Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zunelda
"Kegiatan posyandu bertujuan memantau pertumbuhan balita dengan indikator pencapaian adalah cakupan penimbangan balita (D/S). Pencapaian D/S tahun 2011 di Kota Padang terendah pada Puskesmas Nanggalo 42,7% dan tertinggi pada Puskesmas Ambacang 96,7%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor kader dan sarana posyandu dengan cakupan penimbangan di posyandu dua puskesmas Kota Padang tahun 2012. Desain penelitian adalah cross sectional.
Hasil penelitian rata ? rata D/S tahun 2012 puskesmas 66,01 % dengan proporsi cakupan tinggi 52,4 %. Pendidikan, lama kerja, pengetahuan, pelatihan, persepsi, jumlah kader dan sarana posyandu berhubungan bermakna dengan cakupan penimbangan balita. Perlu pelatihan kader, penambahan jumlah kader dan sarana posyandu.

Posyandu activities aimed at monitoring the growth of underfive children with indicators of achievement is the scope of child's weight (D/ S). Achievement of D / S of Padang in 2011, Nanggalo 42.7% and Ambacang 96.7%. Research purposes to determine the correlation between the cadres and the facilities posyandu to coverage of weighing in posyandu Padang City in 2012. The study design was cross-sectional.
The results the average D/ S in 2012 66,01% and propostion hight coverage of weighing 52,4 %. Education, Length of work, knowledge, training, perception, number of cadres and facilities posyandu significantly associated with coverage of weighting underfive children. Need training of cadres and increasing the number of cadres and facility.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Missiliana Riasnugrahani
"Occupational commitment adalah keterikatan individu terhadap pekerjaannya yang didasari oleh ketiga komponennya, yaitu affective commitment (keterikatan secara emosional terhadap pekerjaan), continuance commitment (pertimbangan untung rugi dalam melakukan pekerjaan) dan normative commitment (rasa kewajiban moral dalam melakukan pekerjaan). Occupational commitment memegang peran penting dalam perilaku dosen yang tampil dalam proses belajar mengajar maupun kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang lain.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang timbul di Universitas Kristen Maranatha. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat occupational commitment dosen, dan derajat dari masing-masing komponen occupational commitment dalam diri dosen. (2) untuk mengetahui task value bagi dosen, yaitu derajat keberartian tugas bagi dosen. (3) untuk mengetahui derajat achievement motivation dari dosen. (4) untuk mengetahui adanya sumbangan yang bermakna dari achievement motivation dan task value baik secara bersama-sama maupun tersendiri terhadap occupational commitment dosen, serta besarnya sumbangan yang bermakna tersebut.
Sampel penelitian adalah dosen tetap di Universitas Kristen Maranatha yang telah memiliki masa kerja minimal satu tahun sebanyak 98 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Occupational Commitment Dosen yang dimodifikasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh LaMastro, Achievement Motivation yang dirnodifikasi dari teori Mandel dan Markus, dan Task Value Dosen yang disusun berdasarkan teori Eccles dan Wigfield. Analisis data yang digunakan adalah analisis multiple regression dengan metode stepwise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa achievement motivation dan task value memberikan sumbangan yang bermakna secara bersama-sama terhadap occupational commitment dan affective commitment, sedangkan terhadap continuance commitment dan normative commitment, hanya achievement motivation yang memberikan sumbangan yang bermakna, yaitu bersifat negatif terhadap continuance commitment dan bersifat positif terhadap nonnative commitment. Saran yang diberikan pada universitas adalah berusaha untuk menumbuhkan iklim kerja yang dapat meningkatkan achievement motivation dan task value yaitu dengan membuat penilaian kinerja yang benar-benar mampu memberikan feedback yang objektif bagi kemajuan dosen. Pihak universitas juga harus berusaha mengenali task value yang paling dominan pada dosen, agar dapat melakukan upaya perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan pula untuk melakukan penelitian mengenai occupational commitment pada organisasi atau profesi lain, dengan cakupan yang lebih luas. Selain itu juga dapat diteliti variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi occupational commitment seperti kepuasan kerja, locus of control, turn over intention dan kondisi kerja, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang occupational commitment."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlinda
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26638
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Rahayu
"ABSTRAK
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka
kematian balita di Indonesia adalah sebesar 44 kematian per 1000 kelahiran hidup.
