Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219529 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Repelita
"Fumigasi adalah suatu kegiatan memasukkan/melepaskan pestisida (fumigan) kedalam ruangan tertutup/kedap udara selama waktu tertentu dengan tujuan untuk membasmi tikus dan serangga sebagai vektor penyebab penyakit menular. Pekerjaan fumigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam program pemberantasan vektor dikapal dan pesawat dengan menggunakan fumigant methyl bromide. Dari revew 542 literatur (Budnik et al., Environmental Health 2012), termasuk in vitro dan studi epidemiologi pajanan untuk studi epidemiologi pestisida methyl hidrokarbon, terutama efek beracun (kronik) atau karsinogenik dari penggunaan methyl bromide antara tahun 1990-2011, ditemukan 91 kasus toksisitas methyl bromide dan 29 menggunakan istilah ?karsinogenik, neoplastik atau mutagenik".
Tiga studi epidemiologi dievaluasi, menilai suatu kemungkinan hubungan antara kanker dan methyl bromide. Methyl bromide dianggap sebagai bahan karsinogen potensial di dasarkan pada penelitian terhadap hewan yang telah menunjukkan potensi karsinogenik dari senyawa ini (J. Donald Millar, M.D., D.T.P.H., NIOSH, 2003). Penelitian Saragih (2009), aktivasi kolinesterase darah pada petugas fumigasi kapal pada 66 responden, sebanyak 25,8% yang mempunyai tingkat aktivasi kolinesterase darah yang termasuk dalam kategori keracunan dan 74,2% mempunyai tingkat aktivasi kolinesterse darah. Data Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Pinang, 2012, didapat dua orang kasus terpajan methyl bromide dengan kerusakan kulit berat.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat resiko terpajan methyl bromide pada pekerja fumigasi kapal di wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Batam dan Tanjung Pinang, tahun 2013. Analisis resiko dilakukan secara semi-kuantitatif berdasarkan Australian Standar/New Zealand Standar 4360 Risk Management yang terdiri dari nilai kemungkinan (Likehood), nilai dampak (consequence) sehingga diperoleh tingkat resiko (Level Of Risk) dengan cara analisa matrik W.T Fine. Dari hasil analisa matrik terhadap dua metode fumigasi tersebut ditentukanlah suatu prosedur atau kontrol dalam mencegah atau menanggulangi resiko bahaya fumigasi kapal.

Fumigation is an activity insert/release pesticide (fumigant) into a closed room/airtight during a certain time in order to eradicate rodents and insects as vectors of disease-causing infectious. Fumigation on ships and aircrafts has been programmed by government to eradicate vectors such as rodents and insects used the fumigants i.e. methyl bromide. Based on 542 of review literatures (Budnik et al, Environmental Health, 2012), including in vitro and epidemiological studies of pesticide exposure for epidemiological studies methyl hydrocarbon, especially toxic effects (chronic) at or carcinogenic methyl bromide of use between the years 1990 - 2011, found 91 cases of toxicity methyl bromide and 29 used in term ?carcinogenic, neoplastic or mutagenic?.
Then, three epidemiological studies evaluated, assessing a possible link between cancer and methyl bromide. Methyl bromide considered as a potential carcinogen based on animal studies that have demonstrated the carcinogenic potential of this compound. (J. Donald Millar, MD, DTPH, NIOSH, 2003). Saragih (2009) studied activation of blood cholinesterase ship fumigation officer on 66 respondents, 25.8% have blood cholinesterase levels of activation were included in the category of poisoning and the remaining 74.2% have an activation of blood cholinesterase. According the data in Tanjung Pinang Port Health Office, 2012, acquired two cases of methyl bromide exposed to severe skin damage.
