Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159757 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Pratiwi
"Korea merupakan negara yang sangat gencar mempromosikan kebudayaannya ke manca negara, tetapi di balik image Korea yang sangat menjunjung nilai-nilai ketradisionalannya itu ternyata memiliki hal yang tak terduga, sebagian besar masyarakat sudah meninggalkan tradisi dan menganut gaya hidup modern. Kita dapat melihat dari tata cara pernikahannya. Salah satu cara untuk dapat melihat perubahan yang terjadi, kita dapat melihatnya pada pernikahan modern. Penelitian ini penulis lakukan untuk menemukan sebab orang Korea meninggalkan tata cara pernikahan tradisional. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Korea telah beralih ke gaya hidup modern sampai dengan tata cara pernikahan yang mereka pilih dan meninggalkan pernikahan gaya tradisional Korea yang mereka anggap rumit dan melelahkan. Selain itu, waktu yang diperlukan selama prosesi upacara pernikahan berlangsung jauh lebih singkat dari waktu pernikahan tradisional. Banyak yang berpendapat tempat pernikahan modern lebih bagus dan mewah. Namun demikian, masih ada bagian dari pernikahan tradisional yang masih dipraktekkan karena dianggap penting, seperti: sebuah tradisi pengiriman ham; meminta pendapat cenayang; dan acara pyebaek

Korea is one of the countries that excessively promotes their culture to the world. In contras, with that image Korean has something that unbelievable. Most of Korean people have left their tradition and living in the modern life. It can be seen from the wedding ceremony that used. One of the changes happened in the modern wedding ceremony. This research focus in finding the reasons why Korean people left their traditional wedding. The methods that use in this research are interview, observation, and text analysis. The result of this research conclude that Korean people change their life style and wedding ceremony from the traditional into modern one because the traditional one is too complex. The traditional wedding ceremony also take the longer time than the modern one. Korean people thinks that traditional wedding is exhausting. Many of Korean people also say that modern wedding is more sophisticated and luxurious. Although with those changes, there is still also Korean people that doing traditional activity such as sending the ham, ask the matchmaker, and pyebaek ceremony.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rakhmawaty
"Skripsi ini membahas fenomena meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae dalam masyarakat Korea. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae, serta nilai-nilai yang berubah karena fenomena tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penjelasan deskriptif. Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan fenomena meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae di Korea, antara lain konsep cinta, budaya berkencan, pentingnya pendidikan, dan majunya perekonomian Korea. Selanjutnya nilai-nilai yang berubah, yaitu munculnya perceraian, berkurangnya rasa bakti kepada orangtua, dan pernikahan dipandang sebagai pilihan.

The focus of this study is the phenomenon of the increasing yeonae marriage and the increasing jungmae marriage in Korean society. This study aimed to perceive the reasons behind the increasing yeonae marriage and the decreasing jungmae marriage, also to see the change of values in Korean society because of it. This study designed by qualitative descriptive method. The result of this research is the concept of love, dating culture, the importance of study, and the rapid growth of Korea caused the increasing of yeonae marriage and the decreasing jungmae marriage in Korea. Because of that, divorce, the decrease of filial piety, and marriage as a matter of choice happened in Korea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Dwi Ari Wibowo
"Penelitian ini membahas makna pernikahan yang dilakukan oleh pasangan gay dan lesbian dalam film Dugyeolhanjang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan tentang alasan seorang gay yang menikahi seorang lesbian untuk sebuah kamuflase bagi diri mereka masing-masing yang dipengaruhi oleh sistem keluarga di masyarakat Korea. Bagi tokoh utama gay di sini ia menikahi seorang lesbian karena lelah dengan pertanyaan menikah dari orang tua dan sekitarnya. Ia takut jika masyarakat tahu bahwa dirinya gay akan menghancurkan kehidupannya. Sedangkan tokoh utama lesbian yang sudah memiliki pasangan wanita ini menikah agar bisa mengadopsi anak dengan mudah.

