Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Melati Suci Kusuma
"Tesis ini membahas tentang usia bercak cairan mani dengan melihat perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani. Penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian analisis korelatif dengan time series selama 6 hari pengamatan yang tidak kontinu. Dalam penelitian ini diperiksa sebanyak 36 sampel kain katun yang telah dibercakkan cairan mani diatasnya lalu dikeringkan di lingkungan terbuka kemudian pada hari ke 0 ke 1 ke 3 dan ke 6 setelah pembercakkan sampel tersebut diperiksa kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung didalamnya dengan menggunakan spektroskopi uv visibel.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani tetapi didapatkan pula fakta bahwa kandungan fruktosa yang ada didalam cairan mani akan mempengaruhi kadar fosfatase asam yang juga terkandung dalam cairan mani. Selain itu dalam penelitian ini didapatkan pula adanya pengaruh dari jenis bahan kain yang digunakan sebagai media pembercakkan. Dimana kain katun ternyata juga akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan kadar fruktosa. Penentuan usia bercak cairan mani berdasarkan perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam masih dapat digunakan tetapi dengan disertai pemeriksaan terhadap variabel variabel lainnya.

This study discusses the seminal age spots by looking at changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in seminal fluid. The research in this thesis is a study of correlative analysis with time series for 6 days of observation which is not continuous In this study a total of 36 cotton fabric samples were examined each had been spotted with seminal fluid on it and then been dried in an open environment. On day 0, 1st, 3rd and 6th after spotted each sample was examined its level of fructose and acid phosphatase contained therein by using UV visible spectroscopy.
Results of this study showed changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in the seminal fluid but found also the fact that the fructose content in the seminal fluid will affect acid phosphatase levels contained in the seminal fluid In addition to that in this study had been found also the influence of the type of fabric used as a spotted medium which was cotton fabric also giving a positive result on examination fructose levels. Determination of the age seminal fluid spot based on changes in levels of fructose and acid phosphatase could still be used but must be accompanied by examination of other variables.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Better Versi Paniroi
"

Latar Belakang: Preeklamsia merupakan gangguan hipertensi dalam kehamilan yang disebabkan oleh plasentasi abnormal dengan penyebab pasti yang belum diketahui. Perubahan pola makan dan pola makanan berubah drastis selama dekade terakhir baik di negara maju maupun berkembang terutama peningkatan konsumsi gula tambahan diantaranya fruktosa. Fruktosa memegang peranan penting pertumbuhan janin pada trimester pertama. Namun, konsumsi berlebih fruktosa dapat menyebabkan disfungsi endotel yang dapat mengakibatkan hipoksia plasenta sehingga terjadi preeklamsia. PRPP sebagai metabolit antara pada metabolisme fruktosa diduga meningkat pada kondisi preeklamsia yang diakibatkan oleh konsumsi fruktosa berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar PRPP pada kondisi preeklamsia dan korelasinya dengan konsumsi fruktosa meternal serta jumlah leukosit.

Metode: Penelitian potong lintang pada 60 perempuan hamil yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok preeklamsia dan hamil normal, masing-masing sebanyak 30 subjek yang dilakukan pemeriksaan kadar PRPP pada leukosit dan jumlah leukosit dari darah vena. Seluruh subjek dilakukan wawancara sFFQ (semiquantitative Food Frequent Questionnaire)konsumsi gula maternal.

Hasil: Kadar PRPP leukosit pasien preeklamsia lebih tinggi bermakna pada kelompok preeklamsia (7.015,67 vs 5.577,63, p=0,003). Jumlah leukosit pada kelompok preeklamsia lebih tinggi dibandingkan kelompok normal (15.905 (5.014,10) vs 8.078,33 (1.141,74) /mm3, p=0,000). Konsumsi fruktosa kelompok preeklamsia lebih tinggi dibandingkan kelompok normal namun tidak bermakna secara statistik (6,25 (0,6 – 10,54) vs 4,65(0,60 – 19,4) g/hari, p=0,32). Korelasi positif lemah kadar PRPP dengan jumlah leukosit (r=0,327, p=0,035). Tidak ada korelasi kadar PRPP dengan konsumsi fruktosa maternal (r=-0.013, p=0.923). Tidak ada korelasi jumlah leukosit dengan konsumsi fruktosa maternal (r=0.122, p=0.352).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna kadar PRPP leukosit kelompok preeklamsia dibandingkan kelompok normal. Terdapat korelasi positif lemah kadar PRPP leukosit dengan jumlah leukosit. Tidak terdapat korelasi kadar PRPP leukosit dengan konsumsi fruktosa maternal dan jumlah leukosit dengan konsumsi fruktosa maternal.


