Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halmann, Martin M
Tokyo: CRC Press, 1993
665.89 HAL c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Rayhan
"Reduksi gas CO2 secara elektrolisis dengan menggunakan elektroda Cu pada larutan elektrolit NaHCO3 dan buffer fosfat telah dilakukan. Metode elektrolisis arus tetap dilakukan pada arus 8A dengan potensial sebesar 7V. Produk yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan GC-TCD dan Gasboard-3000 setelah elektrolisis selama 30 menit. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini berupa laju alir gas CO2 murni dan variasi suhu ruang elektroda. Senyawa CO dihasilkan pada percobaan kali ini. Efisiensi faraday tertinggi pada reduksi CO2 ini adalah 6,53 % pada laju alir gas CO2 0,3L/menit dan suhu 10oC. Efisiensi faraday ini sangat dipengaruhi oleh preparasi larutan elektrolit, elektroda dan juga transfer masa.

The reduction of CO2 gas by electrolysis using Cu electrodes in NaHCO3 electrolyte solution and phosphate buffer was studied. Constant current electrolysis was conducted at 8A with potential at 7V. The results were analyzed using GC-TCD and Gasboard-3000 after electrolysis for 30 minutes. The variations applied in this study were the flow rate of pure CO2 gas and variations in the temperature of the electrode chamber. CO compounds are produced in this experiment. The highest faraday efficiency in this CO2 reduction is 6.53% at a CO2 gas flow rate of 0.3L / minute and a temperature of 10oC. Faraday efficiency is greatly influenced by the preparation of electrolyte solutions, electrodes and also mass transfer"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anifah
"ABSTRAK
Tingginya emisi gas buang dan ancaman kelangkaan pangan akibat pertambahan penduduk dunia menjadi masalah serius pada dekade terakhir. Mikroalga Spirulina sp. berpotensi mengatasi kedua masalah tersebut karena kemampuan fiksasi dan ketahanan terhadap kondisi stress CO2 yang cukup baik disamping kandungan nutrisinya yang berpotensi sebagai sumber pangan non-konvensional. Namun, resistansi mikroalga terhadap kadar CO2 yang tinggi masih menjadi tantangan dalam penggunaan mikroalga sebagai agen fiksasi CO2. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk menginvestigasi bagaimana pengaruh peningkatan pengaliran konsentrasi karbon dioksida terhadap laju pertumbuhan, kemampuan fiksasi dan kandungan essensial dari Spirulina sp. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi CO2 masukan sebesar 10%, 20%, 30%, 35% dan 40%vol udara secara kontinu selama 164 jam masa kultivasi pada fotobioreaktor plat datar dan intensitas cahaya tetap sebesar 2450 lux di dalam medium zarrouck. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 sampai pada konsentrasi 30%vol udara meningkatkan laju pertumbuhan dan kemampuan fiksasi CO2 dari Spirulina sp. Pengaliran konsentrasi CO2 yang lebih pekat dari 30%vol udara menurunkan laju pertumbuhan dan kemampuan fiksasi CO2. Laju pertumbuhan terbaik terjadi pada konsentrasi CO2 masukan sebesar 30%vol udara. Produksi biomassa tertinggi sebesar 6,931 g/L terjadi pada pengaliran konsentrasi CO2 30%vol udara. Fraksi fiksasi CO2 terbesar mencapai 81,52% dengan fraksi fiksasi rata-rata sebesar 33,5% terjadi pada pemberian konsentrasi CO2 10%vol udara. Sementara itu, yield kandungan essensial semuanya meningkat dan lebih besar dari kontrol sampai pada pengaliran CO2 konsentrasi 40%vol udara pada yield protein, 30%vol udara pada yield klorofil dan 35%vol udara pada yield lipid. Yield lipid dan protein tertinggi berturut-turut sebesar 0,159 g/g dan 0,1237 g/g dan terjadi pada pengaliran konsentrasi CO2 masukan sebesar 30% dan 20%vol udara

ABSTRACT
