Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135997 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosiepin Mulyadi
"Deoksiarbutin merupakan derivat arbutin yang telah dimodifikasi serta dapat digunakan sebagai pencerah kulit yang aman digunakan Pada penelitian ini dibuat sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda W O W yang mengandung deoksiarbutin niasinamid dan natrium askorbil fosfat Pembuatan sediaan mikroemulsi bertujuan untuk meningkatkan absorbsi dan penetrasi obat serta meningkatkan kelarutan obat yang sulit larut dalam air Sediaan emulsi ganda W O W yang dibuat dimaksudkan untuk menggabungkan bahan bahan dalam tiga kompartemen terpisah Pada formulasi mikroemulsi dilakukan variasi konsentrasi etanol 96 sebagai kosurfaktan sedangkan pada formulasi emulsi ganda W O W dilakukan variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan Span 80 mulai dari 2 5 hingga 3 5 Kemudian dilakukan evaluasi meliputi organoleptis pH viskositas ukuran globul dan uji kestabilan selama 8 minggu penyimpanan di berbagai suhu Sediaan mikroemulsi dengan konsentrasi etanol 96 sebanyak 10 terlihat paling stabil dengan ukuran globul sebesar 3 nm Pada sediaan emulsi ganda dengan konsentrasi Tween 80 3 5 dan Span 80 2 5 diperoleh sediaan yang paling stabil secara fisik Berdasarkan uji stabilitas baik sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda stabil pada penyimpanan di suhu rendah 4 2 C dan suhu kamar 28 2 C namun tidak stabil pada suhu tinggi 40 2 C

Deoxyarbutin is a derivative of arbutin that has been modified and also safe as skin whitening In this research microemulsion and W O W multiple emulsions containing deoxyarbutin niacinamide and sodium ascorbyl phosphate were made Formulation of microemulsion aims to increase the absorption and penetration of drugs and improve drug solubility in water Preparation of W O W multiple emulsions is made for combining ingredients in three separated compartments Microemulsion was formulated by varying the concentration of ethanol 96 as cosurfactant whereas W O W multiple emulsions was formulated by varying the concentration of surfactant Tween 80 and Span 80 from 2 5 to 3 5 Then some evaluation test consists of organoleptic pH viscosity globule size and stability testing during 8 weeks of storage at various temperatures were done Microemulsion with 10 concentration of ethanol 96 shows the most stable with 3 nm of globule size In W O W multiple emulsions with a concentration of 3 5 Tween 80 and Span 80 2 5 obtained the most stable form physically Based on testing stability both microemulsion and W O W multiple emulsions were stable at low temperature 4 2 C and room temperature 28 2 C but not stable at high temperature 40 2 C "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Marsetyo Putro Noto Negoro
"Arbutin merupakan salah satu zat pemutih yang aman bagi kulit. Selain arbutin, asam laktat dan natrium askorbil fosfat juga memiliki aktivitas pemutih. Kombinasi dari ketiga zat tersebut diharapkan dapat menurunkan konsentrasi tiap zat aktif dalam formula dengan efek pemutih yang optimal. Formulasi yang dibuat adalah mikroemulsi dan emulsi ganda yang mampu menjaga kestabilan zat aktif. Ketiga zat pemutih tersebut diformulasikan ke dalam mikroemulsi dan emulsi ganda W/O/W dengan memvariasikan konsentrasi Tween 80 dan Span 80 sebagai emulgator untuk mendapatkan formula yang stabil. Kemudian dilakukan uji stabilitas fisik selama 8 minggu pada tiga suhu berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), kamar (28±2°C), dan tinggi (40±2°C). Mikroemulsi yang mengandung Tween 80 25% menghasilkan sediaan yang jernih dengan ukuran globul 15,50 nm. Sediaan emulsi ganda yang mengandung Span 80 2% dan 2,5% menghasilkan globul emulsi ganda dan sifat alir pseudoplastis tiksotropik yang stabil. Semua formula mikroemulsi stabil pada suhu rendah (4+2°C) dan suhu kamar (28+2°C). Formula emulsi ganda W/O/W dengan konsentrasi Span 80 2% dan 2,5% stabil pada suhu kamar (28+2°C) dan suhu tinggi (40+2°C).