Secara keseluruhan, angka kematian balita di Indonesia sudah mengalami
penurunan. Namun, bila dilihat di setiap tahun penurunannya semakin kecil.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain potong lintang dan
kasus kontrol yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian ibu dan
kejadian kematian balita di Indonesia, dengan mengikutsertakan beberapa
karakteristik responden. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu yang
kemandiriannya kurang baik, dalam kelompok pendidikan rendah memiliki risiko
7,95 kali untuk mengalami kematian balita, dalam kelompok pendidikan
menengah memiliki risiko 1,127 kali untuk mengalami kematian balita, serta
dalam kelompok pendidikan tinggi memilki risiko 1,135 kali untuk mengalami
kematian balita. Selain itu, beberapa karakteristik ibu, karakteristik balita,
karakteristik sosial ekonomi dan lingkungan tempat tinggal, serta interaksi antara
kemandirian dan pendidikan juga berhubungan dengan kematian balita. Oleh
karena itu, untuk mengatasi masalah kematian balita, proporsi wanita dengan
pendidikan tinggi perlu ditingkatkan.

ABSTRACT
Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 shows that under-five
mortality in Indonesia is 44 deaths per 1000 live births. Overall, the number of
under-five mortality in Indonesia has reduced. But, if seen in every years, the
reduction is more minor. This research is the quantitative research, uses crosssectional
and case control design and wants to know the relation between
mother’s autonomy and under-five mortality in Indonesia, including some
caracteristics. According to this research, mother who has not too good autonomy,
in low education has probability 7,95 times in under-five mortality, in medium
education has probablity 1,127 times in under-five mortality, in high education
has probablity 1,135 times in under-five mortality. Besides, some mother’s
caracteristics, child’s caracteristics, socioeconomic and sorrounding caracteristic,
and interaction of autonomy and education also related to under-five mortality.
Thus, decreasing under-five mortality problem can be done by increasing
proportion of woman with high education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto
"Keadaan gizi masyarakat, terutama status gizi anak balita, adalah salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Prevalensi gizi kurang pada anak balita di Kota Tangerang sebesar 17,35%. Keadaan ini dapat dideteksi melalui pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita di posyandu. Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu Kota Tangerang tahun 2006 masih rendah, yaitu 50,2%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran, faktor-faktor yang berhubungan, dan melihat faktor yang paling dominan terhadap cakupan penimbangan balita di posyandu di Kota Tangerang tahun 2006. Rancangan penelitian adalah cross-sectional, dengan dilakukannya FGD sebagai data pendukung ibu balita (pendidikan dan jumlah anak balita) yang dilaksanakan dari tanggal 11-21 Juni 2006 di Kota Tangerang. Sampel posyandu sebagai unit analisis sebanyak 200 posyandu. Untuk mendapatkan data karakteristik posyandu, setiap posyandu diambil sampel ketua kader, sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 200 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana. Data karakteristik posyandu merupakan agregat dari seluruh responden (ibu kader) tiap posyandu. Data yang dikumpulkan mencakup cakupan penimbangan posyandu, faktor kader (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, dan pelatihan), supervisi petugas kesehatan, pembina kelurahan (frekuensi kunjungan ke posyandu, frekuensi pemberian dana, dan frekuensi rapat membicarakan posyandu), serta kelengkapan sarana pokok penimbangan di posyandu. Analisis dilakukan secara deskriptif, korelasi, uji t independen, ANOVA, dan regresi linier.
Rata-rata cakupan penimbangan balita di posyandu di Kota Tangerang adalah 50,82%. Hasil uji menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan adalah pengetahuan kader. Dengan uji regresi linier, faktor yang paling dominan mempengaruhi cakupan penimbangan balita adalah rapat posyandu di kelurahan.
Untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu, perlu dibuat kebijakan dari kepala daerah mengenai pembentukan kelompok kerja operasional (Pokjanal) posyandu. Selain itu, saat rapat kader di puskesmas, materi perlu disesuaikan dengan kebutuhan kader. Pelaksanaan pelatihan kader harus disesuaikan antara waktu yang disediakan dengan metode dan banyaknya materi yang harus disampaikan. Kelurahan diharapkan mengadakan rapat rutin bulanan dalam rangka evaluasi dan perencanaan kegiatan posyandu.
DAFTAR PUSTAKA: 39 (1978-2006)"
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T32008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Edward Wardhana
"Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual adalah salah satu unit eselon I yang berada di bawah naungan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I mempunyai peran strategis dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu unsur pelayanan pemerintah kepada masyarakat luas dengan memberikan perlindungan dan kepastian hukum di bidang hak kekayaan intelektual.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat memerlukan dukungan sarana dan prasana yang memadai serta sumber daya manusia yang berkualitas. Tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas menjadikan Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi negara yang melayani masyarakat dituntut untuk selalu bersikap dan menjunjung tinggi profesionalisme dalam memberikan pelayanan menuju organisasi negara yang lebih efektif, efisien dan produktif, yang pada akhirnya dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Oleh sebab itu, pegawai Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual merasa tertantang untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dengan terus berupaya meningkatkan prestasi kerjanya agar tujuan organisasi dapat tercapai. Hal ini disebabkan karena "masalah prestasi atau kemunduran prestasi lebih gampang terjadi daripada meningkatnya prestasi kerja" (Walker, '1992:259). Sedangkan suksesnya pertumbuhan organisasi diyakini berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan sumber daya manusia, kampensasi, dan penghargaan bagi pegawainya yang berdasarkan pencapaian prestasi memacu pertumbuhan dan pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi yang berdasarkan pencapaian prestasi, menjadikan sumber daya manusia menjadi asset terbesar organisasi (Gilley, 1999:153).
Sehubungan dengan prestasi kerja pegawai yang ingin dicapai, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang berdampak signifikan pada prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dilatarbelakangi oleh pentingnya prestasi kerja pegawai bagi kinerja organisasi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis kuantitatif regresi ganda, yakni suatu metode untuk menggambarkan keadaan pada saat penelitian berlangsung, dengan cara mengumpulkan data, mengolahnya, melakukan uji KMO dan Bartlett's test, menganalisa dengan analisa faktor dengan teknik Rotation Method : Varimax Kaiser Normalization, dan kemudian melakukan uji regresi, yang kesemuanya dilakukan dengan menggunakan Program SPSS 12.0 for Windows.
Hasil penelitian diperoleh variabel penentu yang berdampak secara signifikan pada prestasi kerja pegawai. Adapaun variabel penentu tersebut adalah motivasi pegawai dalam bekerja, kedisiplinan dalam bekerja, bekerja di luar jam kerja, imbalan dan jaminan hari tua, rasa ingin maju, reputasi dan pujian, ketenangan dalam bekerja, dan pengambilan keputusan. Sedangkan kepemimpinan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab terhadap bawahan, dan gaya kepemimpinan belum berdampak secara signifikan pada prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran kebijakan yang sangat mungkin diterapkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yaitu untuk tiga variabel yang belum berdampak secara signifikan pada prestasi kerja pegawai patut menjadi perhatian para pimpinan di lingkungan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibuea, Sahab H.
"Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal telah dilaksanakan upaya-upaya peningkatan kesehatan Ibu dan Anak, yang dimulai dari setiap rumah tangga,yang melibatkan peran serta masyarakat yang dikenal dengan Posyandu. Tetapi dalam kegiatan Posyandu ini, banyak diantara kader-kadernya yang drop out.
