Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halidia
"ABSTRAK
Tesis ini menggunakan sebuah novel sebagai kasus dari penggunaan kata sapaan bahasa Jepang dengan menggunakan metode kualitatif yang meliputi studi pustaka. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana kata sapaan digunakan dalam novel tersebut . Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis-jenis kata yang digunakan sebagai kata sapaan dalam novel ini adalah istilah kekerabatan, nama+istilah kekerabatan, nama lengkap, nama keluarga+sufiks, nama keluarga, nama kecil, profesi, dan pronomina persona. Penggunaan kata-kata tersebut merefleksikan hubungan antara penutur dan mitra tuturnya.

ABSTRACT
This research used a novel as a case of the use of terms of address and reference in Japanese language by using qualitative method which included the study of literature. The purpose of this research is to explain how terms of address and reference was used in that novel. The result of this research showed that words used as terms of address and reference in this novel are kinship terms, name + kinship terms, full name, family name + suffix, family name, first name, profession, and personal pronouns. The use of those words reflected the relationship between speaker and the addressee. "
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jascha Dewangga
"Kata sapaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam memulai suatu percakapan. Melalui kata sapaan kita dapat melihat hubungan di antara penutur dan mitra tutur. Oleh karena itu, penggunaan kata sapaan perlu dipahami secara menyeluruh untuk menjaga hubungan interpersonal. Ketika mempelajari bahasa Jepang, ditemukannya perbedaan mengenai penggunaan kata sapaan dalam buku pelajaran bahasa Jepang. Dengan demikian, penelitian ini akan membahas bagaimana kata sapaan “otsukare” sebenarnya digunakan di Jepang, khususnya pada kalangan mahasiswa Jepang. Untuk mencapai tujuan penelitian, penulis akan membahas bagaimana aisatsu diajarkan dalam buku “Minna no Nihonggo”. Selanjutnya, penulis menggunakan kuesioner untuk mempertanyakan cara penggunaan “otsukare” kepada responden mahasiswa Jepang. Dalam pembuatan kuesioner, penulis menggunakan konsep sosiolinguistik agar dapat menjawab pertanyaan mengenai penggunaan “otsukare”. Dalam penelitian ini, ada empat penemuan mengenai cara penggunaan “otsukare”. Penutur jati bahasa Jepang menggunakan ucapan “otsukare” kepada kakak kelas, adik kelas, dan teman. Penutur jati bahasa Jepang lebih condong menggunakan “otsukare” sebagai kata perpisahan, walaupun beberapa orang juga menggunakan “otsukare” ketika bertemu dengan seseorang. Selanjutnya, semakin larut waktu (pagi ke malam), “otsukare” semakin sering digunakan. Terakhir, penutur jati bahasa Jepang merasa penggunaan “otsukare” di pagi hari dan ketika pertama keluar dari rumah merupakan hal yang wajar.

Greetings are one of the keys to strike a conversation. Within a conversation, in greetings, we can see the relationship between a person to another person. As a result, in maintaining an interpersonal relationship, an understanding of greetings is necessary. While learning Japanese, there are differences in the use of greetings within Japanese textbooks. Thus, this study will discuss the usage of "otsukare" in Japan, especially amongst Japanese university students. "Minna no Nihonggo" will be used to comprehend how is aisatsu being taught to a foreigner. In this research, Japanese university students will answer a questioner regarding the usage of "otsukare." In making the questionnaire, the author uses sociolinguistics to answer questions concerning the usage of "otsukare." In this research, there are four discoveries regarding the usage of "otsukare." Native Japanese speakers use the greeting "otsukare" to seniors, juniors, and friends. Native Japanese speakers prefer to use "otsukare" as a farewell, although some people also use "otsukare" to greet people. As time goes by (morning until night), "otsukare" is used more frequently. Finally, native Japanese speaker thinks that the usage of "otsukare" in the morning and when they first get out of the house is nothing out of the ordinary."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Widowati
"Miyazawa kenji merupakan penulis puisi dan pengarang cerita anak-anak pada zaman Shoowa. Karya-karya cerita anaknya sebagian besar ditulis dalam bentuk fantasi yang berarti dia sangat mengerti bahwa cerita-cerita itu akan lebih masuk untuk anak-anak jika penyampaiannya melalui media yang diakrabi oleh anak-anak, yaitu fantasi. Miyazawa Kenji semasa hidupnya berusaha keras mensejahterakan petani di daerahnya yang sangat miskin. Dan sebagai penganut agama Budha aliran Nichiren, keyakinannya terhadap Lotus Sutra sangat mendalam.