Arbutin is a safe whitening agent for skin. Besides arbutin, lactic acid and sodium ascorbyl phosphate are also has whitening effect. Combination of these three substances is expected to reduce the concentration of each of them in formula with optimal whitening effect. Microemulsion and W/O/W multiple emulsions were made because of its characteristics that can maintain the stability of active ingredients. All of active ingredients are formulated into a microemulsions and W/O/W multiple emulsion by using different concentration of Tween 80 and Span 80 as emulsifier in order to obtain a stable formula. Then physical stability test for 8 weeks were done towards every formulations at three different temperatures, low temperature (4±2°C), room (28±2°C), and high (40±2°C). Microemulsions with 25% Tween 80 produce a transparent emulsions with globule size of 15.50 nm. Multiple emulsions with 2.0 and 2.5 % Span 80 produce a stable pseudoplastic thixotropic flow properties and stable multiple emulsions system. All formulation of microemulsions stable at low temperature (4±2°C) and room temperature (28±2°C). W/O/W multiple emulsions with Span 80 2% and 2.5% stable at room (28±2°C) and high temperature (40±2°C)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Mellani
"Alfa arbutin merupakan bahan aktif penghambat enzim tirosinase pada proses melanogenesis. Efek mencerahkan kulit juga diperoleh dari asam laktat yang mengangkat sel-sel terpigmentasi pada epidermis dan niasinamid yang menghambat transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit. Kombinasi zat aktif tersebut dibuat dalam bentuk sediaan mikroemulsi dan emulsi ganda W/O/W dengan memvariasikan konsentrasi Tween 80 sebagai emulgator. Evaluasi dan uji stabilitas fisik dilakukan selama 8 minggu pada suhu 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C dan cycling test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi berhasil dibuat dengan Tween 80 (surfaktan) 25-35% dan etanol (kosurfaktan) 10% dengan karakteristik jernih, memiliki ukuran globul 2,397-16,8 nm, sifat alir pseudoplastis dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Mikroemulsi dengan Tween 80 35% merupakan formula mikroemulsi yang paling stabil karena memiliki ukuran globul paling kecil, viskositas paling tinggi dan profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan. Emulsi ganda W/O/W berhasil dibuat dengan Tween 80 (emulgator eksternal) 2,5-4,5% dan Span 80 (emulgator internal) 3% yang memiliki karakteristik sifat alir pseudoplastis thiksotropik dan stabilitas yang paling baik di suhu 28°±2°C. Emulsi ganda dengan Tween 80 2,5% merupakan formula emulsi ganda yang paling stabil karena memiliki profil distribusi ukuran globul yang stabil selama 8 minggu di ketiga suhu penyimpanan.

Alpha arbutin is an active ingredient which inhibits tyrosinase in melanogenesis process. Skin lightening effect is also obtained from lactic acid that accelerates pigmented cells turnover in epidermis and niacinamide which inhibits the transfer of melanosoms from melanocytes to keratinocytes. Combination of those active ingredients were made in microemulsion and W/O/W multiple emulsions dosage forms in various concentrations of Tween 80 as emulsifier. Evaluation and physical stability test performed during 8 weeks of storage at 28°±2°C, 4°±2°C, 40°±2°C and cycling test.
