Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Merry E.
"Keanekaragaman khazanah kuliner Indonesia tidak dapat dipisahkan dari persentuhan budaya Indonesia dengan budaya negara lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor penjajahan. Indonesia pernah dijajah oleh negara asing seperti Belanda, Inggris dan Jepang yang akhirnya menyebabkan terjadinya persentuhan budaya. Pada masa kolonial Belanda ada satu budaya makan yang dikenal dengan sebutan rijsttafel. Rijsttafel merupakan kuliner hasil persentuhan budaya Timur (Hindia Belanda) dengan budaya Barat (Belanda) di Hindia Belanda pada masa kolonial Belanda (1870 - 1942). Rijsttafel berkembang pesat pada awal abad 20. Singkatnya, makalah ini akan menjelaskan tata cara penyajian rijsttafel di Hotel Des Indes dan Hotel Savoy Homann pada awal abad 20.

The variety of Indonesian culinary can not be separated from both Indonesian and overseas cultures. There are several involved factors, one of which is the colonization. Indonesia was colonized by several foreign countries, such as the Netherlands, England and Japan. During the Dutch colonial period, dining culture known as rijsttafel was commonly practical. The Indonesian rijsttafel (ricetable) has been recognized since the early 20th century. In the colonial Dutch period (1870-1942), rijsttafel is a concept of food preparation. This paper describes the presentation of rijsttafel during the Dutch colonization, particulary at the Des Indes Hotel and the Savoy Homann Hotel in the early 20th."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Luna Rahmawati
"Rijsttafel merupakan warisan budaya kolonial yang muncul di Hindia Belanda pada abad ke-16 dan memuncak pada abad ke-19. Rijsttafel hadir di beberapa hotel besar di Jawa, salah satunya di di Hotel Homann, Bandung. Setelah rijsttafel mengalami perkembangan pesat pada tahun 1920-an, terjadi peristiwa depresi ekonomi pada tahun 1930-an yang kemudian berdampak kepada kesulitan dalam memenuhi ketersediaan bahan baku rijsttafel. Penelitian ini ditulis menggunakan metode sejarah melalui analisis sumber primer dari surat kabar sezaman seperti Bataviaasch Nieuwsblaad, De Koerir, De Preanger Bode yang mencantumkan informasi tentang jaarverslag (laporan tahunan keuangan) dan kebijakan yang diterapkan di Hotel Homann selama periode depresi ekonomi berlangsung. Hasil yang didapat dalam kajian ini menunjukkan peran rijsttafel di Hotel Homann dalam menghidupkan sektor pariwisata. Direktur Hotel Homann secara aktif melakukan penawaran menarik tentang rijsttafel dan pelayanan Hotel Homann dengan memasifkan publikasi melalui media massa, seperti surat kabar, buku panduan wisata, dan majalah. Dari upaya-upaya yang telah dijalankan, pemasukan kas pada Hotel Homann turut membaik. Hal ini dilihat dari promosi Hotel Homann yang semakin dikenal dengan nuansa mewah dan rijsttafel yang memikat para wisatawan. Rijsttafel akhirnya berperan dalam memperbaiki kondisi ekonomi dan mempertahankan keberlangsungan pencapaian Hotel Homann serta menguntungkan Kota Bandung.