High carbon-dioxide emission and threat of food scarcity is become seious problem in last decade. Spirulina sp. microalgae is potential to deal with both of those problems because of its good adaptation in high carbon dioxide concentration while its good essential contents. Unfortunately, the resistance of microalga in high carbon dioxide concentration still being the threat of using microalgae as CO2 fixation agent. By that reason, this research is purposed to investigate the effect of CO2 concentration enhancement to growth rate, CO2 fixation ability and essential contents of Spirulina.sp. This research was done by flowing some variations input CO2 concentration (10%, 20%, 30%, 35% and 40%vol air) during 164 hours cultivation time to the flat plate photobioreactor with 2450 lux continue light intensity in Zarrouck medium. The result of this research showed that CO2 concentration enhancement until 30%vol air increased the growth rate and CO2 fixation ability of Spirulina sp. Meanwhile CO2 concentration enhancement bigger than 30%vol air decreased the growth rate and CO2 fixation ability. The highest biomass production is 6,931 g/L that was occurred in 30%vol air of CO2 concentration. The highest CO2 fixation fraction reached 81,52% with 33,5% average CO2 fixation fraction was occurred in 10%vol air of CO2 concentration. Meanwhile, all of essential contents (lipid, protein and chlorophyll) yield was increased and bigger than control (without flowing CO2 concentration) until on flowing 40%vol air of CO2 concentration on protein yield, 35%vol air of CO2 concentration on lipid yield and 30%vol air of CO2 concentration on chlorophyll yield. The highest lipid yield is 0,159 g/g that occurred on flowing 30%vol air of CO2 concentration. The highest protein yield is 0,1237 g/g that occurred on flowing 20%vol air of CO2 concentration.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusta Indahing Tyas
"ABSTRAK
Karbon dioksida merupakan gas yang diproduksi oleh aktivitas respirasi manusia dan akan terakumulasi di dalam ruangan. Batas maksimal paparan CO2 yang diperkenankan oleh OSHA adalah sekitar 5000 ppm. Konsentrasi CO2 di atas nilai tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas, terganggunya konsentrasi, kantuk, gangguan pengelihatan, dan penurunan produktivitas individu. Penggunaan organisme fotosintetik mulai dipertimbangkan untuk mengatasi tingginya konsentrasi CO2 di dalam ruangan. Mikroalga merupakan salah satu organisme yang menjanjikan sebagai agen fiksasi CO2. Seperti halnya tanaman, mikroalga melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya, sehingga CO2 berkurang dan oksigen terbentuk sebagai produk samping. Mikroalga memiliki kelebihan sebagai agen fiksasi CO2 dibandingkan dengan tanaman tingkat tinggi karena pertumbuhannya yang dapat mencapai 50 kali lebih cepat dan parameter pertumbuhannya dapat diprediksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil pertumbuhan, profil fiksasi CO2, dan profil produksi O2 dari mikroalga N. oculata pada berbagai densitas inokulum dengan umpan CO2 0,03 ; 5 ; dan 15 . Metode pengambilan data pertumbuhan, fiksasi CO2, dan konsentrasi O2 masing-masing dilakukan dengan instrumentasi spektrofotometer, Gas Chroatography TCD, dan Oxygen Meter. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pertumbuhan dan fiksasi CO2 terbaik terjadi saat N. oculata diberikan umpan CO2 sebanyak 5 pada densitas inokulum 0,15 g L-1. Produktivitas biomassa dan fraksi CO2 terfiksasi pada densitas 0,15 g L-1 pada umpan 5 CO2 masing-masing sebesar 0,1003 g L-1 hari-1 dan 31,5 Sementara itu, perolehan nilai oksigen tertinggi, 8,3 mg L-1 oksigen terlarut, ditunjukkan pada kultur dengan densitas inokulum sebesar 0,06 g L-1 pada pengaliran 5 CO2.