Results showed that microemulsion could be made in 25-35% of Tween 80 (surfactant) and 10% of ethanol (cosurfactant) which had globule sizes 2.397-16.8 nm, transparent, pseudoplastic flow and most stable at 28°±2°C storage. Microemulsion with 35% of Tween 80 was the most stable microemulsion formula because it had smallest globule sizes, the most stable distribution profiles of globule sizes and highest viscosity. W/O/W multiple emulsions could be made with 2.5-4.5% of Tween 80 (external emulsifier) and 3% of Span 80 (internal emulsifier) which had pseudoplastic-thixotropic flow and most stable at 28°±2°C storage. Multiple emulsions with 2.5% of Tween 80 was the most stable formula because it had stable distribution profile of globul sizes during 8 weeks of storage at temperature 28°±2°C, 4°±2°C and 40°±2°C.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Indah Sofiyani
"Emulsi ganda merupakan sistem yang dikenal dengan nama emulsi dalam emulsi yang mengandung droplet kecil dalam fase terdispersinya. Sistem ini dapat menggabungkan bahan yang tidak bercampur dan melindungi zat aktif dari pengaruh luar. Akan tetapi, emulsi ganda memiliki beberapa kekurangan seperti kesulitan dalam formulasi, berukuran besar, dan rentan terhadap berbagai degradasi fisik dan kimia. Pada penelitian ini digunakan tokotrienol dan natrium askorbil fosfat yang merupakan antioksidan pada kulit. Tokotrienol yang larut dalam minyak dan natrium askorbil fosfat yang larut dalam air diformulasikan dalam bentuk emulsi ganda tipe w/o/w dengan memvariasikan konsentrasi tween 80 sebagai emulgator. Kemudian dilakukan evaluasi fisik yang diamati dari penyimpanan pada 2 suhu berbeda, yaitu suhu kamar 30°±2°C dan suhu 40°±2°C; uji sentrifugasi; dan cycling test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa droplet kecil yang terbentuk dalam fase terdispersi masih sangat sedikit. Emulsi ganda dengan konsentrasi tween 80 2% memiliki ukuran globul eksternal lebih kecil, viskositas yang lebih tinggi dan stabilitas yang lebih baik. Emulsi ganda stabil selama cycling test dan penyimpanan 3 minggu pada suhu kamar (30°±2°C) dan suhu 40°±2°C.

Multiple emulsion is a system known as emulsion of emulsion which contain small droplets in dispersed phase. The system can incorporate substances that are not immiscible and protect the active substance from external influences. However, the multiple emulsions has some shortcomings such as difficulties in formulation, large size, and susceptible to various physical and chemical degradation. In this research, tocotrienols and sodium askorbyl phosphate which are a skin antioxidant were used. Oil-soluble tocotrienol and water-soluble sodium ascorbyl phosphate were formulated in W/O/W multiple emulsions by varying the concentrations of Tween 80 as an emulsifier. Then, the multiple emulsions were physically evaluated at two different temperatures which were 30°±2°C and 40°±2°C, centrifugation test, and cycling test. The results showed that the small droplets formed in the dispersed phase were still less in quantity. Multiple emulsions with a concentration of 2% Tween 80 had smaller external globule sizes, higher viscosity and better stability. Multiple emulsions were stable during cycling test and 3 weeks of storage at room temperature (30°±2°C) and 40°±2°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Hana Iradhati
"Griseofulvin merupakan obat antifungi yang memiliki kelarutan yang buruk serta dapat memberikan efek samping apabila digunakan secara oral dalam jangka panjang; seperti proteinuria, nefrosis, leukopenia, dan hepatitis. Griseofulvin dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan mikroemulsi untuk meningkatkan kelarutannya. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengevaluasi formulasi mikroemulsi gel untuk penggunaan topikal sehingga meningkatkan kelarutan dan keamanan griseofulvin. Formula mikroemulsi yang didapatkan dari hasil optimasi mengandung 5% asam oleat sebagai fase minyak, 25% tween 80 sebagai surfaktan, dan 20% etanol (96%) sebagai kosurfaktan. Pengamatan organoleptis menunjukkan mikroemulsi memberikan warna kuning dan transparan, sementara mikroemulsi gel memberikan warna kuning dan agak keruh. Sediaan mikroemulsi dan mikroemulsi gel yang dihasilkan memiliki ukuran globul 158.0 nm dan 226.0 nm dan stabil pada penyimpananpada temperatur 4°C ± 2°C, 25°C ± 2°C, dan 40°C ± 2°C.

