Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brimi, Marjorie A.
New York: American Elsevier Publishing, 1965
671.732 BRI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ilmaniar
"ABSTRAK
Pengenduran pada interfasa dan infeksi pada implan merupakan dua penyebab utama dari kegagalan implan ortopedi dini. Salah satu cara untuk mencegah pengenduran pada interfasa dan infeksi pada implan adalah dengan memodifikasi permukaan implan ortopedi. Permukaan yang diinginkan akan memiliki kekasaran permukaan yang rendah serta topografi skala nano. Plasma electrolytic polishing adalah proses finishing yang diketahui akan kemampuannya dalam menghasilkan permukaan yang sangat halus dan mengkilap. Plasma electrolytic polishing dilakukan dengan variasi komposisi elekrolit dan waktu poles. Kekasaran permukaan diukur menggunakan surfcom roughness contouring detector dan topografi permukaan diamati menggunakan SEM. Hasil pengukuran kekasaran menunjukkan kekasaran permukaan paling rendah dan paling tinggi sebesar 0,0889 µm dan 0,6281µm. Pengamatan SEM menunjukkan terbentuknya struktur nano yang menyerupai kawah dengan adanya pits dan ridges pada perlakuan dengan elektrolit H3PO4, NaClO4, dan HF serta terbentuknya pits di permukaan pada perlakuan dengan elektrolit etilen glikol dan NH4F serta NaCl. Kedua struktur mengalami penghalusan seiring dengan bertambahnya waktu poles terutama pada waktu poles 90 dan 120 detik. Kenaikan kekerasan sampel mengindikasikan adanya lapisan oksida yang terbentuk di permukaan. Sampel hasil poles bebas dari sisa-sisa elektrolit sehingga mencegah kemungkinan terjadinya reaksi alergi atau kontaminasi zat toksik.

ABSTRACT

Aseptic loosening and infection are the two major causes for premature orthopedic implant failure. One of the strategies to prevent both scenarios is by modifying surface of orthopedic implant. The surface should have minimum surface roughness with nano topography. Plasma electrolytic polishing is a finishing process known for its ability to provide highly smooth and glossy surface. The two variables are electrolyte composition and polishing time.  Surface roughness is measured using surfcom roughness contouring detector and surface topography is observed using SEM. The result of surface roughness measurement shows lowest and highest surface roughness are at 0,0889 µm and 0,6281 µm. SEM observation shows crater-like nanostructure with pits and ridges with electrolyte comprised of H3PO4, NaClO4, and HF meanwhile nanotructures of pits on top of smooth surface is available with electrolyte comprised of ethylene glycol and NH4F and electrolyte comprised of NaCl. The increase of polishing time shows smoothing effects on orthopedic implant surfaces especially on 90 and 120 s. Increase in hardness of polished samples indicates the presence of oxide layer in the surface. Polished samples are free from remainder of electrolyte therefore preventing possibility of allergic reaction or contamination of substance that is toxic for the body."