In this dissertation aims to analyze the level of risk in workers exposed to methyl bromide fumigation of ships in the Port Health Office of Batam and Tanjung Pinang, in 2013. Risk analysis performed semi-quantitatively based on Australian Standard/New Zealand Standard 4360 Risk Management consisting of the value of probability (likelihood), the value of impact (consequence) in order to obtain the level of risk analysis by matrix WT Fine. Based on the analysis of the matrix for two methods of fumigation were revealed a procedure or control in preventing or overcoming hazards ship fumigation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Dyah Palupi
"Mutu pelayanan suatu organisasi merupakan hal yang penting dan telah menjadi kebutuhan bahkan tuntutan masyarakat. RevisiInternational Health Regulation Tahun 2005 mengharuskan setiap negara anggota untuk meningkatkan core capacity. Untuk melakukan perubahan, tentunya perlu diketahui kondisi pelayanan yang ada saat ini. Melakukan self assesment terhadap kondisi mutu yang ada perlu dilakukan dalam rangka upaya manajemen mutu terpadu (Total Quality Management).
Peneliti menggunakan 7 (tujuh) kriteria yang terdapat dalam Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance Exxelence untuk mengetahui mutu pelayanan bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat variabel proses yang mempunyai pengaruhpaling dominan untuk dilakukan peningkatan mutu organisasi. Dengan melihat pohon masalah, maka masalah prioritas dari variabel proses adalah Kurangnya panduan yang mendukung proses pelayanan dalam proses meningkatkan mutu organisasi yang lebih optimal. Bentuk nyata dari perbaikan tersebut adalah dengan membuat instrumen buat petugas seperti check proses yang harus dilakukan di setiap proses pelayanan pada bidang upaya kesehatan dan lintas wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok.

Quality of organizational services is an absolute must, which has become a necessity even the public demands. Revision of International Health Regulation (2005)requires each member state to increase the core capacity. To make changes, certainly need to know the condition of the existing services at the present. Perform self assesment the existing quality conditions is necessary to be done in order to attempt Total Quality Management.
Researcher used 7 (seven) criteria contained in the Malcolm Baldrige Health Care Criteria for Performance Excellence to recognize quality service at Field of health effort and cross-regional, Port Health Office class I of Tanjung Priok.The method used in this study is a quantitative data analysis.
The results obtainedin this studyis the processvariablethat hasthe most dominant influence to do quality improvementorganization. By looking atthe problem tree, the priority issue is lack of guide supports the process of improving the quality of service.
Realfact of the improvements is to make instruments such as check process for officers should be done at every service process at the Field of health effort and cross-regional, Port Health Office class I of Tanjung Priok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Assyifa Daiyah Fillah
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan desain studi kasus melalui pendekatan analisis sistem input-process-output yang bertujuan untuk menganalisis gambaran kesiapan atau situasi Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam upaya cegah tangkal Public Health Emergency of International Concern PHEIC . Populasi penelitian adalah institusi KKP Kelas I Tanjung Priok secara menyeluruh. Informan penelitian berjumlah 10 orang yang dipilih menggunakan teknik purposive dan snowball sampling. Pengumpulan data dan analisis situasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer daftar tilik kajian mandiri dan hasil wawancara mendalam , serta data sekunder laporan tahunan KKP Kelas I Tanjung Priok Tahun 2014-2016 . Dengan waktu penelitian pada bulan April-Juni 2017. Tingkat kepatuhan compliance rate KKP Kelas I Tanjung Priok terhadap standar dinilai sangat baik CR= 95,86 . Terdapat 8 item yang tidak memenuhi standar antara lain: speed boat quarantine, motoris speed boat karantina yang memiliki sertifikat ANT V Ahli Nautica Tingkat 5 , tenaga psikolog, petugas penata refraksi, petugas penata audiometri, dan petugas penata spirometri, dan hemocytometer. Kegiatan kekarantinaan dan surveilans epidemiologi dapat 100 dilaksanakan. Rekomendasi yang diberikan terfokus pada pengadaan sarana dan prasarana serta SDM yang dibutuhkan dan supervisi kerja petugas KKP dalam upaya cegah tangkal PHEIC.

