Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Dwi Hartanti
"Penilaian keefektifan dari tindakan hemodialisis diketahui dari nilai adekuasi hemodialisis. Exercise intradialisis merupakan latihan fisik dengan pergerakan terencana dan terstruktur, yang dapat meningkatkan bersihan ureum sehingga meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh exercise intradialisis terhadap adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal.
Desain penelitian ini menggunakan randomized control trial (RCT) dengan menggunakan rancangan pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutivesamplingdengan randomisasi alokasi menggunakan randomisasi blok. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 responden pada kelompok intervensi dan 25 responden pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai adekuasi hemodialisis pada kelompok intervensi setelah diberikan exercise intradialisis, (p value = 0,0001). Penelitian ini merekomendasikan penerapan exercise intradialisis untuk membantu meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hemodialisis.

The assessment of effectiveness of hemodialysis can be identified by measuring adequacy of hemodialysis. Intradialisis exercise is physical exercise with a planned and structured movement, which can increase the clearance of urea thus increasing the value of hemodialysis adequacy. This study aims to determine the effect of exercise intradialisis the adequacy of hemodialysis in patients with end stage renal disease.
This research used randomized control trial (RCT) design with pretest-posttest design with control group. The samples in this study using a consecutive sampling method with randomized allocation using block randomization. The sample size used in this study were as many as 26 respondents in the intervention group and 25 respondents in the control group.
The results showed that there were significant differences between the value of adequacy of hemodialysis in the intervention group after exercise intradialisis given, (p value = 0.0001). The study recommends intradialisis exercise for increase the value of adequacy of hemodialysis in patients end stage renal disease with hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sudrajat
"End Stage Renal Desease (ESRD) saat ini menjadi permasalahan global sehubungan dengan prevalensinya yang semakin meningkat, merupakan suatu kondisi dimana ginjal mengalami kerusakan dan tidak bisa menyaring darah seperti ginjal yang sehat sehingga mengharuskan pasien menjalani terapi ginjal salahsatunya melakukan hemodialisis . Dalam terapi hemodialisis evaluasi dalam hal ke efektifan tindakan dikenal dengan adekuasi dialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh range of motion dan taichi intradialysis terhadap adekuasi pasien ESRD yang melakukan hemodialisa pada kelompok kontrol dan perlakuan. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan pendekatan pretest-posttest with control group dan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Perbedaan adekuasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi digunakan uji Wilcoxon tes dengan hasil (p=0,005) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna pada adekuasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi range of motion (ROM) dan taichi. begitu juga hasil selisih adekuasi antara kelompok kontrol dan perlakuan dengan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan (p=0,045) yang menjelaskan ada perbedaan yang bermakna. Meskipun pada dasarnya baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan adekuasi meningkat namun jika dilihat dari segi jumlah yang lebih banyak peningkatan adalah kelompok perlakuan yang menjalani latihan range of motion (ROM) dan taichi intradialysis lebih efektif dalam meningkatkan adekuasi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.

Currently, End Stage Renal Desease (ESRD) bacame a global problem because of its increasing prevalence, ESRD occurs related to kidneys damaged and cannot filter blood so that the patient requires kidney therapy, such as hemodialysis, adequate dialysis is a method of evaluating the effectiveness of hemodialysis. This study aims to determine the effect of range of motion (ROM) and taichi intradialysis on the adequacy of ESRD patients who undergo hemodialysis in the control and intervention groups The design of this study used a quasi experiment with a pretest-posttest control group approach and used purposive sampling method. The results showed that there were differences in adequacy before and after intervention was used Wilcoxon test (p=0,005) which showed that there was a significant effect on adequacy before and after intervention ROM and taichi. The difference betwen the control and intervention groups tested using. Mann Whitney was found to have significant diffference (p=0,045). In conclusion, ESRD patient who underwent ROM and taichi intradialysis exercise were more effective in increasing the adequacy of hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Susanti
"Latihan fisik saat hemodialisis dapat meningkatkan sirkulasi sehingga proses difusi ureum dan kreatinin dari ekstravaskuler terutama di otot menuju ke intavaskuler semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik saat hemodialisis terhadap kadar ureum dan kreatinin, dimana desain penelitian ini menggunakan pre test - post test without control dengan jumlah sampel 31 responden. Pengaruh latihan fisik saat hemodialisis terhadap kadar ureum dan kreatinin diuji dengan paired t-test. Rata - rata kadar ureum sebelum latihan fisik 46,84 mg/dl dengan standar deviasi 14,94. Kadar ureum sesudah latihan fisik sebesar 43,23 mg/dl dengan standar deviasi 15,05. Sedangkan rata - rata kadar kreatinin sebelum latihan 4,4 mg/dl dengan standar deviasi 1,49 dan rata - rata kreatinin sesudah latihan sebesar 4,15 mg/dl. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah latihan fisik nilai p = 0,000. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian yang berbeda untuk melihat faktor - faktor lain yang mempengaruhi penurunan kadar ureum dan kreatinin setelah diberi latihan fisik.

