Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Yurial Arief
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peristiwa kemenangan pasangan calon perseorangan OK. Arya Zulkarnain dan Gong Matua Siregar dalam pemilihan kepala daerah secara langsung di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2008. Terpilihnya pasangan calon perseorangan ini menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Batu Bara, merupakan kemenangan yang pertama pada pemilihan kepala daerah di tingkat kabupaten di Indonesia. Pasangan calon perseorangan OK. Arya dan Gong Siregar berhasil menggungguli pasangan lainnya, termasuk pasangan-pasangan calon yang diusung oleh partai politik.
Sebagai kerangka pemikiran yang menjadi pijakan teori, penelitian ini menggunakan teori demokrasi Robert Dahl yang mengajukan indikator-indikator menuju perubahan demokrasi, teori Juan Linz yang menjelaskan agar demokrasi dapat terkonsolidasi. Dan dalam penelitian ini penulis juga menggunakan teori elit, teori komunikasi politik, dan teori political marketing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik mengumpulkan data dari KPUD Kabupaten Batu Bara, Bappeda Kabupaten Batu Bara, bukubuku, literatur, jurnal dan beberapa sumber internet, serta wawancara mendalam dengan 7 sumber informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 2 (dua) faktor dominan penyebab kemenangan pasangan calon perseorangan OK. Arya dan Gong Siregar. Dua faktor dominan yang dimaksud antara lain, yang pertama, faktor ketokohan OK. Arya sebagai pejuang pemekaran. Dan yang kedua, faktor organisasi GEMKARA sebagai mesin pemenangan pengganti partai politik. Disisi lain kemenangan pasangan calon perseorangan OK. Arya dan Gong Siregar menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada pola rekrutmen dan mesin pemenangan partai poltik.

This Reseach is based on the case of personal candidates OK. Arya Zulkarnain and Gong Matua Siregar Winning local elections in the District of Batu Bara in 2008. The election of personal candidates to be the Regent and Vice Regent in the District of Batu Bara, is the first victory in the local elections at the district level in Indonesia. Personal candidates OK. Arya and Gong Siregar managed to win from the other candidates, particularly the candidate promoted by political parties.
As a frame of mind which became the foundation theory, this research uses the theory of democracy Robert Dahl who filed the indicators toward democratic change, Juan Linz theory that explains that democracy can be consolidated. And in this study the author also uses an elite theory, theories of political communication and political marketing theory. This research used qualitative methods, the technique of collecting data from KPUD in the district of Batu Bara, Bappeda in the district of Batu Bara, books, literature, journals and internet sources, as well as in-depth interviews with 7 sources of informants.
The results showed that, there are 2 (two) dominant factors causing personal candidate wins OK. Arya and Gong Siregar. two dominant factors are, among others, the first Factors figure OK. Arya as a fighter who makes the blossoming district. And second, organizational factors GEMKARA as a substitute for a political party winning machine. On the other hand the victory of personal candidates OK. Arya and Gong Siregar shows that there are problems in the recruitment pattern and the winning party's machine politic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Yurial Arief
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peristiwa kemenangan pasangan calon perseorangan OK. Arya Zulkarnain dan Gong Matua Siregar dalam pemilihan kepala daerah secara langsung di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2008. Terpilihnya pasangan calon perseorangan ini menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Batu Bara, merupakan kemenangan yang pertama pada pemilihan kepala daerah di tingkat kabupaten di Indonesia. Pasangan calon perseorangan OK. Arya dan Gong Siregar berhasil menggungguli pasangan lainnya, termasuk pasangan-pasangan calon yang diusung oleh partai politik.