ABSTRAK
This research is an analytical study of Public Health Emergency of International Concern Preparedness in Port Health Office using quantitative an qualitative approaches. The purpose of this study is to assess Public Health Emergency of International Concern Preparedness of Tanjung Priok Port Health Office in 2017 based on IHR 2005 and Indonesian quarantine regulation. Population of this study is Tanjung Priok Port Health Office in general. Ten officers are chosen with purposive and snowball samping to be this study informants. The data were collected from self administered PHEIC preparedness assessment filled by institutional representative and in depth interview results primary data , as well as 2014 2016 Tanjung Priok Port Health Office Yearly Reports secondary data . This study was conducted on April June of 2017. Complience rate in Tanjung Priok Port Health Office is rated excellence CR 95,86 , although there are 8 items that do not meet the PHEIC preparedness standard, such as quarantine speedboat quarantine speedboat motorist with ANT V sertificate psychologist refraction, audiometry, and spirometry experts and hemocytometer. Quarantine and epidemiologic surveillance activities in port of entry have been done 100 . The researcher suggests that there should be an improvement in Port Health Office facilities and human resources needed for PHEIC preparedness."
2017
S69645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jhon Sriven
"Industri tambang batubara merupakan sebuah industri dengan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi. Karenanya, penulis memandang perlunya melakukan sebuah penelitian pada sektor industri tambang yang diharapkan kemudian akan bermuara pada peningkatan upaya-upaya sistematis dalam rangka penurunan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, serta penurunan angka fatalitas pada aktivitas tambang batubara.
Penelitian ini membahas penilaian dan evaluasi risiko K3 pada aktivitas tambang di PT. Adaro Indonesia Site Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan Tahun 2013. Penelitian ini adalah deksriptif analitik dengan pendekatan observasional. Penelitian ini menggunakan metode identifikasi bahaya dan risiko menggunakan JHA (Job Hazard Analysis) dan analisis penilaian risiko semi kuantitatif menurut AS/NZS ISO 31000 dengan mengalikan consequences, probability dan exposure.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas tambang di PT Adaro Indonesia Site Tanjung Tabalong memiliki 182 risiko keselamatan dan kesehatan kerja.

Coal mining industry is an industry with high risks of occupational health and safety. Hence, it is considered important to conduct a risk assessment and evaluation on occupational health and safety in a coal mining industry. The expected result of the assessment and evaluation is an improvement of significant efforts in decreasing occupational accident and illness rate, and also fatality rate in coal mining activities.
Focus of this study was OHS risk assessment and evaluation on mining activity in PT. Adaro Indonesia Site Tanjung Tabalong South Kalimantan in 2013. This study was analytical descriptive using observational approach. This study used Job Hazard Analysis for hazard and risk identification, and semi-quantitative risk assessment method by multiplication of consequences, probability, and exposure score.
The result of this study showed that mining activity in PT. Adaro Indonesia Site Tanjung Tabalong has 182 OHS risks.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy Endriyati
"Latar Belakang : Pelaut merupakan kelompok dengan mobilisasi tinggi yang sering berpindah-pindah dan jarang bertemu keluarga/pasangan. Hal ini dapat menyebabkan hasrat seksual yang merupakan sebuah kebutuhan tidak tersalurkan. Angka kejadian HIV pada pelaut sebenarnya masih rendah yaitu sebesar 0,7 dibandingkan dengan profesi lainnya, akan tetapi perilaku seksual berisiko HIV nya belum diketahui secara jelas, sehingga perlu dilakukan penelitian terkait hal tersebut, karena perilaku seksual berisiko HIV juga dapat memicu terjadinya meningkatnya kasus HIV di masa yang akan datang.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku seksual berisiko HIV pada pelaut pria yang berkunjung ke KKP Kelas I Tanjung Priok tahun 2018 dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV tersebut.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi Mixed Methods yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif yang digunakan secara bersamaan dalam satu penelitian, dengan desain penelitian Cross Sectional. Penelitian kuantitatif menggunakan alat bantu kuesioner sedangkan penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Analisis data kuantitatif menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan analisis regresi logistic multivariable untuk menganalisis hubungan antara variabel perilaku seksual berisiko HIV dengan variabel independent serta mengetahui variabel yang paling dominan terhadap variabel dependentnya.