Exercise during hemodialysis can improves circulation, so the process of diffusion of urea and creatinine from extravascular especially in muscles leading to intavaskuler can be increased. This study aimed to determine the effect of physical exercise during hemodialysis on urea and creatinine levels. The design was pretest - post test without control with 31 respondents. Effect of physical exercise during hemodialysis on urea and creatinine levels the were tested by paired t-test. Mean urea levels before physical exercise was 46.84 mg / dl, with a standard deviation of 14.94. Urea levels after exercise was 43.23 mg / dl with a standard deviation of 15.05. Mean creatinine levels before exercise 4.4 mg / dl with a standard deviation of 1.49 and mean creatinine after exercise of 4.15 mg / dl. Statistical test results showed a significant difference between urea and creatinine levels before and after physical exercise with p value = 0.000. This results could be used as a basis for further research with different research designs looking for other factors affecting the decreased levels of urea and creatinine after being given physical exercise.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahran
"ABSTRAK
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien saat menjalani
hemodialisis adalah hipotensi intradialisis. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotensi
intradialisis pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.
Desain penelitian adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 81 pasien
hemodialisis. Analisa data menggunakan koefisien kontingensi, spearman dan
regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara riwayat penyakit jantung, pertambahan berat badan antara waktu
hemodialisis dan kadar albumin dengan kejadian hipotensi intradialisis (p < 0,05).
Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipotensi
intradialisis adalah riwayat penyakit jantung dengan OR = 3,525. Penelitian ini
merekomendasi perawat untuk meningkatkan skrining terhadap faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan hipotensi intradialsis pada pre, intra dan post
hemodialisi, memberikan edukasi tentang retriksi cairan dan diet serta melengkapi
catatan medis pasien.

ABSTRACT
One of the most common complications of chronict kidney disease patients
undergoing hemodialysis is intradialytic hypotension. This study aims to identify
the factors that influence the occurrence of intradialytic hypotension in patients
with end stage renal failure undergoing hemodialysis. The study design was cross
sectional recruited of 81 patients of hemodialysis patients. Data were analyzed
using contingency coefficient , spearman and logistic regression. The results
showed a significant relationship between history of heart disease, intradialytic
weight gain and albumin levels and the incidence of intradialytic hypotension (p
<0.05). The most influence variables that influence on incidence of intradialytic
hypotension was history of heart disease with OR=3.525. Nurses have to increase
their capability in monitoring factors that influence intradialytic hypotension
especially in pre, intra, and post hemodilaytic, giving education about water and
dietary consumption. to increase their capability in the provision of nursing care
for hemodialysis patients."
2016
T45544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epi Rustiawati
"Adekuasi hemodialisis tercapai dengan terpenuhinya dosis sesuai kebutuhan pasien untuk mendukung pasien mampu hidup secara optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan dosis dengan adekuasi pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Serang Banten.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi melibatkan 46 pasien hemodialisis dengan tehnik purposive sampling. Variabel penelitian ini meliputi durasi HD, quick of blood, dan adekuasi dengan perhitungan rumus Kt/V.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara durasi HD dengan adekuasi hemodialisis. Rerata adekuasi hemodialisis pasien 1,6. Seluruh pasien menjalani hemodialisis dengan frekuensi 2 kali per minggu dengan durasi HD 4-5 jam, quick of blood 200-265 ml/mt.
Hasil pemodelan menunjukan durasi HD berkontribusi paling besar terhadap adekuasi setelah dikontrol oleh jenis kelamin, ukuran tubuh, lama menjalani terapi, akses vaskuler, dan dialiser pengunaan ulang. Perawat perlu memperhatikan pengaturan durasi HD untuk mencapai adekuasi hemodialisis yang optimal.

The adequacy of hemodialysis can be achieved by meeting the needs of hemodialysis patients given, in order that the patients able to life optimally. The purpose of this research was to identify the correlation between dose with adequacy on patients undergoing hemodialysis at RSUD Serang Banten.
