Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197064 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Nahdawati
"Keperawatan memandang klien sebagai manusia dari beberapa dimensi yaitu fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak perawat yang belum peduli terhadap dimensi spiritual terutama pada klien anak. Sedangkan menurut penelitian yang ada, ternyata orangtua memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap stimuiasi perkembangan spiritual anak.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi karakteristik responden, persepsi orang tua, persepsi perawat, serta membandingkan persepsi orang tua dan perawat terhadap kebutuhan spiritual anak yang dirawat. Teori yang digunakan oleh peneliti sebagai refrensi untuk menilai perkembangan spiritual anak adalah teori psikososial Erikson. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 responden terdiri dari 40 orang tua dan 40 perawat.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif perbandingan dengan alat pengumpul data berupa kuisioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Hasil analisis univariat menunjukkan pada umumnya respnnden orang tua berumur kurang dari 30 tahun, beragama Islam, tingkat pendidikan SMA. Perawat pada umumnya berumur lebih dari 40 tahun, beragama Islam, tingkat pendidikan D3. Sebagian besar orang tua berpersepsi negatif dan perawat berpersepsi positif.
Hasil analisis bivariat memperlihatkan tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara orang tua dan perawat tentang kebutuhan spiritual anak yang dirawat. Baik orang tua manpun perawat harus dapat memenuhi kebutuhan spiritual anak yang dirawat akibat dari trauma hospitalisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5490
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Sunarko
"Salah satu aspek yang memprihatinkan dari buruknya standar kesehatan adalah kurangnya perhatian terhadap ibu hamil. Gambaran ini dapat dilihat dari besarnya angka kematian ibu, komplikasi dan kecacatan karena melahirkan. Dari data kesehatan di Indonesia pada tahun 1999 menunjukkan bahwa angka kematian ibu dan kematian bayi di Indonesia adalah tertinggi di negara-negara ASEAN. Pengalaman negara lain yang sejajar dengan Indonesia seperti Srilangka, Thailand dan Malaysia terhadap penurunan kematian ibu dan bayi yang signifikan adalah dengan meningkatkan akses pelayanan ibu dan anak secara Cuma-Cuma di fasilitas pelayanan kesehatan.
Gambaran akses pelayanan kesehatan ibu dan anak di fasilitas kesehatan masih belum baik, hal ini terlihat dan angka persalinan oleh tenaga kesehatan hanya 47.4%, dan tingginya (72%) pertolongan persalinan yang dilakukan di rumah penduduk, serta besarnya angka persalinan yang ditolong oleh dukun masih sekitar 44%. Kesulitan akses terhadap pelayanan kesehatan di Lampung Tengah dapat dipahami, dengan rnemperhatikan tingkat kemampuan ekonomi penduduk yang sebagian besar masih hidup di bawah garis kemiskinan. Pada sisi yang lain pemerintah belum terlihat membantu pada upaya alokasi pendanaan akses pelayanan KIA, kecuali melalui program JPSBK bagi keluarga miskin yang juga masih diragukan kelestariannya (sustainable).
Penelitian ini terbatas pada analisis pendanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak di kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2003. Waktu penelitian pada bulan April sampai Juni 2004 dengan menggunakan data sekunder dari Susenas, SKR1, dan SDKI serta data primer tentang tarif pelayanan kesehalan ibu dan anak di Lampung Tengah tahun 2004. Penelitian merupakan studi kualitatif yang bersifat eksploratif dan rancangan studi yang digunakan adalah metode operation research. Studi menggunakan pendekatan analisis ekonomi untuk melihat kebutuhan pendanaan pelayanan KIA dan alternatifnya dimasa yang akan datang yang memungkinkan Pemda mampu melakukan intervensi.
Dari berbagai alternatif tempat pelayanan KIA dikaitkan dengan beban pendanaan yang harus disediakan, maka tempat pelayanan yang paling efektif dan komprehensif adalah Puskesmas dengan tarif unit cost yang sudah memperhitungkan biaya peningkatan mutu dan kapasitas pelayanan. Bidan di desa juga terlihat efektif terulama dalam menjangkau pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kehamilan (ANC).