Sebagai kerangka pemikiran yang menjadi pijakan teori, penelitian ini menggunakan teori demokrasi Robert Dahl yang mengajukan indikator-indikator menuju perubahan demokrasi, teori Juan Linz yang menjelaskan agar demokrasi dapat terkonsolidasi. Dan dalam penelitian ini penulis juga menggunakan teori elit, teori komunikasi politik, dan teori political marketing. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik mengumpulkan data dari KPUD Kabupaten Batu Bara, Bappeda Kabupaten Batu Bara, buku-buku, literatur, jurnal dan beberapa sumber internet, serta wawancara mendalam dengan 7 sumber informan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 2 (dua) faktor dominan penyebab kemenangan pasangan calon perseorangan OK. Arya dan Gong Siregar. Dua faktor dominan yang dimaksud antara lain, yang pertama, faktor ketokohan OK. Arya sebagai pejuang pemekaran. Dan yang kedua, faktor organisasi GEMKARA sebagai mesin pemenangan pengganti partai politik. Disisi lain kemenangan pasangan calon perseorangan OK. Arya dan Gong Siregar menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada pola rekrutmen dan mesin pemenangan partai poltik.

This Reseach is based on the case of personal candidates OK. Arya Zulkarnain and Gong Matua Siregar Winning local elections in the District of Batu Bara in 2008. The election of personal candidates to be the Regent and Vice Regent in the District of Batu Bara, is the first victory in the local elections at the district level in Indonesia. Personal candidates OK. Arya and Gong Siregar managed to win from the other candidates, particularly the candidate promoted by political parties.
As a frame of mind which became the foundation theory, this research uses the theory of democracy Robert Dahl who filed the indicators toward democratic change, Juan Linz theory that explains that democracy can be consolidated. And in this study the author also uses an elite theory, theories of political communication and political marketing theory. This research used qualitative methods, the technique of collecting data from KPUD in the district of Batu Bara, Bappeda in the district of Batu Bara, books, literature, journals and internet sources, as well as in-depth interviews with 7 sources of informants.
Its showed that, there are 2 (two) dominant factors causing personal candidate wins OK. Arya and Gong Siregar. two dominant factors are, among others, the first Factors figure OK. Arya as a fighter who makes the blossoming district. And second, organizational factors GEMKARA as a substitute for a political party winning machine. On the other hand the victory of personal candidates OK. Arya and Gong Siregar shows that there are problems in the recruitment pattern and the winning party's machine politic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T33747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairurrizqo
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemenangan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf dalam Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Jawa Barat Tahun 2008. Sebagai pijakan teoritis, penelitian ini menggunakan teori komunikasi politik dari Harold Lasswell, Dan Nimmo dan Brian McNair serta pendekatan Konsep Strategi Politik dari Peter Schroder. Selain itu untuk melakukan analisa terhadap faktor eksternal yang mempengaruhi kemenangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf dilakukan dengan menggunakan pendekatan perilaku memilih (Voting Behaviour) dari Sidney Verba dan adaptasi modelnya dari Saiful Mujani dan William Liddle.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan 11 narasumber. Selain itu juga dilakukan studi literatur dengan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait.
Temuan di lapangan menujukkan faktor internal kemenangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf ; Pertama, Fokus pada daerah pemilihan tertentu; Kedua, Fokus pada pemilih dengan segmentasi tertentu; Ketiga, Pesan Politik dan Isu yang sesuai dengan daerah pemilihan serta segmen pemilih tertentu dan Keempat, Faktor popularitas Dede Yusuf. Kemenangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf juga didorong oleh faktor eksternal situasi sosial-politik di Jawa Barat, diantaranya; Pertama, Kekecewaan masyarakat terhadap Incumbent Gubernur; Kedua, Identitas Kepartaian yang Lemah; Ketiga Kuatnya orientasi isu dari pemilih dan Keempat, Gagalnya Komunikasi Politik dari kandidat lain dan partai politik pengusungnya dalam meyakinkan pemilih.
Implikasi teoritis menunjukkan bahwa pola kampanye dan komunikasi politik dalam pilkada harus menyesuaikan antara pesan politik untuk mempengaruhi pemilih, dengan metode komunikasi politik yang digunakan. Selain itu, segmentasi fokus dan segmentasi pemilih penting sebagai bagian dari strategi politik. Temuan ini sesuai dengan pendekatan Laswell dalam Teori Komunikasi politik dan urutan pola Komunikasi Politik dari Dan Nimmo.

