Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suliyani Suwardi Pawiro
"Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Gonore dan klamidia merupakan IMS yang banyak terjadi, dan seringkali bersifat asimtomatik, namun manifestasinya dapat menyebabkan penyakit serius lainnya secara sistemik. Sebagian besar komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) melakukan seks anal, sehingga dianggap sebagai suatu kelompok berisiko untuk terinfeksi gonore dan klamidia. Infeksi yang sering terjadi adalah di daerah anus (proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah pasangan anal dengan proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia pada LSL. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Responden berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya pada tahun 2011, dengan metode pengambilan sampel Respondent Driven Sampling. Dari 750 sampel yang ada, sampel yang eligible sebanyak 644, karena data terisi lengkap. Prevalens kasus proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia adalah sebesar 32,4%, dengan hasil bivariat yang menunjukkan bermakna secara statistik adalah variabel pendidikan, sumber pendapatan utama, dan penggunaan kondom. Setelah dilakukan uji stratifikasi, didapatkan ada interaksi variabel dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal terhadap hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia. Analisis multivariat yang digunakan adalah cox regression. Hasil akhir hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia yang didapatkan setelah mengontrol penggunaan kondom serta interaksi dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal adalah prevalence ratio (PR) sebesar 1,219 (95% CI 0,883-1,681). Tingginya jumlah pasangan seks anal serta rendahnya penggunaan kondom konsisten dan dikontak oleh petugas, maka perlunya upaya kerjasama dengan berbagai pihak untuk peningkatan kesadaran setia pada satu pasangan, kemudahan akses kondom dan pemberian pelayanan kesehatan pada komunitas LSL untuk mencegah terinfeksi gonore dan klamidia.

Sexually Transmitted Infections (STIs) is currently still be a public health problem worldwide. Gonorrhea and chlamydia are the common STIs happen. Most cases are asymptomatic, but its manifestations can cause other serious systemic illnesses. Most men who have sex with men (MSM) having anal sex, treated as a high risk group for gonorrhea and chlamydia infection. Infection commonly occurs in the anal area (gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis). The aim of this study is to estimate the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis in MSM. Study design is crosssectional. Respondents are taken from Jakarta, Bandung, and Surabaya in 2011, by Respondent Driven Sampling method. Among 750 samples available, the eligible sample is 644 (complete data). Prevalence of gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis cases is 32,4%. Results of bivariate analysis showed statistically significant variables are education, source of income, and the use of condoms. There is interaction variables of being contacted by health workers and number of anal-sex partner to the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis. Cox regression was used for multivariate analysis. The end result is the prevalence ratio (PR) of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis after controlling confounder use of condom and interaction of being contacted by health workers and anal-sex partner number is 1,219 (95% CI 0,883-1,681). It is needed policy and collaborative action from all sectors to prevent gonorrhea and chlamydia infection by increased awareness of faithful to one partner, improve condom accessibility and delivery of health services easiness for MSM community. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selma Eliana Karamy
"Infeksi klamidia merupakan salah satu infeksi menular seksual yang paling umum terjadi secara global. WPS, terutama di daerah perkotaan, menghadapi risiko infeksi yang lebih tinggi karena lingkungan kerja serta gaya hidup yang berisiko. Jakarta merupakan kota yang memiliki karakteristik kosmopolitan dan perkotaan dengan industri seks yang aktif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018-2019. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Ukuran asosiasi yang digunakan adalah prevalence ratio (PR). Dari 283 WPS yang dilibatkan dalam penelitian, positivity rate infeksi klamidia di Kota Jakarta Barat mencapai 42.8%. Berdasarkan analisis bivariat, Faktor risiko yang signifikan terhadap infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat meliputi usia yang lebih muda, status cerai, dan jumlah pelanggan per minggu sebanyak ≥ 5 orang. Lama bekerja selama ≥ 10 tahun juga menjadi faktor signifikan yang bersifat protektif. Tingginya angka infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat menekankan perlunya memperkuat penjangkauan kepada WPS untuk memberi informasi dan edukasi mengenai IMS dan menganjurkan WPS agar melakukan pemeriksaan secara rutin, terutama bagi WPS yang berusia muda.