Rijsttafel is a colonial cultural heritage that emerged in the Dutch East Indies in the 16th century and peaked in the 19th century. Rijsttafel is present in several big hotels in Java, one of ehich is at the Homann Hotel, Bandung. After rijsttafel experienced rapid development in the 1920s, and economic depression occurred in the 1930s which then resulted in difficulties in meeting the availbility of raw materials for rijsttafel. This research was written using historical methods through analysis of primary sources drom contemporary newspaper such as Bataviaasch Nieuwsblaad, De Koerir, De Preanger Bode which included information about jaarverslag (financial annual reports) and policies implemented at Hotel Homann during the period of the economic depression. The results obtained in this study show the role of rijsttafel at the Homann Hotel in revitalizing the tourism sector. The Director of the Hotel Homann actively makes attractive offers about rijsttafel and the services of the Homann Hotel by increasing publications through mass media, such a newspapers, travel guide books and magazines. From the efforts that have been carried out, the cas inflow at the Homann Hotel has also improved. This can be seen from the promotion of Hotel Homann which is increasingly known for its luxurious feel and rijsttafel which attracts tourists. Rijsttafel ultimately played a role in improving economic conditions and maintaning the continuity of the achievement of the Homann Hotel and benefeting the city of Bandung.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S9316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bowen, Elizabeth, 1899-1973
London: Penguin Books, 1928
823.9 BOW h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Shinta Mia Ayunia Pribadi
"Bangunan Hotel Niagara pada masanya merupakan bangunan rumah tinggal yang paling tinggi dan paling megah di lingkungan tempat bangunan ini didirikan. Dirancang oleh arsitek F.J. Pinedo dan memulai pembangunan pada akhir abad 19 hingga awal abad 20 bersamaan dengan masa berkembangnya gaya arsitektur di Indonesia. Arsitek-arsitek pada masa itu dilanda wabah pembaharuan menentang arsitektur sebelumnya yang dianggap cenderung baku, kaku, angkuh, dan tidak sesuai dengan zaman baru. Bedasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan gaya bangunan Hotel Niagara yang dibangun pada masa peralihan pandangan arsitektur dari gaya Indische Empire ke arah yang lebih modern. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan membagi bangunan secara vertikal, dilanjutkan proses analisis dengan mengklasifikasikan tiap komponen bangunan (struktural, fungsional, dan ornamental) bedasarkan bentuk dan ruangnya. Tahap terakhir yaitu penafsiran data termasuk didalamnya membandingkan objek penelitian dengan bangunan lain yang didirikan oleh arsitek F.J Pinedo yaitu rumah Tan Hie Sioe dan bangunan BII Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangunan Hotel Niagara memiliki gabungan dari gaya Indische Empire Style, Empire Style, Art Deco, Art Nouveau, dan Art Bouwen.

The Hotel Niagara Lawang designed by architect F.J. Pinedo, was a towering and grand residential building of its time. Constructed during the transition from the 19th to the 20th century, along with the development of architectural style in Indonesia. The architects of that era challenged the rigidity of previous architectural styles that were deemed incompatible with the new era. This study aims to find out how the Hotel Niagara building style was applied, which was built during a period of changing architectural views from the Indische Empire Style to a modern direction. To achieve this goal, the study employed a descriptive approach, dividing the building vertically and analyzing each building component (structural, functional, and ornamental) according to its shape and space. The final stage is the interpretation of the data, including comparing the research objects with other buildings built by architect F.J. Pinedo, such as Rumah Tan Hie Sioe and the BII Surabaya building. The findings of the study reveal that the Hotel Niagara building has a combination of Indische Empire Style, Empire Style, Art Deco, Art Nouveau, and Art Bouwen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christie, Agatha, 1890-1976
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013
823 CHR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Christie, Agatha, 1890-1976
"When Jane Marple comes up from the country for a holiday in London, she finds what she's looking for at Bertram's: a restored London hotel with traditional decor, impeccable service and an unmistakable atmosphere of danger behind the highly polished veneer. Yet not even Miss Marple can foresee the violent chain of events set in motion when an eccentric guest makes his way to the airport on the wrong day ..."
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017
823 CHR h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Widjaya Sadguna
"ABSTRAK
Kondisi perhotelan dan pariwisata di Indonesia sejak masa krisis sampai dengan sekarang mengalami pertumbuhan yang tidak menggembirakan. Sektor pariwisata yang dijadikan salah satu tulang punggung penerimaan negara di luar migas tidak bisa pulih karena krisis multi dimensi Indonesia yang tidak kunjung menunjukan perbaikan. Negara- negara tetangga sesama ASEAN telah berhasil menggalakan sektor pariwisatanya, bahkan Thailand sejak tahun 1998 sudah berhasil membalikan keadaan ini dengan mengalami pertumbuhan positif. Kondisi sosial, politik dan keamanan yang buruk adalah faktor yang membuat Indonesia tidak mampu menarik wistawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Wisatawan asing takut berkunjung ke Indonesia karena setiap hari terdapat begitu banyak berita yang menghawatirkan dan mengerikan dengan terjadinya kerusuhan antar etnis, pemboman, dan berita-berita lainnya yang menakutkan.
Memasuki era otonomi daerah kota Semarang yang seharusnya berbenah diri di sektor pariwisata, hal ini tidak terjadi karena terkena dampak buruk dari kondisi di tanah air seperti di atas. Kondisi perhotelan di Semarang, lebih khusus lagi hotel berbintang empat dan lima terlihat harus susah payah mempertahankan bisnis mereka saat ini. Hotel berbintang empat dan lima di Semarang terdiri dari; hotel Ciputra Semarang, hotel Patra Jasa Semarang, hotel Graha Santika Semarang, dan hotel Grand Candi Semarang yang merupakan satu- satunya hotel berbintang lima. Ke empat hotel tersebut memiliki pangsa pasar yang serupa yaitu tamu hotel yang berasal dari kalangan bisnis dan meeting sehingga mereka harus berhadapan satu sama lainnya.