This Reseach based on the case of Ahmad Heryawan and Dede Yusuf Winning The Local Head of Province Election in West Java at 2008. This research using Theory of Political Communication from Harold Lasswell, Dan Nimmo and Brian McNair. This research, also using Political Strategy approach from Peter Schroder. In order to find out the external factors that wins Ahmad Heryawan and Dede Yusuf, this research using Theory of Voting Behaviour from Sidney Verba and and the adaptation model from Saiful Mujani and William Liddle.
This reseach using Qualitative aprroach with Case Study method. Data collecting did by field observation and indepth interview with 11 informant. This research also using literature study by collecting document from all the Candidate, Statistics Center Council (BPS) and also Newspapaper and Online News. This reseach using Descriptive Analysis to analize information and data from the informant and document.
There are several facts researcher finds as the internal factors that wons Ahmad Heryawan and Dede Yusuf at The West Java Local Election. First, Winning Team focus at several District. Second, Winning Team focused on certain age Voter (Specially young and beginner Voter). Third, Political Message, Tag-Line, and Issue which well-suited with the segmentation of District and Voters. Fourth, Popularity of Dede Yusuf which well-known as an artist and entertainer. Another findings of research was that the Winning of Ahmad Heryawan-Dede Yusuf affected by several external factors, such as: First, Dissapointment of people about the Incumbent Governor. Second, Weak Party Identification. Third, Voter who has strong attractiveness on issue orientation.
Theoritical Implication showed that strategy of campaign and political communication in the Local Province Elecetion should adjust and focused between political message to influence the voter, with the political communication methods. Another implication showed that District Segmentation and Voters Segmentation was important as the part of the Political Strategy. This observation finding’s suited and proper with Lasswell in Theory of Political Communication and pattern of Political Communication concept from Dan Nimmo."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Habsari Yusma
"Pemilihan umum legislatif merupakan ajang lima tahun sekali yang menjadi hajat besar bagi rakyat Indonesia. Sebagai Daerah Tingkat II, kedudukan kabupaten/kota menjadi sangat penting karena kedudukannya dekat sekali dengan rakyat. Karena itu, pemilihan legislatif di tingkat kabupaten/kota tidak dapat diabaikan begitu saja. Salah satu yang menyelenggarakan pemilihan umum legislatif adalah Kabupaten Purworejo. Di Kabupaten Purworejo terdapat enam dapil, satu di antaranya adalah dapil 4. Penelitian berupaya menggambarkan faktor-faktor modal sosial apa saja yang menyebabkan kemenangan yang K.H. Akhmat Tawabi pada pemilihan umum anggota legislatif di Daerah Pemilihan 4 Kabupaten Purworejo. Dengan menggunakan metode kualitatif dan berdasarkan teori modal sosial, penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial merupakan faktor penting dalam kemenangan K.H. Akhmat Tawabi pada pemilihan umum legislatif di Dapil 4 Kabupaten Purworejo. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat tiga modal sosial yang dimiliki oleh K.H. Akhmat Tawabi. Pertama, modal sosial berkaitan dengan status sebagai kiai. Kedua, modal sosial berkaitan dengan pengalaman menjadi kepala desa selama dua periode. Ketiga, modal sosial berkaitan dengan jaringan PPP. Melalui jaringan-jaringan yang dimiliki, diikat oleh norma-norma yang berlaku di dalamnya, serta kepercayaan yang timbul akibat interaksi dan komunikasi dalam jangka waktu yang lama, ketiga fitur dalam modal sosial tersebut menghasilkan kerja sama antara K.H. Akhmat Tawabi dengan pendukung. Ketiga fitur tersebut, menggerakkan orang-orang yang berhubungan dengan K.H. Tawabi terkait status sebagai kiai, pengalaman menjadi kepala desa, serta status beliau sebagai kader PPP, memilih beliau dalam pemilihan umum legislatif tahun 2019. Ketiga modal sosial tersebut memiliki karateristik yang membedakan satu sama lain. Selain itu, ketiganya juga memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

