Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142936 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Winda Anggreni
"Salah satu teknologi pencegahan persebaran Volatile Organic Compounds (VOCs), khususnya gas benzena yang berasal dari fasilitas pengomposan, adalah biofilter. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh variasi ukuran media pada biofilter selama proses aklimatisasi dengan menggunakan media filter berupa kompos yang berukuran <2,38 mm (lolos saringan 8) dan berukuran di antara 2,38-4,76 mm (antara saringan 8 dan 4). Gas benzena yang digunakan sebagai gas inlet berasal dari larutan benzena yang terevaporasi dengan laju alir 1 liter/menit kemudian dicampur dengan uap air dari humidifier. Media kompos yang digunakan berasal dari Unit Pengolahan Sampah yang telah memenuhi Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik (SNI 19-7030-2004). Selama percobaan proses aklimatisasi yang dijalankan selama 16 hari, biofilter dengan media kompos berukuran <2,38 mm atau media 1 menghasilkan nilai rata-rata Removal Efficiency (RE) sebesar 70,2% dengan nilai RE maksimum sebesar 99,8% pada hari ke-6 dan RE minimum sebesar 20,3% pada hari ke-14. Sedangkan percobaan biofilter dengan ukuran media yang sama pada percobaan kedua selama 6 hari menghasilkan nilai rata-rata RE sebesar 92,9% dengan nilai RE maksimum sebesar 99,7% pada hari ke-3 dan RE minimum sebesar 79,9% pada hari ke-4. Sedangkan percobaan biofilter dengan media kompos berukuran di antara 2,38-4,76 mm atau media 3 selama 10 hari menghasilkan nilai rata-rata RE sebesar 68,9% dengan nilai RE maksimum sebesar 97,4% pada hari ke-1 dan RE minimum sebesar 26,3% pada hari ke-6. Removal Efficiency (RE) pada media 2 lebih besar dibandingkan RE pada media 3 sebab porositas media 2 lebih besar dibandingkan media 3, sehingga waktu kontak gas benzena dengan media filter lebih lama dan proses adsorpsi dapat terjadi secara maksimal.

Biofilter is considered as one of a leading technology that can prevent the spread of Volatile Organic Compounds (VOCs), especially benzene gas from composting facilities. The aim of this study is to analyze the influence of media size of biofilter during acclimatization process using compost <2.38 mm (sieve 8) and between 2,38-4,76 mm (between sieve 8 and 4). Benzene gas used as inflow was obtained from evaporation of benzene solution with 1 liter/min flow combined with water vapor generated from a humidifier. Compost media originated from Unit Pengolahan Sampah was in agreement with Organic Compost Spesifications from Domestic Waste (SNI 19-7030-2004). During acclimatization process of 16 days, biofilter with media-sized compost <2.38 mm or media 1 produced an average value of Removal Efficiency (RE) at 70,2% with a maximum value of RE at 99,8% on the sixth day and the minimum value of RE at 20,3% on the fourteenth day. The same biofilter size in another experiment for 6 days produced an average value of RE at 92,9% with a maximum value of RE at 99,7% on the third day and the minimum value of RE at 79,9% on the fourth day. Meanwhile, the biofilter with media-sized compost between 2,38-4,76 mm or media 3 for 10 days produced an average value of RE at 68,9% with a maximum value of RE at 97,4% on the first day and a minimum value of RE at 26,3% on the sixth day. Removal Efficiency on media 2 is greater than media 3 because the porosity of media 2 is larger than media 3, so the contact time between benzene gas and media 2 is longer than media 3 and adsorption process can able to work maximumly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Risha Dianty