 Preeclampsia is a hypertensive disorder in pregnancy caused by abnormal placentation with an unknown exact cause. Changes in diet pattern and diet composition have changed dramatically over the past decade, in both developed and developing countries, especially the increase in consumption of added sugars including fructose. Fructose plays an important role in fetal growth in the first trimester. However, excessive consumption of fructose can cause endothelial dysfunction which can result in placental hypoxia resulting in preeclampsia. PRPP as an intermediate metabolite in fructose metabolism is thought to increase in preeclampsia conditions caused by excess fructose consumption. This study aims to determine the increase in PRPP levels in preeclampsia conditions and its correlation with meternal fructose consumption and leukocyte count.

Method: Cross-sectional observational study on 60 pregnant women divided into two groups. The preeclampsia and normal pregnancy groups, each as many as 30 subjects were examined for PRPP levels in leukocyte and leukocyte counts from venous blood. All subjects were interviewed with sFFQ (semiquantitative Food Frequent Questionnaire) on maternal sugar consumption.

Results: Leukocyte’s PRPP levels in preeclampsia patients were significantly higher in the preeclampsia group (7,015.67 vs 5,577.63, p=0.003). The number of leukocyte in the preeclampsia group was higher than in the normal group (15,905 (5,014.10) vs 8,078.33 (1,141.74) /mm3, p=0.000). The fructose consumption of the preeclampsia group was higher than in the normal group but not statistically significant (6.25 (0.6 - 10.54) vs 4.65 (0.60 - 19.4) g / day, p=0.32). Weak positive correlation of PRPP levels with leukocyte count (r=0.327, p=0.035). There was no correlation between PRPP levels and maternal fructose consumption (r =-0.013, p=0.923). There was no correlation between leukocyte count and maternal fructose consumption (r=0.122, p=0.352).

Conclusion: There was a significant difference in PRPP leukocyte levels in the preeclampsia group compared to the normal group. There is a weak positive correlation of leukocyte PRPP levels with leukocyte count. There was no correlation between leukocyte PRPP levels with maternal fructose consumption and leukocyte counts with maternal fructose consumption.

"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamat Syahroni
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S29682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rannia Putri Isniendira
"Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 adalah protein yang utamanya berasal dari hati dan berperan dalam degradasi reseptor low-density lipoprotein, sehingga menjadikannya target terapeutik yang menjanjikan untuk menunrunkan kolesterol. Pengembangan obat yang menargetkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 telah menarik banyak perhatian, namun adanya keterbatasan penelitian model in vivo dengan hewan wild type yang mampu merepresentasikan kondisi manusia dapat menghambat proses pengembangan obat. Sebuah studi menunjukkan diet tinggi fruktosa dapat meningkatkan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 pada manusia. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan tikus wistar jantan yang diinduksi diet tinggi fruktosa menggunakan variasi durasi induksi selama 3, 4, dan 5 minggu. Parameter yang dinilai adalah kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati yang diukur dengan ELISA, serta ekspresinya di hati yang dievaluasi dengan western blot. Pada tikus yang diinduksi fruktosa, terdapat peningkatan signifikan kadar Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 di plasma dan hati dibandingkan dengan kontrol (p<0,05) pada durasi 3 dan 4 minggu untuk plasma, serta durasi 3 minggu untuk hati. Western blot menunjukkan mature proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 tereskpresi pada kelompok dengan induksi fruktosa, serta terjadi penurunan ekspresi di minggu ke-3 dan ke-5 jika dibandingkan dengan kontrol. Penelitian ini menunjukkan tikus yang diinduksi fruktosa dapat menjadi pilihan sebagai model hewan proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 dengan durasi induksi selama 4 minggu untuk memberikan hasil yang optimal.

Proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 is a liver-derived protein with an ability to promote degradation of low-density lipoprotein receptor, making it a promising therapeutic target in cholesterol-lowering therapy. The development of drugs targeting proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 has attracted considerable attention, but the limited studies of in vivo model with wild type animals that exhibit similarities to that of a human situation could inhibit the drug development process. Recent study has revealed high fructose diet increased proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 in humans. In this study, the development of animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was carried out using rats induced by fructose with duration of induction variation. Plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 were measured with ELISA, while hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 expression was detected with western blot. A significant increase in plasma and hepatic proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 levels were observed in fructose-induced rats following treatment for 3 and 4 weeks, and 4 weeks, respectively, compared to the control group (p<0,05). Western blot showed proprotein convertase subtilisin/kexin type 9 was expressed in fructose-induced groups, and there was a decrease in expression in frucotse- induced group treated for 3 and 5 weeks. This study demonstrate that fructose-induced rat has a potential to be animal model of proprotein convertase subtilisin/kexin type 9, with an induction duration of 4 weeks to provide an optimal result."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audina Khalda Nabilah
"PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) merupakan regulator Low-Density Lipoprotein (LDL) melalui perannya dalam degradasi Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) sehingga PCSK9 dapat dijadikan target terapi yang menjanjikan sebagai agen penurun lipid. Inhibitor PCSK9 yang tersedia memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu, banyak peneliti mengembangkan obat inhibitor PCSK9 lainnya. Dalam pengembangan obat, model hewan PCSK9 yang sejalan pada manusia dibutuhkan dan dikembangkan melalui induksi suatu nutrisi, misalnya fruktosa. Penelitian efek diet tinggi fruktosa terhadap kadar PCSK9 plasma dan ekspresi PCSK9 otak masih sangat terbatas dan perlu diteliti lebih lanjut. Pada penelitian ini, tikus diberikan diet tinggi fruktosa dengan variasi durasi, yaitu 3 minggu, 4 minggu, dan 5 minggu untuk melihat efeknya terhadap kadar PCSK9 dan ekspresi PCSK9. Pengukuran kadar PCSK9 plasma dan otak dilakukan menggunakan metode ELISA dan ekspresi PCSK9 otak dianalisis menggunakan metode western blot. Hasil menunjukkan bahwa terjadi perubahan kadar PCSK9 pada plasma dan otak tikus dibandingkan kelompok normal. Kadar PCSK9 plasma menunjukkan peningkatan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol dan kadar PCSK9 plasma tertinggi teramati pada durasi induksi 4 minggu. Kadar PCSK9 otak menunjukkan penurunan signifikan (p<0,05) pada kelompok 3 minggu dan 4 minggu dibandingkan kelompok kontrol. Ekspresi PCSK9 pada otak menunjukkan pola penurunan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa model hewan PCSK9 pada tikus berpotensi digunakan sebagai model hewan PCSK9.

PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin Type 9) is a Low-Density Lipoprotein (LDL) regulator through its role in Low-Density Lipoprotein Receptor (LDLR) degradation, making PCSK9 a promising therapeutic target as a lipid-lowering agent. The currently available PCSK9 inhibitors have drawbacks. As a result, many researchers have developed PCSK9 other inhibitor drugs. PCSK9 animal model is required in drug development and develops through the induction of a nutrient, such as fructose. Research on the effect of a high-fructose diet on circulating PCSK9 levels and brain PCSK9 expression is still limited dan further research is needed. Thus, in this study, rats were fed a high-fructose diet for 3 weeks, 4 weeks, and 5 weeks to see how it affected PCSK9 levels and expression. The ELISA method was used to measure plasma and brain PCSK9 levels and the western blot method was used to analyze brain PCSK9 expression. The results showed plasma PCSK9 levels increased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups compared to the control group, with the 4-week induction duration producing the highest plasma PCSK9 levels. Brain PCSK9 levels decreased significantly (p<0,05) in the 3-week and 4-week groups when compared to the control group. PCSK9 expression in the brain also decreased when compared to the control group. Based on the findings, the PCSK9 animal model in rats has the potential to be used as a PCSK9 animal model."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Kiasati
"Ester fruktosa - palmitat telah disintesis melalui reaksi esterifikasi secara enzimatis antara asam palmitat dengan fruktosa menggunakan lipase Candida rugosa E.C.3.1.1.3 terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 - polidopamin. Pada penelitian ini, nanopartikel Fe3O4 - polidopamin disintesis dengan metode kopresipitasi dan selanjutnya digunakan sebagai support imobilisasi lipase. Nanopartikel Fe3O4, nanopartikel Fe3O4 - polidopamin, dan nanopartikel Fe3O4 - polidopamin - lipase telah dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM), Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS), X-ray Diffraction (XRD), Vibrating Sample Magnetometer (VSM), dan Particle Size Analysis (PSA). Nilai persen loading lipase terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 - polidopamin yang diperoleh adalah sebesar 99,66%. Pada reaksi esterifikasi dilakukan beberapa variasi, yaitu rasio molar fruktosa dan asam palmitat, dan pelarut. Variasi rasio molar fruktosa dan asam palmitat yang digunakan adalah 1:30, 1:60, dan 1:90 (mmol/mmol) dalam pelarut t-butanol, dan hal yang sama dilakukan dalam pelarut metil isobutil keton (MIBK). Persen konversi asam palmitat menjadi ester tertinggi diperoleh pada rasio molar fruktosa dan asam palmitat 1:30 (mmol/mmol) dalam pelarut t-butanol yaitu sekitar 28,51% pada derajat substitusi (DS) ester 2,85 dengan menggunakan lipase bebas, dan sekitar 27,75% pada DS ester 2,78 dengan menggunakan lipase terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4 - polidopamin.