The legislative general election is an event every five years which is a big event for the Indonesian people. As a Level II Region, the position of the regency/city is very important because it is very close to the people. Therefore, legislative elections at the district/city level cannot be ignored. The one that holds legislative general elections is Purworejo Regency. In Purworejo Regency, there are six electoral districts, one of which is electoral district 4. The research seeks to describe the factors of social capital that led to K.H. Akhmat Tawabi in the general election of legislative members in Electoral District 4, Purworejo Regency. Using qualitative methods and based on social capital theory, this study shows that social capital is an important factor in K.H. Akhmat Tawabi in the legislative general election in Electoral District 4, Purworejo Regency. Based on the research results that have been done, there are three social capitals owned by K.H. Akhmat Tawabi. First, social capital is related to the status of a kiai. Second, social capital is related to the experience of being a village head for two periods. Third, social capital is related to PPP networks. Through the networks they have, bound by the norms that apply in them, as well as the trust that arises as a result of long-term interaction and communication, the three features of social capital result in cooperation between K.H. Akhmat Tawabi with supporters. These three features, move people associated with K.H. Tawabi related to his status as a kiai, his experience as a village head, as well as his status as a PPP cadre, electing him in the 2019 legislative elections. The three social capitals have characteristics that differentiate one another. Apart from that, the three of them also have their own advantages and disadvantages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Rizky Ramadhani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemenangan pasangan Irwan Prayitno dan Nasrul Abit pada Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat tahun 2015. Kemenangan pasangan Irwan Prayitno dan Nasrul Abit ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor jaringan sosial, dukungan partai politik dan kepemimpinan Irwan Prayitno. Dalam melakukan analisis, penulis menggunakan konsep social capital oleh Robert Putnam, modal politik dan kepemimpinan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data primer dan data sekunder. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa kemenangan pasangan Irwan Prayitno dan Nasrul Abit disebabkan oleh modal sosial dan politik yang kuat yang bersumber dari faktor jaringan sosial dan dukungan partai politik pengusungnya. Selain itu, Kepemimpinan yang ditampilkan oleh Irwan Prayitno mampu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga memperkuat modal sosial yang dimiliki oleh Pasangan Irwan Prayitno dan Nasrul Abit.

ABSTRAK
This research is based on the case of Irwan Prayitno and Nasrul Abit who won The Local Leaders Election in West Sumatera in 2015. The victory of Irwan Prayitno and Nasrul Abit was caused by three factors, such as social networks, support of political parties and Irwan Prayitnos leadership. By conducting and analyzing this research, the author uses the concept of social capital by Robert Putnam, therefore supported by political capital and leadership theory. This study uses qualitative methods with primary and secondary data. The research shows that the triumph of Irwan Prayitno and Nasrul Abit were strongly influenced by social and political capital which is originated by social networks and the support of political parties. Morever, the leadership which is showed by Irwan Prayitno was able to gain trust from the community so as to strengthen the social capital owned by Irwan Prayitno and Nasrul Abit."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feizal Rachman
"Maksud penelitian ini adalah untuk memahami motivasi apa saja yang mendorong kiai melibatkan dill pada pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2006. Kemudian, bagaimana peran dan keterlibatan kiai dalarn pelaksanaan pilkada Iangsung tersebut.
Sebagai alat analisis, digunakan teori-teori, yaitu: politik lokal model Stoker dan Cornelis; teori peran (role theory) dari Soekanto, Linton, dan Levinson; kepemimpinan informal (informal leadership) yang diulas Soemardjan, Weber, dan Arifin; teori patron-Mien model Ferlis; dan partisipasi politik yang dimunculkan Rush dan Althoff. Sedangkan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi lertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan pihak-pihak yang terlibat dan berkepentingan. Studi kepustakaan juga dilakukan untuk memperkaya perspektif penelitian.