Apabila puskesmas sebagai pilihan tempat pelayanan KIA, maka untuk mendanai penduduk miskin dan kurang mampu pada tahun 2004 Pemda perlu menyediakan alokasi dana sekitar Rp 18.900.097 987,-. Jika seluruh penduduk sebagai target yang harus dilayani maka Pemda perlu menyediakan dana sekitar Rp 19.286.043.250.
Beberapa keuntungan bagi Pemda akibat penyediaan dana pelayanan KIA yaitu, pertama akan segera menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi, kedua Pemda mendapat respons positif terutama dari masyarakal sehingga akan meningkatkan bargaining position secara polilis, ketiga Pemda mulai mempersiapkan mutu SDM yang berkualitas untuk jangka panjang sehingga pada gilirannya akan meningkatkan HDI kabupaten Lampung Tengah.
Beberapa pilihan dapat dilakukan Pemda dalam upaya pendanaan KIA yaitu, pertama membagi beban pendanaan dengan pemerintah pusat. kedua mendorong pemerintah segera membuat dan menetapkan sistem pembiayaan kesehatan berbasis sosial, dan ketiga melakukan kajian untuk memungkinkan terbentuknya sistem pembiayaan kesehatan dan kelembagaannya di daerah tingkat kabupaten.
Daftar bacaan : 58 ( 1981 - 2003)

Health Financing Requirements of Mother and Child Health Services in Central District of Lampung on 2003 Year One of aspect have concerning obsolesce of the health status arc the lack of attention for women pregnants. It's was describe that as highest of maternal mortality rate, and bear with handicap. Data of health in Indonesia at 1999 was indicated that maternal mortality and child mortality of Indonesia is highest among ASEAN nations. Lesson learned with as other similar state as Indonesia like Srilangka, Thailand And Malaysia had decreased MMR and IMR which significant by improving access to the health services without charges. This one important come of the facts for insufficient health services access.
Access to the heath services by mother and child is still worse, its can be seen from number birth by professional birth it's just 47.4%, in the other side number of birth by birth attendance still 44%. Many people (72%) was beared at they own home. Insufficient of access to the health services in Central District of Lampung is perceivable when have understand about economic disabilities. Most of people have life above the poverty line. By the way the Government not yet have been assist an effort to financing allocation for accessing mother and child services, excepted had through fund of the JPSBK program for impecunious family, it's also hang in doubt for continuing.
This research was limited just to financing analyze of the mother and child health services in Central District of Lampung 2003 year. The study conducted between April to June 2004 by using secondary data from Susenas, SKRT, and SDKI. Besides that the primary data have put from tariff of several health services on 2004 year. The Research are qualitative study having present of explorative study and used method by operation research. The study use by the economic analysis to predict finance requirements of mother and child services, and had assumed forecast of several alternative founding as able as conduct of the Local government intervention.
Of the various the mother and child health services was related by a financing which must be provided, the most comprehensive and effective service place are Puskesmas with a consider have been improve of quality and capacities. Village of midwife is also have consider most effective, especially to reach the family planning and antenatal cares.
While the puskesmas was appoint of mother and child services, for the fund of impecunious resident at the year 2004 the Local government most require be prepared the fund allocation about Rp 18.900.097 987,-. If include all of people at the Local government must be prepared the fund about Rp 19.286.043.250,-.
There are some advantage for Local government gain of health services financing of mother and child, the first will immediately degrade the number of morbidities and IMR, MMR, second the Local government will get the positive response especially from society so will gain increase bargaining positions of political scene, third the Local government have begin prepare to increase the human resources quality in the long distance so that will improve the human development index.
There are some choices could be done by Local government for an effort the mother and child financing, first divide the financing burden with the central government, second push the government immediately make and specify the financing health system base on social scene, and third be conduct the appropriate study of probable health financing system in district.
