Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desak Made Widyanthari
"ABSTRAK
Salah satu penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM) tipe II adalah melakukan
latihan fisik jalan kaki karena latihan dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan
menurunkan resistensi insulin. Di Indonesia belum ada penelitian mengenai
pengaruh jalan kaki continue dan interval untuk menurunkan glukosa darah pasien
DM Tipe II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jalan kaki
continue dan interval terhadap glukosa darah pasien DM tipe II. Desain penelitian
ini quasy eksperimen pre post test non equivalent control group, dengan jumlah
sampel 39 orang, terbagi 13 orang pada tiga kelompok. Hasil penelitian dengan
uji paired t test didapakan perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok jalan kaki continue dan interval (p
=0,0005), tidak terdapat perbedaan signifikan pada kelompok kontrol. Analisis
menggunakan uji Anova didapatkan perbedaan kadar glukosa darah setelah
intervensi antar kelompok. Terdapat perbedaan selisih kadar glukosa darah
sebelum dan setelah intervensi antar kelompok. Penelitian ini membuktikan
bahwa jalan kaki continue dan interval mampu menurunkan kadar glukosa darah
pada pasien DM tipe II, namun penurunan glukosa darah yang lebih signifikan
terjadi pada kelompok jalan kaki continue.

ABSTRACT
Walking exercise becomes one of treatments on type II diabetes mellitus
management, since it improves insulin sensitivity and decrease insulin resistance.
There are no studies in Indonesia investigate the effects of continue and interval
walking exercise on lowering blood glucose level in type II DM patients. This
study aimed to determine the effect of continue and interval walking on glucose
level in type II diabetic patients. This study design was quasy experiment pre post
test non-equivalent control group with 39 persons , divided into 13 persons in
three groups. The result showed that there were significant differences between
glucose levels before and after the intervention in continue and intervals groups (p
= 0.0005), but there was no significant difference in control group. Analysis using
ANOVA test revealed difference in blood glucose levels between groups after
intervention, thus there was difference in mean difference blood glucose levels
before and after the intervention between groups. Both exercise protocols resulted
in a decline blood glucose levels, however the decline was greater with continous
walking compare with interval walking."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasir Djalili
"Pengertian hubungan Kecepatan - Arus - Kepadatan adalah sangat penting untuk perencanaan, perancangan dan operasi dari fasilitas pejalan kaki, disana banyak kesamaan antara phenomena arus dari kendaraan dan pejalan kaki. Tujuh model diterapkan untuk mencari model terbaik dalam hubungan Kecepatan - Arus - Kepadatan aliran pejalan kaki dengan mengunakan fasilitas pejalan kaki berupa trotoar, 7 model tersebut terdiri dari 3 model aliran tunggal (single-regime model) yaitu : Greenshields, Underwood dan Greenberg dan 2 model aliran berganda (multi-regime model) yaitu : Greenberg dan Edie, berdasarkan kondisi yang dihadapi dilakukan pengembangan model yang sesuai dengan kondisi (U . I Depok model) diterapkan baik untuk single regime model maupun multi regime model.
Lokasi pengamatan berada didepan stasiun kereta api di Kampus UI Depok, dengan mengunakan kamera video yang ditempatkan pada ketinggian ± 5,50 meter dari muka tanah. Dan 7 model tersebut didapat 5 model yang terbaik dan realitis. Kondisi single regime model diwakili oleh model : Greenshields dan Underwood, sedangkan multi regime model diwakili oleh ketiga model yaitu : Greenberg, Edie dan modifikasi UI Depok model. Kesesuaian model tersebut diuji berdasarkan kondisi hubungan antara Kecepatan - Kepadatan dan berdasarkan hasil pengujian t dan uji F satistis.
Dari hasil pengujian diperoleh Greenshields model adalah model terbaik untuk single regime model, dikarenakan Underwood mempunyai kelemahan dalam menentukan besarnya kepadatan macet atau maksimum (jam density) hasilnya kurang realitis dan hasil uji t menunjukan kurang memenuhi syarat. UI Depok model adalah model terbaik untuk multi regime model dengan memperhitungkan standard kesalahan yang paling minimal dan hasil uji t terbaik dari 2 multi regime model lainnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Arsyiana
"ABSTRAK
Tujuan : Mengetahui efektivitas terapi latihan berjalan pada pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) terhadap nilai skala borg dan jarak tempuh uji jalan enam menit
Metode: Disain penelitian ini adalah studi kuasi eksperimen (pre and post). Nilai skala borg diukur dengan skala numerik 6-20 untuk skala borg kelelahan dan 0-10 untuk skala borg sesak dan kaki lelah. Aktivitas penyakit LES diukur dengan Mex-SLEDAI. Latihan berjalan dilakukan secara bertahap 15, 20, 25, dan 30 menit, tiga kali perminggu selama delapan minggu. Nilai skala borg diukur setelah uji jalan enam menit pertama, setiap akhir minggu latihan, dan setelah uji jalan enam menit kedua. Jarak tempuh uji jalan enam menit dan Mex-SLEDAI diukur pada awal dan akhir penelitian.
Hasil : Dua puluh enam subyek penelitian usia 22 - 57 tahun dianalisa dalam penelitian ini. Rerata nilai jarak tempuh uji jalan enam menit awal adalah 364,35 + 64,45 meter, setelah dilakukan intervensi berjalan terdapat peningkatan rerata menjadi 374,04 + 68,62 meter (p=0,08, CI 95%). Secara statistik dengan uji berpasangan terdapat perbedaan bermakna pada minggu ke-6 dan ke-7 pada skala borg usaha dan kaki lelah, sedangkan pada skala borg sesak pada minggu ke-4 dan ke-5 (p<0,05). Nilai skala Borg uji jalan enam menit pada awal dan akhir latihan secara statistik tidak bermakna (p>0,05). Nilai Mex-SLEDAI awal dan akhir latihan berjalan 84% tidak berubah.
Kesimpulan : Latihan berjalan secara bertahap aman diberikan pada pasien LES tanpa meningkatkan aktivitas penyakit.