Penelitian ini mcnunjukkan bahwa keterlibatan kiai dalam pilkada tidak terlepas dari kemampuan kiai yang mampu memobilisasi massa karena perannya sebagai pembentuk opini (opinion leader). Ada dua cara yang dilakukan kiai dalam membentuk opini pubiik itu. Panama, secara verbal, misalnya berbicara langsung kepada masyarakat, termasuk di dalamnya santri dan para alumni pesantren_ Kedua, secara non-verbal, yaitu melalui aksi-aksi politik yang dilakukan secara berbeda, misalnya para kiai bergerilya untuk mendapatkan dukungan alas pilihan politiknya. Ada juga kiai yang melakukan aksi pembelaan terhadap calon yang didukungnya agar tidak terganjal dalam proses pilkada, karena sang calon terkait masalah hukum.
Motivasi keterlibatan kiai dibagi menjadi dua: motivasi ideal dan motivasi praksis-personal. Motivasi ideal berangkat dari pemahaman (internalisasi) kiai terhadap nilai-nilai ajaran agartla Islam yang mendorong kiai terjun dalam dunia politik. Sedangkan. motivasi praksis-personal didasarkan atas konteks politik yang terjadi. Dalam penelitian ini, konteks politik itu adalah pilkada. Motivasi yang dimaksud ada tiga macam. Pertrrma, dorongan karena alasan emosional (afektual-emosional). Kedua, dorongan untuk menjaga eksistensi pesantren (rasional-bertujuan) Ketiga, dorongan untuk menjaga independensi pesantren (rasiona!-bernilai).
Teori-teori yang digunakan, seperti tersebut di alas, sesuai dengan temuan lapangan. Dengan demikian, implikasi teoritis atas penelitian ini adalah berupa penegasan (confirmation).

The aim of the research is to understand the motivation which endorses kiai or religious scholar to involve in direct local election (pi/kada) in Tasikmalaya District in 2006. Then, it also aims to understand the role and involvement of kiai in the election.
As tool of analysis, it uses theories of local theory especially the model of Stoker and Cornelis; theory of role from Soekanto, Linton, and Levinson; informal leadership by Soemardjan, Weber, and Arifin; theory of patron-client modelled by Ferlis, and political participation initiated by Rush and Althoff. Method of research used in the study is qualitative which tries to understand and interpret the meaning of human interaction and behaviour in particular situation according to researcher's own perspective. In collecting data, in-depth interview is applied to any persons who involve and have interest in the election. Literature study is also carried out to enrich the perspective of the study.
The study shows that the involvement of kiai in the election relates to the ability of them to mobilize people because of their role as opinion leader. There are two methods applied by kiai to develop public opinion. The first is verbal such as speak directly to people, and also their student (santri) and alumni. The second is non-verbal which is doing different political action such as ask some key persons to support their political choice. There is a kiai who defends his candidate in order to make him surpass the process of candidacy successfully because his legal problem.
The motivation of kiai is divided into two which are ideal motivation and praxis-personal motivation. Ideal motivation is based on the understanding of them or internalization on Islamic values that endorse them to do political activities. Meanwhile, praxis-personal motivation is based on existing political situation. In the study, the context is direct local election. The motivation itself is divided into three. They are affectual-emotional motivation, rational-objective motivation to maintain the existence of religious school, and rational-valuable to maintain the independence of the school.
Theories applied in the study as mention above are equivalent with the findings. Therefore, theoretical implication of the study is confirmation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kelelahan merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan transportasi, ditandai dengan menurunnya kinerja fisik dan mental yang mengakibatkan kurangnya kewaspadaan karena rasa kantuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan faktor pendukung kelelahan pada operator alat berat. Penelitian dilakukan pada operator alat berat di 3 tambang batubara di Kalimantan (2 area di Kalimantan Timur dan 1 area di Kalimantan Selatan), melibatkan 353 operator alat berat yang bekerja dengan 3 sif. Hasilnya menunjukkan bahwa keluhan kelelahan semakin tinggi dengan meningkatnya usia, lama kerja, dan kerja pada sif 3 (malam hari).