Dalam upaya pembinaan kader Posyandu agar tetap lestari diperlukan informasi-informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan drop outnya. Untuk memperoleh informasi tersebut dilakukan penelitian secara cross sectional terhadap 228 orang kader Posyandu, 19 orang pemuka masyarakat dan 11 orang petugas pembina Posyandu. Data dikumpulkan dengan cara mewawancarai responden dengan menggunakan kwesioner. Hasil penelitian ini dianalisa dengan menggunakan test Chi Square untuk melihat ada/tidak hubungan antara variable independen dengan dependen.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara faktor usia, status perkawinan, cara pemilihan kader, pembinaan dan imbalan dengan drop out kader. Selain itu juga didapati hasil tidak adanya hubungan antara latar belakang pendidikan, motivasi, kedudukan suami kader didesa, dan cakupan kegiatan dengan drop out kader.
Kepada Puskesmas disarankan agar lebih meningkatkan pembinaan, latihan kader clang dan pelayanan gratis kepada kader. Sedangkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II disarankan dapat memberikan insentif dan penghargaan kepada kader yang lestari."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Maghfirah Faisal
"ABSTRAK
Latar Belakang: Remaja yang ditinggal orangtuanya lebih rentan mengalami loneliness, karena ketidakhadiran sosok attachment utama dalam masa perkembangannya. Beberapa penelitian menemukan bahwa loneliness memiliki kaitan yang sangat erat dengan hubungan interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) dapat menurunkan loneliness pada remaja anak buruh migran yang ditinggal orangtuanya. Psikoterapi ini berfokus untuk membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan komunikasi para partisipan, sebagai cara untuk mengurangi loneliness.
Metode: Sebanyak delapan remaja anak buruh migran di wilayah Cilamaya Kulon, Karawang, yang berusia 13 hingga 15 tahun turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Intervensi IPT-G terdiri atas satu sesi individual dan enam sesi kelompok. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah De Jong Gierveld Loneliness Scale dan Social Anxiety Scale for Adolescents. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat pre-test, post-test, dan follow-up test. Penilaian kualitatif dari observasi dan wawancara juga dianalisis untuk mengetahui gambaran perubahan loneliness para partisipan di tiap sesi.
Hasil: Secara umum, skor individual dan skor rata-rata loneliness dan social anxiety para peserta mengalami penurunan secara berkala dari pre-test ke post-test dan follow-up test. Dari hasil observasi dan wawancara, peserta menunjukkan penurunan gejala loneliness dari sesi ke sesi. Mereka juga mempelajari dan dapat mempraktikkan solusi-solusi IPT dalam kehidupannya, seperti berkomunikasi secara terbuka dan mengubah ekspektasi menjadi lebih realistis.
Kesimpulan: IPT-G merupakan intervensi yang sederhana dan berguna untuk menurunkan loneliness pada remaja anak buruh migran yang ditinggal orangtuanya.

ABSTRACT
Background: Left-behind early adolescents have been known to be significantly loneliner than their counterparts due to absence of parents during their course of development. Furthermore, recent studies also found that loneliness was strongly correlated with interpersonal relationship. This study aimed to explore the effectiveness of Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) to reduce loneliness among left-behind early adolescents. This psychotherapy focused on enhancing interpersonal and communication skill among the participants as tools to reduce loneliness.
Method: A total of eight left-behind early adolescents of migrant workers aged 13 to 15 in Cilamaya Kulon, Karawang, was participated in this study. IPT-G consisted of one individual session and six group sessions. The assesment tools used in this program are De Jong Gierveld Loneliness Scale and Social Anxiety Scale for Adolescents. The measurement was done three times: on pre-test, post-test, and one month follow up test. Qualitative measurements obtained from interview and observation during the program were also analysed to depict the change of loneliness condition among participants from session to session.
Result: Overall individual and mean score of loneliness and social anxiety among participants were progressively declining from pre-test to post-test and follow-up test. Based on observation and interview, all participants showed reduced symptoms of loneliness from session to session. They also learned and were able to implement IPT solutions, such as open communication and formulate more realistic expectation.