ABSTRACT
The aim: To assess the effectiveness of walking exercise therapy in Systemic Lupus Erythematosus (SLE) patients in borg scale value and six minutes walking test (6MWT) distance.
Methods: The design of the study was quasi-experimental study (pre and post). Borg scale values were measured with 6-20 numerical scale for borg scale exertion and 0-10 for borg scale dyspneu and leg fatigue. SLE disease activity measured by Mex-SLEDAI. Walking exercises were given gradually for 15, 20, 25, and 30 minutes, three times per week for eight weeks. Borg scale values were measured after the first 6MWT, every end of the exercise week, and after the second 6MWT. The 6MWT distance and Mex-SLEDAI were measured at beginning and end of the study.
Results: Twenty-six subjects aged 22-57 were analyzed in this study. The mean value of 6MWT distance was 364.35 + 64.45 meters, after the intervention there was an increase in mean distance value into 374.04 + 68.62 meters (p = 0.08, CI 95%). Paired t test found statistically significant differences for borg scale of effort and leg fatigue at week 6 and 7, also borg scale dyspneu in week 4 and 5 (p <0.05). Borg scale score at 6MWT in the beginning and end of exercise was not statistically significant (p> 0.05). The Mex-SLEDAI values at beginning and end of exercise were 84% amd remain unchanged.
Conclussion: Gradually walking exercise in SLE was safely administered to patients without increasing the disease activity."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ], 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Any Sumarni
"Diabetes di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 10.9% dan merupakan penyebab kematian peringkat ke 5 di dunia. Diabetes merupakan ancaman serius terhadap masalah kesehatan yang sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup seperti pola makan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik. Aktivitas fisik dilakukan dengan teratur dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. Aktivitas fisik merupakan salah satu intervensi pilihan untuk mencegah dan mengontrol diabetes. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan memberikan gambaran mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes melalui intervensi keperawatan edukasi pengetahuan diabetes, aktivitas fisik jalan kaki dan diet 3J (jumlah, jenis, jadwal) pada keluarga di Kota Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah case study. Intervensi keperawatan unggulan yang dilakukan selama 5 minggu adalah aktivitas fisik jalan kaki. Aktivitas fisik jalan kaki dilakukan setiap hari dengan waktu 30 menit dilakukan pada pagi hari yang dilakukan di luar ruangan. Hasil menunjukkan terjadi penurunan dari pertama kali pertemuan dibandingkan dengan akhir setelah diberikan intervensi jalan kaki selama 2 minggu dengan diet 3J dari kadar gula darah 175 mg/dL menjadi 140 mg/dL. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas jalan kaki dapat menjadi alternatif intervensi untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes.

