Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tatika Widyasari
"Timbulan sampah kertas kantor memiliki persentase komposisi 60% dari seluruh timbulan sampah kantor yang terjadi pada gedung perkantoran di DKI Jakarta. Pada gedung Utama Kementerian PU sampah kertas memiliki persentase komposisi 38,5% dan pada gedung Sampoerna Strategic Square (SSS) sampah kertas memiliki persentase 49,0%. Meski persentase komposisi sampah kertas lebih kecil daripada literatur, timbulan harian sampah kertas yang terjadi memiliki potensi daur ulang dan dapat memberikan manfaat bagi pihak pengelola jika ditangani pada titik hulu. Pada Gedung Kementerian PU timbulan harian sampah kertas HVS atau yang berasal dari kegiatan cetak tulis adalah sebanyak 19 kg/hari dan pada Gedung SSS timbulan harian sampah kertas HVS adalah 61 kg/hari. Pengelolaan sampah kertas HVS direkomendasikan dalam bentuk pewadahan skala ruang kerja. Pada Gedung Utama Kementerian PU pewadahan yang direkomendasikan ada dua skenario, yaitu pewadahan terpusat dan kombinasi pewadahan terpusat dan lokal. Pada Gedung SSS skenario pewadahan yang direkomendasikan adalah pewadahan terpusat. Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dengan penerapan rekomendasi adalah nilai penjualan sampah kertas sebesar Rp 16.571,00/hari untuk gedung PU dan Rp 17.751/hari pada gedung SSS. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menemukan skenario dengan pengumpulan kertas yang paling maksimal agar rekomendasi yang diberikan lebih tepat.

Office paper waste is 60% of the entire office waste generated from office buildings in DKI Jakarta. The percentage of paper waste in the office waste from Kementerian PU main building and Sampoerna Strategic Square (SSS) office building is 38,5% and 49,0%. Despite smaller percentages compared to the literature, it was found that paper waste generated from both buildings potentially beneficial for recycling. In Kementerian PU office building, daily generation rates of HVS paper waste is 19 kg/day and in SSS office building daily generation rates of HVS paper waste is 85 kg/day for. HVS paper waste is recommended to be treated by office scale papere waste recovery system. In Kementerian PU office building the recommended paper recovery systems that can be applied is centralised paper recovery and local paper container. In SSS office bulding it is recommended to applied centralised paper recovery in office scale. The expected benefits gain by applying the recommendation is daily monetary benefits by selling paper waste as much as Rp 16.571,00/day for Kementerian PU office building and Rp 17.751/day for SSS office. Further research is needed by simulating office scale paper waste recovery systems to find the most effective paper waste recovery system which can be useful to create a better recommendation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52494
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Olda Laviana
"ABSTRAK
Pengolahan sampah secara thermal yang terdapat di kawasan Kantor Kementerian PUPR berpotensi mengemisikan partikulat dengan diameter aerodinamik kurang dari 10 mikrometer, untuk itu penelitian ini bertujuan menguji konsentrasi PM10 dengan meggunakan metode gravimetrik dan pengujian komposisinya dengan metode EDX Energi Dispersive X-Ray . Diperoleh rata-rata nilai kosentrasi PM10 yang terdapat di kantor Kementerian PUPR pada saat pengolahan sampah thermal berlangsung pada titik 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 47,369 g/Nm3, 69,766 g/Nm3, dan 47,403 g/Nm3, sedangkan rata-rata konsentrasi PM10 pada saat sampah pengolahan thermal tidak berlangsung pada titik 1,2, dan 3 berturut-turut adalah 70,578 ?g/Nm3,116,132 ?g/Nm3, dan 45,372 ?g/Nm3 dengan komposisi pada saat unit pengolahan sampah berlangsung berupa Karbon 16.44 , Oksigen 48.52 , Natrium 2.99 , Alumunium 2.23 , Silika 14.31 , Kalium 1.02 , Kalsium 11.01 , Zinc 1.42 , dan Barium 2.07 dengan komposisi berupa Karbon 16,44 , Oksigen 48,52 , Natrium 2,99 , Alumunium 2,23 , Silika 14,31 , Karbon 1,02 , Kalsium 11,01 , Zinc 1,42 , dan Barium 2,07 . Dari hasil tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa nilai konsentrasi PM10 tersebut masih memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 dan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2001.