Conclusion: IPT-G is a simple yet useful intervention to reduce loneliness among left-behind early adolescents of migrant workers."
2018
T52534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Sutadji
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa SLTP kelas 3 di beberapa sekolah di Jakarta, Tangerang, Bogor dan Bekasi. Penelitian ini mengkaji kontribusi beberapa variabel input terhadap variabel output sekolah yang secara teori digunakan sebagai proxy dari kualitas pendidikan.
Unit Analisis penelitian adalah prestasi belajar individuil siswa untuk matematika dan Bahasa Indonesia dengan karakteristiknya. Penelitian ini melibatkan 365 siswa, 48 guru matematika dan Bahasa Indonesia serta 24 Kepala Sekolah yang berasal dan 6 SLTPN Jakarta Selatan, 6 SLTPN di daerah Bogor, 6 SLTPN di daerah Tangerang dan. 6 SLTPN di daerah Bekasi. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarluaskan kepada siswa, guru dan Kepala Sekolah. Prestasi belajar siswa kelas 3 untuk matematika dan Bahasa Indonesia yang dijadikan variabel independen dalam penelitian ini menggunakan angka rapor siswa yang dikumpulkan dari kuesioner untuk masing-masing siswa.
Analisis yang digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian ini adalah multiple regression analysis (analisis regresi ganda) dengan metode stepwise. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menjelaskan besarnya kontribusi sekelompok variabel yang dimasukkan dalam model regresi. F-test digunakan untuk menguji tingkat signifikansi model regresi yang digunakan. Perubahan R2 digunakan untuk melihat varian yang dijelaskan oleh setiap variabel yang masuk dalam model regresi secara bertahap. Untuk mengetahui besarnya hubtmgan antara prediktor variabel dan dependent variable, angka korelasi, r, pada tingkat signifikansi p 0.05 dengan uj i t-test.
Analisis dilakukan baik pada tingkat keseluruhan sampel maupun pada kategori sekolah baik dan sekolah kurang. Pada keseluruhan sampel melibatkan 365 murid sebagai unit analisis, sedangkan pada tingkat sekolah baik dan kurang melibatkan masing-masing 91 dan 274 siswa SLTPN.
Penelitian inn menemukan bahwa NEM sekolah dasar sebagai indikator output pada jenjang pendidikan sebelurnnya mempunyai pengaruh yang kuat dan konsisten terhadap prestasi belajar matematika dan Bahasa Indonesia siswa kelas 3 SLTPN. Indikator karakteristik guru seperti pendidikan guru, training yang pernah diikuti guru dan pengalaman guru, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa untuk matematika dan Bahasa Indonesia. Pengalaman kerja Kepala Sekolah sebagai salah satu karakteristik Kepala Sekolah narnpaknya tidak konsisten memberikan pengaruh kepada prestasi siswa untuk matematika dan Bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kodiat Juarsa
"Kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh keadaan gizi masyarakat, terutama status gizi anak balita. Prevalensi gizi kurang anak balita di wilayah I kabupaten Pandeglang sebesar 21,4%. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita dapat dilakukan di posyandu. Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang tahun 2003 masih rendah 51,40%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran, faktor-faktor yang berhubungan, dan melihat faktor paling dominan terhadap cakupan penimbangan balita di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang tahun 2004. Rancangan penelitian cross-sectional, dilaksanakan di wilayah I kabupaten Pandeglang. Sampel posyandu sebagai unit analisis sebanyak 64 posyandu. Untuk mendapatkan data karakteristik posyandu, setiap posyandu diambil sampel ibu balita sebanyak 7 responden dan semua kader aktif sesuai kriteria. Sehingga jumlah sampel keseluruhan 448 responden ibu balita dan 160 responden kader posyandu aktif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana, kecuali kader aktif diambil seluruhnya. Data karakteristik posyandu merupakan agregat dari seluruh responden (ibu balita dan kader) tiap posyandu. Data yang dikumpulkan adalah cakupan penimbangan posyandu, faktor kader (umur, pendidikan, rasa kerja, pengetahuan, penghargaan, proses penunjukkan dan pelatihan), supervisi petugas kesehatan, pembinaan desa, faktor ibu balita (pengetahuan, pendidikan, jumlah anak balita), dukungan tokoh masyarakat dan faktor posyandu (jangkauan, jadwal dan PMTPenyuluhan). Analisis dilakukan secara deskriptif, uji Chi-Square dan Regresi Logistik.