ABSTRACT
Carbon dioxide is a gas produced by human respiration activity and it will be accumulated in the room. The maximum limit of CO2 exposure allowed by OSHA is about 5000 ppm. CO2 concentration above that value can cause breathing difficulties, distraction concentration, drowsiness, visual impairment, and decreasing individual productivity. The use of photosynthetic organisms began to be considered to cope with the high concentrations of CO2 indoors. Microalgae is one of the promising organisms as a CO2 fixation agent. Like terrestrial plants, microalgae have the ability to do photosynthesis with the aid of light, so that CO2 is reduced and oxygen is produced as a by product. Microalgae have the advantage of being a CO2 fixation agent compared to terrestrial plants because its growth is about 50 times faster and the growth parameters can be predicted. The aim of this study was to obtain growth profile, CO2 fixation profile, and O2 production profile from microalgae N. oculata at various inoculum densities aerated with 0,03 , 5 and 15 CO2. Methods used to determine the growth, CO2 fixated fraction, and O2 produced were Spectrophotometer, Gas Chromatography, and Oxygen Meter respectively. The results show that the best growth and fixation of CO2 occurs when N. oculata is fed 5 CO2 at an inoculum density of 0.15 g L 1. The productivity of biomass and CO2 fixated fraction respectively was 0.1003 g L 1 day 1 and 31.5 . Meanwhile, the highest oxygen value produced was 8.3 mg L 1 of dissolved oxygen, shown in culture with inoculum density of 0.06 g L 1 aerated with 5 CO2. "
2017
S67003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Suprapta Winaya
"The increased need to reduce carbon dioxide emissions to prevent global warming have led to an interest in biomass and solid waste as fuel sources. As a potential renewable energy resource, biomass and solid waste materials are receiving more attention worldwide. A number of techniques and methods have been proposed for reducing gaseous emissions from a fossil fuel conversion thermal system. This paper presents a pilot-scale bubbling fluidized bed gasifier with a diameter of 0.68 m and a height of 1.50 m using an oil burner to heat the bed. This study used four types of biomass materials mixed with coal at different mass composition ratios in an air gasifying agent. The gasification tests were conducted under steady-state at an operating condition that is typical for gasification. The influence that the solid waste and coal ratio had on gasification efficiency was investigated. The gasification efficiency and the carbon conversion efficiency increased when the mass ratio of the solid waste fuels increased."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:6 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Proses pemisahan CO2 dari gas alam mempunyai beberapa alternatif proses yang salah satunya adalah absorbsi dengan menggunakan solven DEA (dietanolarnin).
Solven inilah yang memisahkan CO2 dari gas masukan sehingga menghasilkan produk gas keluaran kolom absorber yang sesuai dengan yang diinginkan, ialah gas yang mengandung 4% mol CO2.
Perubahan kuantitas dan kualitas gas masukan menjadi faktor ketidakpastian yang akan menyulitkan dalam mempertahankan kualitas produk gas yang diinginkan, karena laju alir solven dan konsentrasi solven yang disirkulasikan kurang tepat dan kurang mampu mengantisipasi faktor ketidakpastian Estimasi berupa keperluan optimum dari laju sirkulasi dan konsentrasi solven dibuat agar kualitas produk dapat dipertahankan Salah satu upaya dalam mencari keperluan optimum adalah dengan membuat simulasi HYSIS Statis 3.1 dari proses tersebut sehingga faktor ketidakpastian ini dapat terantisipasi. Simulasi HYSIS Statis 3.1 ini akan dikembangkan untuk menghasilkan data-data yang bisa dilihat korelasinya. Korelasi yang ada ialah korelasi antara laju alir solven dengan % CO2 input pada konsentrasi solven tetap, korelasi a.ntara konsentrasi solven dengan % CO2 input pada laju alir solven tetap. Hasilnya akan dibuat secara visual berupa gratik.
Simulasi HYSIS Statis 3.1 akan memudahkan dalam pengontrolan solven DEA yang akan disirkulasikan karena hasil keperluan optimum ini akan dapat mengantisipasi perubahan yang rnungkin teljadi selama berjalannya proses. Simulasi ini menghasilkan dua kondisi keperluan optimum yang dapat digunakan, yaitu pada kondisi efisiensi tray operasi dan disain. Hasil simulasi ini juga dapat memperkirakan kondisi efisiensi tray operasi.