Chlamydia is one of the most common sexually transmitted infections globally. Female sex workers (FSW), especially in urban areas, face a higher risk of infection due to their risky work environment and lifestyle. Jakarta is a city that has cosmopolitan and urban characteristics with an active sex industry. This research was conducted to determine the factors associated with the incidence of chlamydia infection among FSWs in West Jakarta. The research was conducted using a cross-sectional design by analyzing data from the 2018-2019 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS). The data were analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Prevalence ratio (PR) was used as the measure of association. Of the 283 FSWs involved in the study, the positivity rate of chlamydia infection in West Jakarta reached 42.8%. Based on the bivariate analysis, significant risk factors for chlamydia infection among FSWs in West Jakarta include younger age, divorced status, and having ≥ 5 customers per week. Length of work for ≥ 10 years is also a significant factor that is protective. The high rate of chlamydia infection among FSWs in West Jakarta highlights the need to increase outreach to FSWs in order to educate them about STIs and encourage them to perform regular screenings, especially for young FSWs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romauli
"Infeksi Menular Seksual (IMS) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Sifilis merupakan salah satu IMS yang beberapa tahun terakhir meningkat termasuk Indonesia khususnya pada kelompok berisiko. Sifilis juga merupakan faktor risiko infeksi HIV, demikian pula sebaliknya. Supir truk antar kota merupakan populasi jembatan tansmisi sifilis dari resiko tinggi ke populasi umum. Penyakit ini sering tanpa gejala sehingga tidak disadari penderita padahal dapat menyebabkan penyakit yang serius seperti kerusakan jantung, otak bahkan kematian. Selain itu dapat ditularkan dari ibu kepada bayi yang kemudian dapat menyebabkan prematur, kecacatan dan kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi sifilis pada supir truk antar kota di 4 kabupaten/kota yaitu Deli Serdang, Lampung Selatan, Batang dan Denpasar. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini menggunakan data STBP 2011 dengan jumlah responden 1492 orang. Pada penelitian ini diperoleh prevalensi sifilis 5,8%.
Hasil multivariat menunjukkan umur ≥ 35 tahun dan usia pertama kali berhubungan seks < 18 tahun berhubungan bermakna dengan infeksi sifilis dengan POR secara berurutan 2,63 dan 1,79. Setelah dilakukan pemodelan dengan regresi logistik, variabel yang menjadi prediktor infeksi sifilis pada supir truk antar kota adalah variabel umur ≥ 35 tahun, usia pertama kali melakukan hubungan seks (< 18 tahun) dan status HIV.

Sexually transmitted infections (STIs) are very common and still a public health problem worldwide. Syphilis is an STI caused by Treponema pallidum, which can be transmitted through sexual contact or from mother to child during pregnancy. Many studies have been revealed that syphilis promotes the transmission of HIV and both infections can stimulate and interact with each other. Recently there have been epidemics of syphilis in certain countries of the world especially in high risk groups. Long-distance truck drivers is a bridge transmission of syphilis from high risk to general population. Often the infected person does not realize that he has been infected and only can be detected by serological tests. If left untreated, may caused complications such cardiovascular and neurological. During pregnancy, syphilis may contribute to stillbirth, preterm delivery, and early fetal death.
The objective of this study was to indentify factors associated with syphilis infection among long-distance truck drivers in 4 municipalities (Deli Serdang, Lampung Selatan, Batang and Denpasar). This study disign is a cross sectional study using IBBS 2011 data with 1492 participants. The prevalence of syphilis was 5,8%.
In multivariate analysis, syphilis infection was associated with older age (≥ 35 years old) and age at first sex (< 18 years old) with POR respectively 2,63 and 1,79. After modelling with logistic regression, fit model of syphilis predictors include older age (≥ 35 years old), age at first sex (< 18 years old) dan HIV infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Silviana Theodora Esteria
"Infeksi menular seksual IMS merupakan salah satu penyebab penyakit utama di dunia. Perilaku seksual berisiko merupakan faktor risiko terjadinya IMS. Prevalensi sifilis cenderung meningkat pada kelompok Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki LSL. Menurut data STBP 2013 prevalensi sifilis meningkat pada LSL yaitu dari 9 2011 menjadi 11,3. Menjual seks merupakan perilaku seks berisiko dalam penularan sifilis pada LSL. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku seks dengan kejadian sifilis pada LSL. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data STBP 2015. Analisis deskriptif dan regresi logistik dilakukan pada sampel 1.496 responden. Hasil analisis multivariabel didapatkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku menjual seks dengan kejadian sifilis dengan rasio odds 1,4 95 EI 1,0-2,1.