Kelelahan paling banyak dirasakan oleh operator dump truck (bagian hauling) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor pekerjaan (postur saat bekerja, faktor variasi pekerjaan, beban kerja dan vigilance) dan faktor-faktor bukan pekerjaan (kondisi medan atau area tambang yang berisiko, penerangan yang kurang pada malam hari, dan rute yang selalu berubah). Faktor lain-nya berkaitan dengan masalah sosial-psikologis, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun lingkungan kerja, seperti waktu istirahat, standar gaji yang belum memadai, pengaturan jadwal cuti yang sering tidak jelas, dan masalah karier. Disimpulkan, secara umum kelelahan meningkat dengan bertambahnya usia dan lama kerja, dengan kelelahan yang lebih besar pada pekerja sif 3. Umumnya, penurunan waktu reaksi pekerja sif malam lebih besar daripada waktu reaksi pekerja sif siang.

Fatigue is one of the causes of transportation accidents, characterized by reduced physical and mental performance resulting in reduced alertness due to drowsiness. The present study was to determine the risk factors and contributing factors of fatigue suffered by heavy equipment operators. The study was conducted at three coal mining sites in Kalimantan (2 areas in East Kalimantan and 1 area in South Kalimantan) involving 353 heavy equipment operators who work in shifts. It was found that fatigue complaint Pekerjaan, Nonpekerjaan, dan Psikologi Sosial sebagai Penyebab Kelelahan Operator Alat Berat di Industi Pertambangan Batu Bara Work-related, Non-work related, and Social Psychology as Causes of Heavy Equipment Operators Fatigue in Coal Mining Industry is higher by older age, longer work, and work at shift 3 (night time).
The fatigue is mostly complained by dump truck (hauling part) operators which was influenced by work-related factors (work posture, job variety, workload, vigilance) and non-work related factors (terrain or mine risk area, lack of lighting at night, and route track which is always changed). Another factors related with socio-psychological factors, either related with job or working environment, such as adequacy of rest time, remuneration system, leave system, and insecure career. It is concluded that in general the fatigues were increased as the worker ages were older and longer duration of work, with higher fatigues were suffered at shift 3. Generally, reduced reaction time among shift 3 workers is higher than that those of daytime shift.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wahyuni
"Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat 65% kabupaten endemis dimana sekitar 45% penduduk di kabupaten tersebut berisiko tertular malaria. Pada tahun 2020 terdapat 515 kasus malaria di Kabupaten Batu Bara, dan pada tahun 2021 meningkat menjadi 952 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian malaria di Kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dimana seluruh responden berusia 12 tahun ke atasdimana kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala demam dengan hasil pemeriksaan positif dan kontrol adalah mereka yang memiliki gejala demam dengan hasil pemeriksaan negatif malaria. Dari hasil analisis multivariat dengan melibatkan semua faktor risiko secara bersamaan, terlihat variabel yang mempengaruhi kejadian malaria secara signifikan adalah faktor usia dan keberadaan kandang ternak. Berdasarkan kategori usia, maka terlihat responden berusia 12-17 tahun terukur memiliki risiko tertular malaria tertinggi (AOR= 3,85; 1,40 – 10,59) dibandingkan kelompok usia 18- 40 tahun (AOR= 1,79; 0,70 – 4,58). Responden yang menyatakan terdapat kandang ternak besar di sekitar tempat tinggal lebih berisiko 3 kali tertular malaria dibandingkan dengan responden yang tidak berdekatan dengan kandang ternak.