Fructose - palmitate ester has been synthesized via esterification reaction of palmitic acid and fructose by using immobilized enzyme of Candida rugosa E.C.3.1.1.3 lipase on Fe3O4 nanoparticles - polydopamine. In this study, Fe3O4 nanoparticles - polydopamine was synthesized by coprecipitation method and then used as support in the immobilization of lipase. Fe3O4 nanoparticles, Fe3O4 nanoparticles - polydopamine, and Fe3O4 nanoparticles - polydopamine - lipase were characterized with Fourier Transform Infra Red (FTIR), Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM), Energy-Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS), X-ray Diffraction (XRD), Vibrating Sample Magnetometer (VSM), and Particle Size Analysis (PSA). Percent value of loading immobilized lipase on Fe3O4 nanoparticles - polydopamine obtained is around 99.66%. The esterification reactions were carried out with several variations of molar ratio of fructose and palmitic acid with two different solvents. Variations molar ratio of fructose and palmitic acid used are 1:30, 1:60, and 1:90 (mmol/mmol), and the solvents used were t-butanol and methyl isobutyl ketone (MIBK). The highest percent (28,51%) conversion of palmitic acid to become ester was obtained at the molar ratio of fructose and palmitic acid 1:30 (mmol/mmol) in t-butanol with a degree of substitution (DS) ester 2,85 by using free lipase, and around 27,75% with a DS ester 2,78 by using immobilized lipase on Fe3O4 nanoparticles - polydopamine."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Laurencia Levina
"PCSK9 berperan dalam regulasi homeostasis kolestrol dimana meningkatkan kadar LDL-C dengan mendegradasi reseptor LDL (LDL-R). Penelitian mengenai obat inhibitor PCSK9 masih dikembangkan namun metode uji in vivo yang memfasilitasi PCSK9 sangat terbatas terlebih di Indonesia. Maka dilakukan pembuatan model hewan tinggi PCSK9 menggunakan tikus tipe wild yang diinduksi diet tinggi fruktosa mengikuti penelitian yang telah dilakukan pada hamster dan mencit. Penelitian ini dilakukan pada tikus wistar jantan dengan menginduksi diet tinggi fruktosa (HFD) sebanyak 3mL/200grBB selama 3, 4, dan 5 minggu. Plasma dan jaringan ginjal diambil setiap durasi 3, 4 dan 5 minggu dan kadar PCSK9 diukur menggunakan uji ELISA. Sementara ekspresi PCSK9 ginjal dianalisis menggunakan metode western blot. Tikus kelompok HFD menunjukkan kadar PCSK9 plasma yang meningkat signifikan (p<0,05) terhadap kelompok kontrol durasi 3 dan 4 minggu. Durasi optimal peningkatan kadar PCSK9 plasma pada tikus adalah 4 minggu yang menghasilkan kadar PCSK9 sebesar 1389,02 ng/mL. Sementara kadar PCSK9 ginjal menurun signifikan (p<0,05) terhadap kelompok kontrol durasi 3 dan 4 minggu. Ekspresi mature PCSK9 ginjal kelompok HFD lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

