Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156031 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ivan Efendi
"Megalitik merupakan peninggalan masa brcocok tanam yang memberikan banyak informasi dari analisis fisik bangunan. Dan lingkungan alamnya. Peninggalan megalitik dengan satuan analisis situs dan satuan runag analisis skala makro dapat dijadikan data untuk mencapai tujuan arkeologi. Peninggala megalitik yang menjadi data dalam skripsi ini berada di kab. Kuningan, yang terdiri atas 23 situs. Kemudian dibagi menjadi dua tipe berdasarkan fungsi yaitu : kelompok situs I dengan jenis tinggala peti kubur batu terdiri atas tujuh , yaitu situs cibuntu, pasawahan, cibari, pagerbarang, gibug, rajadanu dan panawarbeas dan kelompok situs II dengan jenis tinggalan bukan kubur yang terdiri atas menhir, arca megalitik, batu lumpang, meja batu, batu dakon, jambangan batu, dan punden berundak. Kelompok ini terdiri atas enambelas situs, yaitu, situs cimara, cibunar, sigenteng, sangkanerang, timbang, linggabuana, Buyut Sukadana, Balongkagungan, Nusa, Cangkuang, winduherang, Bagawat, Darmaloka, Hululinga, panyusupan dan saliya. Situs-situs itu tersebar di kai gunung Ciremai (3078 m dpal) sebelah timur. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di jawa barat, dan hamper seluruh bagian barat wilayah kabupaten ini merupakan areal kaki gunung tersebut. Selain itu ditemukan juga pada pada beberapa situs megalitik sejumlah beliung persegi, gelang batu dan temuan serta lain. Hal ini menarik untuk dipelajari dalam kaitan dan orientasinya terhadap gunung itu. Permasalahannya adalah variable-variabel lingkungan alam yang bagaimana, yang mempengaruhi peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan, jawa Barat? Bagaimana persebaran dan orientasinya terhadap gunung ciremai? Serta pada kerangka batu yg mana bias ditempatkan? Tujuan penelitian ini adalah pertama mengetahui variael-variabel lingkungan alam yang berpotensi dalam peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan jawa Barat, sehingga terlihat kearifan manusia dalam beradaptasi dengn lingkungannya. Kedua menentukan bentuk pesebaran dan melihat orientasinya terhadap gunung Ciremai, sehinggga dapat diketahui keterkaitannya. Ketiga mengetahui pada kerangka waktu yang mana sehingga dapat diketahui sejarah kebudayaan prasejarah khususnya di Jawa Barat dan umumnya di Indonesia. Ruang linkup penelitian ini sebatas hubungan antar situs megalitik sebagai salah satu unsure pemukiman masa prasejarah, dan keberadaan situs megalitik dengan ekologinya. Dengan menekankan pada skala ruang makro, sehingga dapat dijelaskan pola persebarannya. Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada metode penelitian arkeologi ruang oleh Bruce G. Tigger. Adapun dalam upaya memahami keadaan lingkungan pada zaman prasejarah diperlukan perpaduan data arkeologi dan ekologi. Maka dari itu digunakan pendekatan ekologi. Dalam paradigmanya menyatakan bahwa unsure lingkungan fisik dipandang sebagai factor penenut letak dan pola suatu pemukiman. Asumsinya adalah pemukiman ditempatkan di suatu tempat sebagai responatas factor lingkungan tertentu. Dalam modelnya paradigma ini juga beranggapan bahwa factor teknologi dan lingkungan yang mengondisikan penempatan situs arkeologi. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah variabel alam yang mempengaruhi peletaka situs megalitik di Kab. Kuningan adalah ketinggian permukaan tanha antara 101_751 m dpl, bentuk medan lereng, batuan geologi QYU, wilayah akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir setempat dengan akuifer produktif, jarak ke sumber air tanah 0,5 km sampai 100 liter/detik, jarak situs ke sungai"
2000
S11760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Sujud Purnawan Jati
"Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Seperti halnya wilayah lain di Pulau Jawa, penelitian arkeologi di Jawa Timur, khususnya untuk situs prasejarah telah dimulai sejak masa pemerintahan kolonial Belanda. Kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian pada saat itu. Pada tahap awal tampaknya perhatian penelitian lebih banyak dicurahkan pada tujuan untuk menemukan benda-benda arkeologi berupa artefak. Sementara itu kegiatan yang banyak dilakukan berupa pendokumentasian, kegiatan inventarisasi, pembahasan yang berorientasi pada artefak (artifact-oriented), dan beberapa upaya untuk merekonstruksi kehidupan manusia di masa lampau.