ABSTRACT
Thermal waste treatment process in the PUPR Ministry office area has the potential to emit particulates with an aerodynamic diameter of less than 10 micrometers. Therefore, this study aims to measure the concentration of PM10 by using gravimetric method and its composition by EDX Energy Dispersive X Ray method. The average value of PM10 concentration in the offices of the PUPR Ministry at the time of thermal waste treatment process occurred at points 1, 2, and 3 were 47,369 g Nm3, 69,766 g Nm3, and 47,403 g Nm3, while the average value of PM10 concentration at the time of thermal waste treatment process did not take place at points 1,2 and 3 respectively were 70,578 g Nm3,116,132 g Nm3, and 45,372 g Nm3. The composition of PM10 at the time of thermal waste treatment process occurred were Carbon 16,44 , Oxygen 48,52 , Sodium 2,99 , Aluminum 2,23 , Silica 14,31 , Potassium 1,02 , Calcium 11,01 , Zinc 1,42 , and Barium 2,07 The conclusion is that the composition of PM10 still meets the environmental quality standards, The Government Regulation Number 41 Year 1999 and The Decision of the Governor of DKI Jakarta Number 551 Year 2001."
2017
S67154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shindry Rihayaty
"Penelitian ini membahas tentang rancang bangun sistem informasi kesehatan berbasis web untuk pencatatan dan pelaporan program kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan di Dinas Kesehatan Kota Bogor. Tujuan penelitian adalah membuat formulir digital untuk menguji keabsahan data pembinaan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang dilaporkan oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Bogor, membuat pangkalan data kesehatan lingkungan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan, dan menyajikan informasi tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dalam bentuk visual. Metode penelitian yang digunakan adalah iterative and incremental development dengan pendekatan Agile UP. Hasil penelitian menyarankan agar Dinas Kesehatan Kota Bogor membuat ketentuan, peraturan, dan perbaikan bisnis proses pada sistem pencatatan dan pelaporan sehingga implementasi teknologi dapat berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan.

This study discusses the design of web-based health information system for recording and reporting of environmental public health programs and food management in Bogor City Health Department. The purpose of the research is to create a digital formulir in order to test the validity of reported public places and food management data from Puskesmas to the Bogor City Health Department, a database of public places and food management environmental health, and present an information of the public places and food management place in the form of visual management. The method used is iterative and incremental development approach Agile UP. The results of the study suggest the Bogor City Health Department need to makes provision, regulation, and improvement a business process system on recording and reporting system so that the implementation of technology that can take place consistently and continuously."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Listy Ayuningtias
"Meningkatnya produksi sampah akibat aktivitas manusia mengakibatkan terjadinya penumpukan di Tempat Pemrosesan Akhir TPA. Kondisi tersebut menyebabkan lahan TPA menjadi semakin terbatas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan mempercepat proses stabilisasi landfill melalui mekanisme resirkulasi lindi. Dalam prosesnya mendekomposisi sampah air lindi yang dihasilkan dari landfill akan berpotensi mencemari lingkungan bila tidak ditangani dengan tepat. Di antara senyawa berbahaya yang terdapat dalam air lindi diantaranya adalah senyawa nitrogen baik berupa ammonia nitrit maupun nitrat.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi ammonia nitrit dan nitrat pada air lindi yang dihasilkan dari lysimeter dengan dan tanpa proses resirkulasi serta untuk mengetahui waktu pembentukan senyawa ammonia nitrit dan nitrat dalam lysimeter terkait dengan kondisi temperatur sampah dan pH lindi. Penelitian dilakukan dengan membuat pemodelan sistem sanitary landfill dalam dua buah lysimeter masing masing untuk proses dengan resirkulasi dan tanpa resirkulasi. Pada lysimeter juga diberikan asupan air sesuai dengan data curah hujan yang ada.
Hasil pengamatan terhadap kedua lysimeter selama 100 hari menunjukkan bahwa konsentrasi ammonia dan nitrat pada lysimeter dengan resirkulasi lysimeter A cenderung lebih tinggi dibandingkan pada lysimeter tanpa resirkulasi lysimeter B. Sedangkan untuk konsentrasi nitrit pada kedua lysimeter tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Senyawa ammonia nitrit dan nitrat pada kedua lysimeter sudah terbentuk sejak awal penelitian meskipun pada awalnya memiliki nilai yang relatif rendah. Terkait dengan temperatur sampah diketahui bahwa pelepasan ammonia tertinggi terjadi pada temperatur 30°lC Sedangkan terkait dengan pH lindi konsentrasi ammonia meningkat pada rentang nilai pH 7 5 8.