Sexually Transmitted Infections STIs is one of the leading causes of disease in the world. Risk behavior sex is a risk factor of STIs. The prevalence of syphilis have increased among Men who have Sex with Men. According to IBBS 2013 the prevalence of syphilis among MSM have increased from 9 2011 to 11,3 . Selling sex is a risk sex behavior in the transmission of syphilis among MSM. This study aims to see the relationship between sex behavior and syphilis among MSM. This study is quantitative study using data of IBBS 2015. Descriptive analysis and logistic regression was performed on a sample 1,496 repondents. The result of multivariable analysis showed there an association between selling sex and syphilis with odds ratio 1.4 95 CI 1.0 2.1."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Fachlaeli
"Prevalensi IMS tinggi pada WPSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsistensi penggunaan kondom pada satu bulan terakhir dengan kejadian Infeksi Menular seksual pada wanita penjaja seks langsung (WPSL). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sumber data hasil Survey Terpadu Biologis dan Perilaku Tahun 2011. Populasi adalah wanita penjaja seks langsung (WPSL) di Provinsi Jawa Barat. Jumlah sampel adalah 500 responden. Hasil penelitian prevalensi IMS pada WPSL 21%, sebagian besar WPSL tidak konsisten menggunakan kondom 76 %. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan tidak bermakna antara konsistensi penggunaan kondom dengan kejadian IMS OR 1.14 (95%CI 0.66;2.3). Peningkatan konsistensi penggunaan kondom dan peningkatan peluang menggunakan kondom.

STDs prevalence is high in the WPSL. This study aims to determine the relationship the consistency of condom use in the last month with the incidence of sexually transmitted infections in female sex workers directly (WPSL). This study uses crosssectional study design. Data is collected secondary data results of Integrated Biological and Behavioral Survey in 2011. Population is female direct sex workers (WPSL) in West Java province. Number of sample is 500 respondents. The study found that the prevalence of sexually transmitted infections in female sex workers directly (WPSL) by 21% most of the WPSL is inconsistent use of condoms 76%. The results of bivariate analysis showed that there was no significant relationship between the consistency of condom use with the incidence of STI OR 1:14 (95% CI 0.66; 2.3). Increase particularly the consistent use of condoms and increased opportunities to use condoms.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30753
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desfalina Aryani
"Infeksi menular seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan pasti. (Daili , 2003). IMS adalah infeksi yang penularannya terutama melalui kontak seksual dari orang ke orang. Beberapa IMS seperti HIV dan sifilis dapat ditularkan langsung dari ibu ke anak selama kehamilan. Pada infeksi gonore dan sifilis yang tidak diobati akan mengakibatkan komplikasi serius, termasuk infertilitas. Gonore, sifilis, herpes genital merupakan IMS yang akan menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan kulit/selaput lendir genital, yang akan menjadi pintu masuk HIV. Sebaliknya infeksi HIV akan memperberat gejala klinis IMS tersebut, karena menurunkan kekebalan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi infeksi gonore, sifilis, herpes genital dan HIV/AIDS di rumah sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011.
Disain penelitian ini adalah serial kasus. Data diperoleh dari status rekam medik pasien di rumah sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien infeksi gonore, sifilis, herpes genital dan HIV/AIDS yang berobat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti yaitu seluruh pasien kasus infeksi gonore, sifilis, herpes genital dan HIV/AIDS di rumah sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011.
Hasil penelitian menunjukkan kasus tertinggi IMS di rumah sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2011 adalah infeksi HIV/AIDS dan kasus terendah adalah infeksi sifilis. Rata – rata umur penderita gonore, sifilis, herpes genital dan HIV/AIDS adalah usia dewasa, berjenis kelamin laki-laki, berstatus menikah dan bertempat tinggal di Jakarta. Sebagian besar penderita IMS yang dirawat adalah penderita dengan gejala HIV/AIDS dan dirawat dalam masa perawatan yang tergolong lama.