Description correlation involved 46 patients hemodialysis with technical purposive sampling. This study observed the duration of hemodialysis, quick of blood, and adequacy with Kt/V formula.
There was significant corelation between the duration of hemodialysis and adequacy. The average of hemodialysis adequacy patients 1,6, twice per week by 4 - 5 hours, quick of blood 200-265 ml/mt.
The modelling result that duration of hemodialysis the most contributed to the adequacy after being controlled by sex, body size, vintage of hemodialysis therapy, vascular access, and dialyzer reuse. The nurses need to pay attention to the duration to achieve optimal adequacy hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
"ABSTRAK
Penatalaksanaan gagal ginjal terminal membutuhkan modifikasi gaya hidup pasien dalam mengatur diet, membatasi cairan, rejimen medikasi, perawatan akses vaskuler dan kepatuhan menjalani hemodialisis. Pasien hemodialisis dapat mengoptimalisasikan kesehatan dirinya, mencegah komplikasi dan meminimalkan efek penyakit dengan melaksanakan self management. Tujuan penelitian mengetahui determinan yang berhubungan dengan self management pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan jumlah sampel 100 orang. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, dukungan keluarga dan efikasi diri dengan SM (p value <0,05). Variabel yang paling berpengaruh adalah tingkat pengetahuan. Penelitian merekomendasikan kegiatan pendidikan kesehatan terstruktur sebagai sarana untuk untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian berat badan antara waktu hemodialisis

ABSTRACT
Management of end stage renal disease requires to modify the patient's lifestyle in regulating diet, limiting fluids, medication regimens, treatment of vascular access and adherence undergoing hemodialysis. Haemodialysis patients can optimize their own health, prevented complication and minimize the effects of the disease by carrying out self management. The objective research is to determinants influencying Self Management patients undergoing hemodialysis. The research disign was cross sectional study with consecutive sampling with 100 of a sample. The result showed there is a significant relationship between knowledge, family support and self efficacy with self-management (α =0.05, CI 95%). The most influential variable is the level of knowledge. This study recommends for educational activities as a forum to improve knowledge and control Interdialystic Weight Gain."
2016
T46512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Karina Hartanto
"Latar belakang: Malnutrisi merupakan kondisi yang sering terjadi pada populasi pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK). Malnutrisi pada anak dengan PGK menjadi lebih kompleks karena dapat mengganggu potensi tumbuh kembang yang mereka miliki. Dalam kelompok usia 3-18 tahun dan yang telah menjalani hemodialisis (HD), terdapat satu parameter khusus yang dinilai, yaitu normalized protein catabolic rate (nPCR), tetapi belum pernah digunakan pada populasi anak GGT dengan HD di Indonesia. Dengan segala keterbatasan dalam pemantauan status nutrisi pasien anak GGT dengan HD, hendak dicari nilai nPCR, parameter antropometri, nilai asupan nutrisi, dan Kt/V pada populasi anak GGT dengan HD.
Tujuan: Mengetahui nilai parameter nPCR, parameter antropometri, nilai asupan nutrisi, dan Kt/V pada populasi anak GGT dengan HD di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai pusat rujukan nasional.
Metode: Penelitian ini merupakan uji potong lintang yang dilakukan di Ruang Hemodialisis Anak RSCM pada anak 3-18 tahun. Kriteria inklusi meliputi pasien GGT yang menjalani HD rutin minimal 3 bulan di RSCM dan bebas infeksi/ episode rawat inap dalam 1 bulan terakhir. Subjek yang mengalami kenaikan berat badan pada 1 bulan setelah HD cenderung 4,3 kali lebih mungkin memiliki nilai nPCR ≥1 g/kg/hari dibandingkan subjek yang tidak mengalami kenaikan berat badan.
Hasil dan Simpulan: Pada populasi anak GGT dengan HD rutin di RSCM, rata-rata nilai nPCR 0,85 g/kg/hari. Subjek yang mengalami kenaikan berat badan pada 1 bulan setelah HD cenderung 4,3 kali lebih mungkin memiliki nilai nPCR ≥1 g/kg/hari dibandingkan subjek yang tidak mengalami kenaikan berat badan. Berdasarkan antropometri, terdapat 96% subjek dengan kondisi wasted, 80% stunted, 36% reduced body mass, dan 68% kondisi reduced muscle mass. Rata-rata asupan protein harian adalah 1,28 g/kgBBI/hari dengan rata-rata asupan kalori harian 39,72 kkal/kgBBI/hari. Rata-rata nilai Kt/V adalah 1,45.