References : 58 (1981 - 2003)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12845
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkinawati Azwar
"Latar belakang: Uji tuberkulin merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi infeksi tuberkulosis pada anak. Interpretasi hasil uji tuberkulin positif pada anak usia kurang dari 5 tahun yang telah mendapatkan imunisasi BCG dapat menimbulkan keraguan, karena hasil positif juga dapat dihasilkan akibat imunisasi tersebut. Pada sarana terbatas, diagnosis kerja TB anak dapat ditegakkan dengan menggunakan sistem penilaian (skor) TB.
Tujuan: Mengetahui hasil reaksi uji tuberkulin pada anak kelompok usia 2 dan 5 tahun yang telah mendapat imunisasi BCG pada usia 0-2 bulan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian desain potong lintang yang dilaksanakan selama periode Oktober – Desember 2012 pada anak sehat di 12 posyandu di Jakarta Selatan dan 3 Taman Kanak-kanak di Jakarta Timur, Barat, dan Utara. Anak yang memenuhi kriteria penelitian menjalani pemeriksaan fisis dan uji tuberkulin yang dibaca 48-72 jam sesudahnya. Anak dengan hasil uji tuberkulin positif dan/atau terpajan pasien TB dewasa dinilai skor TB dan menjalani evaluasi lebih lanjut di pusat kesehatan rujukan.
Hasil: Proporsi uji tuberkulin positif pada anak kelompok usia 2 tahun yang sudah mendapat imunisasi BCG pada usia 0-2 bulan adalah 7 dari 84 anak (8%). Proporsi uji tuberkulin positif pada anak kelompok usia 5 tahun yang sudah mendapat imunisasi BCG pada usia 0-2 bulan adalah 8 dari 79 anak (10%). Proporsi anak dengan riwayat BCG pada usia 0-2 bulan, hasil uji tuberkulin positif dan memiliki skor TB ≥6 adalah 3 dari 7 anak kelompok usia 2 tahun dan 3 dari 8 anak pada kelompok usia 5 tahun. Semua anak kelompok usia 2 tahun dan sebagian besar anak kelompok usia 5 tahun dengan hasil uji tuberkulin positif terpajan pasien TB paru dewasa dengan BTA sputum positif.
Kesimpulan: Uji tuberkulin dapat digunakan pada balita dengan riwayat BCG untuk mengetahui adanya infeksi TB karena hasil uji tuberkulin positif pada anak usia 2 dan 5 tahun dengan riwayat BCG usia 0-2 bulan masing-masing hanya 8% dan 10%

Background: Tuberculin skin test is a method used to detect tuberculosis infection in children. Its interpretation in under-five children with history of BCG immunization is questioned because the ability of BCG to produce positive reaction. In limited setting, approach to establish diagnosis of tuberculosis in children can be based on Pediatric TB scoring introduced by Indonesian Pediatric Society.
Objective: To study the proportion of tuberculin reactivity among 2- and 5-year-old children with history of BCG immunization.
Methods: Cross-sectional descriptive study conducted during October to December 2012. Subjects are healthy 2- or 5-year-old children from 12 integrated population-based healthcare posts (Posyandu) in South Jakarta and 3 kindergarten di East, West, and North of Jakarta. Physical examination and tuberculin test was performed on every subjects. Children with positive tuberculin test and/or exposed to adult TB patients were evaluated using Pediatric TB scoring and refered to nearest healthcare centers.
Results: Tuberculin positivity among 2-year-old with history of BCG immunization is 7 of 84 children (8%). Tuberculin positivity among 5-year-old with history of BCG immunization is 8 of 79 children (10%). Proportion of children with positive tuberculin skin test, history of BCG immunization and TB score ≥6 is 3 of 7 on 2-year-old children group and 3 of 8 on 5-year-old children group. All 2-year-olds and most of 5-year-olds with positive tuberculin skin test is exposed to adult tuberculosis patients with positive acid-fast bacili sputum-smear.