Hasil simulasi HYSIS Statis 3.1 dengan kondisi eiisiensi tray yang sudah disesuaikan menunjukkan pada kondisi operasi, keperluan optimum laju alir DEA ialah 250-725 gpm dan konsentrasi massa DEA ialah 12.5 - 28.2% Hasil ini dapat mempertahankan konsentrasi CO2 output sebesar 4% mol."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restianny Hanindya
"ABSTRAK
Metil-Dietanol-Amina MDEA - 2-Amino-2-Metil-1-Propanol AMP - Trietilena-Tetramina TETA adalah campuran alkanolamina yang menjanjikan untuk menangkap karbon dioksida CO2 . Kemampuan absorpsi dan desorpsi MDEA-AMP-TETA dengan menggunakan campuran alkanolamina diketahui dari hasil studi eksperimental ini. Eksperimen absorpsi dilakukan pada 1 atm dan 40 C dengan menggunakan 15 v/v CO2. Pada proses absorpsi CO2, konsentrasi alkanolamina memiliki peranan penting pada kemampuan absorpsi. Konsentrasi masing-masing alkanolamina sebesar 1 mol/L M MDEA-2M AMP-1,5M TETA, 1,5M MDEA-1,5M AMP-1,5M TETA, 2M MDEA-1M AMP-1,5M TETA, dengan total konsentrasi dibuat konstan pada 4,5M. Eksperimen desorpsi CO2, temperatur desorpsi memiliki peranan penting, sehingga dilakukan variasi temperatur desorpsi 70 -90 C. Didapatkan 1,5M MDEA-1,5M AMP-1,5M TETA memiliki kapasitas CO2 loading terbesar. 2M MDEA-1M AMP-1,5M TETA dengan temperatur desorpsi 90 C dapat mendesorpsi CO2 terbesar.

ABSTRACT
Methyl Diethanol Amine MDEA 2 Amino 2 Methyl 1 Propanol AMP Triethylene Tetramine TETA is a promising aqueous alkanolamina blends for carbon dioxide CO2 capture. The absorption and desorption performance of MDEA AMP TETA using alkanolamina blends solutions were investigated. The absorption experiment were carried out at 1 atm and 40 C using 15 v v CO2. In the process of CO2 absorption, alkanolamina concentration played important effects on the absorption performance. Concentration of each alkanolamina were varied into 1 mol L M MDEA 2M AMP 1,5M TETA, 1,5M MDEA 1,5M AMP 1,5M TETA, 2M MDEA 1M AMP 1,5M TETA, total alkanolamina solutions concentration were kept constant at 4.5M. In the process of CO2 desorption from the used absorbent, desorption temperature played an important role on the desorption behavior. It will be varied into 70 90 C. It was discovered 1,5M MDEA 1,5M AMP 1,5M TETA has the greatest CO2 loading capacity. 2M MDEA 1M AMP 1,5M TETA with temperature desorption at 90 C has the greatest CO2 desorption."
2018
T49766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wong Sin Yung
"ABSTRAK
Salah satu alternatif pemanfaatan CO2 dari cadangan gas alam Natuna adalah untuk memproduksi bahan petrokimia dan bahan bakar sintetis secara simultan melalui gas sintesis kaya karbon monoksida. Beberapa produk turunan gas sintesis kaya CO ialah asam asetat, asetat anhidrida, dan dimetil eter. Dalam skripsi ini dikaji aspek teknis dan ekonomis dari proses produksi bahan-bahan diatas.
Analisa teknis yang dilakukan meliputi flowsheeting yang didasarkan pada sintetis proses dengan menggunakan lisensi dari Monsanto, Haldor Topsoe, dan NKK, serta analisa kinerja proses yang meliputi efisiensi karbon dan termal. Untuk analisa ekonomi meliputi laju dan waktu pengembalian modal, kepekaan terhadap perubahan harga bahan baku dan produk, kapasitas produksi, dan tingkat suku bunga.
Efisiensi karbon kimiawi dan total unruk pabrik asam asetat ialah sebesar 94.81% dan 78.81%. Berdasarkan analisa ekonomi pabrik ini baru menguntungkan jika kapasitas pabrik asam asetat 5 kali kapasitas dasar (46,942 ton/tahun). Pada kapasitas ini, pabrik asam asetat memiliki kepekaan lerhadap penurunan harga jual produk sebesar 5%. Kenaikan harga beli reaktan sampai 20%, dan tingkat suku bunga sampai 20%.
