Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Mukaromah
"Pendidikan kesehatan multi method approaches bertujuan memberikan pemahaman pada anak usia sekolah terkait risiko anemia beserta faktor-faktornya dengan mengintegrasikan comprehensive school health model, family centre nursing model, dan school health promotion model yang mengutamakan pencegahan primer. Karakter anak yang cenderung berpikir konkrit, membuat anak belum memahami faktor-faktor penyebab anemia meliputi nutrisi, kebersihan diri, dan aktifitas–istirahat. Pelaksanaan pendidikan kesehatan multi method approaches, meliputi ceramah, permainan edukasi, diskusi, audiovisual, demonstrasi dan penugasan. Hasil aplikasi menggambarkan pengaruh positif terhadap penurunan risiko anemia. Kegiatan ini diharapkan dapat dikembangkan melalui metode lain, sehingga lebih efektif menurunkan risiko anemia pada anak usia sekolah di Indonesia.

The purpose of health education multi method approaches is to give learning for school age children about risk of anemia and its factors with integrating models of comprehensive school health, family centre nursing and school health promotion, especially primary prevention. Child’s thinking character is concretely, so they don’t understand about factors of anemia as nutrition, personal hygiene, rest and activity. Multi method approaches using lecture, game education, discussions, audiovisual, demonstration, and an assignment. The result shows the positive influence to decrease risk of anemia. This activity is expected to be developed through other methods, so more effectively to reduce risk of anemia of school age children in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desmon Wirawati
"ABSTRAK
Anemia remaja umumnya terjadi karena kurangnya konsumsi makanan mengandung zat besi karena mempertahankan body image untuk berpenampilan ideal. Masalah anemia yang tidak diatasi akan berdampak pada prestasi belajar di sekolah dan bagi remaja putri, anemia akan mempengaruhi fungsi reproduksinya. Masalah anemia yang ditemukan pada remaja putri perlu penanganan yang serius. Praktik Spesialis Keperawatan Komunitas menuntut perawat untuk dapat memberikan solusi pennyelesaian masalah dan pencegahan anemia remaja melalui ?Gerakan Remaja SeTiA?. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk intervensi pencegahan dan penyelesaian masalah anemia pada remaja di SMP X Kota Depok Jawa Barat. Gerakan Remaja SeTiA memberikan hasil yang positif dengan bukti dapat meningkatkan rata-rata kadar hemoglobin pada remaja dengan nilai rata-rata hemoglobin pemeriksaan awal 11.42 dan akhir adalah 15.15, nilai p=0,019. Nilai ini lebih kecil dari 5%, sehingga disimpulkan terjadi kenaikan hemoglobin. Intervensi ?Gerakan Remaja SeTiA? diharapkan dapat diterapkan di berbagai sekolah.ABSTRACT
Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools.;Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools.;Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools.;Anemia in adolescents generally occurs due to lack of consumption of iron contained foods. It is because adolescent girls tend to maintain ideal body image for dressed. Anemia problems that are not addressed will have an impact on learning achievement at school and for girls it will affect reproductive function in the future. Problems found in adolescent girls need to be solved. Practice of Specialist Community Nursing requires nurses to be able to provide solutions and anemia prevention through ?Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA". This movement is a form of intervention to prevent and overcome the problem of anemia in adolescents at junior X Depok, West Java. SeTiA movement gives positive results with evidence that may increase average of hemoglobin levels in adolescents. Rate of initial hemoglobin value was 11:42 and the final was 15:15, p = 0.019. This value is smaller than 5%, so it can be concluded that there was an increase in hemoglobin value. Movement of Healthy Teenager Free from Anemia-SeTiA in X junior high is expected to be implemented in various schools."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Girry Al Farisy
"Di Indonesia, prevalensi anemia di masyarakat sebesar 14,8%. Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang memiliki resiko tinggi terkena anemia sehingga dapat berdampak pada kemampuan siswa di sekolah. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia dan hubungannya dengan asupan zat besi pada anak usia sekolah (13-18 tahun). Data didapatkan dari 90 subyek yang merupakan santri pondok pesantren menggunakan kuesioner food records untuk mengetahui asupan zat besi dan skrining Hb menggunakan alat ukur Hb digital untuk mengetahui status anemia. Dari penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 33,33% dan 98,89% subyek dengan asupan zat besi kurang. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Fisher's Exact Test dan didapatkan p=1,00 yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara status anemia dengan asupan zat besi.