"Keterbatasan lahan TPA Cipayung diiringi meningkatnya jumlah timbulan sampah yang dihasilkan memicu pemerintah kota Depok untuk menemukan solusi dalam permasalahan persampahan yaitu dengan mengurangi volume sampah yang masuk ke dalam TPA salah satunya dengan mengolah sampah organik dengan cara pengomposan. Berbagai upaya dilakukan untuk mempercepat proses pengomposan, salah satunya dengan penambahan bulking agent (BA). Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis karakteristik feedstock, menganalisis pengaruh penambahan bulking agent terhadap pengomposan, menganalisis karakteristik produk kompos dan menganalisis pengaruh penambahan BA terhadap dinamika populasi mikroba. Penelitian ini dilakukan di UPS Merdeka 2 dengan membuat dua gundukan kompos open windrow (tanpa penambahan dan dengan penambahan BA) berukuran 1 m x 1 m x 1,2 m (p x l x t) dengan periode pengomposan selama 91 hari. Penambahan BA berupa cacahan kayu sebesar 25% dari total massa gundukan kompos.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BA mampu mempertahankan porositas selama pengomposan sehingga aliran oksigen dapat terdistribusi dengan baik dan dapat menjadi sumber karbon yang baik. Produk akhir kompos G2 memiliki rasio C/N yang lebih tinggi yaitu sebesar 9,04 sedangkan rasio C/N kompos G1 sebesar 5,34. Hasil uji perkecambahan menggunakan tanaman kangkung dan pokchoi menunjukkan nilai GI (%) lebih dari 100% untuk kompos G2 dan nilai GI kompos G1 pada tanaman kangkung sedangkan nilai GI kompos G1 pada tanaman pokchoi sebesar 98,75%. Populasi mikroba pada kompos G2 memiliki populasi yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan kompos G1 dapat disebabkan oleh adanya penambahan porositas.

The limitation of Cipayung landfill area accompanied by the amount of waste generated has triggered the Depok City government to find solutions to waste problems by reducing the volume of waste entering the landfill, one of which is composting. Various efforts are made to increase the composting process time, one of which is by the addition of bulking agent (BA). The purpose of this study was to analyze the characteristics of organic raw materials, the effect of bulking agents on composting, the characteristics of final product of composting and the effect of adding BA on dynamics of microbial population. This research was conducted in UPS Merdeka 2 by making two open windrow compost mounds (without and with the addition of BA) with each dimension was 1 m x 1 m x 1.2 m (l x w x h) in 91 days period of composting. The addition of BA (wood chips) is 25% of the total mass of the compost mound.
The results showed that BA was able to maintain porosity during composting so the flow of oxygen could be well distributed and could be a good source of carbon. The final product of compost G2 has higher C/N ratio of 9,04 while the C/N ratio of compost G1 was 5,34. The germination test results using water spinach and pokchoi seeds showed GI values (%) more than 100% for compost G2 and GI value of compost G1 using water spinach seeds while GI value of compost G1 using pokchoi seeds was 98,75%. The microbial population of compost G2 has higher population when compared to compost G1s microbial population which can be caused by the addition of porosity in the compost mound.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicka Ar Rahim
"Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode pemodelan makrokineik dalam penentuan dimensi biofilter. Pemodelan digunakan sebagai dasar perhitungan dalam desain reaktor serta proses scale-up. Agar kegiatan desain biofilter menghasilkan rancangan yang akurat serta sesuai dengan kebutuhan pada kondisi real di industri, maka diperlukan pendekatan pemodelan yang dapat memberikan gambaran yang mendekati kondisi yang sebenarnya. Dengan pendekatan pemodelan secara makrokinetik diharapkan memungkinkannya transfer hasil percobaan skala bench laboratorium untuk digunakan sebagai parameter yang dapat diaplikasikan langsung pada perancangan biofilter skala industri secara tepat dan akurat.