Malaria is still one of the leading public-health problems that can cause death primarily in high-risk groups, namely, infants, toddlers, and expectant mothers. In addition, malaria directly causes anemia and can lower labor productivity. In 2010, in Indonesia, 65% of endemic districts were at risk of contracting malaria. By 2020 there are 515 cases of malaria in Batu Bara, and by 2021 rising to 952. The purpose of this study is to know the risk factors in the incidence of malaria in the Batu Bara. It uses a case-control design. The responders are 12 years of age and above where the cases are those who visit the health center with fever symptoms and positive malaria and controls are those with symptoms of a fever with a malaria negative. From multivariat analysis involving all risk factors simultaneously, there is a significant variable affecting the incidence of malaria that is both the age and the existence of a cattle cage. According to the age category, it shows 12-17 year old respondents with the highest risk of contracting malaria (AOR = 3.85; 1.40-10.59) by those ages 18-40 (AOR= 1.79; 070- 4.58). Those who claim that there is a corral in the neighborhood, having a three times greater risk of contracting malaria than those who not."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Sugianto
"ABSTRAK
Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram Kabupatan Batu Bara merupakan
wilayah endemis malaria dan masuk urutan tiga besar. Letak geografis wilayah
puskesmas berada di wilayah pantai dari segi lingkungan rumah mempunyai
kondisi yang berisiko sebagai jalan masuknya nyamuk anopheles antara lain
kondisi dinding yang tidak rapat, tidak terapasangnya kawat kasa pada ventilasi
dan tidak adanya plafon. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
lingkungan rumah dengan kejadian malaria di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain kasus
kontrol. Kasus dan kontrol adalah subjek yang berkunjung ke puskesmas yang
ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis. Kasus adalah penderita
berusia lima tahun keatas dengan gejala klinis malaria disertai dengan hasil
pemeriksaan sediaan darah menunjukan positif mengandung plasmodium. Kontrol
adalah pengunjung puskesmas berusia lima tahun ke atas dengan gejala demam
tetapi hasil pemeriksaan sediaan darah menunjukan negatif malaria. Variabel
lingkungan rumah yang diobservasi meliputi kondisi dinding rumah, keberadaan
kawat kasa ventilasi dan keberadaan plafon. Variabel kovariat terdiri dari
kebiasaan menggunakan kelambu, kebiasaan keluar malam, keberadaan tempat
perkembangbiakan nyamuk, keberadaan semak. Analisis stratifikasi menunjukan
ada modifikasi efek antara variabel lingkungan rumah dengan tiga variabel
kovariat; kebiasaan keluar malam, keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk,
keberadaan semak, dari empat variabel kovariat tidak ditemukan adanya
confounder. Nilai OR hubungan lingkungan rumah dengan kejadian malaria 2,22
(95% CI: 1,04 – 4,76), artinya responden dengan lingkungan rumah kurang baik
berisiko 2,22 kali terkena malaria dibandingkan dengan responden dengan
lingkungan rumah baik. Kesimpulan ada hubungan lingkungan rumah dengan
kejadian malaria di wilayah Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara

ABSTRACT
Batu Bara district is a region of malaria endemic due to its geographic in a coastal
area. Also the housing condition such as gap in the wall, ventilation without wire
netting, and homes without ceiling make anopheles as malaria vector to break
through into the house. Reseach objectives to determines relationship between
housing condition and malaria incidence in Puskesmas Tanjung Tiram, Batu Bara
District in 2011. This study uses a case-control design. The case were people over
5 years with clinical symptoms of malaria and the blood examination showed
positif plasmodium results. The controls were people over 5 years who visited
Puskesmas with fever symptom but blood examination showed negative ones.
Housing condition variables that observed include the walls condition, the
presence of wire netting ventilation and ceiling. Covariate variable studied include
the habit of using bed nets, night outs habit, mosquitos breeding sites and the
shrubs. Stratification analysis showed effect modification between housing
condition variables with three covariates variables; night outs habit, the presence
of mosquito breeding sites, the presence of shrubs, of four variables covariates did
not find any confounder. OR value relationship of housing condition with malaria
incidence is 2,22 (95% CI: 1,04 – 4,76), means respondent with poorly housing
condition has 2,22 times more chance to suffer malaria than respondent with the
good ones. Conclusion there is a relationship the housing condition and the
incidence of malaria in Puskesmas Tanjung Tiram, Batu Bara District in 2011."
2011
S-FDF
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Arifin Hoesein
Depok: Rajawali Pers, 2023
343.077 ZAI h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>