Griseofulvin is an antifungal drug with low solubility and several serious side effects that could occur when used orally for long period of time, such as proteinuria, nephrosis, leucopenia, and hepatitis. Griseofulvin solubility could be enhanced by formulating it into microemulsion. The main objective of this research is to make and evaluate the formulationof griseofulvon microemulsion gel for topical use to increase the solubility and safety of the drug. The optimized microemulsion formula contains 5% oleic acid as oil phase, 25% tween 80 as surfactant, and 20% etanol (96%) as cosurfactant. Organoleptic observation of microemulsion showed clear and transparent yellowish color, while the microemulsion gel showed hazy yellowish color. Both microemulsion and microemulsion gel have alcoholic smell. The globule size of microemulsion and microemulsion gel are 158.0 nm and 226.0, respectively. Griseofulvin microemulsion gel was stable at temperature 4°C ± 2°C, 25°C ± 2°C, and 40°C ± 2°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Nur Aziza
"ABSTRAK
Ketokonazol merupakan antifungi golongan imidazol spektrum luas yang digunakan sebagai anti jamur untuk mengobati infeksi jamur sistemik dan superfisial. Ketokonazol diformulasikan sebagai mikroemulsi gel untuk meningkatkan kelarutan dan efektifitasnya. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengevaluasi sediaan mikroemulsi gel ketokonazol yang jernih dan stabil. Formula mikroemulsi ketokonazol dioptimasi, dengan membuat diagram fase pseudo-terner dengan menggunakan Tween 80 sebagai surfaktan, dan propilen glikol digunakan sebagai kosurfaktan dengan perbandingan 1:1. Formula mikroemulsi yang didapatkan dari hasil optimasi mengandung 5 Isopropil Miristat sebagai fase minyak, 25 Tween 80 sebagai surfaktan, 25 Propilen Glikol sebagai kosurfaktan, sedangkan untuk basis gel yang digunakan adalah carbopol. Dalam penelitian ini diperoleh sediaan mikroemulsi yang memiliki warna kuning transparan dan mikroemulsi gel memiliki warna kuning keruh. Mikroemulsi gel ketokonazol tidak memenuhi kriteria stabilitas setelah dilakukan penyimpanan pada berbagai suhu, Cycling test dan uji sentrifugasi, pengukuran globul.

ABSTRACT
Ketoconazole is a synthetic broad spectrum antifungal agent, is used for treatment of superficial and systemic fungal infections. Formulating ketoconazole into microemulsion was to enhace solubility and effectivity. The purpose of this study was to evaluate physical stability of clear microemulsion gel ketoconazole. Pseudoternary phase diagrams were constructed using Tween 80 as surfactants and propylene glycol as cosurfactants in the ratio 1 1. The optimized microemulsion containing 5 isopropyl myristate, 25 Tween 80, and 25 propylene glycol, while gel base is prepared using carbopol 940 as gelling agent. Microemulsion formulation showed clear and transparent yellowish microemulsion, while the microemulsion gel showed cloudy yellowish colour. The physical stability test of the microemulsion gel ketoconazole was carried out by stored the microemulsion gel at three different temperatures, cycling test, centrifugation test and also globul size. Tests on several physical stability parameters showed none the formulated microemulsion gel ketoconazole met the criteria for physical stability."