Kata kunci: Intervensi aktivitas fisik jalan kaki, perawat, kadar glukosa darah.


Diabetes in Indonesia has a prevalence of 10.9% and is the 5th leading cause of death in the world. Diabetes is a serious threat to health problems which are mostly caused by lifestyle such as unhealthy eating patterns and lack of physical activity. Regular physical activity can provide health benefits for the body. Physical activity is one of the interventions of choice to prevent and control diabetes. This scientific paper aims to provide an overview of nursing care for families with diabetes through nursing interventions, education on diabetes knowledge, physical activity, walking and the 3J diet (amount, type, schedule) for families in Depok City. The research method used is a case study. The leading nursing intervention carried out for 5 weeks was the physical activity of walking. The physical activity of walking is carried out every day for 30 minutes in the morning outdoors. The results showed that there was a decrease from the first meeting compared to the end after being given a walking intervention for 2 weeks with the 3J diet from blood sugar levels from 175 mg/dL to 140 mg/dL. It can be concluded that walking activity can be an alternative intervention to reduce blood sugar levels in diabetes sufferers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idfa Novia Putri
"Ruang berjalan kaki adalah salah satu aspek utama dalam menunjang kota yang livable. Namun, keberadaan ruang berjalan sering kali terlupakan, salah satu ruang berjalan tersebut adalah trotoar. Trotoar sendiri tentunya memiliki syarat dan ketentuan tertentu yang menjadikannya sebagai ruang berjalan yang ideal. Syarat dan ketentuan tersebut membuat trotoar memiliki faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi perlakuan pejalan kaki dalam menggunakan ruang berjalan yang akan digunakan. Sebagai hasil, trotoar sebagai ruang berjalan kaki ditentukan berdasarkan kegunaan.

Walking space is one of the main aspects in supporting a livable city. However, the existence of walking space is often forgotten. One of the running spaces is the sidewalk. The sidewalk itself certainly has certain terms and conditions that make it an ideal walking space. These terms and conditions make the sidewalk a physical and non physical factor that affects pedestrian treatment in choosing the walking space to be used. As a result, the sidewalks as walking spaces are determined by usability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Akbar Suryoadji
"

Pendahuluan: Perilaku sedenter atau menetap pada pekerja dapat menyebabkan berbagai risiko penyakit yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Salah satu uji yang dapat dilakukan dengan mudah dan fleksibel untuk menilai tingkat kebugaran seseorang adalah melalui uji jalan 6 menit yang ditunjukan berdasarkan persentase antara hasil dan prediksi uji jalan 6 menit.  Oleh karena itu, penelitian untuk mencari tahu hubungan antara jenis pekerjaan dan tingkat kebugaran perlu dilakukan sebagai pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan, dalam hal ini dilakukan kepada petugas kebersihan luar UI Depok.

Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang. Subjek merupakan petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok. Jenis pekerjaan pada subjek terbagi menjadi lokasi, durasi, giliran waktu, dan cara kerja subjek yang diisi melalui kuisioner oleh subjek. Tingkat kebugaran subjek didapatkan berdasarkan persentase hasil dan prediksi uji jalan 6 menit yang dilakukan oleh peneliti sesuai pedoman dari ATS. Data tingkat kebugaran dan jenis pekerjaan dianalisis korelasinya dengan Uji Fisher.