A rapid increase in waste volumes caused by human activities resulted in the accumulation of waste in landfill. This condition causes landfill that willrun out of space within years In order to overcome this problem leachate recirculation is applied to accelerate waste stabilisation. Leachate generated from landfill would potentially contaminate the environment if not handled properly. Among the hazardous substances contained in leachate some of them are nitrogen compounds such as ammonia nitrite and nitrate.
The objective of the research project was to investigate ammonia nitrite and nitrate concentrations in leachate generated from lysimeters with and without recirculation as well as to determine the time formation of ammonia nitrite and nitrate in lysimeters associated with waste temperature and leachate pH. Two lysimeters were used to simulated sanitary landfill with and without recirculation. Water was added to both lysimeters in accordance with the rainfall data.
Experiments carried out in lysimeters demonstrated that for 100 days the concentrations of ammonia and nitrate in lysimeter with recirculation lysimeter A tend to be higher than in lysimeter without recirculation lysimeter B. However nitrite concentration in both lysimeters showed no significant differences. Ammonia nitrite and nitrate in both lysimeters have been formed since the beginning of the study in low concentration. Associated with waste temperature the highest ammonia release occured at temperature of 30°C andrelated to leachate pH ammonia concentration increased in the range of 7 5 8 pH value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Adiyanti
"Latar Belakang: Indonesia termasuk kedalam lima negara yang mempunyai angka stunting pada balita tertinggi di dunia setelah India, Nigeria, Pakistan, dan China. Angka stunting di Indonesia tidak menunjukkan perubahan yang bermakna selama hampir satu dekade. Stunting selain berdampak langsung pada kesakitan dan kematian, juga berdampak terhadap perkembangan intelektual, dan produktivitas. Masa dua tahun pertama kehidupan merupakan periode emas yang telah terbukti secara ilmiah menentukan kualitas kehidupan karena merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Tujuan dan Metode: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh gizi, sanitasi lingkungan, dan pemanfaatan posyandu dengan kejadian stunting pada baduta. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas tahun 2010 dengan sampel sebanyak 4043 anak. Variabel yang digunakan adalah stunting, ASI ekslusif, MP-ASI, penyapihan, akses air bersih, akses sanitasi, pemanfaatan posyandu, karakteristik baduta, karakteristik ibu, dan karakteristik kepala keluarga.
Hasil: Anak baduta memiliki status gizi yang rendah, sebanyak 34,5% menderita stunting. Model regresi logistik ganda memperlihatkan bahwa setelah dikontrol oleh umur baduta, anak yang berasal dari keluarga dengan sumber air yang tidak tertindung dan jenis jamban yang tidak layak mempunyai resiko untuk menderita stunting 1,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga dengan sumber air terlindung dan jenis jamban yang layak.
Simpulan: Masalah stunting pada baduta tidak sekedar masalah kekurangan asupan makanan saja melainkan berkaitan erat dengan masalah lingkungan sehingga dalam penanganannya memerlukan upaya lintas sektor.

