Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168834 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Isolasi α-selulosa dari jerami padi telah berhasil dilakukan, menghasilkan rendemen sebesar 26,95%, indeks kristalinitas 74,28% dan berat molekul relatif 28.517 g/mol. Selulosa kemudian dimodifikasi, dengan tujuan untuk menghasilkan serat penukar ion, dengan mencangkokkan monomer asam akrilat pada selulosa menggunakan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 30 kGy, konsentrasi monomer 10% volum, suhu 60oC dan waktu reaksi 120 menit, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 84,12 % dan berat molekul sebesar 45.295 g/mol. Kapasitas pertukaran ion selulosa-g-AA yang dihasilkan dari pencangkokan sebesar 3,54 mek/g. Selanjutnya, untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA, dilakukan pengikatan silang menggunakan agen pengikat silang N,N?-metilenbisakrilamida (MBA).
Kondisi optimum pengikatan silang terdapat pada dosis radiasi 15 kGy dan konsentrasi MBA 5%, dengan fraksi terikat silang yang diperoleh sebesar 68,27%, swelling dalam air sebesar 346,42% dan kapasitas pertukaran ion sebesar 2,99 mek/g. Pengikatan silang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam sebesar 3%, indeks kristalinitas sebesar 2,12%, suhu transisi gelas sebesar 20,43oC, dan suhu dekomposisi akhir sebesar 12,14oC. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai penyerap ion logam Cu2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 16,5 mg/g (konsentrasi awal Cu2+ 100 mg/L), yang diperoleh dengan dosis pengikatan silang 10 kGy dan konsentrasi MBA 3%.

Isolation of α-cellulose from rice straw has been successfully carried out having 26.95% yield, with 74.28% crystallinity index and relative viscosity average molecular weight 28,517 g/mol. The α-cellulose is then chemically modified to be a fiber ion exchanger, by grafting acrylic acid monomer onto cellulose using pre-irradiation graft copolymerization technique. The optimum condition for grafting is obtained at 30 kGy radiation dose, 10% monomer concentration, 60°C grafting temperature and 120 minutes reaction time, with 84.12% grafting average and relative viscosity average molecular weight 45,295 g/mol. The ion exchange capacity of cellulose-g-AA obtained from grafting is 3,54 meq/g. Furthermore, to improve thermal and chemical resistance of cellulose-g-AA, the sampel is crosslinked using N,N?-methylenebisacrylamide (MBA) crosslinking agent.
The optimum condition is obtained at 15 kGy radiation dose and 5% MBA concentration producing 68.27% crosslinked fraction, 346,42% swelling in water and 2,99 meq/g ion exchange capacity. The crosslinking process increases acids resistance by 3%, crystallinity index by 2.12%, glass transition temperature by 20.43°C, and final decomposition temperature by 12.14oC. Crosslinked cellulose-g-AA can be used as Cu2+ adsorbent having adsorption capacity of 16.5 mg/g (initial concentration of Cu2+ 100 mg/L). This capacity is achieved with crosslinking dose of 10 kGy and MBA concentration of 3%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Rendy Audy
"Limbah pertanian di negara agraris seperti Indonesia sangatlah potensial. Pengolahan limbah pertanian seperti jerami padi akan memberikan nilai tambah ekonomis bagi para petani di Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan pembuatan biokomposit perupa papan serat jerami dan serat gelas dengan polimer PVAc. Papan serat ini berpotensi menjadi material struktur yang murah dan mudah di dapat dikarenakan jumlahnya yang melimpah dan murah. Untuk meningkatkan kekuatan jerami dalam pembuatan papan serat dilakukan proses awal berupa perendaman jerami dalam cairan NaOH. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki sifat mekanis jerami. Untuk mendapatkan komposisi yang terbaik maka dibuat beberapa komposisi serat papan jerami mulai dari 20% berat serat hingga 70% berat serat.
Komposisi optimal papan serat jerami padi berada pada 30% berat serat dengan kekuatan tarik sebesar 4.5 MPa. Variasi subtitusi serat gelas pada komposisi optimal papan jerami padi menghasilkan kekuatan optimal pada komposisi 50% jerami padi, 50% serat gelas dan 70% PVAc yaitu sebesar 4.26 MPa. Rata- rata kadar air 10% atau dibawah 13% menunjukkan papan serat ini sesuai dengan SNI 01-4449-2006.