Hasil: Sebaran jenis pekerjaan pada petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok didapatkan berdasarkan lokasi 95,4% bekerja di outdoor, 1,8% bekerja di indoor dan outdoor, dan 2,8% bekerja di tempat yang tidak menentu. Berdasarkan durasi didapatkan 93,6% pekerja bekerja lebih dari 8 jam dan sebanyak 6,4% pekerja bekerja kurang dari 8 jam. Berdasakan giliran waktu kerja sebanyak 94,5% pekerja bekerja pada giliran waktu pagi, sebanyak 1,8% bekerja pada giliran waktu sore, dan sebanyak 3,7% bekerja pada waktu tidak menentu. Berdasarkan cara bekerjanya 100% pekerja bekerja secara fisik. Sebaran tingkat kebugaran melalui uji jalan 6 menit pada petugas kebersihan Universitas Indonesia Depok didapatkan sebanyak 1,83% pekerja tergolong bugar, sebanyak 2,75% pekerja tergolong tidak bugar, dan sebanyak 95,4% pekerja tergolong sangat tidak bugar. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat kebugaran melalui hasil uji jalan 6 menit pada petugas kebersihan UI Depok didapatkan pada hubungan tingkat kebugaran terhadap lokasi, durasi, dan waktu kerja menunjukan tidak adanya hubungan (p>0,05). Sedangkan pada korelasi antara tingkat kebugaran dengan cara bekerja tidak dapat dihubungkan karena cara bekerja pada subjek konstan.

Kesimpulan: Korelasi antara tingkat kebugaran dengan lokasi, durasi, dan waktu kerja tidak memiliki hubungan (p>0,05), serta tidak dapat dilakukan hubungan antara tingkat kebugaran dengan cara bekerja karena cara bekerja subjek bersifat konstan.


Introduction: Sedentary behavior in workers can cause various risks of illness that interfere with daily activities. One of the test that can be done easily and flexibly to assess a persons fitness level is through 6-minute walking test which is shown based on the percentage between the results and predictions of the distance. Therefore, research to find out the relationship between work type and fitness level needs to be done as new knowledge that has never been done before, in this case conducted to janitors of UI Depok.

Method: The design used in this study is cross-sectional. The subjects are janitors of the Universitas Indonesia Depok. The type of work of the subjects is divided into location, duration, shift time, and how the work of the subjects and its filled out through questionnaires by the subjects. The fitness level of the subjects was obtained based on the percentage of results and predictions of the 6-minute walking test conducted by the researchers according to the guidelines of ATS. Data on fitness level and type of work were analyzed by correlation with the Fisher Exact Test.

Results: The distribution of work types on subjects was obtained based on the location it was found that 95.4% working in outdoor, 1.8% working indoor and outdoor, and 2.8% working in uncertain places. Based on the duration, it was found that 93.6% of workers worked more than 8 hours and 6.4% of workers worked less than 8 hours. Based on work time 94.5% of workers work in the morning shift, 1.8% work in the afternoon shift, and as many as 3.7% works in uncertain times. Based on how it works 100% of workers work physically. The distribution of fitness levels through a 6-minute walk test on subjects was found as many as 1.83% of workers classified as fit, as many as 2.75% of workers were classified as unfit, and as many as 95.4% of workers were classified as very unfit. The relationship between the types of work with the fitness level through the results of the 6-minute walk test that the subjects were found in the relationship of fitness level to location, duration, and work time showed no relationship (p>0.05). Whereas the correlation between fitness level with how to work cannot be connected because the way to work on subjects was constant.