This study aims to apply the macrokinetic modeling method in the determination of biofilter dimensions. Modeling is used as the basis for calculation of the reactor design and scale-up processes. In order for biofilter design activities produce an accurate design and in accordance with the needs of the real conditions in the industry, it is necessary that the modeling approach can provide a near real conditions. With this modeling approach allows the expected macrokinetic transfer laboratory bench scale experimental results to be used as a parameter that can be applied directly to the design of industrial-scale biofilter precisely and accurately.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando Gouw
"Lumpur padat merupakan endapan suspensi limbah cair dan mikroorganisme yang berasal dari pengolahan air limbah pada IPLT. Pembuatan pupuk kompos merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam pemanfaatan lumpur padat karena kandungan yang dimiliki oleh lumpur padat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur hara makro dan mikro serta logam berat dan menganalisis potensi aplikasi lumpur padat hasil pengolahan IPLT Pulo gebang serta menganalisis risiko pencemaran logam berat terhadap tanah, tanaman, dan manusia. Pembuatan kompos menggunakan bahan baku berupa lumpur padat hasil pengolahan IPLT Pulo Gebang dan bahan pendukung kompos berupa sampah organik dan dedaunan kering. Metode pengomposan yang digunakan adaah metode open bin composting dengan wadah kompos berupa compost bag 200 L yang dimodifikasi. Pengomposan dilakukan dengan 3 variasi kompos selama 50 hari dimana dilakukan pengamatan suhu, pH, dan kelembapan setiap 2 hari sekali serta pengamatan warna dan bau setiap 1 minggu sekali. Seluruh reaktor kompos berhasil melewati proses pengomposan dengan baik, yaitu berhasil mencapai fase mesofilik, termofilik, dan pendinginan. Berdasarkan hasil uji laboratorium, kompos II dengan perbandingan lumpur padat : sampah organik : dedaunan kering sebesar 50 : 25 : 25 mempunyai kandungan yang paling baik dengan kandungan C-organik sebesar 36,75%, N-Total sebesar 3,57%, rasio C/N sebesar 10,29, P2O5 Total sebesar 2,45%, K2O total sebesar 0,38%, Fe total sebesar 1,97%, Mn sebesar 0,03%, Cu sebesar 33,6 ppm, dan As sebesar 13,09 ppm. Proses pengomposan dapat menaikkan kadar unsur hara makro dan mikro serta menurunkan kadar logam berat. Analisis risiko paparan logam berat terhadap manusia dilakukan dengan 2 metode, yaitu berdasarkan nilai HQ (Health Quotient) dan ECR (Excess Cancer Risk). Kandungan logam berat pada kompos matang mempunyai potensi untuk menimbulkan efek kesehatan dan efek kanker pada 23 – 106 orang dari 10.000 orang.

Sludge is a liquid waste suspension and microorganisms precipitate from wastewater treatment at WWTP. Compost is an alternative that can be done as an effort to utilize sludge because of the content possessed by the sludge. This study aims to analyze macro and micronutrients as well as heavy metals and analyze the potential application of solid sludge from Pulo Gebang WWTP processing. In addition, also analyze the risk of heavy metal contamination to soil, plants, and humans. Compost production uses raw materials in the from of sludge from Pulo Gebang WWTP processing and compost supporting materials in the form of organic waste and dry leaves. The composting method used is the open bin composting method with a modified 200 L compost bag. Composting was carried out with 3 variations of compost for 50 days where temperature, pH and humidity were observed every 2 days and color and odor observations were made once every 1 week. All of the compost reactors successfully passed the composting process well, successfully achieving the mesophilic, thermophilic, and cooling phases. Based on laboratory test results, compost II with a ratio 50 : 25 : 25 of sludge: organic waste: dry leaves has the best content with C-organic content of 36.75%, N-Total of 3.57%, ratio of C /N 10.29, P2O5 Total 2.45%, K2O total 0.38%, Fe total 1.97%, Mn 0.03%, Cu 33.6 ppm, and As 13, 09 ppm. The composting process can increase levels of macro and micronutrients and reduce levels of heavy metals. Analysis of the risk of heavy metal exposure to humans was carried out using 2 methods, namely based on HQ (Health Quotient) and ECR (Excess Cancer Risk) values. The content of heavy metals in mature compost has the potential to cause health effects and cancer effects in 23-106 people out of 10,000 people."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Djunaedi
"Benzena merupakan bahan kimia yang masih diperlukan di berbagai industri, tetapi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pekerjanya walaupun proses terjadinya dalam jangka waktu lama, dapat berakibat fatal. Dampak ini dapat diperkecil dengan melakukan pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena dan kesehatan pekerjanya secara teratur. Penelitian mengenai akibat pajanan benzena di lingkungan kerja masih sedikit dilakukan di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan akibat pajanan benzena, yaitu hubungan antara kadar fenol urin dan kelainan darah di lingkungan kerja terpajan, hubungan antara lama keira di lingkungan kerja terpajan benzena dengan kadar fenol urin dan kelainan darah serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan di suatu pabrik cat di Jakarta. Parameter yang dipakai pada penelitian ini adalah kadar fenol aria, parameter darah (hemoglobin, leukosit, trombosit, retikulosit, eritrosit, hernatokrit, MCV, MCH, MCHC, hitting jenis leukosit).