Agricultural waste in an agricultural country like Indonesia is very potential . Processing of agricultural wastes such as rice straw provides economic value for farmers in Indonesia. One way of agricultural processing is to manufacture biocomposites such as rice straw fiber and glass fiber hybrid boards with PVAc polymer. This fiberboard material could potentially as structural materials and can an inexpensive because the fiber source is abundant and cheap. To increase the strength of the fiberboard made an initial process of soaking hay in an NaOH solution was conducted.
From this research it was found that the optimal composition of the rice straw board was at 30 % by weight of rice straw with a tensile strength of 4.5 Mpa, increased BLA % compared to tensile strength of the pristine PVAc. Moreover, the optimal composition of the hybrid board was 50 % rice straw, 50 % glass fiber and 70 % PVAC and this composition resulted a tensile strength of 4:26 MPa . The tensile strength of the hybrid board was smaller than that of the straw board becuase of the presence of big voids in between the straw and the glass fibers. Average moisture content of 10 % met the SNI 01-4449-2006 criteria , which was below 13 %.
"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Indrianti
"Polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek warna opal dengan tujuan aplikasi coating. Metode yang digunakan untuk menghasilkan partikel polimer monodisperse adalah metode polimerisasi emulsi. Pada penelitian ini telah dilakukan polimerisasi emulsi core-shell secara bertahap terhadap dua monomer dengan perbedaan indeks refraksi yang cukup tinggi antara monomer keras metil metakrilat (MMA) dan monomer lunak etil akrilat (EA), melalui variasi pengikat silang glisidil metakrilat (GMA), variasi penambahan inisiator kedua dan suhu aging core-shell dengan tujuan mempelajari pengaruhnya terhadap persen konversi, ukuran dan distribusi ukuran partikel, serta viskositas pada polimerisasi core-shell metil metakrilat-etil akrilat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa core-shell metil metakrilat-etil akrilat belum mencapai ukuran 200-300nm, kondisi optimum yang diperoleh dalam penelitian ini adalah ukuran partikel sebesar 112,7 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers (PDI 0,088) dan persen konversi yang tinggi (93,52%) pada pembuatan polimer core-shell menggunakan teknik semikontinu dengan penambahan GMA sebelum pre-emulsi shell EA, penambahan inisiator kedua secara kontinu dan suhu aging core-shell 800C. Data spektrum IR dan suhu transisi gelas memperkuat bukti telah terjadi polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30360
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri
"Pembuatan polimer core-shell stirena-butil akrilat telah dicoba dengan metode polimerisasi emulsi. Pada penelitian ini telah berhasil disintesis polimer core-shell secara bertahap terhadap stirena (St) dan butil akrilat (BA). Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalan teknik semikontinu. Konsentrasi surfaktan dibuat tetap yaitu sebesar 10 CMC. Konsentrasi inisiator juga dibuar tetap yaitu sebesar 1% baik umuk inisiator termal (APS) maupun inisiator redoks (H2O2-asam askorbat). Pada penelitian ini telah dipelajari pengaruh konsentrasi monomer terhadap ukuran dan distribusi ukuran partikel nomopolimer St maupun BA. Variasi konsentrasi St sebesar 20%, 25% dan 30% sedangkan BA Sebesar 17,33% dan 25%. Selain itu juga dipelajari penggunaan inisiator yang Iebin baik antara termal (APS) dan redoks (H2O2 dan asam askorbat). Optimalisasi nomopolimer digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu polimerisasi core-shell.
