Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Orr, William I.
[Place of publication not identified]: Howard W. Sams , 1987
R 621.38415 ORR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemantulan sinyal gelombang radio pada lapisan ionosfer merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jarak jangkauan komunikasi radio. Lapisan E-Sporadis yang berada di ketinggian 100 km sampai dengan 150 km dapat dimanfaatkan sebagai media pemantul sinyal gelombang radio komunikasi VHF rendah dengan memperhatikan besarnya frekuensi kritis lapisan E-Sporadis dan sudut elevasi antena.
"
621 DIRGA 9 (1-4)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada makalah ini dibahas tentang perambatan gelombang radio pada frekuensi 7,2 MHz dan 10,2 MHz yang dihasilkan dalam kegiatan uji komunikasi dengan stasiun bergerak (mobile). Uji pertama dilakukan pada tanggal 28-31 Mei 2007 dalam perjalanan Bandung-Liwa pergi pulang. Uji kedua dilakukan pada tanggal 26-29 November 2007 dalam perjalanan Bandung-Banyuwangi pergi pulang. Data pendukung untuk analisis digunakan data ionosfer hasil pengamatan dari stasiun Pengamat Dirgantara Tanjungsari dan data jarak rambat terjauh gelombang permukaan yang ditentukan menggunakan paket program prediksi GWPS. Dari analisis diperoleh kesimpulan bahwa pada siang hari frekuensi 7,2 MHz bisa menjangkau jarak sampai dengan 500km dan unutk frekuensi 10,2 MHz dapat menjangkau lokasi sampai dengan jarak 760 km atau lebih. Kemudian, untuk jarak kurang dari 75 km, frekuensi 7,2 MHz bisa merambat sebagai groundwave maupun skywave dan bergantung pada jenis permukaan yang dilaluinya. Sedangkan untuk jarak yang lebih jauh dari 75 km, gelombang ini merambat sebagai skywave dan bergantung kepada lapisan ionosfer. Selanjutnya untuk jarak kurang dari 65 km, frekuensi 10,2 MHz bisa merambat sebagai groundwave maupun skywave. Sedangkan untuk jarak yang lebih jauh dari 65 km, gelombang ini merambat sebagai skywave. Terakhir, frekuensi 10,2 MHz berpeluang lebih besar mempunyai daerah bisu dibandingkan frekuensi 7,2 MHz. Radius daerah bisu untuk frekuensi ini bisa mencapai 500 km."
520 DIRGA 10:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri P.
"Komunikasi bergerak adalah teknologi telekomunikasi yang banyak memberikan kemudahan kepada penggunanya dalam berkomunikasi. Perencanaan dalam penempatan Base Transceiver Station (BTS) harus direncanakan sebaik mungkin untuk memperkecil kemungkinan terdapatnya daerah lubang (blank-spot) pada daerah dimana BTS akan ditempatkan.
Pendeteksian daerah lubang menggunakan komputer dapat mempermudah proses perencanaan penempatan BTS di daerah pegunungan. Di dalam penelitian ini, dirancang perangkat lunak untuk mendeteksi daerah lubang sesuai dengan spesifikasi BTS. Selain itu simulasi letak ponsel terhadap BTS juga dapat diperhitungkan agar diketahui apakah ponsel tersebut dapat mengirimkan sinyalnya kepada BTS.
Pendeteksian daerah lubang dilakukan dengan menghitung besarnya kuat medan yang diterima oleh penerima dengan menggunakan metode UTD (Uniform Theory of Diffraction). Hasil perhitungan ditampilkan dalam peta dua dimensi daerah pegunungan dengan kawasan berwarna hitam sebagai indikasi daerah lubang dan warna putih sebagai daerah jangkauan komunikasi. Faktor yang memengaruhi luas daerah lubang adalah: nilai Effective Isotropic Radiated Power-EIRP berbanding terbalik dengan jumlah daerah lubang, sensitivitas antena berbanding lurus dengan jumlah daerah lubang. Sementara ketinggian antena BTS tidak terlalu signifikan pengaruhnya terhadap jumlah daerah lubang yang muncul.

Mobile communication is a technology that makes communication easier. Network planning must be performed carefully to reduce the probability of blank spot in an area which Base Transceiver Station (BTS) is placed.
Detection of blank spots in mountainous area using computer simplifies the placement BTS in network planning. In this research, a simulation software is built to detect blank spots. The simulation covers blank spots detection in the BTS coverage and signal detection from mobile phone.