This research explains the meaning of gay and lesbian couple marriage which related to the theme of the movie Dugyeolhanjang. This research is qualitative research with descriptive design. The result of this research explains the reason that gay married lesbian is to cover their each identity for being homosexual which affected by family system in Korean society. For the gay, he married the lesbian because he got being tired of people and his parents asking him about marriage. He is afraid if people know that he is gay it will ruins his life. While the lesbian which has girlfriend married gay in order to adopt baby easily.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Nur Aisyah Firdaus
"Studi ini membahas polemik wacana pernikahan dongseongdongbon dalam media koran online di Korea Selatan tahun 1996-2005. Dongseongdongbon (동성동본) adalah konsep bagi orang Korea yang memiliki marga dan klan yang sama. Dalam Undang-undang Sipil Korea pasal 809 ayat 1 dijelaskan bahwa pasangan dongseongdongbon tidak diperbolehkan menikah. Pada tahun 1995, Pengadilan Keluarga Seoul menerima pengaduan dari delapan pasangan dongseongdongbon setelah pendaftaran pernikahan mereka ditolak. Setelah pengaduan diterima, Pengadilan Keluarga Korea mengirimkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi untuk menyatakan bahwa larangan pernikahan dongseongdongbon tidak sejalan dengan konstitusi. Mahkamah Konstitusi menerima gugatan tersebut dan memprosesnya pada tahun 1996. Sejak saat itu muncul dua kubu berlawanan, yaitu kubu yang ingin menghapus dan kubu yang ingin mempertahankan larangan pernikahan dongseongdongbon. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis terhadap artikel berita dari 3 portal berita Korea pada tahun 1996 - Maret 2005. Ketiga portal berita yang digunakan adalah Chosun Ilbo, Hankook Ilbo, dan Jungang Ilbo. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa polemik wacana pernikahan dongseongdongbon disebabkan oleh benturan antara dua ideologi politik demokrasi dengan ideologi budaya tradisional Yurim.

This study investigates discourse of dongseongdongbon marriage in Korean newspapers from 1996-2005. Dongseongdongbon (동성동본) is a concept for Koreans who have the same surname and clan. Article 809 section 1 of the Korean Civil Code stated that dongseongdongbon couples are not allowed to marry. In 1995, The Seoul Family Court accepted complaints from eight dongseongdongbon couples after their marriage registration were denied. After the complaint was received, the Korean Family Court sent a lawsuit to the Constitutional Court to declare that the dongseongdongbon marriage prohibition is unconstitutional. The Constitutional Court accepted the lawsuit and processed it in 1996. Since then, two opposing sides have emerged, namely those who want to abolish and defend on dongseongdongbon marriage prohibition. This study uses critical discourse analysis methods of 137 news articles from 3 Korean news portals in 1996 - March 2005. The three news portals used are Chosun Ilbo, Hankook Ilbo, and Jungang Ilbo. Based on the research, it is known that the debate about dongseongdongbon marriage was caused by a clash between two democratic political ideologies and Yurim's traditional cultural ideology"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Yasmina Putriningrum
"Ajaran Konfusianisme di Korea telah membawa dampak yang besar terhadap perubahan nilai-nilai budaya tradisional masyarakat Korea, di antaranya adalah perayaan ulang tahun pertama (Doljanchi) yang mendapat pengaruh dari ajaran Konfusianisme. Perayaan ini pada awalnya dilakukan karena keadaan sosial-ekonomi masyarakat Korea yang masih terbelakang. Perayaan Doljanchi dilakukan sebagai bentuk ekspresi rasa terima kasih kepada dewa-dewa dan juga sebagai representasi simbol harapan bagi sang bayi saat tumbuh dewasa. Seiring dengan berjalannya waktu, perayaan ini mengalami perubahan bentuk dan pergeseran nilai budaya di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan nilai budaya yang terdapat pada perayaan Doljanchi di dalam masyarakat modern Korea. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian ini mennjukkan bahwa telah terjadi perubahan nilai budaya dalam perayaan Doljanchi di masa modern akibat transformasi dan perubahan sosial budaya dalam masyarakat Korea. Ini berdampak pada perayaan Doljanchi, seperti perayaan yang hanya mengundang keluarga dan kerabat terdekat, beragamnya barang yang diikutsertakan dalam Doljabi, dan berkurangnya proses ritual yang dijalankan.