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Farida
"ABSTRACT
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pemolesan terhadap perubahan warna resin komposit mikrohibrida setelah perendaman dalam larutan Luwakwhite coffee. Material dan Metode Penelitian: Dalam penelitian ini digunakan empat puluh dua spesimen berdiameter 6 mm dan tebal 2 mm yang dibagi menjadi 6 kelompok dengan 2 bahan yang berbeda yaitu G-aenial PosteriorTM dan Filtek Z250TM dipoles menggunakan Sof-Lex disc SuperfineTM, PoGo, dan tidak dipoles. Spesimen di polimerisasi menggunakan LED Curing Unit dengan irradiansi 700 mW/cm2 (LED Max Hilux) selama 20 detik. Setelah dipoles, spesimen direndam dalam larutan Luwak white coffee selama 7 hari. Perubahan warna diukur menggunakan colorimeter NH310 (Shenzhen 3NH) dengan sistem warna CIE Lab. Data dianalisis menggunakan uji Statistik One-Way Anova Test. Hasil: Setelah dipoles, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada nilai I E1 dan nilai I a1, namun untuk nilai I L1 dan nilai I b1 tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah perendaman dalam larutan Luwakwhite coffee, terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada nilai I E2, nilai I b2. Sedangkan, nilai I L2 hampir terdapat perbedaan yang signifikan pada seluruh kelompok, kecuali G-aenial PosteriorTM yang tidak dipoles dengan Filtek Z250TM yang tidak dipoles, Filtek Z250TM yang tidak dipoles dengan Filtek Z250TM yang dipoles menggunakan Sof-LexTM Superfine, dan G-aenial PosteriorTM yang dipoles menggunakan Sof-LexTM Superfine dengan Filtek Z250TM yang dipoles menggunakan Sof-LexTMSuperfine serta nilai I a2 hampir terdapat perbedaan yang signifikan pada seluruh kelompok, kecuali Filtek Z250TM yang tidak dipoles dengan Filtek Z250TM yang dipoles menggunakan PoGo. Kesimpulan: Sistem pemolesan yang berbeda dapat mempengaruhi nilai perubahan warna resin komposit mikrohibrida. Pemolesan menggunakan PoGo menghasilkan perubahan warna paling kecil. Filtek Z250TM memiliki perubahan warna terkecil setelah perendaman dalam larutan Luwak white coffeeselama 7 hari.

ABSTRACT
Objectives: This study aims to analyze the influence of polishing systems on color change of microhybrid composite resin after immersion in Luwak white coffee solution.Material and Methods: In this study, fourty two specimens, 6 mm in diameter and 2 mm thick, were divided into six groups with different composite types, that is G-aenial PosteriorTM and Filtek Z250TM, polished with Sof-Lex disc SuperfineTM, PoGo and unpolished. The specimens are polymerized for 20 seconds using a 700 mW/cm2irradiance LED curing unit (LED Max Hilux). After polishing, the specimens are immersed in Luwak white coffee solution for 7 days. The color change is measured using a colorimeter NH310 (Shenzhen 3NH) with the CIE Lab color system. Data were analyzed using One-Way ANOVA test. Results: After polishing, there were statistically significant differences (p<0,05) between the I E1 and I a1 groups. However, statistically significant differences were not found between the I L1 and I b1 groups. After immersed in Luwak white coffee, there were statistically significant differences (p<0,05) between the I E22 and I b1 groups. Meanwhile, almost all of the I L2 groups showed a significant increase, except for G-aenial PosteriorTM unpolished with Filtek Z250TM unpolished, Filtek Z250TM unpolished with Filtek Z250TM polished using Sof-LexTMSuperfine, G-aenial PosteriorTM polished using Sof-LexTM Superfine with Filtek Z250TMpolished using Sof-LexTM Superfine and I a2 groups showed a significant increase, except Filtek Z250TM unpolished with Filtek Z250TM polished using PoGo. Conclusions:It was concluded that different polishing systems affect color change of the microhybrid composite resins. Polishing with PoGo produces the smallest color change. Filtek Z250TM was determined to have the smallest color change after immersion in Luwak white coffee for 7 days."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sunaryo
Yogyakarta: Kanisius, 1997
667.72 AGU r (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Listanti
"Kacang koro sangat potensial sebagai pendukung ketahanan pangan dan diversifikasi pangan. Permasalahan dalam upaya diversifikasi olahan koro adalah pada proses pengupasan biji koro yang masih menggunakan cara manual sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Tujuan dalam penelitian ini adalah merancang bangun prototipe mesin penyosoh kacang koro sehingga kacang koro dapat disosoh lebih cepat daripada menggunakan cara manual dan dapat lebih efisien dalam proses produksinya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mesin penyosoh yang dibuat dapat berfungsi dan bekerja dengan baik tanpa ada kerusakan selama pengujian. Mesin penyosoh kacang koro yang dibuat memiliki dimensi P= 45 cm, L= 40 cm, T= 80 cm. Kapasitas Prototipe Mesin Penyosoh adalah 218,25kg/jam dengan menggunakan pulley poros putaran penyosoh 6 inchi dan 185,17 kg/jam menggunakan pulley poros putaran penyosoh 12 inchi. Sedangkan proses pengupasan secara manual menggunakan tangan diperoleh 7,30 kg/jam. Kacang Koro utuh tersosoh rata-rata 33% dari bobot sampel kacang koro yang disosoh dengan menggunakan pulley 6 inchi dan 49% dengan menggunakan 12 inchi. rendemen sosoh prototipe mesin penyosoh rata-rata dengan menggunaan pulley poros penyosoh 6 inchi diperoleh 68,37% dan 72,67% dengan menggunakan pulley poros penyosoh 12 inchi % pada proses penyosohan kacang koro.