Conclusion: Tuberculin test can be utilized to examine tuberculosis infection on under-five children with history of BCG immunization because tuberculin positivity among 2- and 5-year-old children with history of BCG are only 8% dan 10%, respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Aryani
"Persepsi seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal ataupun eksternal dimana persepsi tersebut akan memberi dampak tingkah laku yang positif ataupun yang negatif (Gertrude, 1991). Begitu pula persepsi seorang ibu terhadap pijat bayi. Untuk mengetahui persepsi ibu terhadap pijat bayi dilakukan penelitian deskriptif sederhana terhadap 30 responden ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 tahun di wilayah Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh pada tanggal 25 November - 8 Desember 2001. Analisa data menggunakan rumus statistik mean (nilai rata-rata) dan standar deviasi. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 87 % ibu mempunyai persepsi yang positif terhadap pijat bayi dengan nilai mean sebesar 0,73 dan standar deviasi sebesar 0,09."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5033
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suyatmin
"ABSTRAK
Tesis ini membahas Interaksi Antar Komponen Sistem Ekologi Dalam
Mendukung Pengasuhan, Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Di
Taman Anak Sejahtera Yayasan Sejahtera Insani Kelurahan Pejaten Timur
Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan). Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa dalam setting mikrosistem terdapat komponen Orang tua, Pengasuh, Ketua
TAS YASNI, dan Petugas Kesehatan. Pada setting eksosistem terdapat komponen
Ketua Yayasan Sejahtera Insani, Ketua Forum Komunikasi TAS DKI Jakarta, dan
Pekerja Sosial, kemudian dalam Setting makrosistem terdapat Kementerian Sosial
Republik Indonesia. Dalam mendukung pengasuhan, perawatan, dan pendidikan
anak usai dini, komponen tersebut saling berinteraksi, dan pada interaksi tersebut
terdapat bentuk dan faktor yang menyertainya.

ABSTRACT
This thesis discusses the interactions among the components of system ecology in
supporting for treatment of the care, and early childhood education (Analysis in
TAS YASNI, East Pejaten, Pasar Minggu Sub district, South Jakarta). The results
of this study concluded that a component in setting Microsystems is Parents,
caretakers, Chairman of TAS YASNI, and Health Officer. In the settings in the
component ecosystems is Human Welfare Foundation Chairman, Chairman of the
Forum Communications TAS Jakarta, and Social Workers, then in there
Microsystems setting is Social Ministry of Indonesia Republic. In support of the
care, treatment, and education of children after early, these components interact
with each other, and in such interactions are forms and accompanying factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gun Gun Sambas
"Partisipasi masyarakat dalam segala bidang pembangunan mutlak diperlukan demi menyukseskan pembangunan itu sendiri termasuk salah satunva pembangunan program kesehatan dan sebagai wujud nyata dari partisipasi masyarakat ialah kunjungan ibu-ibu anak balita membawa anaknya ke Posyandu.
Berdasarkan data dari Puskesmas setempat bahwa angka rata-rata partisipasi masyarakat di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur periode Januari s/d Desember 2001 baru mencapai ± 60%. Angka ini berada di bawah angka rata-rata Kabupaten maupun angka target D/S 80%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan pada bulan Juli 2002.
Rancangan penelitian ini adalah pendekatan cross sectional. Populasi sasaran adalah anak balita yang terdaftar di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Cianjur.
Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 300 anak balita, jumlah ini melebihi jumlah sampel minimal dari hasil perhitungan sampel. Sebagai respondennya adalah ibu-ibu anak balita tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian diperoleh bahwa angka kunjungan ibu-ibu anak balita yang membawa anaknya ke Posyandu hanya mencapai 57,7% lebih rendah dari tahun 2001 (60%). Angka ini juga lebih rendah dari angka rata-rata Kabupaten tahun 2001 (63,3%) maupun target nasional (80%). Dari 12 variabel independen yang diteliti, hanya ada tiga variabel yang secara statistik berhubungan bermakna dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu yaitu variabel-variabel: kepemilikan KMS OR=5,381 (95%Cl: 2,580-11,221), Bimbingan dari petugas Puskesmas OR=2,081 (95%C1: 1,123-3,857) dan Pembinaan dari Kader OR= 5,476 (95%0: 2,501-11,992). Menurut perhitungan dampak potensial variabel kepemilikan KMS merupakan variabel yang paling dominan karena memberikan kontribusi terbesar terhadap kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu sebesar 69,17%.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan: pertama; pihak pembina agar dapat menyediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) sesuai dengan jumlah anak balita di Kelurahan Bojongherang terutama untuk mengganti yang hilang maupun yang belum memiliki KMS sehingga diharapkan akan menaikkan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu, kedua; kegiatan bimbingan kepada para kader dan masyarakat oleh petugas Puskesmas agar terjadwal dengan materi yang jelas/terarah dan ketiga; kerjasama antara kader dengan berbagai pihak khususnya dengan tokoh masyarakat perlu secara terus menerus ditingkatkan meialui kegiatan Posyandu dan mendapat pemantauan serta pembinaan dari pihak Puskesmas.

Related Factors to Mothers of Under Five Years Old Children Visited to Integrated Health Service in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur Year 2002Community participation is absolutely needed for successful development including one of them health program development. A real form of community participation is mothers of under five years old children visit and take their children to integrated health service. According to the data of local Health Centre, the average of community participation in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur in the period of January to December 2001 was ± 60%. This number was under the average of Sub-Province and also the target number of D/S 80%.
The purpose of this research is to study factors related to mothers of under five years old children who visited integrated health service in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur executed in July 2001.
The research methodology was a cross sectional study. The target population was all under five year’s old children which registered in Sub-District of Bojongherang Sub-Province of Cianjur. The number of sample for this research were 300 children of under five years old, which were more than the minimum sample calculation result. Respondent were mothers of under five year’s old children. Analysis used for this study was univariate, bivariate and multivariate.
The result of research showed that there were 57,7 % of mothers visited taking their children to integrated health service, this was lower than the year 2001 (60%). This number was also lower than the average at the Sub-Province in 2001 (63,3%) and also from the national goals ( 80%). From 12 independent variables in this study , there were three variables which statistically correlate significant to mothers of under five years old children visited to integrated health service which were: having Health Card (KMS) OR=5,381 ( 95%Cl: 2,580-11,221), Guidance of health centre personnel 0R=2,081 ( 95%0: 1,123-3,857) and building of cadres of OR= 5,476 ( 95%C1: 2,501-11,992). According to calculation of potential impact of variables the having of Health Card (KMS) represent most dominant variable because it gave biggest contribution to mothers of under five years old children visited to integrated health service as much as 69,17%.
Based on the result of this research, it was suggested that, first; officials have to provide Health Cards according to the amount of under five years old children in Sub-District of Bojongherang especially to replace the missing and also for those which have not yet owned Health Card, this was that expected to boost up mothers of under five years old children visited to integrated health service, secondly: activity of guidance to all society and cadres by officer of the health centre has to be scheduled with clear and directional items and the third; cooperation among cadres with various parties especially with key person need continuous, be improved through activities of integrated health service and get monitoring and guidance from the local health centre.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2008
R 618.9 IND m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2008
R 618.9 IND m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Br Ginting, Lea Morry