Conclusion: The correlation between fitness level with location, duration, and work time has no relationship (p>0.05), and there is no relationship between fitness level and work method because the subjects work method is constant.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masruroh
"[Latar Belakang : Jumlah usia lanjut (Usila) makin meningkat dan tumbuh cepat, yang membawa konsekuensi meningkatnya gangguan terkait usia, termasuk penurunan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian aktivitas berjalan kaki terstruktur, yaitu minimal 6000 langkah/hari, terintegrasi dalam aktivitas sehari-hari dengan kecepatan yang nyaman selama 12 minggu, dalam memelihara fungsi kognitif pada usia lanjut dengan fungsi kognitif normal di komunitas.
Metode : Desain penelitian ini adalah studi ekperimental, berupa uji klinis acak tersamar tunggal. Subyek terdiri dari 20 orang Usila pada kelompok perlakuan yang diberikan aktivitas berjalan kaki terstruktur, dan 19 orang Usila pada kelompok kontrol yang beraktivitas sebagaimana biasanya, selama 12 minggu. Subyek dinilai fungsi kognitifnya menggunakan MoCA Ina pada awal dan akhir perlakuan. Aktivitas berjalan kaki diukur menggunakan pedometer.
Hasil : Aktivitas berjalan kaki terstruktur yang mampu dilakukan oleh kelompok perlakuan adalah 7531 langkah/hari, dan kelompok kontrol adalah 3527 langkah/hari (p=0,000). Pada akhir penelitian, skor total MoCA pada kelompok perlakuan (median=29) adalah lebih tinggi (p=0,022) dibandingkan kelompok kontrol (median=27), dan begitu pula untuk selisih skor MoCA antara awal dan akhir penelitian (rerata selisih pada kelompok perlakuan adalah 3,35; kelompok kontrol adalah 1,47; p=0,003). Efek perlakuan pada domain fungsi kognitif menunjukkan skor Visuospasial/Fungsi Eksekusi secara siknifikan (p=0,08) lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Selisih skor domain MoCA pada awal dan akhir penelitian ditemukan lebih besar pada kelompok perlakuan pada domain Visuospasial/Fungsi Eksekusi, Bahasa, dan Abstraksi.
Kesimpulan : Aktivitas berjalan kaki terstruktur 7500 langkah/hari memiliki efek positif dalam memelihara fungsi kognitif usia lanjut secara umum, dengan domain yang paling dipengaruhi adalah Visuospasial/Fungsi Eksekusi. Aktivitas ini juga memberikan peningkatan yang lebih besar pada fungsi kognitif secara umum dan pada domain Visuospasial/Fungsi Eksekusi, Bahasa, dan Abstraksi.;Background : Fast growing of elderly population increases disorders related to aging, including decreasing of cognitive function. The objective of this study is to evaluate the effect of structured walking activity, that characterized by minimally 6000 steps/day, integrated to daily activities, with comfortable pace, for 12 week, in maintaining cognitive function in elderly with normal cognitive function in community.
Method : This study design was experimental, single-blind randomized controlled trial. The subjects were 39 elderly, consist of 20 subjects in intervention group and 19 subject in control group. Intervention group were given structured walking activity, and control group did their usual activity, for 12 weeks. Cognitive function were assessed using MoCA Ina in the beginning and end of the study. Walking activity was measured using pedometer.
Results : Amount of walking activity that was able to do was 7531 steps/day in intervention group, and 3527 steps/day in control group (p=0,000). In the end of study, total MoCA score in intervention group (median=29) is significantly better (p=0,022) than control group (median=27), and so did the improvement of MoCA score in the end of study (mean of increasing score in intervention group was 3,35, and in control group was 1,47, p=0,003). Effect on domain of cognitive function showed Visuospatial/Executive function score in intervention group was signifantly better than control group. Improvement in Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains‟ score was also found larger in intervention group.
Conclusion : Structured walking activity, about 7500 steps/day had a positive effect in maintaining general cognitive function in elderly, and Visuospatial/Executive function was the most influenced domain. The effect of this activity also showed larger improvements in general cognitive function and Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains., Background : Fast growing of elderly population increases disorders related to aging, including decreasing of cognitive function. The objective of this study is to evaluate the effect of structured walking activity, that characterized by minimally 6000 steps/day, integrated to daily activities, with comfortable pace, for 12 week, in maintaining cognitive function in elderly with normal cognitive function in community.
Method : This study design was experimental, single-blind randomized controlled trial. The subjects were 39 elderly, consist of 20 subjects in intervention group and 19 subject in control group. Intervention group were given structured walking activity, and control group did their usual activity, for 12 weeks. Cognitive function were assessed using MoCA Ina in the beginning and end of the study. Walking activity was measured using pedometer.
Results : Amount of walking activity that was able to do was 7531 steps/day in intervention group, and 3527 steps/day in control group (p=0,000). In the end of study, total MoCA score in intervention group (median=29) is significantly better (p=0,022) than control group (median=27), and so did the improvement of MoCA score in the end of study (mean of increasing score in intervention group was 3,35, and in control group was 1,47, p=0,003). Effect on domain of cognitive function showed Visuospatial/Executive function score in intervention group was signifantly better than control group. Improvement in Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains‟ score was also found larger in intervention group.
Conclusion : Structured walking activity, about 7500 steps/day had a positive effect in maintaining general cognitive function in elderly, and Visuospatial/Executive function was the most influenced domain. The effect of this activity also showed larger improvements in general cognitive function and Visuospatial/Excecutive function, Language, and Abstraction domains.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Immanuel
"Dalam aktivitasnya manusia tidak terlepas dari aktivitas berjalan kaki. Berjalan kaki merupakan moda transportasi yang cukup ringan dan dapat dirasakan. Jalur pedestrian merupakan sebuah jawaban bagi manusia pengguna moda jalan kaki tersebut. Dalam kenyataannya, jalur pedestrian dapat menarik manusia untuk melakukan aktivitas disana dan tidak tertutup kemungkinan terjadi interaksi antara pejalan kaki, dan juga antara pejalan kaki dengan lingkungannya. Berkembangnya jalur pedestrian dapat menjadikan para pejalan kaki semakin banyak melalui jalur tersebut. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan aktivitas dan interaksi di sekitar lokasi jalur pedestrian tersebut. Namun, lama-kelamaan aktivitas maupun interaksi yang terjadi disana menjadi berdampak terhadap kualitas jalur pedestrian itu sendiri. Para pengguna jalur pedestrian dan aktor sekitarnya menjadi mengesampingkan tujuan utama dari jalur pedestrian tersebut dan lebih mengutamakan kepentingan individu, sehingga kualitas pedestrian menjadi kearah yang buruk.