Confucianism in Korea has had a great impact on changes in the traditional cultural values of Korean society, including the traditional celebration on the first birthday (Doljanchi) which was influenced by Confucianism. Doljanchi was originally carried out because of the socio-economic conditions of the Korean society which is still underdeveloped. Doljanchi’s celebration is done as a form of expression of gratitude to the gods ans also as a symbol of hope for the baby as the baby grows up. Over time, the celebration of Doljanchi has changed its form and shifted the cultural values in it. This study aims to identify changes in cultural values in Doljanchi celebrations in modern Korean society. This study uses qualitative methods with interview techniques and literature study. The results of this study indicate that there has been a change in cultural values in the Doljanchi celebration in modern times due to social cultural transformation and change in Korean society. This has an impact on Doljanchi celebrations, such as celebrations that only include family and closest relatives, the variety of items included in Doljabi, and the reduced process of rituals carried out."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Li Jie
"Penelitian ini membandingkan peran gender dan adat dalam upacara pernikahan di Tiongkok dan Vietnam serta implikasinya terhadap norma sosial. Melalui analisis kualitatif, penelitian ini meneliti tradisi pernikahan di kedua negara untuk memahami bagaimana adat memperkuat ekspektasi gender. Di Tiongkok, adat pernikahan lebih menekankan kelanjutan garis keluarga dan menegaskan dominasi laki-laki dalam hierarki keluarga, sementara di Vietnam, lebih berfokus pada kesatuan keluarga dan penghormatan leluhur. Metode penelitian mencakup analisis konten dari media massa, teks akademik, serta analisis narasi tekstual dan visual dari dokumenter yang berkaitan dengan praktik pernikahan. Dengan menggunakan teori ritual Turner, performativitas gender Butler, maskulinitas hegemonik Connell, deskripsi Tebal Geertz, dan teori Objektifikasi Nussbaum, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana adat pernikahan tradisional mempertahankan norma peran gender. Hasilnya menunjukkan bahwa, meski ada perubahan karena modernisasi, banyak praktik tradisional masih memengaruhi pandangan masyarakat di daerah pedesaan. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang fungsi adat pernikahan dalam memperkuat peran gender di Tiongkok dan Vietnam, serta bagaimana modernitas menantang praktik-praktik ini.

This study compares gender roles and marriage customs in wedding ceremonies in China and Vietnam, as well as their implications for social norms. Through qualitative analysis, this research examines wedding traditions in both countries to understand how customs reinforce gender expectations. In China, wedding customs place greater emphasis on the continuation of the family lineage and reinforce the male dominance in the family hierarchy, while in Vietnam, they focus more on family unity and ancestral reverence. The research methodology includes content analysis of mass media, academic texts, along with textual and visual narrative analysis of documentaries related to wedding practices. Using Turner’s ritual theory, Butler’s gender performativity, Connell’s hegemonic masculinity, Geertz’s thick description, and Nussbaum’s objectification theory, this study explores how traditional marriage customs sustain gender role norms. The results indicate that while modernization has brought about changes, many traditional practices continue to influence societal views in rural areas. This research contributes to an understanding of the function of marriage customs in reinforcing gender roles in China and Vietnam, as well as how modernity challenges these practices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoo, Ji Seon
"Karena globalisasi, pernikahan internasional telah meningkat terutama di Korea dan di Indonesia karena saat ini banyak perusahaan Korea cenderung untuk memperluas bisnis mereka di Indonesia. Tentu, tingkat antar-pernikahan antara Korea dan Indonesia juga meningkat. Selain itu, mereka cenderung berpikir mudah melakukan pernikahan antar Korea dan Indonesia. Faktanya lebih banyak mendatangkan masalah dibandingkan dengan perkawinan dengan ras yang sama karena keduanya memiliki latarbelakang yang berbeda. Masalahnya masing-masing keduanya memiliki latar belakang yang berbeda dalam hal perbedaan budaya dan perbedaan bahasa yang dapat menyebabkan beberapa konflik pasangan perkawinan internasional. Dengan demikian, tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas perkawinan silang antara Korea dan Indonesia, bersama dengan identifikasi kesulitan beradaptasi yang dihadapi pasangan sebagai akibat dari perbedaan budaya dan perbedaan bahasa.