Penelitian ini menggunakan desain pendekatan kros seksional, menjaring data melalui waarancara terstruktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sampel urin dan darah terhadap 128 subjek penelitian yang terdiri dari 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan tinggi dan 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan rendah.
Kesimpulan dan saran: Kadar uap benzena di lingkungan kerja terpajan tinggi melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan (NAB 25 ppm). Peningkatan kadar fenol urin pada pekerja di lingkungan terpajan tinggi lebih besar dari lingkungan terpajan rendah (p = 0,003), serta meningkat dengan pertambahan lama kerja. Pemeriksaan darah menunjukkan kecenderungan penularan jumlah retikulosit pada pekerja di lingkungan kerja terpajan tinggi 17 x dibandingkan dengan lingkungan kerja terpajan rendah (p = 0,01, OR 16,89, CI = 1,71 - 166,73) dan terdapat hubungan antara rata-rata retikulosit dengan lama kerja. Juga terdapat hubungan bermakna antara peningkatan jumlah rata-rata leukosit (p = 0,055), peningkatan jumlah rata-rata basofil (mann Whitney p = 0,02) dan peningkatan jumlah tenaga kerja dengan limfosit atipik dengan pajanan benzena (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). Faktor risiko yang berpengaruh pada penelitian ini adalah umur di atas 40 tahun dan lama kerja.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar pemantauan lingkungan terpajan benzena dilakukan secara teratur tiap 6 bulan dengan memperhatikan sistim produksi, ventilasi dan tata letak ruang. Perlu dilakukan pemeriksaan pekerja yang akan bekerja di lingkungan kerja terpajan benzena (pra kerja), yang sedang bekerja di lingkungan terpajan benzena (berkala dan khusus) yang terdiri atas pemeriksaan kadar fenol urin dan pemeriksaan laboratorium darah (hemoglobin, leukosit, trombosit dan retikulosit), serta diberikan penyuluhan tentang bahaya bekerja di lingkungan terpajan benzena, dan cara pemakaian masker yang baik dan tepat. Pemakaian metode kolorimetri untuk pemeriksaan kadar fenol urin. Pemeriksaan diperketat pada pekerja di atas 40 tahun dan kadar fenol urin di atas 40 mg/liter. Penatalaksanaan pajanan terhadap benzena perlu di standarisasikan.
Perlu dikembangkan kerjasama Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian & Perdagangan dan lembaga pendidikan (Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pascasarjana Universitas Indonesia atau lembaga pendidikan terkait) dalarn menetapkan parameter yang lepat untuk digunakan dalam pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena serta memantau dampak negatifnya.

Methods and Materials: Benzene is still required in many industries, but this chemical has negative impact towards workers' health, especially over long periods of exposure, it can be fatal. This hazard can be prevented by monitoring regularly, both exposure area and the workers' health. The study on this topic in Indonesia is still rare up to now.