Polimerisasi stirena optimal didapat pada konsentrasi monomer 30% dengan menggunakan inisiator APS dimana didapat ukuran partikel sebesar 81,28 nm dan persen konversi sebesar 86,93%. Polimerisasi butil akrilat optimal didapat pada konsentrasi monomer 17,33% dengan menggunakan inisiator APS dimana didapat ukuran partikel sebesar 74,03 nm dan persen konversi sebesar 71 ,16%. Olen karena itu jenis inisiator yang akan dipakai pada polimerisasi core-shell adalah APS. Spektrum FTIR dan kurva DSC menunjukkan banwa telah terjadi polimerisasi momomer stirena menjadi polimer stirena. Spektrum FTIR dari polimer stirena nasil percobaan sesuai dengan referensi yang didapat dari literatur. Nilai Tg polimer stirena yang terbentuk sebesar 102,88°C juga tidak jauh berbeda dengan nilai Tg teoritis yang nilainya sebesar 100°c. Oleh sebab itu dapat dikatakan banvva polimerisasi stirena Sudan terjadi. Polimer core-shell yang didapat memiliki ukuran partikel 51,76 nm dan persen konversinya 47,04%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse
merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek vvarna opal dengan
tujuan aplikasi coating. IVIetode yang digunakan untuk mengnasilkan partikel
polimer monodisperse adalan metode polimerisasi emu|si_ Pada penelitian
ini telan dilakukan polimerisasi emulsi oore-she// seoara bertanap ternadap
dua monomer dengan perbedaan indeks refraksi yang oukup tinggi antara
monomer Iunak butil akrilat (BA) dan monomer keras stirena (St), melalui
variasi konsentrasi surfaktan SLS, konsentrasi inisiator redoks H202-asam
askorbat dan variasi teknik seeding dan seeding semi kontinu pada polimer
core butil akrilat, serta variasi pengikat silang GMA dan variasi penambanan
inisiator redoks tanap kedua pada polimer oore-she// butil akrilat stirena,
dengan tujuan mempelajari pengarunnya ternadap ukuran dan distribusi
ukuran partikel pada polimerisasi oore-she// butil akrilat- stirena
Hasil pengukuran IR dan temperatur transisi gelas menunjukkan
banvva terbentuk kopolimer BA/GIVIA/St. Dari nasil TEM diperolen morfologi
partikel polimer dengan struktur core-she//, yang memiliki ukuran partikel
250 nm-500 nm dan masin bersifat po|icIisperse_ Polimer core butil akrilat
optimal dinasilkan dengan menggunakan konsentrasi surfaktan 30 CIVIC,
konsentrasi inisiator 1,5% melalui teknik seeding yang mengnasilkan persen
konversi 87,45%, ukuran partikel 104,65 nm, dan indeks polidispersitas
0,204_ Struktur polimer core-shell butil akrilat-stirena yang dihasilkan memiliki ukuran partikel antara 250 nm- 500 nm dengan persen konversi
88,55% dihasilkan menggunakan konsentrasi surfaktan 20 CMC dan
konsentrasi inisiator 0,8% melalui teknik seeding."
Universitas Indonesia, 2007
S30431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charla Artha Gangga
"Pada penelitian ini dikembangkan polimer baru yang akan digunakan sebagai bahan penyalut, yaitu pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt). Modifikasi PPSFt dibuat dengan cara gelatinasi sempurna pati singkong, kemudian diesterifikasi dengan asam ftalat anhidrida pada suasana basa. PPSFt selanjutnya dikarakterisasi dan digunakan sebagai bahan penyalut pada tablet salut lapis tipis (TSLT) ekstrak meniran untuk memperbaiki penampilan, menutupi rasa dan bau yang tidak menyenangkan. Karakterisasi yang dilakukan antara lain derajat substitusi (DS), analisis gugus fungsi, sifat termal, kelarutan.
Hasil karakterisasinya diperoleh polimer dengan DS 0,054; gugus karbonil ester pada 1716,70 cm-1; temperature glass transition pada 156,58 oC, dapat terdispersi dalam air dingin dibandingkan pati singkong. Tablet inti ekstrak meniran yang telah disalut dievaluasi antara lain kenaikan bobot, keregasan, morfologi permukaan, tebal lapisan dan waktu hancur.