In Indonesia, the prevalence of anemia in the community is 14.8%. School-age children is a group of community who are in high risk of anemia which may affect their ability in school. This study uses cross-sectional design to measure the prevalence of anemia and its relation with iron intake in school-age student (13-18 years old). Data were obtained from 90 subjects from an Islamic boarding school using food records questionnaires to measure the iron intake and hemoglobin screening using a digital measuring device to determine the status of anemia. The result shows that the prevalence of anemia was 33,33% while the amount of subject with lack of iron intake was 98,89%. Data were analyzed using Fisher's Exact Test test and obtained p = 1.00, which means there is no significant difference between anemia status and iron intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Tanojo
"Kebanyakan dari infeksi Ascaris lumbricoides sebagai bagian dari infeksi geohelminthes terjadi di Negara berkembang Seringkali hal ini menjadi penyebab terjadinya anemia kurang nutrisi dan terhambat pertumbuhan pada manusia Anak anak yang tinggal di daerah endemik menjadi rentan terhadap kondisi tersebut sebagai target utama dari infeksi geohelminthes Riset ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara infeksi A lumbricoides dan anemia pada anak anak sekolah di Nangapanda.
Penelitian ini dilakukan di desa Nangapanda Kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur Sebanyak 262 anak berusia di bawah 18 tahun berpartisipasi pada penelitian ini Data personal anak dari tingkat SD dan SMP di Nangapanda diperoleh dengan mengisi kuesioner Sebanyak 262 sampel darah dan tinja dikumpulkan Adanya infeksi cacing ditentukan dengan metoda RT PCR dan status anemia diperiksa melalui darah Informasi yang didapat lalu dievaluasi dengan metode Chi square Fisher rsquo s exact test dan Logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi A lumbricoides adalah 4 2 dan prevalensi anemia 9 9 Uji statistik chi square menunjukkan bahwa infeksi A lumbricoides tidak cukup signifikan untuk menyebabkan anemia p 0 084.
Kesimpulannya Tidak ada korelasi antara infeksi A lumbricoides dan anemia pada anak sekolah di desa Nangapanda kabupaten Ende Nusa Tenggara Timur.

Most Ascaris lumbricoides infections, as part of geohelminth infections, happen in the developing country. Frequently, this infection becomes the source of anemia, under-nutrition, and halted growth in human. Schood-aged children, as the main host of geohelminth infections, becomes vulnerable to the infection, especially those living in endemic area of geohelminth infections. This research describes the correlation between anemia and A. lumbricoides infection in school-aged children of Nangapanda.
The research was conducted in Nangapanda, Ende, Nusatenggara Timur. Approximately 262 children under 18 years old participated. Personal data was collected through questionnaire to students of elementary school and junior high school. Around 185 blood and stool sample were then collected to be further analyzed by using 262 analysis and RT PCR to find the helminth infection and anemia status, respectively. The whole information was then evaluated by using Chi-square method, Fisher?s exact test, and Logistic regression.
Result shows that A. lumbricoides infected around 4.2% and anemia prevalence is about 9.9%. Neverhteless, chi square study analysis shows that the result of A. lumbricoides infections can not significantly result in anemia (p=0.084).