Cerita Donguri to Yamaneko, Suisenzuki no Yokka, dan Tsukiyo no Denshinbashira yang dibahas dalam skripsi ini merupakan cerita-cerita yang terdapat dalam kumpulan cerita Chuumon no Doi Ryooriten, satu-satunya kumpulan cerita anak yang pernah diterbitkan semasa hidupnya, selain kumpulan puisi Haru to Shuura.
Tiga cerita yang bersifat didaktis (bersifat mendidik) ini menggambarkan tentang kelemahan sifat-sifat manusia yang ditampilkan lewat tokoh-tokoh yang terdiri dari manusia, makhluk hidup bukan manusia, maupun benda mati yang diberi ciri insani (antropomorfistis). Lewat cerita-cerita ini Miyazawa Kenji menggambarkan kekhawatirannya agar anak-anak Jepang tidak tumbuh menjadi orang dewasa yang berkepribadian angkuh dan tidak peduli terhadap sesamanya maupun terhadap alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Hamidah
"Tesis ini memfokuskan din pads strategi kesantunan tindak tutur direktif dalam novel bahasa Jepang. Novel yang digunakan sebagai amber data adalah catatan harian penulisnya, berjudul Ichi Rittoru no Namida `One Litre of Tears' karya Kito Aya yang diterbitkan pads Februari 2005 (17 Heisei).Penelitian ini bertujuan menemukan strategi kesantunan direktif di dalam novel. Melalui ancangan kualitatif dengan metode analisis kontekstual, ditemukan lima strategi kesantunan untuk menyatakan direktif, sesuai dengan yang diaj ukan oleh Brown & Levinson (1987), antara lain: (1) bald on record (Iangsung), (2) on record dengan kompensasi kesantunan positif, (3) on record dengan kompensasi kesantunan negatif, (4) off record (samar-samar), dan (5) bertutur di dalam hati (diam).Strategi kesantunan direktif secara terus terang direalisasikan melalui pemarkah gramatikal [kudasai], [Â?te], dan [- to goran]; penggunaan fatis [ne] dan [yo]. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan positif direalisasikan melalui promise, include both S & H in the activity, intensify interest to H, give reason, assert or presuppose S's knowledge of and concern for H's wants, dan give gift. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan negatif direalisasikan melalui penggunaan questions & hedge, impersonal ae S & H, dan be conventionally indirect. Strategi kesantunan direktif secara samar-samar direalisasikan melalui use ellipsis, be vague, dan give hints. Kesantunan direktif dalam hati direalisasikan dengan diam. Dari kelima strategi kesantunan direktif tersebut, ditemukan bahwa strategi yang cenderung lebih banyak digunakan adalah kesantunan direktif positif. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam bahasa Jepan.