Background: Indonesian belong to the the five countries that have the highest rate of stunting among children under five in the world after India, Nigeria, Pakistan, and China. Figures stunting in Indonesia showed no significant changes for almost a decade. Stunting in addition to the direct impact on morbidity and mortality, also have an impact on intellectual development, and productivity. The first two years of life is the golden period that has been scientifically proven to determine the quality of life as it is a sensitive period because the impact will be permanent and cannot be corrected.
Objective and Methods: This study aimed to analyze the relationship between nutritional care, sanitation, and utilization of posyandu with the incidence of stunting in baduta. This study uses secondary data Riskesdas in 2010 with a sample of 4043 children. The variables used were stunting, exclusive breastfeeding, complementary feeding, weaning, access to safe water, access to sanitation, utilization of posyandu, baduta characteristics, maternal characteristics, and characteristics of the heads of households.
Results: Baduta in Indonesia have a low nutritional status, as 34.5% stunting. Multiple logistic regression model showed that after controlling by age baduta, children from families with no source of water and improper of latrines type are at risk from stunting was 1.3 times higher than children who come from families with a source of water protected and proper of latrines types.
Conclusion: The problem of stunting in baduta not just problem of lack of food but is closely related to environmental problems that require multisector intervention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Anindita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resirkulasi air lindi terhadap kualitas air lindi. Penelitian ini menggunakan 2 lysimeter dengan sistem pengoperasian yang berbeda, lysimeter 1 dengan proses resirkulasi air lindi dan lysimeter 2 tanpa proses resirkulasi. Sampah yang digunakan pada kedua lysimeter merupakan sampah organik (buah dan sayur) yang berasal dari Pasar Kemiri Muka, Depok. Berat sampah pada lysimeter 1 dan 2 secara berurutan adalah 205 kg dan 180 kg dengan kadar air sebesar 89,5% dan 86,8%. Penambahan air dilakukan pada kedua lysimeter untuk menstimulasi pembentukan air lindi dan sebagai simulasi infiltrasi air hujan dengan mengasumsikan adanya kebocoran sebesar 24% pada lapisan geotextile. Volume penambahan air pada kedua lysimeter yaitu 1,4 L yang disesuaikan dengan curah hujan kota depok, sedangkan volume air lindi yang diresirkulasikan pada lysimeter 1 yaitu 1,5 L. Pengukuran karakteristik air lindi yang meliputi pH air lindi, konsentrasi TSS dan TDS serta temperatur sampah pada kedua lysimeter dilakukan selama 100 hari. pH air lindi yang dihasilkan dari lysimeter 1 (dengan resirkulasi) cenderung lebih rendah hingga akhir pengoperasian lysimeter karena penerapan resirkulasi air lindi, yaitu berada pada rentang 5,73-8,25 pada lysimeter 1 dan 5,93-8,94 pada lysimeter 2. Konsentrasi TSS pada lysimeter 1dan lysimeter 2 secara berurutan berada pada rentang 660-2792,411 mg/L dan 200-1660 mg/L, sedangkan untuk konsentrasi TDS berada pada rentang 6004-17120 pada lysimeter 1dan 3340-14860 mg/L pada lysimeter 2. Konsentrasi TSS dan TDS pada lysimeter 1 lebih tinggi dibandingkan dengan lysimeter 2 karena proses resirkulasi yang diterapkan pada lysimeter 1 menyebabkan akumulasi material organik (volatile fatty acids) pada air lindi selama fase awal degradasi sampah (asidogenesis) serta akumulasi material anorganik (amonia dan klorida) pada air lindi hingga akhir pengoperasian lysimeter 1 karena material anorganik tersebut tidak digunakan lagi pada proses degradasi sampah.

This study aims to determine the effect of leachate recirculation on leachate quality. It uses two lysimeter with different operating systems, lysimeter 1 with leachate recirculation process and lysimeter 2 without recirculation process. Waste which used in both lysimeter is organic waste (fruit and vegetable) derived from Pasar Kemiri Muka, Depok. Respectively, the weight of waste in lysimeter 1 and 2 were 205 kg and 180 kg and the water content were 89,5% and 86,8 %. The addition of water carried in both lysimeter was to stimulate the formation of leachate and to simulate the infiltration of rain water by assuming the occurrence of the leakage (24%) in the geotextile layer. The volume of water added in both lysimeter was 1,4 L adjusted with rain fall intensity in Depok, while the volume of leachate that resirculated in lysimeter 1 was 1,5 L. The leachate samples from both of lysimeters were monitored for pH, TSS, TDS and waste temperature during 100 days of study. Leachate pH generated from lysimeter 1 (with resirculation) tended to be lower by the end of the operation because the application of leachate resirculation, which is in the range 5,73 to 8,25 in lysimeter 1 and 5,93 to 8,94 in lysimeter 2. TSS concentrations in lysimeter 1 and 2 respectively in the range from 660 to 2792.411 mg /L and 200-1660 mg/L, while the concentration of TDS lies in the range 6004 to 17120 in lysimeter 1 and 3340 to 14860 mg/L in lysimeter 2. TSS and TDS concentrations in lysimeter 1 were higher than lysimeter 2 due to the recirculation process that was applied to the lysimeter 1 which causes accumulation of organic material (volatile fatty acids) in the leachate generated in the initial phase of waste degradation (asidogenesis) and accumulation of inorganic material (ammonia and chloride) in lysimeter 1 until the end of the operation as the inorganic material is no longer used in the process of waste degradation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanit Wediarsih
"Menurut laporan MDG's tahun 2007, 30,7% masyarakat Indonesia tanpa akses sanitasi yang layak. Provinsi Banten memiliki masalah yang cukup besar terkait dengan masalah air, higiene dan sanitasi. Beberapa cakupan sanitasi dasar di Provinsi Banten merupakan cakupan terendah di Pulau jawa, seperti cakupan jamban keluarga pada tahun 2007 yang hanya 67,69 %. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk ini akhirnya menyebabkan masih seringnya terjadi KLB diare dan demam berdarah di Provinsi Banten. Selain itu kejadian demam tifoid dan malaria juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko dan dampak sanitasi lingkungan terhadap status kesehatan balita di Provinsi Banten dengan menggunakan data sekunder hasil RISKESDAS 2007. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah balita (12 - 59 bulan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang pernah menderita sakit sebanyak 17,2%. Sedangkan faktor sanitasi lingkungan yang memiliki risiko terhadap status kesehatan balita adalah ketersediaan air bersih (OR = 1,6; 95%CI 1,2 - 2,3), sarana pembuangan air limbah (OR = 1,7; 95% CI 1,0 - 3,1) dan tempat penampungan air (OR = 1,9; 95%CI 1,2 - 2,9). Sarana pembuangan air limbah memberikan dampak yang paling besar diantara ketiga variabel yang berisiko, dimana jika di populasi, sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat diperbaiki, maka akan menurunkan kejadian sakit pada balita sebanyak 36,9%. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa untuk mengurangi risiko dan dampak sanitasi lingkungan diperlukan upaya pengelolaan terhadap air, mulai dari air bersih sampai dengan air buangan.