Blank spots was detected by calculating the field intensity received by the mobile phone using Modified UTD (Uniform Theory of Diffraction) method. The output of the simulation is an image consisted of two colours, black and white, which represented the blank spot and receiving areas, respectively. The larger antenna sensitivity, resulted in smaller area of blank spots, while EIRP and. While the height of BTS antenna was not so significant to determine the area of blank spots.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40459
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini membahas kaitan antara keberhasilan 9 kanal frekuensi untuk sirkit komunikasi distrik Pameungpeuk-Bandung dengan variasi harian lapisan ionosfer. Tujuannya untuk mengetahui ketergantungan keberhasilan kanal frekuensi yang dapat digunakan pada sirkit tersebut terhadap variasi lapisan ionosfer. Keberhasilan kanal frekuensi diamati dengan perangkat Automatic Link Establishment (ALE) dan data ionosfer diamati menggunakan ionosonda IPS51 di Pameungpeuk (7,65°LS, 107,96°BT). Sebagai contoh kasus digunakan data pengamatan bulan Juni 2013. Dari analisis disimpulkan bahwa dari 9 kanal frekuensi hanya 5 kanal yang dapat digunakan yaitu frekuensi 3,596 MHz, 7,0495 MHz, 7,102 MHz, 10,1455 MHz, 14,109 MHz. Kanal frekuensi 3,596 MHz dapat digunakan optimal pada malam hari karena pengaruh peningkatan absorpsi pada siang hari. Frekuensi 7,0495 MHz, 30MHz, dan 10,1455 MHz dapat digunakan dengan baik pada siang hari karena terjadi peningkatan kerapatan elektron lapisan ionosfer. Frekuensi 14,109 MHz dapat digunakan pada siang hingga malam hari karena adanya kemungkinan pemantulan oleh lapisan E-Sporadis. Frekuensi 18,106 MHz, 21,096 MHz, 24,926 MHz, 28,146 MHz tidak bisa digunakan karena lebih tinggi dari frekuensi maksimum lapisan ionosfer. Semua ini menujukkan bahwa keberhasilan komunikasi radio pada sirkit Pameungpeuk-Bandung bergantung kepada perubahan frekuensi lapisan ionosfer."
600 JADIR 11:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Doble, John
Boston: Artech House, 1996
621.38411 DOB i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Azhar Abdillah
"ABSTRACT
Beberapa tahun kebelakang ini telah terjadi pertumbuhan yang sangat cepat di bidang komunikasi radio dan teknologi nirkabel. Seiring munculnya layanan baru, divais nirkabel, dan peningkatan jumlah data yang ditransmisikan antara sesama pengguna divais nirkabel, maka optimasi sistem komunikasi nirkabel di suatu area geografis sangat dibutuhkan. Salah satu caranya adalah dengan membuat model propagasi gelombang. Skripsi ini membahas model propagasi gelombang radio pada lingkungan microcellular menggunakan metode ray tracing. Metode ray tracing yang berdasarkan geometrical optics GO dan uniform theory of diffraction UTD , digunakan untuk menghitung rugi-rugi lintasan sepanjang jalur tertentu pada lingkungan line-of-sight LOS maupun non-line-of-sight NLOS . Konfigurasi dan parameter yang digunakan bertujuan untuk mengetahui karakteristik propagasi gelombang berdasarkan material pemantul, tinggi antena, lebar jalan, frekuensi karir dan jenis polarisasi yang digunakan. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh bahwa frekuensi karir yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai rugi-rugi lintasan, kemudian ketika tinggi antennapemancar meningkat, makabreakpoint meningkat sehingga tingkat atenuasi daya berkurang. Diperoleh path loss exponent pada skenario urban canyon berkisar pada 1.1 hingga 2.1. Diperoleh pula hasil simulasi dengan metode ray tracing pada skenario yang spesifik memiliki kecocokan dengan urban microcellular UMi path loss model. Pada area Nihonbashi diperoleh nilaipath loss exponent pada kisaran 1.5 hingga 2.3 dan pada lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada kisaran 1.3 hingga 2.1.