Hasil : Perilaku seksual berisiko HIV mempunyai hubungan dengan tiga Variabel yaitu Variabel umur, kebiasaan menonton film porno dan pasangan seksual terakhir. Variabel yang paling dominan adalah Kebiasaan menonton film porno dengan OR = 3,095 yang berarti pelaut pria yang mempunyai kebiasaan menonton film porno memiliki peluang sebanyak 3 kali untuk melakukan perilaku seksual berisiko HIV dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kebiasaan menonton film porno.
Kesimpulan : Dengan meningkatkan edukasi terkait kebiasaan menonton film porno dan dampaknya, kesehatan reproduksi serta pengetahuan komprehensif terkait HIV diharapkan dapat mengubah perilaku seksual berisiko HIV Pelaut Pria.

Objective: This study aimed to analyze Seaman's risky HIV sexual behavior who visited Port Health Center of Tanjung Priok in 2018 and factors related to risky HIV sexual behavior.
Method: This research uses Mixed Methods which is quantitative and qualitative method used simultaneously in one research, with Cross Sectional research design. Quantitative research using questionnaires tool while qualitative research using in depth interview method. Quantitative data analysis using univariate, bivariate and multivariate analysis with multivariable logistic regression analysis to analyze the correlation between HIV risk sexual behavior variable with independent variable and know the most dominant variable to the dependent variable.
Results: Risky HIV sexual behavior Variables had relation with 3 Variables such as ere age, watching porn movie habit and the last sex partner. The most dominant variable was watching porn movie habit with OR 3,095 which means married Seaman watching porn movie had a chance of 3 times to engage in risky HIV sexual behavior compared to Seaman did not Watch.
Conclusions: By improving education on watching porn movie habit and its impact, reproductive health and comprehensive knowledge of HIV are expected to change Seaman rsquo s sexual risk behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Wulida Gusdani
"Kantor Kesehatan Pelabuhan merupakan penjaga kesehatan di pintu masuknegara. Upaya penyelenggaraan kesehatan di pintu masuk negara harus didukung oleh alokasi pembiayaan kesehatan yang cukup, efektif dan efisien. Analisis pembiayaan kesehatan dan kinerja ditujukan untuk melihat pembiayaan kesehatan dalam mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik WM dan telaah dokumen terkait. Dokumen terkait realisasi belanja dianalisis menggunakan tools Health Account dan ditabulasi dengan tabel pivot. Hasil penelitian menunjukkan sasaran strategis dan indikator kinerja yang ditetapkan tidak sejalan dengan tugas pokok dan kegiatan yang dilaksanakan. Imbasnya, alokasi pembiayaan kesehatan harus sesuai menu penyusunan perencanaan meskipun peruntukannya terbatas. Penyusunan anggaran memenuhi prinsip penganggaran terpadu dan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah. Meskipun disiasati dengan efektif, pemotongan anggaran berdampak pada capaian kinerja. Pengeluaran pelayanan kesehatan saat ini sebesar 72,8 -88,7 dengan komposisi fungsi pelayanan pelayanan preventif sebesar 50 -64 dan sisanya fungsi tata kelola dan administrasi kesehatan. Pembentukan modal tetap bruto dalam sistem kesehatan sebesar 11 -27 dari total pengeluaran kesehatan. Pelaksanaan UKM cukup baik dalam menggerakkan mesin birokrasi dan sosial namun terkendala koordinasi pada kegiatan pengawasan OMKABA dan pelabuhan/bandar udara sehat. Ketersediaan SDM belum sesuai standar dan distribusinya tidak merata. Revisi UU kekarantinaan kesehatan yang belum disahkan membuat penguatan KKP belum berjalan optimal. Pengelolaan sistem informasi berjalan dengan baik kecuali website yang kurang diperbaharui. Kesimpulan diperoleh pembiayaan kesehatan belum berbasis kinerja untuk mendukung tupoksi. Capaian kinerja belum optimal bukan hanya disebabkan oleh faktor pembiayaan namun kerjasama lintas sektor, dukungan regulasi, SDM dan peran serta masyarakat turut mempengaruhi pencapaian. Direkomendasikan melakukan penyesuaian antara sasaran strategis dan indikator kinerja dengan tupoksi dan pelaksanaan kegiatan, perbaikan dan penyesuaian menu perencanaan, mengadakan perjanjian kerjasama kegiatan pengawasan OMKABA, mengusulkan pengadaan dan pemerataan SDM sesuai standar, mendorong percepatan pengesahan RUU Kekarantinaan Kesehatan melalui konsultasi publik, advokasi yang lebih intensif kepada pihak-pihak terkait di bandara/pelabuhan, memperbaharui website dan memaksimalkan tren media sosial, serta meningkatkan dan memprioritaskan alokasi pembiayaan kegiatan langsung dan yang mengungkit indikator kinerja.

