, sedangkan di Kecamatan Talang Ubi hanya sebesar 6,2%. Kepemimpinan lokal sangat berperan dalam meningkatkan status sanitasi, di Kecamatan Lembak mencapai 75,6%, sedangkan di Kecamatan Talang Ubi hanya mencapai 16,5%. Komitmen sosial di kalangan masyarakat sangat mempengaruhi peningkatan status sanitasi termasuk ke dalam tahap peningkatan, di Kecamatan Lembak yang diakui responden sebanyak 75,5%, sedangkan di Kecamatan Talang Ubi hanya mencapai 27,8% responden.

The issue in this study is not recognized Community Led Total Sanitation (CLTS) factors contributed in the attainment of 100 percent community to open defecation free in Lembak Sub District and Talang Ubi Sub Dsitrict, District of Muara Enim, Province of South Sumatera. The general objective of this study is recognized the applying of CLTS approach, specifically in trigerring elements of CLTS which influence to community motivation, encourage and support from Public Health Centre facilitator to keep the change consistency, role of local leadership to support the community motivation on installing sanitation facility and social commitment among communities to keep the sustainability of behavior change of defecation in sanitation facility.
Research method of this study is descriptive that observe the applying of CLTS steps that influence its success and failure rates in achieving community 100% to open defecation free. Steps of CLTS occupies independent variable, in the internal factor, there are trigerring elements, local leadership and social comitment, and in the external factor is encouraging and supporting from Public Health Centre facilitator to community in achieving community 100% open defecation free as dependent variable.
Trigerring elements which most influence the responders awaking in Lembak Sub District and Talang Ubi Sub District is ashamed. Lembak Sub District has increased the sanitation status as high as 81,1%, whereas Talang Ubi Sub District as high as 9,6%. Encouraging and supporting by fasilitator at post- trigerring was very influence the successfullness in improving sanitation status, in Lembak Sub District is as high as 77,0%, whereas in Talang Ubi Sub District was only as high as 6,2%. Local Leadership have a role in improving sanitation status, in Lembak Sub District reaches 75,6%, whereas in Talang Ubi only reaches 16,5%. Social Commitment among society was very influence the improvement of sanitation status as in improvement phase, in Lembak Sub District that confessed responder of 75,5%, whereas in Talang Ubi Sub District was only reaches 27,8% responder."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afrizal Citra Pradana
"Bioreaktor landfill merupakan salah satu solusi alternatif yang dapat meningkatkan tingkat penyisihan amonia lindi dalam sistem pemrosesan akhir sampah. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan menggunakan dua bioreaktor landfill yang diisi dengan sampah domestik, bioreaktor pertama diberi perlakuan aerasi dan lainnya tanpa perlakuan aerasi. Dari penelitian yang dilakukan selama 150 hari, perlakuan aerasi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap stabilisasi sampah. Persentase penurunan volume sampah pada kedua bioreaktor landfill relatif tidak berbeda. Sebaliknya, aerasi memberikan pengaruh signifikan pada penyisihan amonia lindi. Rata-rata persentase penyisihan amonia lindi pada bioreaktor landfill yang diberi pengaruh aerasi sebesar 88,26%, sedangkan pada bioreaktor landfill yang tidak diberikan pengaruh aerasi sebesar 85,38%.

Bioreactor landfill is one of alternative solution that can increase ammonia removal on leachate in municipal solid waste. In this study the experiment using two bioreactor landfills that filled with domestic refuse, first bioreactor landfill was aerated and the other unaerated. The 150 days research shows aeration configuration was not gave significant effect on refuse stabilization. Percentage of refuse reduction both relatively undifferent. Instead, aeration configuration was gave significant effect on ammonia removal. The average percentage of ammonia removal on aerated bioreactor landfill is 88.26%, while on unareated bioreactor landfill is 85.38%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanyzia Fajrianas Kautsar
"ABSTRAK
Peningkatan produksi lindi dari TPA banyak yang tidak diikuti dengan banyaknya instalasi pengolahan lindi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar penyisihan COD, TN, dan TSS serta waktu detensi optimumnya menggunakan Anoxic-Aerobic Moving Bed Biofilm Reactor MBBR . MBBR merupakan suatu unit pengolahan biologis dengan mengkombinasikan sistem attached growth dengan suspended growth. Operasioanal MBBR dilakukan menggunakan sistem batch, yang terdiri atas tiga proses, yaitu seeding, aklimatisasi, dan feeding. HRT atau waktu detensi yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 dan 24 jam. Konsentrasi COD, TN, dan TSS pada influen lindi yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut berada pada rentang 3345 mg/L ndash; 6000 mg/L, 2285 mg/L ndash; 2585 mg/L, dan 650 mg/L ndash; 2155 mg/L. Dari penelitian ini diketahui efisiensi penyisihan COD, TN, dan TSS pada saat HRT 12 jam berturut-turut berada pada rentang 59.47 - 66.58 , 58.87 - 70.50 , dan 51.72 - 54.79 . Sedangkan efisiensi penyisihan COD, TN, dan TSS pada saat HRT 24 jam berturut-turut berada pada rentang 62.48 - 69.99 , 70.23 - 83.56 , dan 53.33 ndash; 61.17 . Dari efisiensi penyisihan tersebut dapat diketahui bahwa waktu detensi optimum pada penelitian ini adalah 24 jam. Namun efisiensi penyisihan yang kurang maksimal menyebabkan efluen dari penelitian ini masih berada di atas baku mutu.