"Kesehatan ibu dan anak adalah salah satu indikator derajat kesehatan yang dapat dinilai sebagai keberhasilan pelayanan kesehatan dan menjadi komponen indeks pembangunan dan indeks kualitas hidup. Namun, masalah kematian dan kesakitan Ibu dan anak di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Upaya penurunan angka kematian ibu dan anak diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang memiliki kualitas data dan utilitas data yang baik. Pelaporan dan pencatatan kesehatan ibu dan anak digunakan untuk melihat dan memantau faktor-faktor resiko dan non resiko selama proses kehamilan normal maupun tidak normal dalam melakukan intervensi segera. Puskesmas Berastagi dan Puskesmas Tiga Panah merupakan beberapa dari Puskesmas yang ditemukan ketidaksambungan data, tidak kredibel di Kabupaten Karo. Risiko dari data yang tidak kredibel adalah tidak bisa mengetahui besarnya masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa memonitor, mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan program. Pukesmas Berastagi dan Tiga Panah menerima pelaporan KIA dari Bidan di Desa. Oleh karena itu diperlukan adanya evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan ibu dan anak untuk melihat data kesehatan ibu dan anak yang ada di Puskesmas Berastagi dan Tiga Panah terutama pelaporan data dari Bidan di Desa. Penelitian ini merupakan peneltian kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Puskesmas Berastagi memiliki kualitas data yang lebih baik dibandingkan dengan Puskesmas Tiga Panah namun masih terdapat desa yang harus diperbaiki dalam kualitas data; Penilaian lima komponen fungsi manajemen data, Puskesmas Berastagi memiliki pemanfaatan data dan informasi nilai yang paling rendah sedangkan untuk Puskesmas Tiga Panah dimana Pengolahan dan analisis data serta pemanfaatan data dan informasi memiliki nilai paling rendah ; Puskesmas Berastagi memiliki e-puskesmas namun belum mendukung pencatatan dan pelaporan KIA sedangkan Puskesmas Tiga Panah tidak memiliki e-puskesmas/SIMPUS; tidak terdapat SOP ; Formulir yang tidak tersedia secara rutin untuk Bidan di Desa di Puskesmas Berastagi sedangkan Puskesmas Tiga Panah tersedia secara rutin namun masih ditemukan Bidan di Desa mengirimkan dengan selembar kertas; tidak terdapat kebijakan secara tertulis terkait pencatatan dan pelaporan KIA; tidak pernah dilakukan pre dan post test di Puskesamas Berastagi dan Tiga Panah; Puskesmas Berastagi tidak memiliki dana khusus pencatatan dan pelaporan KIA.

Maternal and child health is one indicator of health status that can be assessed as the success of health services and is a component of the development index and quality of life index. However, the problem of maternal and child mortality and morbidity in Indonesia is still a big problem. Thus, maternal and child health services are a top priority in health development in Indonesia. Efforts to reduce maternal and child mortality require a recording and reporting system that has good data quality and data utility.Maternal and child health reporting and records are used to view and monitor risk and non-risk factors during normal and abnormal pregnancy processes in carrying out immediate interventions. Puskesmas Berastagi and Puskesmas Tiga Panah are some of the Puskesmas that were found to be data disconnected, not credible in Karo District. The risk of data that is not credible is not being able to know the true magnitude of the problem and so being unable to monitor, evaluate the success or failure of the program. Pukesmas Berastagi and Tiga Panah receive MCH reports from the village midwife. Therefore, it is necessary to have an evaluation of the recording and reporting system for maternal and child health to see the data on maternal and child health at the Berastagi and Tiga Panah Puskesmas, especially the reporting of data from village midwives. This research is a qualitative research by collecting data through observation interviews and documentation studies. The results showed that Puskesmas Berastagi has better data quality than Tiga Panah Puskesmas but there are still villages that need improvement in data quality; b. The assessment of the five components of the data management function, Puskesmas Berastagi has the lowest value data and information utilization, while for Tiga Panah Puskesmas that data processing and analysis as well as data and information utilization has the lowest value; Berastagi Puskesmas has an e-puskesmas but it does not yet support MCH recording and reporting, while the Tiga Panah Puskesmas does not have an e-puskesmas / SIMPUS; there isn’t standard operating procedures; Forms that were not regularly available for Village Midwives at Puskesmas Berastagi while Puskesmas Tiga Panah were available regularly but were still found. Village midwives sent them with a sheet of paper; there is no written policy regarding MCH recording and reporting; never done pre and post test at Puskesamas Berastagi and Tiga Panah; Berastagi Puskesmas does not have special funds for recording and reporting MCH."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>