Koro (Canavalia ensiformis) is very potential to support food security and diversification. The problem in diversification of processed Koro is in the process of stripping koro seeds that still use manual way so it takes a long time. The purpose of this research is to design a prototype polished machine so that koro can be polished faster than using the manual method and it can be more efficient in their production process. Result of the research showed that as a functional and sructural design it is can be operate with dimensions are length 45 cm, width 40 cm, high 80 cm. Prototype capacity of the machine is 218.25kg/h by using a 6 inches pulley shaft rotation of polishing and 185.17 kg / h using a 12 inches pulley shaft rotation of polishing. Comparing to manual stripping process using hand only gained 7.30 kg / hour. The average of polished koro is 33% of the weight of koro sample which polished by using a 6 inches pulley and 49% by using 12 inches. The average of the polish rendement of Prototype polishing machine with 6 inches pulley shaft gained 68.37% and 72.67% by using a 12 inches% pulley shaft in the polishing koro."
Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Saputra
"Luasnya aplikasi aluminium didalam kehidupan sehari-hari memunculkan suatu tantangan serta peluang baru yaitu bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari produk-produk aluminium, sehingga produk-produk tersebut mempunyai umur pakai yang lama serta tahan terhadap abrasi, korosi, ramah lingkungan serta memiliki nilai estetik didalam pemakaiannya. Suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan aluminium terhadap abrasi dan korosi yaitu anodizing. Dimana metode ini merupakan proses elektrokimia yang menghasilkan lapisan oksida yang tipis pada permukaan logam yang dioksidasi dengan menggunakan arus listrik melalui suatu media elektrolit. Lapisan oksida hasil anodizing akan memberikan karakteristik permukaan yang dapat direkayasa; kekerasan, ketahanan abrasi dan korosi, serta konsisten dalam ketebalan permukaan. Metode anodizing merupakan metode yang relatif mudah dan murah untuk suatu proses rekayasa permukaan dan dapat diwarnai untuk tujuan dekorasi.
Salah satu proses anodizing yang digunakan adalah anodizing tipe II dengan media larutan elektrolit berupa asam sulfat 15% berat dengan pH: 2, tegangan 15 Volt, rapat arus 1,83 A/dm2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variasi temperatur elektrolit yaitu 28ºC, 23ºC, 18ºC, 13ºC dan 9ºC, sehingga diharapkan dapat diketahui pengaruh dari variasi tersebut terhadap nilai kekerasan, dan ketebalan dari lapisan oksida aluminium.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penurunan temperatur dari temperatur 28ºC, 23ºC, 18ºC, 13ºC hingga 9ºC menyebabkan nilai kekerasan lapisan oksida aluminum meningkat, yaitu masing-masing sebesar 71μHV, 100 μHV, 110 μHV, 128 μHV. dan 220 μHV. Dengan ketebalan lapisan oksida non-etsa pada temperatur 28ºC, 18ºC dan 9ºC dicapai masing-masing sebesar 24μm, 17 μm, 11 μm. Hasil yang paling optimum dicapai pada temperatur 9_C dengan nilai kekerasan tertinggi 220 μHV dan ketebalan lapisan oksida mencapai 11 μm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Maharjanti
"Karbon dioksida merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global ini dapat mengakibatkan tidak teraturnya cuaca di bumi. Oleh karena itu telah banyak dilakukan penelitian konversi CO2 menjadi senyawaan kimia yang lebih berguna dengan berbagai metode, salah satunya dengan metode elektrokimia. Pada penelitian ini, elektroreduksi CO2 dengan metode elektrokimia menggunakan elektroda kerja Pt-BDD telah berhasil dilakukan. Elektrodeposisi logam Pt pada permukaan elektroda BDD dilakukan dengan metode voltametri siklik menggunakan larutan H2PtCl6. Potensial dan waktu deposisi optimum logam Pt pada permukaan elektroda BDD adalah -0,30 V dan 50s. Deposit Pt dikarakterisasi menggunakan instrumen Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Electron Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS). Karakterisasi dengan SEM-EDS menunjukkan bahwa Pt terdeposisi dengan ukuran rata-rata sebesar 5μm pada permukaan BDD sebanyak 24,03% (Wt) dan 1,91% (At). Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan potensial reduksi CO2 dengan elektroda kerja Pt. Potensial reduksi CO2 dengan elektroda Pt yang diperoleh pada kondisi optimum larutan TBAP 0,3 M dalam metanol dan waktu pengaliran gas CO2 1,5 jam adalah sebesar -0,56 V. Selanjutnya dilakukan elektroreduksi CO2 pada potensial reduksi tersebut menggunakan metode kronoamperometri dengan elektroda kerja Pt dan Pt-BDD. Hasil elektroreduksi CO2 dikarakterisasi menggunakan instrumen Gas Chromatography-Mass Spectrometry ( GC-MS). Data GC-MS menunjukkan bahwa elektroreduksi CO2 dengan elektroda kerja Pt-BDD menghasilkan asam formiat dengan kelimpahan sebesar 1,988%.