2017
S67551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Hanna Dwisari
"Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) berpotensi sebagai salah satu sumber zat aktif untuk nutrasetika, terutama antioksidannya, juga berbagai asam lemak, tokoferol, fenol, dan β-karoten. Minyak biji jinten hitam diformulasikan dalam emulsi ganda tipe W/O/W kemudian diamati stabilitas fisik, aktivitas antioksidan dalam sediaan, dan uji kesukaan. Dua formula dibuat dalam variasi penambahan NaCl 0,05M (formula 1 dan 3), tetapi tidak untuk dua formul lain (formula 2 dan 4) kemudian setiap formula divariasikan dengan konsentrasi tween 80 yang berbeda pada fase eksternal yaitu 1% (b/b) (formula 1 dan 2) dan 2% (b/b) (formula 3 dan 4). Stabilitas fisik diamati dari penyimpanan suhu rendah (4±2°C), kamar (27-30°C), dan tinggi (40±2°C), serta uji mekanik dan cycling test. Keseluruhan formula stabil dalam suhu kamar dan suhu rendah. Pada suhu tinggi dan cycling test, formula 3 (NaCl 0,05 M dan tween 80 2% (b/b)) memiliki kestabilan yang lebih baik daripada formula lainnya. Aktivitas antioksidan diuji menggunakan peredaman DPPH. Aktivitas antioksidan dalam sediaan lebih baik dibandingkan minyak karena penambahan protein kedelai berpotensi sebagai antioksidan juga. Penyimpanan sediaan akan menurunkan aktivitas antioksidan sediaan akibat autooksidasi. Formula emulsi ganda tipe W/O/W tersebut telah dapat memperbaiki aroma dan rasa minyak biji jinten hitam, tetapi belum untuk penampilannya.

Black cumin seed oil (Nigella sativa Linn.) is potential as one of active subtances for nutraceutical, especially antioxidant, it also contains various fatty acids, tocopherol, phenol, and β-carotene. Black cumin seed oil was formulated in W/O/W typed double emulsion to be observed physical stability, antioxidant activity, and hedonic test. Two formulas were made with the addition of NaCl 0,05M (formula 1 and 3) but not for the others (formula 2 and 4) then each formulas varied with different concentration of tween 80 in the external phase which is 1% (w/w) (formula 1 and 2) and 2% (w/w) (formula 3 and 4). Physical stability test including the storage in low (4±2°C), ambiance (27-30°C), and high temperature (40±2°C); mechanical test; and cycling test. All formulas were stable in ambiance and low temperature. Whereas, in high temperature and cycling test, formula 3 (NaCl 0,05 M with tween 80 2% (w/w)) had better stability than others. Antioxidant activity was determined by DPPH silencing methods. The entire formulas have better antioxidant activity than the oil itself because of soy protein which is potential as antioxidant. Storage would reduce antioxidant activity because of autooxidation in formulas. Formulation W/O/W typed double emulsion has been able to improve the odour and flavor of black cumin seed oil, but not for the appearance."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42131
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aryani Suryadi
"Virgin coconut oil, Olive oil, dan Minyak Jinten hitam merupakan beberapa minyak tumbuhan yang banyak dikembangkan sebagai sediaan nutrasetika. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ketiga jenis minyak tumbuhan ini dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Melalui penelitian ini, dibuat mikroemulsi dari ketiga campuran dengan memvariasikan gliserin sebagai kosurfaktan untuk melihat sediaan yang paling stabil. Pembuatan diagram fasa dilakukan sebelum formulasi utama ditentukan untuk menentukan daerah jernih mikroemusi tersebut. Melalui langkah ini, diperoleh bahwa daerah stabil berada pada rentang minyak 3 hingga 6% dengan rentang tween 80 sebesar 25 hingga 35%. Formulasi utama kemudian dibuat dengan kadar minyak 4,5% dan kadar tween 80 sebesar 30%. Gliserin sebagai kosurfaktan divariasikan 8%, 10%, dan 12%. Setelah pembuatan mikroemulsi, dilakukan pengamatan organoleptis, pH, viskositas, ukuran globul dan tegangan permukaan dan uji stabilitas selama 8 minggu. Sediaan mikroemulsi dengan kadar gliserin 8% diketahui paling stabil. Hal ini disimpulkan dari perubahan ukuran globul yang paling kecil; dari 34,72 nm menjadi 36,25 nm diakhir pengukuran.