PCSK9 plays a role in the regulation of cholesterol homeostasis which increases LDL-C levels by degrading LDL receptors (LDL-R). Research on PCSK9 inhibitor drugs is still being developed but in vivo test methods that facilitate PCSK9 are limited, especially in Indonesia. Therefore, an animal model for high PCSK9 was created using wild-type rats induced by a high-fructose diet following research that had been conducted on hamsters and mice. This research was conducted on male Wistar rats by inducing a high fructose diet (HFD) of 3mL/200grBW for 3, 4, and 5 weeks. Plasma and kidney tissue were collected every 3, 4 and 5 weeks and PCSK9 levels were measured using the ELISA test. While kidney PCSK9 expression was analyzed using western blot method. The HFD group rats showed significantly increased plasma PCSK9 levels (p<0.05) compared to the control group for 3 and 4 weeks duration. The optimal duration of increasing plasma PCSK9 levels in rats is 4 weeks which results in PCSK9 levels of 1389.02 ng/mL. Meanwhile, kidney PCSK9 levels decreased significantly (p<0.05) compared to the control group for 3 and 4 weeks duration. The expression of kidney mature PCSK9 in the HFD group was higher than the control group."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusi Deviana Nawawi
"Usia lanjut berisiko tinggi mengalami defisiensi vitamin D, sedangkan vitamin D memiliki efek protektif terhadap massa otot. Penurunan massa otot dan fungsinya disebut dengan sarkopenia. Prevalensi sarkopenia sangat tinggi pada usia lanjut yang tinggal di panti wreda, kondisi ini disebabkan gaya hidup sedentari pada penghuni panti wreda. Deteksi dini sarkopenia dapat dilakukan dengan mengukur fungsi otot, salah satunya adalah mengukur performa fisik dengan tes short physical performance battery (SPPB). Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk melihat korelasi antara kadar vitamin D serum dengan performa fisik pada usia lanjut di lima panti wreda yang terdaftar di Kota Tangerang Selatan. Pengambilan subjek dilakukan dengan cara proportional random sampling, didapatkan 100 usila yang memenuhi kriteria penelitian. Pemeriksaan kadar vitamin D menggunakan kadar kalsidiol serum dengan metode chemiluminescence immunoassay (CLIA). Pemeriksaan massa otot menggunakan bioelectric impedance analysis Tanita SC-330. Analisis korelasi menggunakan uji nonparametrik. Didapatkan nilai tengah usia subjek adalah 74,89 tahun dan 72% subjek adalah perempuan. Terdapat  85% subjek memiliki asupan vitamin D yang kurang dan  94% subjek memiliki skor pajanan sinar matahari yang rendah, serta seluruh subjek masih memiliki massa otot yang normal. Nilai tengah kadar vitamin D serum  adalah 15,50(4-32) ng/mL, dengan 72% subjek mengalami defisiensi vitamin D. Nilai tengah performa fisik adalah 9(3-12) dan sebanyak 47% subjek mengalami performa fisik yang buruk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin D serum dengan performa fisik pada usia lanjut di panti wreda (r=0,130; p=0,196).

Elderly individuals have a risk of vitamin D deficiency, whereas vitamin D has a protective effect on muscle mass. Decrease in muscle mass and function is called sarcopenia. The prevalence of sarcopenia is very high in the elderly who live in nursing homes, this condition is due to the sedentary lifestyle. Early detection of sarcopenia can be done by measuring physical performance with short physical performance battery (SPPB) test. This cross-sectional study aimed to explore the correlation between vitamin D serum levels with physical performance among elderly individuals in five nursing homes registered in South Tangerang. A hundred subjects who fulfilled study criteria gathered using proportional random sampling method. Examination of vitamin D levels using calcidiol serum with the chemiluminescence immunoassay (CLIA) method. Muscle mass was measured using bioelectric impedance analysis Tanita type SC-330. Nonparametric correlation was used for correlation analysis. Median age of subjects was 74.89 years old and 72% were female. Eighty-five percent of subjects had low vitamin D intake, 94% of subjects had low sun exposure score, and all subjects had normal muscle mass. Mean level of vitamin D serum was 15.50 (4-32) ng/mL, with 72% of subjects had vitamin D deficiency. Mean score of physical performance was 9(3-12) and 47% of subjects had low physical performance. This study showed that there was no correlation found between vitamin D serum levels with physical performance among elderly individuals in nursing homes (r=0.130; p=0.196)."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fahreza Akbar
"ABSTRAK
>
Latar Belakang: Selenium secara tidak langsung dapat berpengaruh pada kadar hemoglobin melalui fungsi proteksinya, namun tidak diketahui efeknya secara langsung pada bayi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi Kadar Selenium dengan Kadar Hemoglobin Bayi Usia 8-10 Bulan di Jakarta Pusat. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan pada 75 sampel sesuai dengan kriteria penelitian. Kadar selenium dalam serum diukur dengan metode LC-MS/MS Liquid Chromatography ndash; Tandem Mass Spectrometry dan kadar hemoglobin diukur menggunakan HemoCue Hemoglobin system yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Data penelitian dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Pearson korelasi bermakna jika diperoleh p0,05. Kesimpulan: Dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi bermakna antara kadar selenium dengan kadar hemoglobin bayi 8-10 bulan di Jakarta Pusat.