Background: Malnutrition is a common condition in the chronic kidney disease (CKD) patients. Malnutrition in children with CKD is more complex as it could interfere with their growth and development potential. Normalized protein catabolic rate (nPCR) is a recent parameter that has already recommended as a tool for nutritional status in the pediatric population of 3-18 years old with CKD final stage that undergone hemodialysis (HD), but has never been used in Indonesia. Regarding limitations in monitoring nutritional status of pediatric patients with HD, we want to investigate the value of nPCR, anthropometric parameters, daily nutritional intake, and Kt/V in the pediatric end stage renal falilure (ESRF) with HD.
Objectives: Investigating the value of nPCR, anthropometric parameters, daily nutritional intake, and Kt/V in the pediatric ESRF population with HD in Indonesia, especially at Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) as a national referral center.
Methods: This study was a cross-sectional test conducted in the Pediatric Hemodialysis Center CMH among 3-18 years old subject. Inclusion criteria was ESRF patients who underwent routine HD for at least 3 months in CMH and free of infection / hospitalization episode within the last 1 month.
Results and Conclusions: Population of ESRF children with routine HD at CMH had the average nPCR value of 0,85 g/kg/day. Subjects who had weight gain in 1 month after HD tend to 4,3 times more likely had nPCR ≥1 g/kg/day than those who didn’t have weight gain. Based on anthropometry, there were 96% of subjects with wasted conditions, 80% stunted, 36% reduced body mass, and 68% reduced muscle mass conditions. The mean daily protein intake was 1,28 g/kgIBW/ day with an average daily calorie intake of 39,72 kcal/kgIBW/day. The mean Kt/V value was 1,45.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"ABSTRAK
Kerusakan ginjal pada gagal ginjal terminal bersifat irreversible, sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal, salah satunya adalahhemodialisis HEMODIALISIS . Unit hemodialisa di rumah sakit F Jakarta telah menerapkan terapihemodialisis dengan durasihemodialisis 6-8 jam/minggu, belum sesuai dengan rekomendasi Pernefri 10-12 jam/minggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran adekuasi dialisis secara kuantitatif dan kualitatif pasien gagal ginjal yang menjalani hemidialisis di rumah sakit F. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 100 pasienhemodialisisyang diambil dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian didapatkan adekuasi dialisis kuantitatif adalah rata-rata Kt/V = 1,417 dan URR 69,72 ; adekuasi dialisis kualitatif adalah rerata albumin 3,49 mg/dl, tekanan darah 145,42/89,44 mmHg, kadar hemoglobin serum 9,03 gr/dl, nilai kalsium 8,22 mEq/L, nilai fosfat 4,81 mg/dl dan lebih dari separuh peningkatan berat badan kategori sedang 61 . Kesimpulan adekuasi dialisis Rumah Sakit F di Jakarta adalah baik. Hasil penelitian ini menyarankan agar melakukan penelitian lanjutan mengenai angka kebertahanan hidup, dan angka kematian, dan angka kunjungan rawat inap yang terjadi pada unithemodialisis Rumah Sakit F Jakarta.

ABSTRACT
The damage of kidney in end stage renal disease patient is irreversible, then replacement kidney therapy is needed which hemodialysis is one of the most frequent as sues therapy. Hemodialysis unit in General Hospital of F Jakarta held hemodialysis with 3 4 hour in each sesion or 6 8 hour in a week. Purpose of this research is founded description of adequacy hemodialysis end stage renal disesasi undergoing hemodialysis in General Hospital F Jakarta. A Descriptive researc with a sampel are 100 sample. The results of this research arethe average of Kt V 1,417, URR 69,72 , albumin 3,49 mg dl, blood pressure 145,42 89,44 mmHg, haemoglobin serum 9,03 gr dl, calcium serum 8,22 mEq L, phosphate serum 4,81 mg dl and more half of interdialysis weight gain in moderate category 61 . The conclusion is hemodialysis adequacy in General Hospital FJakarta is good, and adequacy affected by ureum post dialysis and interdialysis weight gain. Suggestions for future research is to have a new research about survival rate, mortality rate, and inpatient visit to patient in hemodialysis unit General Hospital F Jakarta."
2017
S66910
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiwati
"Latar Belakang. Prevalensi malnutrisi energi-protein (MEP) tinggi pada pasien penyakit ginjaI kronik yang menjalani hemodialisis (PGK-HD), dan MEP merupakan penyebab meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi MEP pada pasien PGK-HD, antara lain dengan pemberian nutrisi parenteral intradialisis (IDPN). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan basil yang masih kontroversial mengenai manfaat IDPN.