Port Health Office is a health guard at the state's point of entry. Public health strengthening at the point of entry should be supported by adequate, effective and efficient allocation of health financing. Health financing and performance analysis is aimed to analyze health financing related to achieve defined goal performance. This is a qualitative research using indepth interview method and documents review. Expenditure documents were analyzed using Health Account tools and tabulated with pivot tables. The results shows that the strategic objectives and performance indicators set arenot in line with the main tasks and activities undertaken. As the impact, health financing must be allocated based on planning menu although the allocation is limited. Budgeting meets the principles of a unified budgeting and medium term expenditure framework approach. Although budget cuts have been tried to be effectively tackled, they impacts to the performance goals. Current expenditure on health care is 72,8 88,7 with the preventive care is 50 64 and the rest is governance, and health system and financing administration expenditure. Expenditure on gross capital formation in the health care is11 27 of THE Total Health Expenditure. Public health program have been well implemented to empower the bureaucratic and social machines though the controls of drugs, food, cosmetics, medical devices, addictive materials OMKABA and a healthy port airport were not well coordinated. The availability of human resources is not up to standard and the distribution is uneven. Unrevision of the Law on Health Quarantine made the point of entry strengthening not optimal. The management of information system goes well but website is not well updated. Conclusion shows that the health financing is not performance based to support tasks, principal and functions. Goal performance is not optimal due to financing factor, cross sector cooperation, regulation support, human resources and community participation which play important roles in the achievement. It is recommended to make an adjustment between strategic objectives and performance indicators with main tasks and activities undertaken, improvements and adjustments to the planning menu, changes in performance indicators, to conduct agreement on OMKABA controls, to propose procurement and distribution of human resource based on standard, to accelerate the enactment of the revision of Law on Health Quarantine through public consultation, more intensive advocacy to stake holders at the airports ports, update websites and maximize trends social media, as well as increasing and prioritizing funds to finance direct health activity and those that improves performance indicator."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octaryana
"Jumlah kasus AIDS di Indonesia semakin meningkat, sampai periode Juni 2013 sebesar 43.667 kasus. ABK merupakan mobile migrant population yang memiliki perilaku seksual berisiko HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko terkait HIV/AIDS pada ABK di Poliklinik KKP Kelas I Tanjung Priok. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian yaitu cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ABK yang melakukan kegiatan Medical Check Up (MCU) di poliklinik KKP Tanjung Priok. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ABK yang melakukan kegiatan MCU dengan kriteria inklusi berjenis kelamin laki-laki, masa kerja minimal 3 bulan, WNI, dan menandatangani informed consent.