Penyusunan karya akhir ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara eksploratori riset atau desk research yaitu melakukan studi literatur dan pengumpulan Analisa persaingan secondary datas. Riset kualitatif dilakukan atas persepsi konsumen dari hotel berbintang empat dan lima di Semarang untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi konsumen terhadap hotel- hotel yang ada. Strategi yang diterapkan dari masing- rnasing hotel ini adalah ekstensifikasi di produk yang ditawarkan dan strategi positioning yang membedakan hotel satu sama lainnya.
Strategi ini merupakan bagian dari strategi konsolidasi dari masing- masing hotel untuk mengahadapi tantangan besar di kondisi ekstemalnya seperti kondisi ekonomi yang membuat kemampuan pasar yang menurun, pasar menciut, dan dukungan sektor perbank~ yang sulit. Kesulitan ini ditambah lagi dengan menurunnya tamu dari kalangan tamu bisnis asing yang berkunjung di Semarang karena takut mengunjungi Indonesia. Tamu dari kalangan wisatawan asing hampir tidak bisa diharapkan lagi karena secara keseluruhan mengalami penurunan seperti yang dialami daerah- daerah lain di Indonesia.
Berbicara lebih lanjut tentang produk- produk hotel berbintang empat dan lima di
Semarang, terkesan produk yang ditawarkan tidak memiliki perbedaan yang cukup
signifikan, karena satu dengan lainnya terlihat mirip dan sangat mudah ditiru. Sebenamya
positioning yang ditetapkan masing- masing hotel sudah cukup baik, dengan melihat
potensi yang dimiliki. Tampak setiap hotel berusaha mencari segmen tersendiri untuk
menarik kehadiran tamu hanya belum terlihat efektif dan masih mencari bentuk yang
paling pas.
Dari riset yang dilakukan ditarik suatu kesimpulan bahwa kondisi perhotelan berbintang empat dan lima di Semarang belum memiliki atribut tertentu yang kuat dipersepsi konsumennya. Hal ini cukup menghawatirkan karena tidak terlihat faktorpembeda dari masing- masing hotel, sehingga konsumen cenderung tidak akan loyal
terhadap hotel tertentu.
Ketertarikan pasar di hotel berbintang em pat dan lima di Semarang terlihat rendah
karena data- data penunjang seperti tingkat hunian kamar dan harga kamar terlihat
rendah. Hanya saja apabila kondisi pertumbuhan mulai menunjukan perbaikan di
kemudian hari hal ini bisa mengundang pendatang baru yang potensial. Pendatang baru
yang mengetahui bahwa konsumen tidak bisa membedakan kekuatan masing- masing
hotel akan menetapkan strateginya kepada atribut- atribut yang lemah tadi.
Untuk mensiasati penurunan pendapatan, hotel berbintang empat dan lima di
Semarang telah mencoba mengatasi penerimaan yang menurun dari tingkat hunian dan
harga kamar (dibandingakn dengan US Doillar) dengan menggenjot sektor penerimaan
lainnya, seperti menggencarkan penerimaan dari sektor konvensi, F&B, dan paket- paket
yang di tawarkan kepada masyrakat lokal. Strtegi ini diakui cukup berhasil dengan ratarata
penerimaan dari sektor non-kamar meningkat menjadi 30% -50%, bergantung dari
masing- masing hotel yang ada.
Hotel berbintang empat dan lima di Semarang disarankan agar memperhatikan
pembuatan strategi jangka panjang yang lebih jelas untuk mem-positioning-kan hotelnya
dengan lebih spesifik. Hotel Ciputra yang di saat ini dipandang sebagai hotel bisnis akan
berkonsentrasi pada sisi kuatnya di sektor bisnis dan hotel Patra Jasa yang ingin menjadi
hotel resort harus membenahi diri ke arah resort dan leisure hotel. Hotel Graha Santika
harus pula menemukan positioning yang jelas ap'*ah ingin menjadi hotel bisnis murni
ataukah hotel dengan pendekatan leisure. Sementara itu hotel Grand Candi yang
merupakan hotel berkelas bintang lima satu-- satunya di Semarang tidak bisa mengandalkan kategori bintang limanya saja untuk menarik perhatian tamu yang akan
menginap. Grand Candi yang ingin menjadi hotel berbintang lima plus, yaitu dengan
membidik pasar leisure hotel tampaknya belum berhasil membangun imej seperti yang
diharapkan.