This thesis focuses on politeness strategy of directive speech act in Japanese novel Ichi Rittoru no Namida (One Littre of Tears) written by Kito Aya. This primary data source is the writer's journal, published on February 2005 (17 Heisei). Applying qualitative approach and contextual analysis method, it is found out that there are five politeness strategies to perform directive speech act, as proposed by Brown & Levinson (1987). They are (1) bald on record, (2) positive politeness, (3) negative politeness, (4) off record, and (5) silent strategy. The first strategy is realized by grammatical marker [kudasai], He], and [Â?te goran]; phatic expression [ne] and [yo]. Second strategy is realized by making promise, including both S & H in the activity, intensifying interest to H, giving reason, asserting or presupposing S's knowledge of and concern for H's wants, and giving gift. Third strategy is realized by using hedge and questions, impersonalizing S & H, and being conventionally indirect. The fourth strategy is realized by using ellipsis, being vague, and giving hints. Silent strategy in directive politeness is realized by saying nothing. The finding shows that positive politeness tends to be used more frequently. The finding of this research serves as the synchronic linguistic data for further research in the topic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nenny Alfiah
"ABSTRAK
Nenny Alfiah. Ikhtisar Skripsi sbb. Kata seru dipergunakan oleh orang Jepang dalam percakapan sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, kata seru berkaitan dengan jenis kelamin pemakainya. Berdasarkan hal tersebut, penulis berminat untuk mengetahui, kata seru bahasa Jepang lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui fungsinya, dan untuk mengetahui kata seru mana yang hanya digunakan oleh laki-laki, mana yang hanya digunakan oleh perempuan, dan mana yang bisa digunakan oleh keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rizka Khalfia
"Tulisan ini membahas tentang sapaan bahasa Arab dalam novel Muzakkarat Tabibah (1987) karya Nawal El Saadawi. Novel ini menceritakan tentang pemberontakan melawan berbagai rintangan dari keluarga dan masyarakat yang dilakukan oleh seorang perempuan muda bangsa Mesir yang memutuskan untuk studi ilmu kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sapaan bahasa Arab apa saja yang terdapat dalam novel tersebut karya Nawal El Saadawi jika dilihat berdasarkan jenis dan konteksnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik studi pustaka untuk menjelaskan sapaan bahasa Arab apa saja dalam novel tersebut. Penelitian ini menggunakan teori dari Kridalaksana (1982) tentang istilah sapaan dan Wardhaugh (2006) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sapaan. Dari penelitian ini, penulis menemukan bahwa sapaan bahasa Arab dalam novel Muzakkarat Tabibah (1987) sangatlah beragam. Dilihat dari jenisnya, terdapat banyak sapaan yang termasuk dalam kategori kata ganti, istilah kekerabatan, gelar dan pangkat, dan kata benda lain. Jika dilihat dari konteksnya, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sapaan adalah peristiwa tertentu dan tingkat kedekatan.
This paper discusses Arabic address terms in the Muzakkarat Tabibah (1987) novel by Nawal El Saadawi. This novel tells the story of a rebellion against various obstacles from family and society carried out by a young Egyptian woman who decided to study medical. This study aims to explain Arabic address terms in the novel as viewed by the type and context. This study uses qualitative research methods with literature study technique to explain Arabic address terms in the novel. This study uses the theory from Kridalaksana (1982) about address terms and Wardhaugh (2006) about the factors influencing the use of address terms. From this research, the author found the Arabic address terms in the Muzakkarat Tabibah (1987) novel are very variative. Judging from the type, there are many address terms that fall into the category of pronouns, kinship terms, title and rank, and other nouns. When judging from the context, the factors that influence the use of address terms are certain events and levels of intimacy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Edizal
Padang: Kayupasak, 2010
495.6 EDI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Ayu Lestari
"Seorang konsumen membeli suatu objek untuk menghabiskan nilai gunanya.Namun, masyarakat konsumerisme merlukan barang bukan untuk mengonsumsi nilai guna, melainkan untuk nilai simbolik.Bagi masyarakat konsumeris, nilai simbolik pada suatu objek lebih penting daripada nilai guna karena nilai simbolik dapat memberikan mereka status dan kehormatan.Peran media dan teknologi sangat berpengaruh. Hal tersebut tidak berlaku pada karakter Nenek dalam komik Saga no Gabai Bachan Nenek Hebat dari Saga .Nenek memang miskin. Membeli barang yang memang ia butuhkan saja sulit, tapi anehnya Nenek menjalani hidupnya dengan bahagia dan selalu merasa cukup. Cara yang ia lakukan untuk dapat bertahan hidup di tengah masyarakat konsumeris adalah mengamali ajaran bersyukur dari agama Buddha. Sang Buddha mengajarkan umatnya untuk melihat segala sesuatu apa adanya. Berkat ajaran tersebut, Nenek berhasil membuktikan jikaia bisa hidup ditengah masyarakat konsumeris, meskipun tanpa memiliki banyak harta.