Hasil penelitian menunjukkan 30,7% ABK memiliki perilaku seksual berisiko terkait HIV/AIDS. Karakteristik ABK terbanyak pada umur >30 tahun (56,7%), menikah (59,3%), pendidikan terakhir SMP keatas (78,7%), pulang ke daerah asal kurang dari 9 bulan sekali (78,7%), lama berlabuh ≤ 3 hari (59,3%), usia seks pertama >21 tahun (51,3%), tingkat pengetahuan kurang (53,3%), sikap negatif (54,7%), dan kurang terpapar informasi HIV/AIDS (56,7%). Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku seksual berisiko adalah status pernikahan, pendidikan, frekuensi pulang ke daerah asal, lama berlabuh, usia seks pertama, pengetahuan, sikap dan keterpaparan media informasi. Sehingga perlu diberikan KIE mengenai HIV/AIDS dan penggunaaan kondom yang berkesinambungan serta penyediaan ATM kondom.

The number of AIDS cases in Indonesia has increased, until the period of June 2013 amounted to 43.667 cases. The crew of ship is a mobile migrant population who have HIV/AIDS-risk sexual behaviors. This research aims to have description of the factors correlation with risk sexual behavior related to HIV/AIDS in the crew at the Polyclinic of Port Health Office Class I of Tanjung Priok. This research is an observational research using cross-sectional design study. Research population was entire the crew that have Medical Check Up (MCU) in the Polyclinic of Port Health Office Class I of Tanjung Priok. Research sample was partially of the crew that have Medical Check Up (MCU) with inclusion criteria male, work period at least 3 months, Indonesian, and signed informed consent.
The result showed 30,7% of the crew have HIV/AIDS-risk sexual behavior. Most of the crew characteristic are above 30 years old (56,7%), get married (59,3%), educational grade over junior high school (78,7%), back to their hometown less than once in 9 months (78,7%), longer anchore less than 3 days (59,3%), age of first sex in over 21 years old (51,3%), level of knowledge low (53,3%), negative demeanor (54,7%), and less exposure to HIV/AIDS information (56,7%). The factors that are statistically have correlation with risk sexual behavior was marital status, education, frequency back to their hometown, longer anchored, age of first sex, knowledge, attitudes and media exposure information. So that needs to be given information, education and communication about HIV/AIDS and sustainable use of condoms and provision of condoms ATM.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Eka Pratiwi
"Penelitian ini mengenai model simulasi pelabuhan antar kota Tanjung Pinang dan kota Batam. Model simulasi merupakan sebuah metode untuk mencari kondisi optimum dari skenario yang ada dengan menggunakan simulasi dari sistem riil yang ada. Model simulasi yang dibuat menggunakan software Promodel pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh skenario penjadwalan dari keberangkatan kapal antara pelabuhan Sri bintan Pura di kota Tanjung Pinang dan Telaga Punggur di kota Batam. Faktor-faktor yang menjadi penyusun skenario pada model simulasi ini adalah total kedatangan penumpang, hari dimana model ini dijalankan, dan jumlah kapal yang beroperasi.

This Research is about the simulation model of fleet serving the port in the city of Tanjung Pinang and Batam. Model simulation is a method to find the optimum results from the experiments conducted using a simulation of the system on the real world. Simulation model created using software of Promodel. This study aims to obtain the schedule scenarios departure of the ship between the city of Tanjung Pinang and Batam. The factor which was used to create the model simulation scenario is the total passenger arrivals, day where the model is run, and the number of ships in operation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52340
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Harianto
"Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi hipertensi pada pekerja pelabuhan di wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tarakan serta faktor-faktor risiko yang berpengaruh.
Metode: Desain penelitian adalah potong lintang; subyek diperoleh dari hasil survei PTM tahun 2011 oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Tarakan, subyek yang terkumpul adalah 361 pekerja. Nilai pengukuran tekanan darah menggunakan nilai baku dari JNC VII tahun 2003.
Hasil: Faktor yang dominan berpengaruh terhadap hipertensi adalah Umur > 42 tahun, didapatkan POR = 4,19 (95% CI 1,99 – 8,79) dengan nilai p = 0,00.
Kesimpulan: Prevalensi hipertensi adalah 21,88%. Terdapat hubungan antara umur, riwayat keluarga hipertensi, stres, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan terpajan kebisingan dengan hipertensi. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, merokok, konsumsi alkohol, olahraga, area kerja dan unit kerja dengan hipertensi.