According to the MDG's in 2007, 30.7% of Indonesian people without access to improved sanitation. Banten province has a considerable problem associated with the problem of water, hygiene and sanitation. Some basic sanitation coverage in Banten Province is the lowest coverage in Java, such as family latrine coverage in 2007 is only 67.69%. Conditions of poor environmental sanitation is still ultimately lead to frequent outbreaks of diarrhea and dengue fever in the province of Banten. In addition to the incidence of typhoid fever and malaria also increased from year to year.
The purpose of this study was to determine the risk and impact of environmental sanitation on the health status of children under five in Banten province by using secondary data from RISKESDAS 2007. This research is quantitative cross-sectional design. Population and sample of the study was a toddler (12-59 months).
The results showed that infants who have suffered from as much as 17.2%. While environmental sanitation factors that have exposure to the health status of children under five are the availability of clean water (OR = 1.6, 95% CI 1.2 to 2.3), wastewater disposal (OR = 1.7, 95% CI 1, 0 to 3.1) and a reservoir of water (OR = 1.9, 95% CI 1.2 to 2.9). Wastewater disposal provide the greatest impact among the three variables is at risk, which if in the population, wastewater disposal are not eligible eliminated, it will reduce the incidence of illness in infants as much as 36.9%. Results of this study suggest that to reduce the risk and impact of environmental sanitation to water management efforts are needed, ranging from clean water to waste water.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Karimuddin
"

Ilmu genetika telah memperlihatkan bahwa individu adalah resultante dari interaction 2 elemen, yang satu elemen intrinsik sebagai kumpulan faktor turun-menurun, jang lain elemen extrinsic sebagai kumpulan faktor lingkungan dimana individu berada dalam masa pertumbuhannya. Pengaruh lingkungan menarik pula perhatian ahli biologi, sehingga timbul ilmu ecologi yang mempelajari hubungan antara djasad dan lingkungan. HERBERT SPENCER, ahli biologi ternama mengatakan bahwa proses kehidupan adalah penjesuaian terus menerus dari fungsi tubuh terhadap lingkungan yang dapat berubah.

Akan tetapi Loch kehidupan dapat berlangsung terus. Ini tidak lain disebabkan karena daya adaptasi manusia adalah sangat besar. Akan tetapi tidak sukar untuk dimengerti bahwa kehidupan manusia tidak dapat berfungsi baik dalam keadaan lingkungan yang sangat ekstrim. Dengan sendirinya ahli physiologi tidak ketinggalan dalam mencari pengaruh lingkungan terhadap penghuninya. Satu abad yang lampau CLAUDE BERNARD telah mengemukakan bahwa untuk melanjutkan kehidupan, mahluk hidup harus mempertahankan apa yang ia namakan milieu intdrieur terhadap perubahan luar sekelilingnya, oleh karena proses kehidupan adalah interplay antara individu dan lingkungannja. Dan kalau keadaan ini tidak seimbang dapatlah dia menjadi sakit atau cidera.

Dari uraian diatas jelas bahwa lingkungan berpengaruh timbal balik terhadap manusia, baik jasmaniah maupun rohaniah.

"
Jakarta: UI-Press, 1967
PGB Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1990
613.1 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>