TSLT yang telah disalut dengan PPSFt 5% mengalami kenaikan bobot 3,93% dengan keregasan 0,02%. Morfologi permukaan TSLT yang diamati menggunakan scanning electron microscope menunjukkan permukaan yang halus dengan ketebalan lapisan 133-158 μm. TSLT dapat hancur dalam waktu 5,56 + 0,439 menit. Selain memiliki penampilan yang jauh lebih baik daripada tablet inti, bau dan rasa yang tidak menyenangkan dari ekstrak meniran telah tertutupi dengan proses penyalutan tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PPSFt dapat digunakan sebagai polimer penyalut.

This study describes a new approach pregelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) as polymer for film-coated tablets (FCT) containing meniran extract. PCSPh was produced by mechanical processing to rupture all parts of granules, and then chemical modification was carried out by substituting phthalate group into starch hydroxyl group. The obtained PCSPh were characterized, including substitution degree (SD), analysis of functional group, thermal properties and solubility.
It was found that SD of PCSPh was 0,054; carbonyl ester at 1716,70 cm-1; temperature glass transition at 156,58 oC and enhancement of cold-water solubility. PCSPh was used as polymer coatings for tablet containing meniran extract for masking unpleasant appearance, odor and taste. The obtained FCT were evaluated, including percentage weight increase, friability, FCT surface, coating thickness and disintegrating time.
The result showed that FCT with PCSPh 5% as polymer coatings had percentage weight increase 3,93% and friability 0,02%. The surface morphology of FCT using scanning electron microscope was smooth and showing 133-158 μm coating thickness. FCT also disintegrated within 5,56 + 0,439 minutes. The result revealed that PCSPh 5% as polymer coatings able to masking unpleasant appearance, odor and taste. We suggests that PPSFt may be considered as polymer coatings for FCT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42007
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhi Kristianto
"Salah satu metoda untuk mengurangi limbah fosfat adalah dengan menggunakan adsorben yang memiliki daya adsorpsi tinggi dan selektif. Adsorben seperti ini dapat disintesis dengan metode ion imprinted polymer. Mula-mula kitosan dimodifikasi membentuk kitosan suksinat dan ditambahkan ion besi, Fe (III) membentuk kompleks Fe (III) kitosan suksinat. Kemudian kompleks ini ditambahkan fosfat dan diikat silang dengan menggunakan MBA. Selanjutnya fosfat dikeluarkan dengan KOH, sehingga membentuk rongga selektif untuk ion fosfat. Selanjutnya ion imprinted polymer yang terbentuk diteliti kinerja adsorpsinya terhadap ion ortofosfat pada berbagai variasi eksperimen yang dilakukan dalam sistem SPE (Solid Phase Extraction). Adsorpsi fosfat optimum tercapai pada kondisi konsentrasi 4,0 ppm dengan % adsorpsi 84,865 % ; pH 3,0 dengan % adsorpsi 84,865 % ; kecepatan alir 0,5 mL/menit dengan % adsorpsi 85,936 % ; massa adsorben 0,2 gram dengan % adsorpsi 89,43 %. Selain itu gangguan dari ion bikarbonat dan sulfat tidak berpengaruh secara signifikan dalam proses adsorpsi ion fosfat, yang masing-masing penurunanya berkisar 8 % dan 5 %. Berdasarkan percobaan interaksi adsorbat-adsorben mengikuti pola isotherm adsorpsi Freundlich dengan R² = 0,9958 dan konstanta adsorpsi (k) yang diperoleh untuk adsorpsi ion fosfatsebesar 0,4075, sedangkan nilai konstanta n adalah 0,6985. Persen Recovery pada sistem ini sangat tinggi, yaitu 96 %.