A consumer buys an object by the purpose of using its functional value. On the contrary, the purpose of consuming objects on consumerist society is not to pursue the use value, but to find the symbolic value of the objects. For them, symbolic value of an object is more important than functional value because it could give them status and prestige. The role of media and technology is very influential on this matter. However, this statement is not happening to The Grandmother character from Saga no Gabai Bachan Great Old Lady from Saga comic. The Grandmother is poor and it rsquo;s hard for her to buy things she really needs. Yet, she lives her life happily and fulfilled. The way she does to survive in the middle of consumerist society is by implementing Buddhist teaching of being grateful. Buddha taught his follower to see everything as it is. By implementing Buddhist teaching of gratefulness, The Grandmother proves that she can survive in the middle of consumerist society without having a need to be rich.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hartono
"Pembelajaran dari kesalahan-kesalahan penerjemahan yang sudah ada adalah penting untuk dijadikan sebagai masukan-masukan bagi penerjemah agar kelak dikemudian hari tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama. Penelitian di dalam skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan penerjemahan yang terdapat dalam ungkapan simile yang diharapkan dapat membekikan kefaedahan bagi dunia penerjemahan khususnya dalam penerjemahan simile. Jadi, penulis akan membuktikan kesalahan-kesalahan apa saja yang telah dilakukan si penerjemah dan menarik kesimpulan berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dipelajarinya tersebut. Simile sebagai salah satu jenis majas pembandingan merupakan suatu perumpamaan yang dinyatakan secara eksplisit dengan menggunakan kata keterangan pembandingan. Kata keterangan pembandingan tersebut diantaranya seperti, sebagai, ibarat, bak, umpama, laksana, serupa, dll. Dengan keberadaan kata keterangan pembandingan ini ungkapan simile ini dapat langsung diidentifikasi.Berdasarkan analisis data terjemahan salah yang ditemukan, penulis menemukan empat buah faktor penyebab terjadinya terjemahan salah sebagai berikut . 1) Terjemahan salah akibat tidak memahami citra perumpamaan TSu. 2) Terjemahan salah akibat penerjemahan harfiah yang tidak pada tempatnya. 3) Terjemahan salah akibat ketidaksetaraan bobot inforrnasi. 4) Terjemahan salah akibat tidak memperhatikan aspek gramatika."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Salina
"Skripsi tentang onomatope bahasa Jepang dalam komik dilakukan dengan tujuan untuk meneliti apakah bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onoatope mencerminkan makna-makna tertentu. Onomatope yang diteliti di sini ialah onomatope yang ditemukan pada komik-komik. Langkah penelitian yang dilakukan Onomatope yang berasal dari satu cerita dikelompokan dan dicari maknanya. Kemudian dilihat hubungan natara unsur-unsur pembentuk Onomatope dan makna dari kata Onomatope tersebut. Untuk melakukan penelitian ini digunakan teori-teori tentang onomatope. Pertama-tama diperkenalkan teori onomatope secara umum seperti teori dari J.G. Herder, Stephen Ullman, dan lain-lain. Kemudian baru diperkenalkan teori onomatope dari Otsubo Heiji. Otsubo Heiji memberi istilah Giseigo untuk mengacu makna onomatope bahasa Jepang. Teori Otsubo Heiji ini sangat berperan dalam penganalisaan masalah pada skripsi ini. Hasil analisa skripsi ini menunjukkan bahwa ternyata bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onomatope mencerminkan makna-makna tertentu. Sebagian besar hasil analisa tersebut kurang lebih sama dengan hasil penelitian dari Otsubo Heiji."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>