Human activity can not be separated from the activity of walking. Walking is a simple transportation system which is commonly done by human activity. Pedestrian path is the right answer for that kind of this activity. In fact, pedestrian path can attract people to do activities, and it possibly happens to pedestrian to have interaction among them, and also between a pedestrian and their environment. The development of pedestrian paths can make pedestrian more and more through the pathways. It can be utilized to improve the activity and interaction around the pedestrian path. However, the activities and interactions will have an impact for the quality of the pedestrian itself. Pedestrian will be more individual and ignore the important thing of pedestrian path. Therefore, the quality of pedestrian goes into a bad situation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifalisanto
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG. Kecepatan berjalan jarak pendek merupakan pengukuran yang reliabel untuk menilai risiko jatuh dirumah sakit pada pasien usia lanjut. Dengan adanya penurunan kecepatan berjalan pada usia lanjut yang dipengaruhi oleh berbagai risiko jatuh dan besarnya masalah yang ditimbulkan oleh jatuh maka, perlu dilakukan penelitian. Saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan korelasi antara kecepatan berjalan dengan besarnya risiko jatuh pada usia lanjut di Indonesia.
METODE. Penelitian deskriptif analitik dengan periode sewaktu. Pada pasien usia lanjut dengan risiko jatuh ringan dan sedang secara consecutive sampling. Penilaian risiko jatuh dengan Berg Balance scale, kemudian dilakukan pemeriksaan kecepatan berjalan 10 meter. Penilaian korelasi Berg Balance scale dengan kecepatan berjalan. Menentukan hubungan antara kategori kecepatan berjalan dengan kategori risiko jatuh dilakukan uji Chi Square sehingga dapat menghitung Crude Odds Ratio dan adjusted Odds Ratio.
HASIL. Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna secara statistik antara nilai Berg Balance Scale dengan kecepatan berjalan (r=0,492, p<0,001). Terdapat perubahan Odds Ratio ≥ 10 % untuk variabel usia (11,6 %), jenis kelamin (18,48%) dan status gizi (10,16%) menunjukkan semua variabel merupakan variabel perancu untuk variabel kecepatan berjalan.
KESIMPULAN. Terdapatnya korelasi sedang antara Berg Balance Scale dengan kecepatan berjalan pada usia lanjut. Terdapat hubungan antara kecepatan berjalan dengan risiko jatuh pada usia lanjut.