Untuk pabrik asetat anhidrida efisiensi karbon kimiawi dan total sebesar 78.2% dan 71.14% dan akan menguntungkan bila kapasitas pabrik asetat anhidrida dinaikkan 4 kali dari kapasitas dasar (24275 ton/tahun). Pada kapasitas ini kepekaan terhadap penurunan harga jual produk yang didapat sebesar 1%, kenaikan harga beli reaktan sampai 20%, dan lingkat suku bunga sampai 10%.
Efisiensi karbon kimiawi dan total untuk pabrik DME sebesar 99,55% dan 79,09%, dengan efisiensi panas kimiawi dan totalnya sbesar 86,25% dan 67,96%. Investasi pada pabrik DME ini masih menguntungkan sampai batas kapasitas minimal pabrik DME ½ x kapasitas dasar (900.000 ton/tahun). Pabrik DME memiliki kepekaan terhadap penurunan harga jual produk sebesar 10%, kenaikan harga beli reaktan sampai 40%. dan tingkat suku bunga sampai 20%.

"
2001
S49147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washington D.C: United States Departement of Energy , 1985
546.68 PRO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi Azhar
"Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca utama yang mendorong perubahan iklim dan pengasaman laut. Walaupun demikian CO2 juga dapat menjadi sumber daya C1 yang berlimpah, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan dapat diperbaharui. Karena itu, konversi gas CO2 menjadi bahan kimia yang bernilai menjadi topik hangat untuk diteliti lebih dalam. Pada penelitian ini dilakukan penelitian terkait reaksi hidrokarboksilasi difenilasetilena dengan CO2 menggunakan katalis homogen utama yaitu Nickel(II) bis(acetylacetonate)bipyridine atau Ni(acac)2(bpy). Reaksi dilakukan dalam reaktor dengan kondisi yang bervariasi, yakni variasi banyaknya ligan bipiridin, variasi jenis sumber proton (metanol dan NaBH4), dan variasi jenis pelarut (DMF dan metanol). Reaksi dengan variasi kondisi optimal dilakukan variasi suhu (5℃, 27℃, 60℃) dan variasi waktu untuk mengetahui kondisi terbaik dari reaksi hidrokarboksilasi difenilasetilena. Selain itu, dianalisis terkait pengaruh preparasi katalis secara insitu dibandingkan dengan katalis hasil sintesis terhadap reaksi hidrokarboksilasi difenilasetilena. Produk dari reaksi hidrokarboksilasi yang diharapkan adalah asam α-fenilsinamat. Analisis HPLC terbaik ditunjukan oleh variasi banyaknya ligan dengan perbandingan Ni:bpy sebesar 1:1 dengan menggunakan pelarut DMF, sumber proton metanol, dan suhu reaksi 5℃ yang memberikan persen yield asam α-fenilsinamat sebesar 3,24%.

Carbon dioxide (CO2) is a major greenhouse gas driving climate change and ocean acidification. However, CO2 can also be an abundant, non-toxic, non-flammable, and renewable C1 resource. Therefore, the conversion of CO2 gas into valuable chemicals is a hot topic for further research. In this study, a research was conducted on the hydrocarboxylation reaction of diphenylacetylene with CO2 using Nickel(II) bis(acetylacetonate)bipyridine (Ni(acac)2(bpy)) as main homogeneous catalyst. The reaction was carried out in a reactor with various conditions, namely variations in the number of bipyridine ligands, variations in the type of proton source (methanol and NaBH4), and variations in the type of solvent (DMF and methanol). The reaction with optimal conditions was carried out with variations in temperature (5℃, 27℃, 60℃) and time variations to determine the best condition of the hydrocarboxylation reaction. In addition, it was analyzed regarding the effect of in situ preparation of the catalyst compared to the synthesized catalyst on the diphenylacetylene hydrocarboxylation reaction. The expected product of the hydrocarboxylation reaction is α-phenylcinnamic acid. The best HPLC analysis was shown by variation in the number of bipyridine (Ni:bpy = 1:1) using DMF solvent, methanol as proton source, at reaction temperature of 5℃ which give an α-phenylcinnamic acid yield of 3,24%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>