The aims of this study are to search for benzene exposure disorders, the correlation between urine phenol level, and haematologic disorders, hazard, risk factors in the work place environment and time factor. This study was conducted at a paint factory in Jakarta. The parameters used in this study are phenol level in urine, haematologic examinations (haemoglobin, leucocyte, trombocyt, reticulocyt, erythrocyte, haematocrit, MCV. MCH, MCHC, differential count).
The design of this study was cross sectional. Data were collected by interview, physical examination; urine and blood examinations of 128 subjects consisting of 64 subjects in a high exposure area and 64 subjects in a low exposure area.
Results and Conclusion: Benzene vapor level in high exposure area is higher than the permissible threshold limit value (NAB 25 ppm). Phenol level in urine of workers in high exposure area are higher than workers in low exposure area (p = 0,003) and this increase coincided with the duration of work The results of haematological examination showed 17 x decreasing tendency of the reticulocyt count of workers in the higher exposure than workers in low exposure (p = 0,01, OR = 16,89, CI = 1,71 - 166,73) and this low reticulocyt count has significant correlations with the duration of work It also correlates significantly with increasing mean leucocyt count (p = 0,055), mean basophyl count (mann-whitney p = 0,02) and atypic lymphocyt count (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). The risk factors in this study include, more than 40 years old workers and long duration of exposure time.
Based on the results of this study, I suggest the establishment of a standard benzene exposure management and monitoring of benzene exposure area unit The monitoring should be carried out every 6 months regularly. Attention should be directed to the production system, room ventilation and workplace design. Pre-employment, and periodical examination of workers, especially for urine phenol level examination should be carried out, as well as haematologic examinations (hemoglobin, leucocyt, thrombocyt and reticulocyt). Communication, information, education on the danger of benzene exposure and the correct manner of mask usage should be the important task in this management.
This study was carried out by using colorimetric method for the examination of urine phenol. The examinations are restricted to more than 40 years old workers and more than 40 mg/liter phenol level in urine. A cooperation among Occupational Department, Health Department, Industry and Trade Department and other Institutions (Occupational Health & Safety, University of Indonesia or other relevant institutes) should draw up correct parameters and regulations for monitoring benzene vapor and hazards in work environments.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Sean J.
"Pada tahun 2010, timbulan sampah di kota Depok telah diperkirakan sebesar 4250 m3 perhari. Salah satu penanganan sampah yang ada adalah pengomposan oleh UPS. Kompos yang diproduksi oleh UPS Cilangkap tidak memiliki kualitas kompos yang tinggi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan memberikan fungsi alternatif dari kompos, yaitu sebagai bahan daily cover soil pada landfill. Kompos dicampur dengan tanah yang diambil di sekitar TPA Cipayung. Percobaan dilakukan dengan komposisi campuran kompos dengan tanah menghasilkan campuran 1 (80%:20%), campuran 2 (70%:30%), campuran 3 (60%:40%), campuran 4 (50%:50%), campuran 5 (60%:40%), campuran 6 (70%:30%). Karakteristik yang dinilai adalah ukuran partikel yang akan memengaruhi jenis campuran dan permeabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos UPS Cilangkap dan tanah di sekitar TPA Cipayung beserta hampir seluruh campurannya layak untuk dijadikan bahan daily cover soil sesuai dengan Standard for Compost Product yang dikembangkan oleh The Maine Department of Agriculture, Food and Rural Resources jika dilihat ukuran partikel pembentuknya dan sesuai dengan perbandingan nilai koefisien permeabilitas dengan ketebalan tanah pada standar US EPA 40 CFR Part 258.21(a) dan 258.40.

In 2010, waste generation in Depok has been estimated at 4250 m³ per day. One of the existing waste treatment is composting doing by UPS. Compost product from UPS Cilangkap does not have a high quality compost. Therefore, the one of the research’s aim is providing an alternative function of compost as a daily cover soil at landfill. Compost will mixed with soil taken around TPA Cipayung. The expertiment were performed with a mixture of compost and soil that produce mixture 1 (80%: 20%), mixture 2 (70%: 30%), mixture 3 (60%: 40%), mixture 4 (50%: 50%), mixture 5 (40%: 60%), and mixture 6 (30%: 70%). The characteristics that being considered are particle size, which will affect the type of mixture, and permeability.