Carbon dioxide is one of gas that caused global warming. That can increasing earth?s temperature. Therefore, many study conversion of CO2 to be another chemist compound that useful by electrochemical method. At this report, the electroreduction of CO2 by eletrochemical method at Pt-BDD was studied. Electrodeposition of Pt on BDD was done by cyclic votametry in H2PtCl6 electrolyte. The optimum potential and time of deposition Pt on BDD are -0,30V and 50s. Charaterization of Pt deposite was used by Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Electron Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS). SEM-EDS data showed that Pt had deposited with average of size is 5μm on BDD as much as 24.03% (wt) and 1,91% (At). Study of potential reduction of CO2 for determine of potential reduction of CO2 on Pt electrode. Potential reduction of CO2 by Pt electrode at optimum condition, TBAP 0,3 M in methanol and 1,5 hours of bubling CO2 gas, is -0,56 V. Then, electroreduction of CO2 was done on the potential reduction by cronoamperometry method with Pt and Pt-BDD electrodes. Characterization of the product of CO2 was used by Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). The product of electroreduction CO2 with Pt-BDD electrode is HCOOH as much as 1,988%."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S60391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Subarkah
"CO2 is a green house gas that has big contribution to climate change. Therefore it is necessary to establish methods to mitigate CO2 bad impacts to environment. In this research, electroreduction of CO2 using Copper foil deposited with Cu-Ag was studied. Deposition of Cu was carried out using chronoamperometry technique then Ag was deposited by employing galvanic cell. Deposit characterized using SEM-EDX and shows nanometer to micrometer size with composition of Cu 98,29% and Ag 1,71%. Deposit used to reduce CO2 in protic solvent, phosphoric buffer (pH 7) and KOH-Methanol electrolyte, using -1,5 V and -1,3 V (vs Ag/AgCl) potential. In phosphoric buffer, Methane, Carbon monoxide, and ethanol was produced. Cu-Ag deposit shows better result which produce methane 7 times higher and ethanol two times higher compared to Cu electrode . In methanol, only carbon monoxide was observed and again Cu-Ag deposit gave activity twice higher.