The focus of this study was to examine the prevalence amongst harbor worker at Port Health Office Class II of Tarakan with it’s associated risk factors.
Method: Cross sectional study; subjects were collected from non-CD survey at Port Health Office of Tarakan are 361 workers. Measurement of blood pressure were using the standard procedure stated in JNC VII (2003).
Result: Dominate Factor associated with hypertension were age up to 42 years old, that found POR = 4,19 (95% CI 1,99 – 8,79) with p value = 0,00.
Conclusion: The prevalence of hypertension was 21,88%. Age, family hypertension history, stress, body mass index (BMI) and noise exposure were associated with hypertension. There were no association between gender, smoking, alcohol consumption, sport, work area and work unit with hypertension in this study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Benget
"Pelaksanaan fumigasi kapal dilaksanakan dalam rangka mencegah penyakit pes melalui vektomya tikus dan pinjal di wilayah pelabuhan, kegiatan ini dilaksanakan oleh badan usaha swasta dan dibawah pengawasan Kantor Kesehatan Pelabuhan. Mengingat pelaksanaan fumigasi kapal ini memiliki risiko yang Linggi` karena menggunakan pestisida jenis fumigan yang sangat bemcun sehingga dapat terjadi keracunan pada waktu pelaksanaan fumigasi, Pengaruh pemajanan pcstisida jcnis filmigan terhadap pemgas fumigator dapat diketahui secara dini dengan cara mengukur kolinesterase darah pemakai pestisida tersebut. Penurunan aktivasi kolinesterase daral1 seseorang berkurang karena adanya pestisida/fumigan dalam darah yang membentuk senyawa kolinesterase fosfor schingga enzim tersebut tidak berfungsi lagi, yang mengakibatkan aktivasinya akan berkurang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah (aktivitas enzim kolinesterase) tenaga kerja perusahaan pengendalian hama di DKI Jakana oleh Balai Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta selama dua tahun berturut-tumt (2006-2007) diperoleh data sebagai berikut : tahun 2006, dan 345 orang yang diperiksa, 29 orang (8,4%) dinyatakan kadar kolinesterase di bawah normal dan pada tahun 2007, dari 623 orang yang diperiksa, 5] orang {8,2%) dinyatakan kadar kolinesterase di bawah normal. Masalah yang diteliti dibatasi hanya pada faktor-faktor ya.ng berhubungan dengan aktivasi kolinesterase pada tcnaga kezja fumigasi kapal di wilayah kerja KKP Kelas I Tanjung Priok dan KKP Kclas H Banten.
Penelitian bertujuan untuk mengetahuii ada tidaknya hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik pckerjaan pada pekelja fumigasi dengan risiko teljadinya keracunan iinmigan, serta mengetahui faktor manakah yang paling dominan memprmyai hubungan bermakna dengan aktivasi kolinesterase. Penelitian menggunakan metode Cross sectional study, analisis data menggunakan Chi-Square dan Regresi Logistik. Penelitian dilakukan di 12 badan usaha swasta iiunigasi kapal dengan 66 orang. Data diperoleh melalui wawancara, peninjauan lapangan, dan pemeriksaan kadar kolincstcrase darah pekelja fumigasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 responden sebanyak 17 orang (25,76%) yang menunjukkan aktivasi kolinesterase rendah dari variabel bebas karalcteristik individu tidak ada hubungan yang bermakna dengan aktivasi kolinesterase sedangkan dari karakteristik pekexjaan yang mempnnyai hubungan bermakna dengan aktivasi kolinesterase adalah penggunaan alat pelindung diri tidak lengkap dan lamanya bekeqia sebagai hlmigasi. Faktor paling dominan di antara dua yang rnempunyai hubungan bermakna dengan aktivasi kolinesterase adalah penggunaan alat pelindung diri yang tidak lengkap dan Lama kerja lcbih 10 tahun sebagai fumigator.