Sexually transmitted infections (STIs) now is still a public health problem in the world, both in developed countries and in developing countries. Sexually transmitted infections (STIs) are infections that are spread primarily through person-to-person sexual contact. Several, in particular HIV and syphilis, can also be transmitted from mother to child during pregnancy and childbirth, and through blood products and tissue transfer. People with gonococcal, syphilis and/or genital herpes infections can lead to the development of serious complications and infertility. Gonorrhea, syphilis and genital herpes infection will cause inflammation and tissue damage skin/mucous membranes of the genital, which would become the entrance of HIV. The purpose of this research is to know the description of the epidemiology of infection gonorrhea, syphilis, genital herpes and HIV/AIDS at the Cipto Mangunkusumo hospital in 2011.
The design of this research is a case series. Data obtained from the patient's medical record at Cipto Mangunkusumo hospital in 2011. The population in this study was the patient of infection gonorrhea, syphilis, genital herpes and HIV/AIDS are treated in Cipto Mangunkusumo hospital in 2011. The technique of the sample is purposive of sampling, the sample according to criteria set by the researcher even all patients, cases of infection gonorrhea, syphilis, genital herpes and HIV / AIDS in Cipto Mangunkusumo hospital in 2011.
The results showed the highest cases of STIs in Cipto Mangunkusumo hospital in 2011 is HIV/AIDS infection and the lowest case is the infection of syphilis. The average age of patients with gonorrhea, syphilis, genital herpes and HIV/AIDS is an adult age, male, married and resides in Jakarta. The majority of patients with STI treated are HIV/AIDS infections.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Yuridian Purwoko
"Sebagai kelompok yang mempunyai risiko tinggi tertular IMS, PSK pria nontransgender belum banyak diteliti. Di Indonesia baru tercatat satu penelitian di bidang sosiobudaya mengenai kelompok tersebut yang dilakukan di Yogyakarta dan belum ada satu pun penelitian di bidang kesehatan. Penelitian kesehatan Iebih banyak ditujukan pada PSK wanita, PSK pria transgender, atau ketompok MSM.
Diduga PSK pria di kota besar, khususnya Jakarta telah meningkat pasat sesuai perkembangan waktu, keterbukaan seksual, dan faktor ekonomi, namun hingga saat inl belum terdapat data penelitian mengenai faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain. Juga belum diketahui data prevalensi penyakit IMS pada kelompok tersebut.
Karena belum terdapat data, dan berdasarkan penelitian mengenai PSK pria nontransgender di negara lain, serta belum ada program intervensi terhadap kelompok PSK pria nontransgender di Jakarta, maka ditegakkan dugaan bahwa prevalensi IMS pada kelompok tersebut masih tinggi, pengetahuan PSK pria nontransgender terhadap IMS yang masih rendah, sikap mereka yang kurang mempedulikan pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut, serta perilaku mereka yang cenderung berisiko tinggi tertular 1MS.
Pengukuran prevalensi memerlukan sumber dana, tenaga, dan waktu yang cukup besar, sehingga pada penelitian ini dibatasi pada tiga penyakit IMS yang menjadi prioritas pemberantasan penyakit menutar di Indonesia, yaitu gonore, sifilis, dan infeksi HIV/ AIDS. Proporsi kepositivan pemeriksaan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV/ AIDS, dilakukan untuk mendapatkan perkiraan prevalensi penyakit tersebut pada PSK pria nontransgender di Jakarta.
Pertanyaan penelitian
? Bagaimana identitas atau faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain.
? Berapa proporsi kepositivan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV pada PSK pria nontransgender.
? Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK pria nontransgender terhadap IMS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustin Candra Devi
"IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan kelompok penyakit pada genital yang ditularkan melalui hubungan seksual. Salah satu jenis IMS yang paling sering adalah trikomoniasis vaginalis dan sifilis setelah gonore dan kandidiasis.Infeksi ini dapat terjadi sebagai infeksi tunggal maupun bersamaan dengan IMS lain pada seorang individu. IMS dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Di Indonesia, prostitusi merupakan salah satu jalur penyebaran IMS yang paling dominan dimana 67% PSK (Pekerja Seks Komersial) tercatat terinfeksi IMS. PSK sebagai salah satu komponen didalamnya, memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terinfeksi.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara trikomoniasis vaginalis dan sifilis pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data sekunder mengenai IMS pada PSK yang dikumpulkan di Puskesmas Kuningan, Kuningan, Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 50% subjek yang positif trikomoniasis vaginalis juga sifilis. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi trikomoniasis vaginalis dan sifilis (p>0,001). Selain itu, faktor usia ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan trikomoniasis vaginalis juga sifilis (p<0,001) sedangkan faktor tingkat pendidikan (p=0,484) dan jenis kontrasepsi (p=0,084) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Berdasarkan hasil tersebut, wanita usia reproduktif pada berbagai tingkat pendidikan dan jenis kontrasepsi yang digunakan, dapat mengalami trikomoniasis vaginalis dan koinfeksi sifilis.