One method to reduce phosphate waste is to use selective adsorbent. Such adsorbents can be synthesized by the method of ion imprinted polymer. Modified chitosan was used to adsorb phosphate existing in waste like any aquatic environment. Chitosan succinate, phosphate, MBA (Methylene Bis Acrylamide) is used as a monomer, mold and crosslinking agent. Initially established modified chitosan and chitosan succinate added iron ions, Fe (III) to form complexes of Fe (III) chitosan succinate. Then the complex Fe (III) phosphate and chitosan succinate was added subsequently issued with KOH phosphate to form cavities for ion selective phosphate. Once the cavity is formed, the complex Fe (III) crosslinked chitosan succinate by using the MBA. Phosphate absorption by polymers that have been printed with phosphate higher when compared with non-printed polymer and chitosan. Furthermore ion imprinted polymer studied the adsorption performance in the SPE (Solid Phase Extractionsystem). Phosphate adsorption is achieved at optimum conditions with the concentration of 4.0 ppm with % adsorption 84.865%; pH 3.0 with % adsorption 84.865%; flow rate of 0.5 mL / min with % adsorption 85.936%; adsorbent mass of 0.2 grams with % adsorption 89.43%. Besides disruption of bicarbonate and sulfate ions did not significantly in the process of adsorption of phosphate ions, each of which reduction around 8% and 5%. Based on the experimental adsorbate-adsorbent interactions follow the pattern of Freund lich adsorption isotherm with R² = 0.9958 and adsorption constants (k) obtained for the adsorption of phosphate ions at 0.4075, while the value of the constant n is 0.6985. Percent Recovery on the system is very high, at 96%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Arinda Pradisty
"Senyawa fenol dan 4-klorofenol merupakan polutan organik yang bersifat toksik, persisten, dan bioakumulatif, bahkan dalam konsentrasi rendah. Kedua senyawa tersebut banyak terkandung pada limbah cair industri, sehingga diperlukan pengolahan limbah yang memadai. Pada penelitian ini, telah dipelajari fotodegradasi polutan organik fenol dan 4-klorofenol dengan sistem Fenton heterogen menggunakan katalis bentonit Tapanuli terpilar Fe(III) oksida (Fe-bentonit). Penentuan nilai kapasitas tukar kation (KTK) Na-bentonit dengan metode [Cu(en)2]2+ menghasilkan nilai KTK 48,7490 mek/100 gram bentonit. Fe-bentonit dipreparasi melalui metode tukar kation menggunakan larutan pemilar yang terdiri dari larutan NaOH dan FeCl3 dengan rasio mol OH/Fe 2:1 dan dikalsinasi pada suhu 300°C dan 500°C.
Karakterisasi material Fe-bentonit dilakukan dengan XRD, FTIR, EDS dan AAS. Reaksi foto-Fenton yang terdiri dari sinar UV, H2O2 dan Fe-B mampu mendegradasi fenol dan 4-klorofenol secara efektif menjadi intermediet asam-asam karboksilat. Konsentrasi H2O2 optimum untuk reaksi foto-Fenton fenol didapatkan pada konsentrasi H2O2 78,3528 mM. Penentuan peran dari setiap komponen pada reaksi foto-Fenton dianalisis menggunakan rangkaian kondisi reaksi adsorpsi, fotolisis, efek H2O2, Fenton dan foto-Fenton homogen. Variasi suhu pilarisasi dan konsentrasi fenol serta 4-klorofenol dilakukan untuk membandingkan aktivitas katalisis. Pengamatan dari variasi kondisi tersebut menunjukkan bahwa Reaksi foto-fenton heterogen dengan katalis Fe-B memberikan persen penurunan konsentrasi fenol dan klorofenol yang terbaik.

Phenol and 4-chlorophenol are recalcitrant organic pollutants characterized as toxic, persistent and bioaccumulative, even in low concentration. Those two compounds has been detected in industrial wastewater, thus need to be processed further in waste management. In this research, photodegradation of phenol and 4-chlorophenol in Fenton heterogeneous system was conducted using Fe (III) oxide pillared Tapanuli bentonite (Fe-bentonite). Prior to catalyst preparation, cation exchange capacity (CEC) of Na-bentonite was determined by [Cu(en)2]2+ method and was found to be 48.7490 meq/100 grams of bentonite. Fe-bentonite was prepared by cation exchanging process using pillaring solution comprised of NaOH and FeCl3 solution with molar ratio of OH/Fe 2:1 and calcined at 300°C and 500°C.