The result shown that compost of UPS Cilangkap and soil around TPA Cipayung along almost the entire mixture are suitable as daily cover soil material in accordance with the Standard for Compost Product developed by the Maine Department of Agriculture, Food and Rural Resources based on the particles size and also to the coefficient of permeability and the thickness of soil comparison on USEPA 40 CRF Part 258.21(a) and Part 258.40 standard.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Surya Utami
"Nox terbentuk dari kombinasi N2 dan O2 paa temperatur dan tekanan tinggi yang terjadi pada proses pembakaran bahan bakar. Sumber NOx diantarannya adalah NO, NO2 dan N2O mempunyai peranan penting dalam perubahan kimia dari lapisan ozon."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
UI-JURTEK 23:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Prastika Nugraha
"Penambahan aktivator pada proses pengomposan dapat mepengaruhi kualitas dari kompos yang dihasilkan. Pemberian aktivator menambah jumlah dan jenis mikroorganisme yang dapat menguraikan bahan organik pada sampah. Penurunan rasio C/N digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui efektifitas dari penambahan beberapa jenis aktivator yang berbeda. Terdapat empat variasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengomposan menggunakan aktivator EM4, fermentasi buah pepaya, fermentasi ampas tahu, dan pengomposan tanpa menggunakan aktivator. Pengomposan dilakukan menggunakan metode windrow selama 60 hari dengan berat setiap tumpukan sampah 28 kg dan dilakukan pengadukan setiap lima hari sekali.Setelah pengomposan dilakukan, diketahui rasio C/N dari setiap variasi kompos yang diukur pada hari ke 18 dan 35 menunjukan penurunan sebesar 2.99 untuk kompos tanpa aktivator, 3.57 untuk kompos dengan aktivator buah pepaya, 3.03 untuk kompos dengan aktivator ampas tahu, dan 4.36 untuk kompos dengan aktivator EM4. Hasil analisis laboratorium terhadap rasio C/N pada hari ke 18 hingga hari ke 35, menunjukan bahwa EM4 merupakan aktivator yang paling efektif diantara aktivator yang diuji, diikuti oleh buah, dan kemudian ampas tahu. Dan ketiga jenis aktivator tersebut memiliki tingkat penurunan rasio C/N yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengomposan tanpa menggunakan aktivator.

The addition of activators to the composting process can affect the quality of the compost produced. The addition of activators increases the number and types of microorganisms that can decompose organic matter on waste. Decrease in C N ratio was used in this study to determine the effectiveness of the addition of several different types of activators. There are four variations used in this research that is composting using EM4 activator, papaya fruit fermentation, fermentation of tofu pulp, and composting without using activator. Composting was done using windrow method for 60 days with the weight of each pile of garbage 28 kg and stirring done every five days.After composting, the C N ratio of each compost variation measured on days 18 and 35 shows a decrease of 2.99 for compost without activator, 3.57 for compost with papaya activator, 3.03 for compost with tofu pulp activator, and 4.36 for compost with EM4 activator. The result of laboratory analysis of C N ratioon day 18 to 35, showed that EM4 was the most effective activator among tested activators, followed by fruit, and then tofu pulp. And the three types of activators have a higher rate of C N ratio reduction when compared to composting without using the activator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sucipta Laksono
"Limbah pewarna batik berbahaya bila dibuang ke badan sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu, konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) pada air buangan limbah batik 1332-3192 mg/L. Pengolahan fisika, kimia, dan biologis dapat mengurangi kandungan kimia berbahaya air limbah batik. Untuk mengetahui kriteria desain dari pengolahan biologis maka diperlukan laju kinetika penguraian substrat. Laju kinetika penguraian substrat berpengaruh terhadap efisiensi dari pengolahan biologis dengan media biofilter. Reaktor biofilter dengan skala lab pada penelitian ini memiliki volume 36 liter, dan air limbah yang dipergunakan merupakan air yang telah melalui proses fisika dan kimia. Proses penelitian ini meliputi seeding yaitu proses pembiakan bakteri yang berasal dari air limbah perut sapi, aklimatisasi yang merupakan proses adaptasi bakteri rumen, dan feeding merupakan proses penguraian konsentrasi senyawa kimia pada air limbah batik. Proses penelitian ini berlangsung selama 68 hari. Waktu tinggal pada penelitian adalah 8 jam dengan debit 1,25 mL/s. Diperoleh laju kinetika penguraian yang diperoleh berkisar 0,174-0,244 hari-1, laju pertumbuhan sebesar 0,03584 hari-1, dan biomassa dengan nilai 0,2088 gVSS/gCOD. Penyisihan COD 60 - 90%, Suhu pada proses ini berkisar antara 27oC-30oC sedangkan pH pada penelitian antara 6,5-8,5.