Due to the globalization, international marriage has increased especially in Korea and in Indonesia because currently lots of Korean companies tend to expand their business in Indonesia. Naturally, the rate of inter-marriage between Korean and Indonesian has also increased. Moreover, they tend to think it is easy to have inter-marriage between Korean and Indonesia. In fact, there are more problems in this kind of marriage compared with same racial marriage because both are having each different background. The problem both are having each different background especially, in term of difference culture and difference language can cause some conflicts in inter-marriage couple. Thus, the aim of this paper is to discuss inter-marriages between Koreans and Indonesians, along with the identification of the difficulties of adapting couples face as a result of cultural differences and language differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meidinna Fitrie Lestari
"Skripsi ini membahas mengenai pandangan tentang pernikahan oleh dua tokoh utama wanita dalam novel Seo Inneun Yoja karya Park Wan Suh. Dua tokoh wanita dalam novel tersebut berasal dari dua generasi yang berbeda, yaitu generasi ibu dan anak. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-analisis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan menghubungkan pandangan kedua tokoh tentang pernikahan dengan kondisi sosial masyarakat Korea Selatan pada masa diciptakannya novel, yaitu periode 1980-an.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pandangan antara tokoh generasi ibu dan tokoh generasi anak dalam beberapa hal terkait pernikahan. Perbedaan pandangan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti perbedaan generasi di antara kedua tokoh dan kondisi sosial yang turut mempengaruhi karakter kedua tokoh tersebut. Selain itu, perbedaan pandangan kedua tokoh tentang pernikahan juga menggambarkan perubahan sosial yang terjadi, dari tradisional menuju modern, pada masyarakat Korea di masa transisi tersebut.

This thesis explains about the view on marriage by two main female characters in Seo Inneun Yoja novel by Park Wan Suh. Two female characters in the novel come from two different generations, the mother generation and the child generation. This research is a qualitative research with descriptive analysis method. In this study, the author uses the theory of sociology of literature by connecting the views of the two characters about marriage to social condition of South Korean society during the creation of the novel in 1980s.
The result of the research shows that there are differences in views between the mother rsquo s generation and the child rsquo s generation figure in some matters related to marriage. Differences in views occur due to several factors, such as the difference in generation between the two characters and social conditions that also affect the personality of the two characters. In addition, differences in views of the two characters about marriage also describe the social change occurred, from traditional to modern, in Korean society in this transition period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wili Sandra
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tradisi lisan kato pasambahan dalam alek pernikahan di Nagari Talang Anau. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini membahas tiga aspek utama, yaitu tentang kelisanan kato pasambahan, perubahan, dan strategi pemertahanan. Analisis kelisanan dari perspektif kajian tradisi lisan fokus membahas tentang penciptaan, nformula dan mnemonik, dan struktur pertunjukan. Penciptaan kato pasambahan sangat mengandalkan memori ingatan dari para tukang sembah. Formula khas kato pasambahan yang ditemukan dari hasil analisis adalah pengulangan di awal dan pengulangan tanya-jawab di setiap permulaan sembah yang memiliki sejumlah fungsi tertentu. Mnemonik khas kato pasambahan adalah carano sirih pinang yang memiliki fungsi sebagai alat untuk mengingat dan simbol penghormatan, struktur pertunjukan kato pasambahan terdiri dari bagian pembukaan awal , isi tengah , dan penutup akhir . Struktur peristiwa inti kato pasambahan dikategorikan ke dalam adat nan bapaneh di luar ruangan , adat nan balinduang di dalam ruangan , dan niat nazar pembacaan doa selamat . Perubahan di dalam tradisi lisan kato pasambahan yang dominan dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu perubahan persiapan dan perlengkapan pernikahan, perubahan pertunjukan kato pasambahan, dan perubahan hiburan pada pesta pernikahan. Perubahan itu disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal dipicu oleh masalah-masalah internal kaum. Sementara itu, faktor eksternal disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Stategi pemertahanan dilakukan untuk mempertahankan tradisi ini di antaranya melalui transmisi pewarisan dan melakukan beberapa penyesuaian dalam alek sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, diperlukan sinergi antara pemerintah nagari dan lembaga adat setempat, lembaga pendidikan formal sekolah , dan lembaga pendidikan nonformal surau . Di samping itu, diperlukan inventarisasi dan dokumentasi tradisi lisan kato pasambahan tersebut sebagai model dasar pewarisan bagi generasi berikutnya.