In conclusion, there is no correlation between A. lumbricoides infection and school children in Nangapanda, Ende district, Nusa Tenggara Timur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eli Novi
"Anemia merupakan salah satu masalah utama di Indonesia Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi terutama pada anak usia dibawah 5 tahun Pada umumnya prevalensi anemia lebih tinggi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki laki Anemia memberikan dampak pada proses tumbuh kembang anak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia dan faktor faktor yang berhubungan pada anak usia 3 9 tahun Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional Penelitian dilakukan di Pesantren Tapak Sunan Condet pada tanggal 19 januari 2011 Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 3 9 tahun Pemilihan sampel dilakukan dengan total sampling dengan total sampel yang didapat yaitu 51 anak Data yang digunakan adalah data primer yaitu usia jenis kelamin dan kadar hemoglobin Variabel terikat yaitu anemia dan variabel bebas yaitu usia dan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada anak usia 3 9 tahun sebesar 25 5 dengan rincian pada anak usia 3 6 tahun sebesar 25 dan pada anak usia 7 9 tahun sebesar 28 6 sementara prevaleni anemia pada anak perempuan sebesar 39 1 dan anak laki laki sebesar 14 3 Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara usia dengan anemia Fisher p 1 000 tetapi terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan anemia Chi square p 0 043 Prevalensi anemia pada penelitian ini masih tinggi Oleh karena itu untuk mengurangi prevalensi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan gizi terhadap anak dengan memberikan zat gizi mikro seperti vitamin A vitamin B9 vitamin B12 dan zat besi

Anemia is a serious public health problem in Indonesia It is commonly affecting 1 to 4 years old children Generally prevalence of anemia is higher in girls than boys Anemia is negatively impacts children growth and develpoment This study aims to determine the prevalence of anemia and its associated factors This study used cross sectional survey The sample included 51 children aged 3 to 9 years old in Tapak Sunan Condet 2011 The data that used are age sex and hemoglobin concentration Dependent variable is anemia and independent variable are age and gender Result revealed that 25 5 of 3 to 9 years old chidren were anemia Anemia prevalence was lower in 3 6 years old children 25 than 7 9 years old children 28 6 The prevalence of anemia is higher in girls 39 1 than boys 13 9 Age of the children was not significantly associated with anemia Fisher p 1 000 Meanwhile sex of the children was significantly associated with anemia Chi square p 0 043 The control of anemia should be considered as serious health problem in Indonesia Micronutrient intake of children such as vitamin A vitamin B9 vitamin B12 and iron should be increased to overcome this problem"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nessya Nazzala
"Anemia adalah kondisi konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darah merah di bawah normal berdasarkan kelompok umur jenis kelamin dan kehamilan Kejadian anemia di Indonesia masih cukup banyak terutama pada anak anak Tingginya prevalensi anemia di negara berkembang seperti Indonesia berhubungan dengan tingginya kejadian malnutrisi akibat rendahnya kemampuan ekonomi Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi anemia dan hubungannya dengan risiko wasting pada anak usia 3 sampai 9 tahun di Pesantren Tapak Sunan Condet Jakarta Rancangan penelitian ini adalah studi cross sectional Penelitian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2011 dengan metode pemilihan sampel total sampling Data yang dikumpulkan berupa usia jenis kelamin berat badan tinggi badan dan kadar Hb Data data tersebut kemudian diolah menggunakan Epi Info dan SPSS Dari penelitian ini didapatkan bahwa dari 50 subjek penelitian mayoritas berjenis kelamin laki laki 56 dan berusia 3 6 tahun 86 Dari 50 subjek 13 di antaranya menderita anemia 26 dan enam di antaranya mengalami risiko wasting 12 Satu dari enam anak dengan risiko wasting juga menderita anemia 16 67 Uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko wasting dengan prevalensi anemia p 0 578

Anemia is a condition when the hemoglobin concentration or the amount of red blood cells is below the normal level in terms of age cluster sex and pregnancy In Indonesia anemia is one of the major problem especially in children High number of anemia prevalence in the developing nation such as Indonesia is related to the high number of malnutrition as the cause of the low economic level This study aims to find out the prevalence of anemia and its association with mild wasting in 3 9 years old children at Tapak Sunan Islamic Boarding School Condet Jakarta The cross sectional design was used in this research and the sample was chosen by total sampling The data which include age sex body weight body height and hemoglobin concentration was taken on 19th January 2011 After that the data is processed by using Epi Info and SPSS From 50 subjects involved in this study 56 are male and 86 are 3 6 years old chidren 13 subjects 26 are suffered from anemia while 6 subjects 12 are suffered from mild wasting Besides that one of six children with mild wasting 16 67 is also suffered from anemia The chi square test shows that there is no significant association between mild wasting and the prevalence of anemia p 0 578
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Eliana
"Seiring dengan kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan jumlah kelahiran, maka jumlah penduduk usia lanjutpun akan semakin meningkat. Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara-negara industri tapi juga pada negara-negara berkembang. Di wilayah Asia Tenggara proporsi penduduk berumur Iebih dari 60 tahun akan meningkat dari 5 % pada tahun 1950 menjadi 11,25 % pada tahun 2050. Di Indonesia berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 dari Badan Pusat Statistik didapatkan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1992 usia harapan hidup penduduk Indonesia 62,34 tahun dan pada tahun 1997 menjadi 64,25 tahun, sedangkan pada tahun 2002 diperkirakan dapat mencapai usia 68,23 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia lanjut akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005-2010 jumlah usia lanjut diperkirakan sekitar 19 juta jiwa atau 8,5 % dari seluruh jumlah penduduk.