Simpulan penelitian ini adalah :
(1) Jumlah tenaga fumigator yang keracunan fumigan karena menggunakan alat pelindung diri (APD) tidak Iengkap 44,8 % lebih besar daripada tenaga ihmigasi yang menggunakan APD secara lcngkap (10,8%), dengan odds rasio 9,06 (2) Jumlah tenaga fumigasi yang keracunan fumigan lama k?1j3 lebih dari 10 tahun (4l,7 %) lebih besar daripada tenaga fumigasi yang mempunyai Iama kerja kurang dari 10 tahun.
Saran yang diajukan : (1) Perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan kepada para zenaga filmigasi ,khususnya mengenai penggunaan alat pelindung did, baik oleh pihak Badan Usaha Swasta maupmm Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok & Kantor Kesehatan Kelas II Banten ; (2) Bagi Badan Usaha Swasta yang mempekerjakan tenaga fumigator lebih dari 5 tahun dcngan frekuensi 2 kali serninggu melakukan fumigasi, disarankan agar di alihkan ke pekerjaan lain dan mematuhi peraturan keuja yang berlaku; (3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivasi kolinesterase untuk penetapan standar keracunan fumigan dalam suatu pcratm-an perundang-undangan
Ship fumigation is conducted in order to prevent plaque disease which is transmitted through rat vector in pon area, this activity was conducted by private business entities and under supervision of Port Health Office in using the type of pesticide which can he very toxic and cause poison in human. The influence of pesticides exposure on titmigator can be detected early by measuring the blood cholinesterase ofthe fumigator. Decrease in activation of blood cholinesterase is caused by the existence of pesticide in blood that form the cholinesterase phosphorus compound so that the enzyme is not working anymore, which will lead to decreased activation.
Based on the results of blood examination (enzyme cholinesterase activity ) pest control company in Jakarta by Central Health Laboratory DKI Jakarta for two consecutive years (2006-2007) obtained the following data: in 2006, from 345 people examined, 29 persons (8,4%) stated cholinesterase degree below normal, and in 2007, out of 623 people examined, 51 persons (8,2%) stated cholinesterase degree below normal. The examined issues are limited only on the factors associated with the activation of cholinesterase on the ship tiimigator in working area of Port Health Oftice Class I Tanjung Priok and Port Health Office Class II Banten.
The research aims are to assess the relationship between individual characteristics and job characteristics on fumigation worker with the risk of a poisoned iiimigant, and find out which factors have the most significant relationship with the cholinesterase activation. The research method is a cross sectional study, data analysis using the Chi-Square and Logistic regression. The research conducted in 12 private sector business entities in ship fumigation consist of 66 people. Data were obtained through interviews, field observation, and examination of blood cholinesterase content of fumigation workers.
The results of research shows that among 66 respondents, of 17 people (25,76%) indicates that the activation of low cholinesterase, individual characteristics do not have a meaniniul relationship with the activation while the characteristics of work that had meaningful relationships with cholinesterase activation is the use of not complete self-protective equipment and duration of working as fumigator. The most dominant factor that have a meaningful relationship with the cholinesterase activation is the use of protective equipment that is not self-complete and work duration more than 10 years as a fumigator.
The conclusion are : (1) the amount of liimigator poisoned for using not complete self- protective equipment is 44,8% greater than the furnigator using complete self-protective equipment (l0,8%), with odds ratio of 9,06. (2) the amount of fumigator poisoned who working more than I0 years is 41,7% greater than the fumigator who have long working less than 10 years (22,2%), with odds ratio of 5,4l.
The suggestions are: (I) need to undertake counselling and training to the fumigation worker, especially regarding the use of self protective equipment, either by the Private Business and Port Health Office Class I Tanjung Priok Class I and Port Health Office Class Il Banteri, (2) For the Private businesses that employ liimigator more than 5 years with a frequency of 2 times a week doing fumigation, it is suggested to switch to another job and working in comply with the applicable regulations; (3) need to be further research on cholinesterase activation standard for the determination of virulence in a himigant regulation.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>