Batik wastewater can damage the river ecosystem when discharged into water bodies without any prior treatment, Chemical Oxygen Demand (COD) content of the wastewater batik of 1332-3192 mg/L. Physical, Chemical, and Biological treatment can reduce the hazardous chemical constituents of wastewater batik. To determine the design criteria of the biological treatment, the kinetics rate of substrate decomposition is needed. The rate of decomposition kinetics of the substrate affect the efficiency of the biological treatment especially biofilter process. Lab-scale biofilter reactor in this research had a volume of 36 liters and the wastewater used in this research is water that has been through physics and chemical process. The research process includes seeding process, acclimatization, and feeding process. Seeding is the process of culturing rumen bacteria, Acclimatization is the process of adaptation of rumen bacteria in media biofilter, and feeding is the decomposition of chemical compounds in watewater batik by rumen bacteria. This research process lasted for 68 days. Residence time in the study was 8 hours with a flow rate of 1.25 mL/s. Decay rate from rumen bacteria between 0,174-0,244 Day-1, rumen bacteria growth rate is 0.03584 day-1, and biomass of 0.2088 gVSS / gCOD. COD removal 60-90%, the temperature in this process ranges from 27oC-30oC while the pH between 6.5 to 8.5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Dwi Puspasari
"Dengan digantikannya fungsi timbal pada banan bakar bensin dengan poli aromatik nidrokarbon, maka ancaman paparan benzena akibat penguapan Iangsung maupun emisi kendaraan bermotor semakin meningkat Benzena telah diklasifikasikan sebagai penyebab kanker pada manusia grup 1 oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) karena sifatnya yang karsinogenik. Semakin sering individu berinteraksi dengan senyawa tersebut, semakin tinggi risiko paparannya, salah satunya adalah petugas SPBU. Pada penelitian ini dilakukan deteksi ada atau tidaknya paparan dengan metode human biomonitoring terhadap metabolit benzena yaitu asam S-fenil merkapturat yang terdapat pada urin.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography, kolom C-18, Iaju alir1 mL/menit, dan komposisi eluen metanol 1 asam perklorat 0,001 N (40:80). Nilai kuantitatif yang diperoleh olibandingkan dengan nilai kreatinin pada masing-masing individu.
Subjek dari penelitian ini adalah petugas wanita di beberapa SPBU di Jakarta sebanyak 15 orang dan kontrol sebanyak 5 orang. Konsentrasi asam S-fenil merkapturat pada sampel paling tinggi adalah 0,8078 mg/g kreatinin dan paling rendah adalah 0,0795 mg/g kreatinin Rentang kaolar asam S-fenil merkapturat paola kontrol adalah 0,0015 - 0,0582 mg/g kreatinin. Dapat terlihat banwa paparan benzena pada petugas beberapa stasiun pengisisan bahan bakar umum di Jakarta Iebih tinggi dibandingkan kontrolnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30512
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>