ABSTRACT
BACKGROUND. One in three elderly falls each year and cause many complication. The most common etiology of falls in elderly is balance disorder that will reduce their walking speed. Short walking distance is a reliable measurement for assessing the risk of falls in hospital for elderly patients. This study is purposed to assess the correlation between the walking speed and the magnitude of the risk of falls in elderly people.
METHOD. Descriptive analytic research with cross-sectional method and consecutive sampling in mild and moderate risk of fall elderly patients. Risk of falls was assessed using Berg Balance Scale and walking speed using 10 meters distance walking test. Spearman correlation analysis test between Berg Balance Scale compare and walking speed. Chi Square Test to determine the correlation between confounding variable with walking speed category and category risk of falls.
RESULTS. There is a statistically significant positive moderate correlation between the Berg Balance Scale and walking speed (r = 0.492, p <0.001). There is a change of more than 10% of the odds ratio for the age (11.6%), sex (18.48%) and nutritional status (10.16%) which showed that all the variables are the confounding variable for walking speed.
CONCLUSION. The presence of moderate correlation between the Berg Balance Scale and walking speed in the elderly. There is a relationship between walking speed and the risk of falls in the elderly."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Alyani
"Saat ini berjalan kaki masih belum menjadi moda transportasi favorit di kalangan masyarakat. Karena itu penelitian ini ingin menggali aspirasi tentang pendapat orang-orang tentang aktivitas berjalan kaki itu sendiri. Berbeda dari yang sudah ada, kali ini dicoba pendekatan kualitatif untuk mengeksplorasi alasan orang-orang tertarik dan tidak tertarik untuk berjalan kaki. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner berbasis web online survey .Setelah disaring, data yang diolah meliputi alasan yang membuat orang tertarik dan tidak tertarik untuk berjalan kaki, serta emosi yang dirasakan ketika berjalan kaki. Data ini kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif dan uji korelasi Chi-Square menggunakan perangkat lunak SPSS.Hasil uji menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan suku bangsa dengan faktor-faktor yang membuat tertarik dan tidak tertarik untuk berjalan kaki. Namun terdapat pengecualian, yaitu didapatkan angka hasil uji yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa dengan faktor kesehatan serta jarak dan waktu pada alasan orang tidak tertarik untuk berjalan kaki.

Currently walking is still not being a favorite way to transport in our society. Therefore, this research explored the opinions of people about the activity of walking itself. Different from any researches before, this research tried qualitative approach to explore the reasons why people are interested in and not interested in walking. The research was conducted using web based questionnaire online survey .After filtered, processed data included the reasons why people are interested in and not interested in walking, also the emotion they felt when they walked. Then this data analyzed using descriptive statistics and Chi square correlation test using SPSS software.The test results showed that there is no significant correlation was found between gender and tribe with the reasons people are interested and not interested in walking. But there ares exclusions, the number of test results showed there are significant correlation between tribe and health also distance and time factors in the reasons why people are not interested in walking. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S70318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>