Kegiatan penelitian di wilayah ini pada dua dasawarsa terakhir telah meningkat jumlahnya, dan telah terjadi pergeseran perhatian dari pengkajian atas artefak kepada pengkajian atas situs dan bahkan kawasan. Namun demikian penelitian tersebut belum mencakup seluruh aspek yang terkait, misalnya aspek lingkungan. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena berbicara perkara kehidupan manusia dan budayanya, tentu tidak akan terlepas dari perkara yang lain seperti lingkungan alam. Ketiga hal tersebut merupakan faktor yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi baik dalam dimensi ruang maupun waktu (Soejano 1987:37).
Sejak masa lalu manusia telah memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini tercermin dari bukti-bukti arkeologi yang diperoleh, baik yang berbentuk artefak (artefact), ekofak (ecafact), fitur (feature), dan situs (site). Namun disadari bahwa bukti-bukti arkeologi yang sampai kepada kita memiliki keterbatasan baik kuantitas maupun kualitas (Mundardjito 1986:42). Oleh karena itu untuk dapat menjelaskan kehidupan manusia masa lalu tidak hanya dibutuhkan pengkajian atas artefak semata-mata, tetapi pengkajian yang luas atas tinggalan arkeologi, tidak saja pada hanya satu situs, namun tinggalan arkeologi dalam Skala ruang yang lebih luas, yaitu benda-benda arkeologi dan situs-situs yang tersebar dalam wilayah atau kawasan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang makro, yaitu pendekatan kawasan disertai dengan kesadaran yang tinggi akan keterkaitan antar situs, baik secara ekologis, geografis maupun fungsional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2000
930.1 KRO (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Teguh Prasetyo
"Skripsi ini membahas situs-situs dan lingkungan di sekitarnya yang terletak di daerah Batujaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini yang diperhatikan adalah lingkungan alam di sekitar situs-situs tersebut, meliputi keadaan topografi, lapisan geologi, sumber air tawar, dan pola aliran sungai. Penelitian ini menggunakan beberapa sumber data, yaitu beberapa jenis peta topografi (tahun 1910, 1945, dan 1965), peta geologi kuarter yang diterbitkan tahun 1983 oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, dan sebuah foto udara dari Bakosurtanal yang dibuat pada tahun 1981. Selain itu tentu saja data hasil penggalian tahun 1985 dan 1986. Meskipun situs-situs arkeologi Batujaya secara geografis terletak dekat dengan Rota Jakarta, ternyata telah sekian lama luput dari perhatian para ahli arkeologi. Baru pada tahun 1934 situs-situs tersebut disurvei oleh Jurusan Arkeologi yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Arkeo logi Nasional Jakarta.
Dari hasil survei tersebut pada tahun 1985 dan 1986 diadakan penggalian di salah satu situs, yaitu di situs SEG I. Hasil penggalian tahun 1985 dan 1986 adalah dite-mukannya sebuah sisa bangunan yang terbuat dari bata, berukuran 19 x 19 meter dan tinggi bangunan yang tersisa 4,7 meter. Orientasi bangunan tersebut tenggara - barat laut. Dari hasil survei tahun 1986 diketahui bahvra sebagian dari situs-situs tersebut berorientasi tenggara - barat laut. Peta keletakan situs dibuat dengan menggunakan foto udara. Dengan teknik tumpang susun antara sebaran situs dengan peta geologi, Data topografi, Data zone air tawar, rekonstruksi Kali Asin, maka dapat diketahui keletakan situs-situs tersebut secara akurat.
Hasil nenelitian ini memberikan informasi bahwa keletakan situs-situs arkeologi Batujaya berada di daerah yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, situs berada di daerah yang banyak sumber air tawarnya, dan berada pada lapisan geologi yang stabil. Situs-situs Batujaya juga mengikuti pola memanjang tenggara - barat laut sesuai de_ngan aliran Sungai Citarum yang mengalir di sebelah Selatan situs-situs tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sulistiono
"Pendahuluan
Da'wah dan penyebaran doktrin Islam di Pulau Jawa telah berlangsung untuk masa yang lama. Proses tersebut antara lain merupakan hasil usaha perorangan maupun kelompok para pedagang. Di Pulau Jawa tidak ada kekuatan Islam yang terpusat untuk melancarkan pengaruhnya atau memaksakan perkembangannya dengan jalan perang (Arnold, 1985:326).