STD (Sexual Transmitted Disease)is a group of genital disease which is distributed by sexual course. Trichomoniasis vaginalis (15,1%) and siphylis (8,7%) are the most common kind of STD after gonore and candidiasis. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person. IMS can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. In Indonesia, prostitution is the most common way of STD distribution where 67% of FSW (Female Sex Workers) are infected. FSW as an important component of prostitution have high risk to be infected.
Therefore, this study aimed to understand the association between trichomoniasis and siphylis in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among FSW collected in Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
The result showed 50% FSW were positif trichomoniasis vaginalis and siphylis. The chi-square test claimed there was nosignificant association between trichomoniasis and siphylis infection (p>0,001). Beside that, age factor had significant association with trichomoniasis also siphylis coinfection but education and contraception didn't have any significant association. Due to results of this study, woman in reproductive age with different education and contraception used, could have trichomoniasis vaginalis and coinfected with siphylis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinadewi Astriningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko vaginosis bakterial pada populasi wanita penjaja seks di Tangerang. Faktor risiko vaginosis bakterial pada WPS penting diketahui untuk dapat menyusun strategi pencegahan terhadap vaginosis bakterial. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subyek penelitian adalah wanita penjaja seks di kabupaten Tangerang, provinsi Banten.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi vaginosis bakterial di Tangerang tergolong tinggi (131 dari 189 subyek didiagnosis vaginosis bakterial; 69.31%). Semakin banyak jumlah pasangan, tindakan bilas vagina, dan semakin muda usia wanita penjaja seks meningkatkan risiko vaginosis bakterial.

This study aim to determine the prevalence of bacterial vaginosis and analyze risk factors of bacterial vaginosis in female sex workers in Tangerang. Knowledge about risk factor of bacterial vaginosis in high-risk population is important to formulate prevention strategies against bacterial vaginosis. The study design is analytical cross-sectional study. The study subjects are female sex workers in Tangerang district, Banten province.
Result shows that prevalence of bacterial vaginosis in Tangerang is high (131 out of 189 subjects were diagnosed as bacterial vaginosis; 69.31%). The higher the number of sexual partners, vaginal douching, and the younger the age group of female sexual workers increase the risk of bacterial vaginosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhalina Afriana
"Latar Belakang : Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim dan rectum. Pada wanita Gonore bisa naik kesaluran kelamin menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga 40% timbul nyeri panggul dan dan gangguan reproduksi serta menjadi faktor risiko penting dalam transmisi HIV ( Kemkes RI ). Di Indonesia gonore merupakan jenis IMS yang tertinggi berdasarkan data yang ada pada WPS. Prevalensi Gonore pada WPS 49% (IBBS 2007), Gonore merupakan indikasi biologis tentang perilaku seks berisiko dan banyak terjadi di industri seks komersial Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore pada WPS yaitu umur, pendidikan, lama menjadi WPS, Masa kerja, Umur pertama hubungan sek, pemakaian kondom dan status HIV.
Metode : Desain penelitian ini adalah potong Lintang. Data diperoleh dari Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2011. Data dianalisis secara bivariat untuk mendapatkan nilai Crude Odds Ratio dari faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore, serta analisis multivariate untuk melihat variabel paling dominan kejadian infeksi gonore dilihat dari nilai Adjusted Odds Ratio.
Hasil : faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore. umur OR (0,95%CI); 1.41 (1.98 ? 1,65), jumlah pelanggan OR (0,95%CI);1.29 (1.09 ? 1.51) , lama menjadi WPS OR (0,95%CI); 136 (1.15 ? 1.59) dan status HIV OR (0,95%CI); 1.72 ( 1.33 - 2.22) merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian infeksi gonore.

Background : Gonorrhea is a sexually transmitted disease caused by Neisseria gonorhoeae that infects the inner lining of the urethra, cervix and rectum. In women gonorrhea can infect the genital tract up to the membrane in the pelvis so that the 40% and pelvic pain and reproductive problems as well as being an important risk factor in HIV transmission (Kemkes RI). In Indonesia, gonorrhea is the highest type of STI prevalence data based on 49% of gonorrhea in the FSW (IBBS 2007), Gonorrhea is considered as an indication of biological resources in risky sexual behavior and still a lot happening in the commercial sex industry The aim of this study to determine factors associated with the incidence of gonorrhea infection in the FSW: age, education, length of work FSW, number of client, age at sex debut, condom use, HIV status.
Methods : The study design is cross sectional. Data was obtained from Integrated Biological and Behaviour Survey (IBBS) in 2011. Data in the bivariate analysis to obtain the value of Crude Odds Ratio of factors associated with gonorrhea infection, and multivariate analysis to see the most dominant variable incidence of gonorrhea infection in view of the Adjusted Odds Ratio.
Results : The factors related with gonorrhea infection. age OR1.41 0.95% CI 1.98 - 1.65), number of clients OR 1.28 95%CI 1.09 ? 1.51), length of work FSW OR 1:26 0.95% CI 1.15 to 1.59 and HIV status OR 1.72 0.95% CI 1:33 to 2:22 is the most dominant factor related with the incidence of gonorrhea infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30668
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>