ABSTRACT
There are so many leachate produced by solid waste landfill which is not required by effective leachate treatment unit. The purpose of this study is to know the removal efficiency of COD, TN, and TSS, and also the optimum HRT using Anoxic Aerobic Moving Bed Biofilm Reactor MBBR . MBBR is a biological processing unit that combine attached growth system with suspended growth system. The MBBR 39 s operational system that used in this study is batch system. HRT that used in this study is 12 and 24 hours. COD, TN, and TSS concentrations of Cipayung landfill leachate is in range 3345 mg L ndash 6000 mg L, 2285 mg L ndash 2585 mg L, dan 650 mg L ndash 2155 mg L resepectively. The removal efficiency of COD, TN, and TSS with 12 hours HRT as result of this study is in range 59.47 66.58 , 58.87 70.50 , dan 51.72 54.79 respectively. And The removal efficiency rof COD, TN, and TSS with 24 hours HRT as result of this study is in range 62.48 69.99 , 70.23 83.56 , dan 53.33 ndash 61.17 respectively. The optimum time detention HRT of this study is 24 hours. The small value of removal efficiency causes the leachate concentrations still exceeds the quality standard."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Septanty Widyaningrum
"ABSTRAK
Sistem pengolahan air merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas dalam budidaya perikanan. Penelitian yang dilakukan menunjukkan karakteristik nitrogen anorganik dan TSS dari air limbah budidaya ikan nila dan bagaimana pengaruh penggunaan sistem akuaponik dengan penambahan clarifier sebagai sistem pengolahan air. Sistem akuaponik media based grow bed dengan tanaman tomat dapat menekan rata-rata amonia, nirit, nitrat, dan TSS di dalam air menjadi 0,45 mg/L; 2,64 mg/L; 27,5 mg/L dan 16,4 mg/L. Penambahan unit clarifier juga mampu menekan amonia, nitrit, nitrat, dan TSS dengan rata-rata 0,36 mg/L; 3,07 mg/L; 21,0 mg/L; dan 11,5 mg/L pada conical baffle clarifier serta 0,36 mg/L; 2,93 mg/L; 19,2 mg/L dan 10,7 mg/L pada radial flow filter. Sistem akuaponik dengan clarifier jenis conical baffle dan radial flow filter memiliki kemampuan yang sama dengan sistem akuaponik tanpa clarifier (T-test, 95%) dalam menjaga stabilitas nitrogen anorganik dan TSS pada kadar yang aman untuk budidaya ikan nila hingga 38 hari. Kualitas air tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan budidaya ikan yang tidak menggunakan pengolahan sama sekali yang dapat menghasilkan amonia, nitrit, nitrat, dan TSS di dalam air dengan rata-rata 6,57 mg/L; 56,1 mg/L; 45,2 mg/L dan 224 mg/L.

ABSTRACT
Water treatment system is one of the factor needed to increase aquaculture productivity. The research shows the characteristic of inorganic nitrogen and TSS from tilapia fish wastewater and how the use of aquaponic system with addition of clarifier as water treatment matters. Aquaponic system media based grow bed with tomato plants can maintain ammonia, nitrite, nitrate, and TSS in water at 0,45 mg/L; 2,64 mg/L; 27,5 mg/L; dan 16,4 mg/L in averages. The addition of clarifier can also maintain ammonia, nitrite, nitrate, and TSS at 0,36 mg/L; 3,07 mg/L; 21,0 mg/L; and 11,5 mg/L in averages by using the conical baffle clarifier and also 0,36 mg/L; 2,93 mg/L; 19,2 mg/L; and 10,7 mg/L in averages by using the radial flow filter. Aquaponic system with conical baffle clarifier and radial flow filter have the same ability with the aquaponic system without a clarifier (T-test, 95%) in maintaining the stability of inorganic nitrogen and TSS in tilapia fish aquaculture for 38 days. This quality of water is better than the aquaculture system without any treatment system that can produce ammonia, nitrite, nitrate, and TSS in water at 6,57 mg/L; 56,1 mg/L; 45,2 mg/L; and 224 mg/L in averages.
"
2015
S60470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>