Pertumbuhan masyarakat Islam di Pulau Jawa dapat dibuktikan antara lain melalui kehadiran peninggalan tua di Leran, (Gresik). Di tempat itu ditemukan batu nisan yang bertulis Arab Kufi, yang memiliki angka tahun tertua di Indonesia. Nama yang terbaca pada batu nisan tersebut adalah Fatimah binti Maimun bin Hibat Allah, yang wafat pada tahun 495 H/1102 Masehi (Moquette, 1921:391-399 ; Tjandrasasmita, 1977: 111). Di Gresik terdapat pula kuburan tua, di Gapura yang terletak bersebelahan dengan Taman Makam Pahlawan Gresik. Pada batu nisannya tertulis nama asSyahid Burhanuddin wa Quwwatuddin alMalik Ibrahim alMa'ruf, wafat pada Rabi'ul Awwal 1419 M (Juynboll, 1911: 605), sedangkan J.P.Moquette tidak menyebut Rabi'ul Awwal, melainkan Rabi'ul Akhir (1912 :208-210). Satin nisan itu penuh dengan ukiran huruf Arab, di antaranya berupa ayat-ayat alaur'an. Batu nisan itu didatangkan dari Cambay, dan tampak mempunyai persamaan dengan yang terdapat di Pasai dan India (Moquette, 1912 : 536-548). Bukti-bukti arkeologi yang menunjukkan adanya perkembangan masyarakat muslim di Jawa Timur juga dijumpai pada pemakaman muslim daerah Troloyo yang berangka tahun 1203-1533 Saka atau tahun 1281-1611 M (Damais, 1957:353 ; Ambary, 1984:353-354). Dengan demikian, maka dapat diidentifikasi adanya kantung pemukiman komunitas muslim di Trowulan, setidaknya pada jangka waktu tersebut (Ambary, 1991b:10).
Pada zaman Majapahit, perdagangan di sekitar perairan Nusantara telah dikuasai oleh saudagar-saudagar dari Jawa. Pada waktu itu mereka telah menjadi saudagar yang kaya raya, bahkan sekitar tahun 1416 Masehi sudah banyak Adipati Majapahit yang memeluk agama Islam (Sehrieke, 1916:30). Posisi tersebut semakin mantap ketika di pusat kerajaan terjadi perebutan 'mahkota' antara Keluarga raja, terkenal dengan Peristiwa Paregreg (1401-1406 M), yang menyebutkan para adipati di pesisir utara Jawa semakin memegang kekuatan ekonomi dan maritime? "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Sulistyo
"Penelitian ini berfokus pada situs-situs megalitik yang berada di sub DAS Klawing, karena daerah DAS ini dekat dengan Gunung Slemat di bagian tenggara. Temuan-temuan tersebut tersebar di wilayah administrasi di Kecamatan Karangreja, Kecamatan Bobotsari, Kecamatan Mrebet dan sebagian Kecamatan Karanganyar. Penelitian ini tersebar di 4 kecamatan.Situs-situs megalitik di DAS Klawing Purbalingga atau di lereng Gunung Slamet hanya menunjukan karakter situs campuran antara pemujaan dan penguburan, situs pemujaan dan situs-situs objek tunggal..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11502
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syahruddin Mansyur
"This study was conducted at three sites; Bukit Amaiha, Bukit Wawani, and Bukit Kapahaha. These sites had correlation in settlement, traditional defense and megalithic sites. The result shows that the dolmen is a product of megalithic culture found on traditional defense sites on the island of Ambon. The influence on megalithic culture on traditional defense sites caused by the strong megaliths concept in the early colonial period in Maluku. Megalithic concept in Bukit largest Amaiha related to people effort to maintain the social status of their leader. On the other hand, it also related to their effort to gain cosmological legitimacy between leaders and community at Bukit Wawani.
"
Balai Arkeologi Ambon, 2016
930 ARKEO 36:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>