Along with the progress of health care levels and the decrease in the number of births, the number of elderly people will also increase. This situation not only occurs in industrialized countries but also in developing countries. In the Southeast Asian region, the proportion of the population aged 60 years and older will increase from 5% in 1950 to 11.25% in 2050. In Indonesia, based on population projection data for 1990-2025 from the Central Statistics Agency, an increase in life expectancy was obtained. In 1992 the life expectancy of the Indonesian population was 62.34 years and in 1997 it was 64.25 years, while in 2002 it was estimated to reach 68.23 years, thing this shows that the number of elderly population will increase from year to year. In 2005-2010 the number of elderly people was estimated at around 19 million people or 8.5% of the total population."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Wijaya
"Anemia adalah masalah yang mempengaruhi seluruh dunia. Namun, sebagian besar negara di dunia tidak memberikan perhatian yang cukup untuk memecahkan masalah ini. Salah satu jenis yang paling umum dari anemia adalah anemia mikrositik hipokromik. Karakteristik dari anemia ini adalah sel-sel kecil dan sel pucat. Sampai sekarang, belum ada studi yang meneliti Proporsi dari anemia mikrositik hipokromik di rumah sakit, khususnya di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam penelitian cross sectional ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui proprosi hipokromik di RS Cipto Mangunkusumo dan korelasinya dengan usia dan jenis kelamin. Studi ini menggunakan data laboratorium pasien rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo pada Maret 2011.
Statistic deskriptif digunakan untuk mengetahu Proporsi dari mikrositik hypokromik anemia. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara mikrositik hypokromik dengan usia dan jenis kelamin ; uji statistik chi-square digunakan untuk menguji hubungan dengan gender dan Mann-Whitney digunakan untuk menguji korelasi dengan usia.
Hasil dari penelitian ini adalah, Proporsi anemia mikrositik di RSCM adalah 8.4% di antara semua populasi sampel dan 14% di antara semua pasien anemia. Ada perbedaan yang signifikan antara usia penderita anemia mikrositik dan pasien anemia non-mikrositik. Perbedaan ini signifikan ditemukan di kedua analisis semua populasi sampel dan di antara pasien anemia saja.
Dari analisis dengan menggunakan uji statistik, jenis kelamin juga secara signifikan mempengaruhi kejadian anemia mikrositik. Lebih perempuan yang menderita anemia mikrositik dibandingkan laki-laki, ketika kami menghitung di antara semua populasi sampel dan populasi anemia saja.

Anemia is a worldwide problem. However, most of the countries did not give a lot attention to solve this problem. One of the most prevalent types of anemia is microcytic hypochromic anemia. This anemia is characterized by small cells and pale cells. Up until now, there is no studies that examine the proportion of microcytic hypochromic anemia in a hospital setting, especially in Indonesia.
Therefore, in this cross sectional study, aims to find out the Proportion of microcytic hypochromic in Cipto Mangunkusumo Hospital and its correlation with age and gender. The study using the laboratory data of outpatients in Cipto Mangunkusumo in March 2011.
To determine the proportion, descriptive statistic was used. Furthermore, to establish the correlation with age and gender statistical test of chi-square was used to test the correlation with gender and chi-square was also used to test the correlation with age.