Material characterization was conducted by XRD, FTIR, EDS and AAS. Photodegradation reaction which consist of UV-C light, H2O2 and Fe-bentonite was successful to break down phenol and 4-chlorophenol effectively into carboxylic acid intermediates. The optimum H2O2 concentration was obtained at 78.3528 mM. Role of each reaction components was analyzed by a series of control reactions (adsorption, photolysis, H2O2 effect, Fenton and homogeneous photo-Fenton). The effect of pillarization temperature and phenol and 4-chlorophenol concentration also carried out as comparison. To conclude, the heterogeneous system of Fe-B in the presence of UV-C light and H2O2 showed to give the highest photodegradation activity."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S52455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadia Pratiwi
"Imprinted polymer untuk ion Pb2+ (Pb-IIP) disintesis melalui proses self assembly antara monomer fungsional 4-vinil piridin dan asam metakrilat serta ion Pb2+ sebagai template. Kompleks template/monomer yang terbentuk dipolimerisasi menggunakan metode polimerisasi suspensi dengan pengikat silang etilen glikol dimetakrilat (EGDMA) dan inisiator 2,2?-azobis isobutironitril (AIBN). Proses leaching menggunakan HNO3 0,5 M dilakukan pada Pb-IIP hasil sintesis untuk mengelusi ion Pb2+, sehingga didapatkan rongga spesifik yang berfungsi sebagai situs pengenalan. Keberhasilan sintesis polimer dianalisis menggunakan FTIR. Puncak gugus C=C ulur vinil pada panjang gelombang 1630 cm-1 tidak muncul menandakan putusnya ikatan rangkap akibat adanya proses polimerisasi.
Hasil karakterisasi EDX menunjukkan bahwa pengompleksan dan pengelusian ion Pb2+ berhasil dilakukan yang dikonfirmasi dengan munculnya intensitas Pb sebelum dilakukan elusi dan tidak munculnya intensitas Pb setelah dilakukan elusi. Hasil karakterisasi menggunakan PSA menunjukkan distribusi ukuran partikel Pb-IIP yaitu 34,5μm. Adsorben Pb-IIP diuji sifat adsorpsi serta desorpsinya dan diperoleh persen adsorpsi di atas 99% dan persen desorpsi sebesar 92,45%. Sebagai pembanding, pada non imprinted polymer (NIP) diperoleh persen adsorpsi sebesar 21,63% dan persen desorpsi sebesar 52,57%. Pb-IIP memiliki persen adsorpsi yang lebih besar terhadap Pb2+ dibandingkan dengan ion logam lainnya yaitu Ni2+, Co2+, Cu2+, dan Fe3+. Kemampuan adsorpsi maksimum pada Pb-IIP dapat dicapai saat pH 7 dan waktu kontak 60 menit. Pb-IIP dapat diaplikasikan pada sampel air di lingkungan dengan % recovery sebesar 110%.

An imprinted polymer for Pb2+ ion (Pb-IIP) was synthesized by self-assembly method using 4-vinyl pyridine, methacrylic acid as functional monomer and Pb2+ ion as template. Template/monomer complex was polymerized using a suspension polymerization method with crosslinker ethylene glycol dimethacrylate (EGDMA) and initiator 2,2'-azobis isobutyronitrile (AIBN). Pb-IIP was leached using 0.5 M HNO3 to remove Pb2+ ion that would produce the specific cavity as a recognition site. The success of synthesis was analyzed using FTIR resulting the absence of peak for C=C stretching at 1630 cm-1 indicated the bond rupture due to the polymerization process.
EDX characterization indicated that complexing and leaching of Pb2+ ion were successfully confirmed by the appearance of Pb elements prior to elution and disappearance of Pb elements after elution. PSA characterization showed the particle size distribution of Pb-IIP was 34.5 μm. Adsorption and desorption process were performed on Pb-IIP adsorbent obtained > 99% for adsorption and 92.45% for desorption. NIP adsorbent used for comparison with Pb-IIP resulting 21.63% for adsorption and 52.57% for desorption. Pb-IIP had a better adsorption towards Pb2+ compared with other metal ions such as Ni2+, Co2+, Cu2+, and Fe3+. The maximum adsorption capacity of Pb-IIP could be achieved when the pH was 7 and contact times was 60 minutes. Pb-IIP could be applied to environmental water samples resulting % recovery 110%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55940
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>