Tujuan. Menilai efek IDPN terhadap konsentrasi albumin dan prealbumin serum selama prosedur HD; menilai efek IDPN terhadap indeks masa tubuh (IMT), konsentrasi albumin dan prealbumin serum setelah pemberian IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, dan efek IDPN terhadap konsentrasi albumin dan prealbumin serum 3 minggu setelah pemberian IDPN dihentikan.
Metodologi. Studi intervensional-prospektif selama 9 minggu dilakukan pada pasien PGK-HD usia 20-65 tahun yang telah menjalani HD minimal satu tahun, konsentrasi albumin serum < 3,5 g/dL, tidak menderita penyakit infeksi berat, keganasan, sirosis had, diabetes melitus tidak terkontrol, atau gagal jantung berat, di unit HD RS Ciptomangunkusumo, RS Islam Cempaka Putih, dan RS PGI Cikini Jakarta. Subyek penelitian diberikan IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, dan diukur konsentrasi albumin, prealbumin, c-reactive protein (CRP) sebelum dan setelah HD+IDPN pertama dan HD+IDPN keduabelas. IMT diukur sebelum dan setelah 6 minggu pemberian IDPN. Konsentrasi albumin, prealbumin serum 3 diukur kembali 3 minggu setelah pemberian IDPN dihentikan. Dilakukan uji-t berpasangan atau uji Wilcoxon sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil. Selma periode Februari 2005-Maret 2006 terkumpul 14 subyek, 1 subyek meninggal setelah mendapat IDPN selama 6 minggu. Didapatkan peningkatan tidak bermakna konsentrasi albumin serum (3,24 ± 0,38 menjadi 3,34 ± 0,56 g/dL, P 0,341-dan 3,26 ± 0,40 menjadi 3,47 ± 0,55, P = 0,053), dan peningkatan bermakna prealbumin (18,76 ± 7,92 menjadi 22,37 ± 10,24 mg/dL, P = 0,033 dan 16,94 ± 7,81 menjadi 23,16 + 17,21 mgldL, P = 0019), berturut-turut setelah HD+IDPN pertama dan keduabelas. Setelah HD+IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, didapatkan peningkatan tidak bermakna IMT (21,75 + 2,98 menjadi 21,95 ± 3,27, P = 0,139), konsentrasi CRP serum (38,46 + 54,92 menjadi 60,04 ± 86,54 mg/L, P = 0,826), konsentrasi albumin serum, baik dibandingkan sebelum HD+IDPN pertama dengan keduabelas (3,24 ± 0,38 menjadi 3,26 ± 0,40 gldL, P = 0,795), maupun dibandingkan setelah HD+IDPN pertarna dengan keduabelas (3,34 ± 0,56 menjadi 3,47 ± 0,55 gldL), tetapi didapatkan penurunan tidak bermakna prealbumin jika dibandingkan sebelurn HD+IDPN pertarna dengan keduabelas (18,76 ± 7,92 menjadi 16,94 ± 7,81 mg/L, P = 0,109), dan peningkatan tidak bermakna jika dibandingkan setelah HD+IDPN pertama dengan keduabelas (22,37 + 10,24 menjadi 23,16 + 17,21 mgfL). Tiga minggu setelah IDPN dihentikan, didapatkan peningkatan tidak bermakna konsentrasi albumin serum (3,26 ± 0,40 menjadi 3,30 ± 0,31, P = 0,699), penurunan tidak bermakna prealbumin (16,94 ± 7,81 menjadi 16,65 ± 6,72, P = 0,552).
KesimpuIan. Pemberian IDPN dapat meningkatkan konsentrasi prealbumin serum dan mencegah menurunnya albumin dalam setiap sesi HD. Pemberian IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu dapat menstabilkan kecenderungan menurunnya IMT dan konsentrasi albumin serum, tetapi tidak dapat menstabilkan prealbumin, dan konsentrasi albumin serum dapat bertahan selama 3 minggu setelah IDPN dihentikan.

Backgrounds. In chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis (CKDHD), prevalence of protein-energy malnutrition (PEM) is high, and it is associated with increased morbidity and mortality. Many interventions to improve PEM in CKD-HD patients have been conducted, one of them is intradialytic parenteral nutrition (IDPN). Data from many studies showed that beneficial effect of IDPN to improve PEM in CKD-HD patients is still controversial.