Ke empat hotel ini mendapat persaingan keras dari hotel berbintang tiga di
Semarang yang semakin memperbaiki diri dari segi kualitas pelayanan dan perbaikan
fisik dari kamar- kamar yang ada. Tantangan lainnya adalah investor yang ingin masuk
juga ke pasar hotel kategori bintang empat ke atas kelak apabila kondisi sudah mulai
membaik nantinya. Strategi yang tepat harus dibuat untuk menghadapi persaingan jangka
pendek dan mengantisipasi persaingan di waktu mendatang."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coriesta Dian Sulistiani
"Berlibur, tamasya, piknik, berubah menjadi sebuah kebutuhan masyarakat kota dalam menyeimbangkan irama hidup. Kebutuhan ini menjadi latar belakang maraknya usaha-usaha sarana hunian wisata, salah satunya hotel resort. Hotel resort tampil dengan daya jual menonjolkan potensi-potensi lokasi setempat, seperti budaya dan alam. Salah satu usaha menonjolkan potensi budaya dan alam ini dengan membentuk citra arsitektur tradional pada bangunan hotel resort. Bali, selain sebagai daerah tujuan wisata favorit, juga terkenal dengan arsitektur tradisional yang unik dan eksotis. Dengan memegang Asta Kosala Kosali sebagai pedoman membangun arsitekturnya, bangunan-bangunan tradisional Bali memiliki ciri khas tersendiri, sehingga penerapan konsep-konsep pedoman ini pada pendekatan rancang bangun diyakini dapat menciptakan citra arsitektur tradisional Bali, salah satunya yang terjadi pada disain hotel-hotel resort di Bali. Oleh karena itu, penulis melakukan observasi secara langsung ke beberapa hotel resort di kawasan Bali untuk menelusuri bagaimana mengadaptasi kaidah arsitektur tradisional Bali untuk masuk ke dalam tuntutan standar-standar bangunan sebuah resort, sejauh apa penerapan kaidah ini diterapkan pada disain hotel, dan konsep-konsep arsitektur tradisional Bali apa saja yang diterapkan, serta di elemen hotel resort apa konsep tersebut diterapkan.

Holiday, vacation, picnic, has been turned into a need for city people to balance their rhythm of life. These needs are the background of the vast development of tourist residential facilities for tourism. Hotel resorts appear as one kind of the tourisrt residential fascilities with highlighting the potential of the local sites, such as its culture and nature. To support this, the hotel resort adjust the sense of the traditional architecture into the concept design of the hotel resort. Bali, as well as one of the most favorite tourist destination on the world, is also famous for its unique and exotic traditional architecture. By holding the Asta Kosala Kosali as a guide to build the architecture, traditional Balinese buildings has its own characteristics, so that the application of the concepts of these guidelines on the design approach is believed well-to-do to create the sense of traditional Balinese architecture, which also occurs in the designof the hotel resorts in Bali. Therefore, the writer took some observation to some hotel resorts on Bali to explore how to adapt the guidelines for local traditional architecture in Bali into the demands of the standards for a hotel resort buildings, how far these guidelines for local traditional architecture influence the hotel resort's design, and what concepts of Balinese traditional architecture is applied, also what the elements of those concepts are implemented on the design of hotel resort."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52257
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Betsy Edith Christie
"Skripsi ini membahas bagaimana persebaran dan hubungan pemukiman etnis Cina di Kawasan Medan pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pada pemukiman dilihat bagaimana persamaan dan perbedaan karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina. Tujuan umum penelitian ini adalah merekonstruksi kebudayaan masa lalu etnis Cina di Medan. Selain itu, penelitian ini bertujuan khusus untuk mengetahui karakteristik setiap situs pemukiman etnis Cina.Penelitian ini menggunakan metode arkeologi pemukiman tingkat makro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran situs-situs pemukiman etnis Cina menunjukkan pola linier di mana berkembang dari utara menuju pusat Kota Medan. Sementara itu, hubungan antarsitus berkaitan dengan faktor migrasi dan ekonomi.

This undergraduate thesis is talk about distribution and relationship chinese settlement in Medan from the end of 19th century until early 20th century. This research is look at the similarities and differences between each site. General purpose is to reconstruction the culture of chinese in the past. Besides, the special purpose is to understand the characteristics of each site. Method that had been used is the archaeology of settlement in macro scale. The result is the distribution of chinese settlement in Medan shows that the pattern is linear. Meanwhile, the relationships between each site cause of migration and economy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>