ABSTRACT
In the past few years there has been a very rapid growth in the field of radio communications and wireless technology. As new services emerge, wireless devices, and an increase in the amount of data transmitted between wireless device users, the optimization of wireless communications systems in a geographical area is needed. One way is to make wave propagation model. This thesis discusses radio wave propagation model in microcellular environment using ray tracing method. The ray tracing method based on geometrical optics GO and uniform theory of diffraction UTD , is used to calculate track losses along certain paths in line of sight LOS and non line of sight NLOS environments. The configuration and parameters used to find out the wave propagation characteristics based on reflector material, antenna height, road width, career frequency and type of polarization used. Based on the simulation result, it is found that the career frequency used has a significant influence on the path loss value, then when the transmitter height increases, the break point increases so that the power attenuation level decreases. It is obtained that the path loss exponent in the urban canyon scenario ranges from 1.1 to 2.1. The simulation results obtained by ray tracing method in a specific scenario have a compability with urban microcellular UMi path loss model. In the Nihonbashi area the path loss exponent value is obtained in the range 1.5 to 2.3 and in the environment of the Faculty of Engineering University of Indonesia in the range of 1.3 to 2.1."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Blaunstein, Nathan
Boca Raton: CRC Press, 2008
621.384 BLA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto La Elo
"ABSTRAK
Untuk menilai performa dari sistem komunikasi tanpa kabel, salah satu yang sangat diperlukan adalah menghitung kemampuan dalam memperoleh informasi. Performa dari beberapa sistem ditentukan oleh kapasistas kanal dari sistem tersebut. Tentunya, semakin besar kapasitas kanal dari sebuah sistem akan semakin baik sistem tersebut dimana kemampuan untuk memperoleh informasi akan semakin besar. Kebutuhan akan kapasitas kanal yang maksimal tentunya sangat mendasar mengingat akan kebutuhan manusia akan komunikasi yang terus meningkat. Pada tesis dibahas tentang analisis kapasitas kanal menggunakan pengukuran propagasi gelombang pada frekuensi UHF- S Band dengan karakterisasi ketinggian. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besar kapasitas kanal pada beberapa ketinggian yang diukur. Perhitungan kapasitas kanal menggunakan persamaan yang merepresentasikan kapasitas kanal, yaitu teorema kapasitas kanal Shannon Shannon channel capacity theorem .Pengukuran dilakukan pada frekuensi 800 MHz, 1800 MHz, 2400 MHz dan 3300 MHz di lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pengukuran dilakukan dengan meletakan antena penerima dengan ketinggian yang tetap yaitu 2 m sedangkan antena penerima diletakan pada ketinggian 1 m, 2 m, 5 m, 10 m, dan 15 m. Pada masing masing frekuensi dilakukan pengukuran dengan tiga kondisi yaitu dengan menghadapkan antena ke atas, ke tengah dan ke bawah.Hasil pengukuran kemudian diolah dan dianalisa untuk melihat pengaruh variasi ketinggian penempatan antena pengirim dan penerima terhadap kapasitas kanal. Dengan melihat keseluruhan hasil perhitungan kapasitas kanal dari hasil pengukuran pada masing masing frekuensi, dapat kita ketahui bahwa kapasitas kanal akan menurun ketika antena pengirim diletakan semakin tinggi dari permukaan tanah. Dengan kata lain, kapasitas kanal terbesar adalah ketika antena pengirim ditempatkan lebih dekat ke tanah.

ABSTRACT
To assess the performance of a wireless system, one needs to quantify its ability to handle information. Typically, the performance of such systems is Characterized in terms of the channel capacity. Obviously, the greater the channel capacity of a system, the better the system where the ability to obtain information will be greater. The need for maximum channel capacity is certainly very fudamental, because the human need for communication is immediately increase. This thesis discusses about Analysis of Channel Capacity Through Wave Propagation Measurement in UHF S Band Frequency WIth High Characterization. This analysis aims to determine the capacity of the canal at some high measurement. Calculation of channel capacity uses an equation representing channel capacity, which is Shannon channel capacity theorem.The measurements are made at frequencies of 800 MHz, 1800 MHz, 2400 MHz and 3300 MHz in the Faculty of Engineering Universitas Indonesia. The measurement is done by placing the receiving antenna with a fixed height of 2 m while the receiving antenna is placed at 1 m, 2 m, 5 m, 10 m, and 15 m. At each frequency is measured with three conditions that is by facing the antenna up, to the middle and down.The results of these measurements will be processed and analyzed to see the effect of high variations in the placement of the transmitter and receiver antenna to channel capacity. By looking at the overall calculation of channel capacity from measurement results on each frequency, we can know that the channel capacity will decrease when the transmitter antenna is placed higher. In other words, the largest channel capacity is when the transmitter antenna is placed closer to the ground."
2017
T47948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>