ABSTRACT
This thesis discusses the oral tradition of kato pasambahan at wedding ceremony in Nagari Talang Anau. This research uses qualitative method with etnhography approach. This study discusses three main aspects, namely about kato pasambahan, change, and defense strategy. Graduation analysis from the perspektive of oral tradition studies focuses on creation, formulas and mnemonics, and performance structures. The expanded kato pasambahan given memories of the devotees, the typical formula of the kato pasambahan found from this analysis is the initial repetition and repetition of questions and answers at the beginning of a certain number of worship. Character properties of kato pasambahan is carano that serves as a warning tool and a respect symbol, congestion stage stages consist of openings, contents center , and closing ending . The core event structure of the exanded kato pasambahan is categorized into adat nan bapaneh outdoors , adat nan balindung inside the house indoors , and niat nazar recitation of prayer . The dominant change in installation is divided into three aspect changes in preparation and wedding equipment, kato pasambahan change performances, and entertaiments changes at weddings. This change is caused by external and internal factors. Internal factors are triggered by internal problems of the kaum. Meanwhile, external problems are caused by the development of science and information technology. The defense strategy is carried out to maintain this tradition through transmission and make adjustments in wedding party according to the demands of the times. In addition, synergy between nagari institutions and customary institutions, formal education institutions schools , and nonformal institutions surau are required. In addition, it takes inventory and documentations of tradition kato pasambahan as the basic model of inheritance for the next generation."
2017
T48532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camila
"Dalam kehidupan ini ada banyak sekali tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah tradisi pernikahan. Pernikahan merupakan salah satu prosesi yang dianggap sakral bagi sebagian masyarakat pada umumnya. Karena begitu sakralnya, mereka mempersiapkan prosesi tersebut dengan sangat matang dan terperinci. Tentunya persiapan dan pelaksanaan prosesi tersebut disesuaikan dengan cara dan tradisi yang telah dilakukan oleh pendahulu mereka atau cara yang berlaku di lingkungan sekitar mereka. Masing-masing adat atau suku mempunyai tradisi pernikahan yang berbeda-beda. Masing-masing mempunyai ciri khas dan keunikan tersendiri. Tradisi pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Arab Saudi tergolong unik. Meskipun tergolong unik, mereka tetap mengedepankan aturan agama islam yang berlaku dengan dibalut dengan nuansa modern yang ada pada zaman sekarang ini.
Dalam penelitian ini peneliti ingin membahas tradisi pernikahan masyarakat Arab Saudi. Ada dua metode penelitian yang digunakan, yaitu studi pustaka dan wawancara. Landasan teori yang digunakan adalah antropologi budaya. Banyak hal-hal baru yang peneliti temukan dalam tradisi pernikahan Arab Saudi. Diantaranya prosesi ta’aruf dan khitbah sebelum prosesi ijab kabul, setelah dilakukan prosesi ijab qabul terdapat prosesi unik lainnya yaitu milka dan gumrah. Kemudian sebelum diadakannya acara resepsi, pasangan pengantin tidak boleh tinggal dalam satu rumah. Selain itu pada acara resepsi pernikahan pasangan pengantin laki-laki dan wanita mempunyai acara yang terpisah. Dan juga biasanya acara resepsi diadakan pada malam hari.

In this life, there are many traditions which have been done by the community including a wedding custom. Marriage has been generally defined as a sacred procession by some of society. Because it is so close to divinity, the preparation entails a mature and thorough procession. Furthermore, the preparation and implementation of the procession have been adjusted by means of a tradition that has been done by their predecessors or custom that is applied in their regions. Different customs has different traditions and each of them has its own characteristics and uniqueness. The marriage custom which is performed by the people of Saudi Arabia is quite unique. Although it is particular, they still put forward islamic values wrapped with modern nuances.
In this study, it will be discussed of the people of Saudi Arabia. There are two methods used in this research, namely the study of literature and interviews and theoretical basis used is a cultural anthropology. Lots of new cases that can be found in the wedding customs of Saudi Arabia. For instance, ta’aruf procession before ijab qabul, after that there are other unique things like milka and gumrah. Then prior to the reception, the bridal couple should not stay in a single house. In addition to the wedding ceremony, the bride and the groom have separated events and it is usually held in the evening.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>