Objectives. To assess effect of IDPN on serum albumin and prealbumin concentration during each HD procedure, effect of IDPN on body mass index (BMI), serum albumin and prealbumin concentration after administration twice a week for 6 weeks, and effect of IDPN on serum albumin and prealbumin concentration 3 weeks after IDPN was discontinued.
Methods. Prospective-interventional study for 9 weeks was conducted in CKD patients undergoing maintenance HE) at least for 1 years, age 20-65 years old, not suffering severe infection disease, malignancy, cirrhosis hepatis, severe heart disease, acute coroner syndrome, and serum albumin concentration < 3.5 gldL, at HD unit Ciptomangunkusumo hospital, Islamic Cempaka Putih hospital, and PGI Cikini hospital, Jakarta. The subjects received IDPN consisting of 9% essential and non essential amino acids, 40% glucose, and 20% fat emulsion, twice a week for 6 weeks. Before and 2 hours after the HD+151 IDPN and HD+12th IDPN, serum albumin, prealbumin, c-reactive protein (CRP) concentration were measured. BMI was measured before and after subjects received IDPN for 6 weeks. Serum albumin, prealbumin were measured again 3 weeks after IDPN discontinued. Dependent sample t-test or Wilcoxon test was used to analyse the data.
Results. During February 2005 - March 2006, 14 patients were included into subjects of this study. There were no significant increase in serum albumin concentration (3.24 ± 0.38 to 3.34 ± 0.56 g/dL, P = 0.341 and 3.26 + 0.40 to 3.47 ± 0.55, P = 0.053), and significant increase in prealbumin (18.76 + 7.92 to 22.37 + 10.24 mg/dL, P = 0.033 and 16.94 + 7.81 to 23.16 + 17.21 mgldL, P = 0.019), respectively after the HD+15tIDPN and HD+12thIDPN. After IDPN administration twice a week for 6 weeks, there were no significant increase in BMI (21.75 + 2.98 to 21.95 + 3.27, P = 0.139), serum CRP (38.46 + 54.92 to 60.04 + 86.54 mg/L, P = 0.826), and albumin concentration, when it was compared before the HD+15`IDPN and HD+12tIDPN (3.24 ± 0.38 to 3.26 + 0.40 gldL, P = 0.795), and when it was compared after the HD+1$`IDPN and HD+12thIDPN (3.34 ± 0,56 to 3.47 + 0.55 g/dL,), but there was no significant decrease in prealbumin when it was compared before the HD+15`IDPN and HD+12'hIDPN (18.76 + 7.92 to16.94 + 7.81, P = 0.109), and there was no significant increase when it was compared after the HD+15tIDPN and HD+12thIDPN (22,37 + 10,24 to 23,16 + 22,10 mg/L). Three weeks after IDPN discontinued, there were no significant increase in serum albumin concentration (3.26 + 0.40 to 3.30 + 0.31 gldL, P = 0.699), but no significant decrease in prealbumin (16.94 + 7.81 to 16.65 + 6.72 mgldL, P = 0.552).
Conclusions. IDPN administration during each HD session could increase serum prealbumin concentration and prevent the decrease of albumin, whereas IDPN administration twice a week for 6 weeks could stabilize the downward trend in BM1 and serum albumin concentration, but couldn't stabilize prealbumin, the serum albumin concentration could be stabilized for 3 weeks after IDPN administration discontinued."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Herlina
"Fatigue merupakan keluhan utama pasien yang menjalani hemodialisa jangka panjang, yang memiliki nilai yang tinggi, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh PMR terhadap tingkat fatigue pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment pendekatan pretest-posttest control group. Jumlah responden dalam penelitian adalah 32 pasien dibagi 2 kelompok yaitu 16 kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat fatigue pada kelompok intervensi antara sebelum dan sesudah dilakukan PMR dengan nilai p = 0,000. Disarankan latihan PMR dapat digunakan sebagai intervensi keperawatan mandiri dalam menurunkan fatigue pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa.

Fatigue is a major complaint of patients undergoing long-term hemodialysis, which has a high value, so it will affect the quality of life of patients. The purpose of this study was to determine the influence of PMR on the level of fatigue in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis. This study used a quasi experiment design approach pretest-posttest control group. The number of respondents in the study were 32 patients divided into 2 groups: the 16 intervention group and 16 control group.
The research concludes that there are significant differences on the level of fatigue in the intervention group between before and after PMR with p = 0.000. Suggested training PMR can be used as an independent nursing intervention in reducing fatigue in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>