CO2 merupakan gas rumah kaca yang berkontribusi besar terhadap perubahan iklim. Untuk itu perlu dilakukan riset untuk penanggulangan dampak CO2 terhadap lingkungan. Pada penelitian ini dilakukan studi elektroreduksi CO2 menggunakan elektroda lempeng Cu yang dideposisikan dengan Cu-Ag. Deposisi Cu dilakukan secara kronoamperometri kemudian dilakukan deposisi Ag memanfaatkan sel Galvani. Deposit terbentuk berukuran nanometer hingga mikrometer dilihat menggunakan instrument SEM dengan komposisi Cu 98,29 % Cu dan 1,71 % Ag dikarakterisasi dengan EDX.Deposit digunakan untuk mereduksi CO2 dalam pelarut protik berupa elektrolit buffer fosfat (pH 7) dan KOH-Metanol dengan menggunakan potensial -1,5 V dan -1,3 V (vs Ag/AgCl). Dalam medium pelarut buffer fosfat didapatkan produk gas metana, gas karbon monoksida, dan etanol.Deposit Cu-Ag menghasilkan produk yang lebih berlimpah yaitu metana 7 kali lebih besar dan etanol 2 kali lebih besar dibandingkan dengan elektroda lempeng Cu. Dalam pelarut metanol didapatkan produk gas karbon monoksida dengan jumlah 2 kali lebih banyak pada elektroda deposit Cu-Ag dibandingkan elektroda Cu."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S61496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pourbaix, Marcel
New York: Plenum Press, 1973
620.112 POU l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Fernandes
"

Vertical Roller Mill (VRM) merupakan tipe baru peralatan grinding, yang mengkombinasikan berbagai fungsi proses dalam pengoperasiannya termasuk proses grinding, proses pengeringan, dan proses pemisahan, dan merupakan peralatan grinding yang memiliki efisisensi energi yang tinggi. Stabilitas pengendalian operasi dan kehalusan raw meal yang sesuai dengan kualitas merupakan factor penting untuk mendapatkan kondisi operasi normal pada VRM.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode pemodelan bagi VRM untuk memprediksi residu 90 mikron dan residu 200 mikron dari produk raw meal menggunakan Back Propagation Neural Network (BPNN). Pembuatan model BPNN dapat dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu persiapan data input, menentukan sturuktur BPNN, pemilihan optimizer dan loss function, dan pelatihan BPNN serta evaluasi model yang dibuat.

Normalisasi data merupakan bagian dari persiapan data input, yang mana metode ini mengubah nilai output kedalam nilai kisaran baru. Sedangkan untuk arsitektur model, pada penelitian ini BPNN dirancang dengan menggunakan 4 variabel dan 6 variabel pada lapisan masukan, 4 lapisan tersembunyi dengan 52 neuron untuk setiap lapisannya. Sedangkan lapisan keluaran memiliki 2 variabel keluaran.

Pada penelitian ini menggunakan 3 tipe optimizer untuk mengoptimalkan parameter loss function, yaitu Adagrad, Adam, dan RMSprop. Dari hasil evaluasi pada model, penggunaan RMSprop optimizer dan MSE sebagai loss function memberikan hasil yang lebih baik dalam memprediksi data kualitas residu produk VRM dibandingkan optimizer lainnya.

 


Vertical Roller Mill (VRM) is a new type of grinding equipment, which combines multiple functions that include grinding, drying, and separating, and is energy efficient grinding equipmen. Stability of the process control and suitable raw meal fineness are the key factors to determine the normal operation of the VRM.

This study proposes a method for modeling the VRM to predict residue 90 micron and residue 200 micron of the raw meal product using Back Propagation Neural Network (BPNN). Making a neural network model in BPNN can be done in a few steps. The modelling step is input preparation, BPNN structure determination, optimizer and loss function selection, training BPNN and model evaluation.

Normalization is part of input preparation. This method resets the feature or output to a range of new values. For structure architecture, BPNN Modeling VRM Raw Meal uses one input layer with 4 and 6 input variables, with 4 hidden layers with 52 neuron for each hidden layers. While the output consists of one layer with 2 target output variables.

In this research, the modeling using 3 optimizers to optimize parameter of loss function. The optimizers are Adagrad, Adam, and RMSprop. From model evaluation, RMSprop optimizer and MSE loss function show better modelling results than others to predict residue data quality of the VRM raw meal products.

 

"
2019
T53272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>