ABSTRACT
Background Selenium can indirectly influence haemoglobin levels by its protective function, but its effect is unknown on infants. Objective This study is aimed to observe the correlation between selenium levels and haemoglobin levels on 8 to 10 months old infants in Central Jakarta. Method This study applies the crosssectional design which was conducted on 75 samples based on study criteria. Selenium levels were measured by LC MS MS Liquid Chromatography ndash Tandem Mass Spectrometry method and haemoglobin levels were assessed using HemoCue Hemoglobin system by trained personnel. The data was analyzed with KolmogorovSmirnov test and Spearman correlation test significant correlation if p0.05 . Discussion In conclusion, there was no significant correlation between selenium levels and haemoglobin levels on 8 to 10months old infants in Central Jakarta. p 0.53."
Lengkap +
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Puspa Nabilah
"Konstipasi fungsional merupakan salah satu masalah gastrointestinal yang paling umum terjadi. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa konstipasi fungsional juga banyak dialami oleh kelompok mahasiswa. Dampak konstipasi fungsional pada mahasiswa tidak dapat diabaikan, seperti menimbulkan perasaan tidak nyaman secara fisik dan psikososial yang berakibat pada menurunnya produktivitas dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui proporsi kejadian konstipasi fungsional dan hubungan antara beberapa faktor risiko dengan kejadian konstipasi fungsional pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI tahun 2023. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kejadian konstipasi fungsional. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain asupan serat pangan, asupan cairan, aktivitas fisik, jenis kelamin, stres, dan kualitas tidur. Penelitian ini dilakukan mulai Juli-Desember 2023 dengan metode penelitian kuantitatif dan desain studi cross-sectional. Responden penelitian ini merupakan mahasiswa aktif S1 Reguler FKM UI angkatan 2020-2022 sejumlah 122 orang yang dipilih melalui teknik simple random sampling. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner secara daring melalui Google Form. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Fisher-Exact. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan proporsi konstipasi fungsional sebesar 18,9%. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara asupan serat pangan, asupan cairan, aktivitas fisik, jenis kelamin, stres, dan kualitas tidur dengan kejadian konstipasi fungsional pda mahasiswa S1 Reguler FKM UI 2023. Meskipun begitu, terdapat kecenderungan bahwa kejadian konstipasi fungsional lebih banyak dialami oleh mahasiswa yang memiliki asupan serat pangan kurang dan asupan cairan kurang. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan meningkatkan konsumsi serat pangan dan cairan serta menerapkan gaya hidup yang lebih sehat.

Functional constipation is one of the most common gastrointestinal disorders. Recent research shows that funstional constipation also occurs in student groups. The impact of functional constipation on students cannot be ignored, as it causes feelings of physical and psychosocial discomfort, resulting in decreased productivity and quality of life. This study aims to determine the proportion of functional constipation and the relationship between several risk factors with functional constipation among undergraduate students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia, in 2023. The dependent variable of this study is functional constipation. The independent variables in this study include dietary fiber intake, fluid intake, sex, physical activity, stress level, and sleep quality. This research was conducted from July to December 2023 using quantitative methods and a cross-sectional study design. Respondents for this study were 122 active regular undergraduate students of FKM UI form the class of 2020-2022, selected through a simple random sampling technique. Data were obtained by filling out online questionnaires via Google Forms. Data were analyzed through univariate and bivariate analyses using the Chi-Square test and Fisher-Exact test. Based on the results, it was found that the proportion of functional constipation was 18,3%. The results of bivariate analysis showed that there was no significant relationship between dietary fiber intake, fluid intake, sex, physical activity, stress level, and sleep quality with functional constipation in regular undergraduate students at FKM UI in 2023. However, this research suggests that there is a tendency for functional constipation to be more frequent in students with lower dietary fiber intake and less fluid intake. Therefore, students are encouraged to increase their consumption of dietary fiber and fluids and adopt a healthier lifestyle. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>