The result of the study are, The Proportion of microcytic anemia in RSCM is 8.4% among all of the sample population and 14% among all anemic patients. There is a significant difference between age in microcytic anemia patient and non-microcytic anemia patient. This significant difference is found in both analyses of all of sample population and between anemic patients only.
From analysis using statistical test, gender also significantly affects the occurrence of microcytic anemia. There are more female that suffer from microcytic anemia than male, when we calculate it between all sample population and in anemic population only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Tri Prasetyo
"Anemia adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Anemia normositik-normokromik adalah salah satu jenis anemia yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Anemia jenis ini ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin (Hb) di bawah batas normal tetapi nilai mean cell volume (MCV) dan mean cell hemoglobin (MCH) dalam batas normal. Hingga saat ini, tidak banyak riset yang mempelajari mengenai anemia normositk-normokromik. Sebagian besar dari riset tersebut tidak langsung meneliti mengenai anemia normositik-normokromik melainkan pada penyakit-penyakit yang mendasarinya.
Penelitian ini memiliki desain cross-sectional dan bertujuan untuk mencari proporsi anemia normositik-normokromik pada pasien anemia yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Maret 2011 diambil dari Laboratory Information System di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Statistik deskriptif digunakan untuk menentukan prevalensi. Signifikansi perbedaan proporsi pada kategori umur yang berbeda pada pasien anemia normostik-normokromik dibandingkan dan diuji dengan uji chi-square, begitu pula dengan perbedaan proporsi pada wanita dan laki-laki juga diuji dengan uji chi-square.
Studi ini menemukan bahwa proporsi pasien anemia normositik-normokromik dibandingkan dengan anemia jenis lain adalah sebesar 48.1%. Kategori umur II (15 - 59 tahun) merupakan kategori umur dengan presentase penderita anemia normositik-normokromik tertinggi (71.8%) dan wanita memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan pria (62.8%) sebagai penderita anemia normositik-normokromik.

Anemia is a serious public health problem. One of the types of anemia based on its morphology is normocytic-normochromic anemia. This anemia usually occurs in individuals with chronic diseases. To date, there are limited studies investigating the prevalence of normocytic-normochromic anemia. Most of these studies investigated the underlying conditions of normocytic-normochromic anemia.
This study is a cross-sectional study that aims to investigate the proportion of normocytic-normochromic anemia among anemic outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and its association with age and gender by using data from laboratory results of outpatients who had their blood checked at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in March 2011.
Descriptive statistical analysis was performed to determine prevalence. Then, statistical significance was tested with Chi-Square Test for gender and age.
Our result showed that normocytic-normochromic anemia accounts for 48.1% among all anemic outpatients. Age group II had the highest percentage for normocytic-normochromic anemia (71.8%) and female seemed to be more prevalent than male (62.8%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto Priyo Hastono
"ABSTRAK
Kualitas hidup dan produktivitas kerja akan tercapai dengan baik/optimal bilamana tubuh dalam kondisi sehat. Sementara itu kondisi tubuh sehat sangat erat kaitannya dengan kecukupan gizinya. Beberapa penelitian melaporkan bahwa pada anak sekolah kejadian anemia masih menunjukkan angka yang tinggi. Dari data tersebut nampaknya kejadian anemia pada anak sekolah perlu mendapat perhatian yang serius baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia melalui pemodelan Regresi Logistik.
Subjek penelitian adalah anak sekolah dasar yang tinggal di Lampung dengan diambil sampel secara random. Penelitian ini menganalisis dari data sekunder penelitian Pengaruh pemberian tablet besi satu kali seminggu terhadap status I-lb dan status besi pada anak sekolah penerima PMT-AS di Propinsi Lampung tahun 1998.
Hasil pemodelan dengan regesi logistik didapatkan variabel yang masuk dalam kandidat model adalah hanya variabel jenis kelamin. Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling berhubungan dengan kejadian anemia adalah variabel jenis kelamin. Perempuan mempunyai risiko menderita anemia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Variabel pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi, dan konsumsi energi tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian anemia."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>