Rata-rata cakupan penimbangan balita di posyandu wilayah I kabupaten Pandeglang 57,6%. Hasil uji Chi-Square didapatkan 6 variabel babas yang berhubungan bermakna yaitu faktor kader (masa kerja, pengetahuan dan pelatihan), pengetahuan ibu balita, dukungan tokoh masyarakat dan PMT-penyuluhan. Dengan uji regresi logistik terdapat 5 variabel yang berhubungan secara bermakna yaitu masa kerja kader, pelatihan kader, pengetahuan ibu balita, dukungan tokoh masyarakat dan PMT-Penyuluhan, sedangkan faktor paling dominan adalah variabel pelatihan kader.
Untuk meningkatkan cakupan penimbangan balita di posyandu perlu dibuat kebijakan dari kepala daerah tentang pelaksanaan pelatihan kader yang dilaksanakan bersamaan dengan pembinaan desa. Pelatihan kader dilaksanakan 3 bulan sekali di tingkat desa, yang sebelumnya belum pernah diselenggarakan secara berkala di tingkat desa. Pelaksanaannya bersamaan dengan pertemuan desa dengan materi yang disesuaikan kebutuhan dan waktu pelaksanaan hanya dalam sehari. PMT-Penyuluhan diadakan setiap bulan, dikelola oleh masyarakat dan sumber dana dari masyarakat yang potensial sebagai donatur, dengan dukungan yang baik dari tokoh masyarakat yang ada di wilayah posyandu.

Factors Related To Coverage Of Weighing Of Underfive Children In Posyandus In Area I Of Pandeglang District Year 2004The quality of human resources is determined by, among others, the situation of community nutrition status, particularly of the underfives. Prevalence of undernourished children in Area I Pandeglang District was quite high, i.e. 21.4%. Monitoring of growth and development of underfives could be conducted in posyandu (integrated health post). Coverage of weighing (DIS) in posyandus in Area I Pandeglang District year 2003 was considered low, i.e. 51.40%.
This study aimed to describe factors related to the coverage of underfives weighing in Posyandus in Area I Pandeglang District year 2004. Design of the study was cross-sectional, study conducted in Area I of Pandeglang District with number of samples (posyandu) as unit of analysis of 64 posyandus. To obtain data on posyandu characteristics, 7 mothers for each posyandu were randomly selected as respondents as well as all active cadres. Thus, there were 448 mother respondents and 160 cadres respondents in total. Data on posyandu characteristics was aggregate of all respondents including coverage of weighing, cadres factors (age, education, length of work, knowledge, rewards, recruitment process, and training), supervision from health worker, support from village, mother factors (knowledge, education, number of underfive children), support from informal leader, and posyandu factors (distance, schedule, and food supplementation program). Analyses were conducted descriptively, chi-square test, and logistic regression.
The average coverage of weighing was 57.6%. The Chi-Square test found six independent variables with statistically significant association, i.e. cadre factors (length of work, knowledge, and training), mother's knowledge, informal leader support, and food supplementation program. Logistic regression test showed 5 significant variables, i.e. cadre's length of work, cadre's training, mother's knowledge, informal leader's support, and food supplementation program, with cadre's training as the most dominant factor.
To improve the .weighing coverage in posyandu, it is recommended to develop policy from local government on cadre's training which could be implemented simultaneously with village meeting. It is suggested to conduct short cadre's training once in three month at village level with various adjustable substances. Food supplementation program is suggested to be implemented monthly, organized by community, funded by economically potential community members, supported by community informal leader.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>