Virgin coconut oil, olive oil, and Black seed oil are many developed plant oil as nutraceutical products. Many research has been proved that all of this plant oil can be used to reduce cholesterol concentration in blood. In this experiment, microemulsion has been made from mix of three types oil with varying glycerin as co-surfactant to see the most stable preparations. Construction of phase diagram was done before main formula are determined for determine the microemulsion's transparent area. From this step, it can be obtained that stable area are in oil concentration of 3 until 6 percent and tween 80 concentration of 25 until 35 percent. Main formulation made with oil concentration of 4,5 percent and tween 80 of 30 percent. Glycerin as cosurfactant was varied of 8 percent, 10 percent, and 12 percent. After microemulsion formulation, organoleptic observation, pH test, viscosity test, globul size test, surface tension test and stabilization test are done for 8 weeks. Microemulsion with 8 percent of glicerine concentration are known as the most stable. It concluded from the least globul size's change; from 34,72 nm to 36,25 nm in the last measurements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Sarwono
"Pembuatan kopolimer (stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dilakukan dengan metode polimerisasi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi inisiator dan teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel pada kopolimerisasi emulsi stirena-butil akrilat-metil metakrilat. Inisiator yang digunakan adalah inisiator anorganik dan organik, yaitu ammonium persulfat (APS), hidrogen peroksida (H2O2), ters-butil hidroperoksida (TBHP), serta inisiator redoks (H2O2/asam askorbat). Teknik polimerisasi yang dilakukan adalah teknik batch dan semi kontinu. Kopolimer yang dihasilkan ditentukan kandungan padatan, viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, temperatur glass, IR dan berat molekulnya. Hasil kopolimerisasi emulsi bila menggunakan inisiator TBHP dan H2O2 kurang sempurna, oleh karena itu digunakan pasangan inisiator redoks H2O2/asam askorbat. Asam askorbat berfungsi sebagai pemicu dalam pembentukan radikal OH, sehingga polimer emulsi yang dihasilkan lebih sempurna. Semakin banyak inisiator yang ditambahkan, ukuran partikelnya pun akan semakin besar. Ukuran partikel yang dihasilkan akan mempengaruhi sifat-sifat polimer yang dihasilkan. Kata kunci : polimerisasi emulsi, inisiator, surfaktan, teknik polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virrisya
"Asam glikolat merupakan senyawa aktif yang diketahui memiliki aktivitas pelembab kulit dengan mekanisme emolient dimana senyawa ini dapat menarik air menuju lingkungannya, dalam hal ini stratum korneum, sehingga lingkungan terhidrasi dan kadar airnya meningkat. Asam glikolat sebagai pelembab umumnya dibuat dalam sediaan krim. Pada penelitian ini dilakukan uji penetrasi dari asam glikolat pada 3 jenis sediaan yang berbeda untuk dapat diketahui sediaan apa yang dapat menghantarkan asam glikolat paling baik untuk berpenetrasi melewati stratum korneum. Sediaan gel terbukti memberikan jumlah penetrasi asam glikolat yang paling besar di jam ke-8 uji penetrasi in vitro pada gel dengan besar kumulatif asam glikolat yaitu 5939,65 ± 6,96 μg/cm2 kemudian diikuti dengan krim W/O dengan besar kumulatif 5129,83 ± 6,84 μg/cm2. Hasil penetrasi terkecil ditunjukkan oleh sediaan krim O/W dengan besar kumulatif asam glikolat terpenetrasi yaitu 2870,87 ± 0,86 μg/cm2.

Glycolic acid is an active compund that known to have moisturizing activity by its ability to emmoliate the skin in which it can gather water to its surrounding, in this case stratum corneum, to hydrate the environment and enhancing the water amount. Glycolic acid as moisturizer usually found in cream dosage form. There are three kind of different dosage forms that has been tested their ability to penetrate by in vitro method in this study. The purpose of this research is to show the best dosage form that can deliver glycolic acid penetrated into the stratum corneum. All formulations were examined their penetration ability by Franz diffusion cell as in vitro test using Sprague Dawley rat abdomen skin as diffusion membrane. The best dosage form to deliver glycolic acid penetrated through the stratum corneum is gel form with total cumulative penetration of glycolic acid is 5939,65 ± 6,96 μg/cm2 followed by w/o cream dosage form with 5129,83 ± 6,84 μg/cm2 and o/w cream dosage form with 2870,87 ± 0,86 μg/cm2.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>