Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1419 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994
726.1 SRI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Soekmono
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983
726.1 SOE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: 2011, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
R 726.1 SER (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989
930.1 DEP p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Roseri Rosdy Putri
"Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dipelihara demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa. Berdasar catatan Direktorat Purbakala, hingga tahun 2000, tercatat lebih dari 5000 benda cagar budaya tidak bergerak di seluruh wilayah Indonesia. Setiap perorangan yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya diwajibkan untuk melindungi dan memeliharanya sesuai kondisi fisik benda cagar budaya tersebut. Salah satu upaya perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya adalah dengan melakukan pemugaran.
Pemugaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan keaslian bentuk benda cagar budaya dan memperkuat strukturnya bila diperlukan, yang dapat dipertanggung-jawabkan dari segi arkeologis, historis, dan teknis. Pemugaran dilakukan dengan memperhatikan keaslian bentuk, bahan, pengerjaan, dan tata letak. Pemugaran di Indonesia telah berlangsung sejak masa penjajahan Belanda, dan tercatat lebih dari 400 benda cagar budaya berupa bangunan yang telah dipugar. Beragamnya pelaksana pemugaran dan beragamnya bentuk benda cagar budaya yang dipugar mempengaruhi hsil akhir pemugaran. Hal ini disebabkan belum dimilikinya format baku tentang metode dan teknik pemugaran benda cagar budaya. Penelitian ini ditujukan untuk mencatat tentang metode dan teknik pemugaran benda cagar budaya yang telah berlangsung di Indonesia selama ini.
Candi Induk Utara Candi Plaosan Lor, menjadi objek penelitian dalam tulisan ini, telah selesai dipugar pada tahun 1997. Candi ini berada dalam kompleks Candi Plaosan yang terletak di desa Bugisan, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah, bersama-sama dengan candi Induk Selatan Candi Plaosan Lor yang telah selesai dipugar pada tahun 1964. Candi Induk Utara dan candi Induk Selatan memiliki kesamaan bentuk arsitektur mulai dari kaki hingga atap termasuk ragam hiasnya sehingga memperlihatkan sebagai candi kembar. Dengan membandingkan kondisi candi Induk Utara sebelum dipugar dan sesudah dipugar, tampak adanya perbedaan tampak yang sangat berarti. Melihat kondisi candi sebelum dipugar tidak terbayang bentuk candi secara utuh. Prinsip keaslian yang diterapkan dalam kegiatan pemugaran candi Induk Utara candi Plaosan Lor menjadi kunci dari pengembalian keutuhan candi tersebut.
Maksud pemugaran dengan mempertahankan keaslian bentuk benda cagar budaya adalah melakukan perbaikan dengan mempertahankan desain awal benda cagar budaya sebelum mengalami kerusakan. Ketentuan yang dipakai adalah: (1) pengembalian bentuk benda cagar budaya dilakukan sampai pada Batas yang secara akademis dapat dipertanggung-jawabkan, serta harus dihentikan bila timbul keragu-raguan; (2) penyelesaian bentuk akhir dari ragam hias hanya dibatasi pada bentuk dasar ragam hias sebagai upaya untuk menghindari kerancuan dalam mempertahankan keaslian data; (3) Kegiatan pengembalian keaslian bentuk harus selalu disertai dengan kegiatan perekaman data, verbal dan pictorial.
Pemugaran dengan mempertahankan keaslian bahan adalah melakukan perbaikan dengan mempertahankan material yang dipakai untuk membangun benda cagar budaya sama seperti pada saat awal pendiriannya. Pelaksanaannya dilakukan dengan ketentuan-ketentuan: (1) bahan pengganti memiliki ukuran, jenis, kualitas, dan kandungan unsur bahan yang sama dengan bahan asli, yang didapat melalui penelitian laboratorium; (2) bahan pengganti harus diberi tanda yang ditempatkan pada bagian yang tidak mengganggu estetika bangunan secara keseluruhan; (3) pengadaan bahan pengganti tidak dibenarkan apabila pada akhirnya tampak mendominasi; (4) penggunaan bahan pengganti harus disertai dengan perekaman data, baik verbal maupun gambar dan foto.
Pemugaran dengan mempertahankan keaslian pengerjaan adalah upaya perbaikan dengan mempertahankan bentuk struktur dan sistem konstruksi benda cagar budaya sama seperti pada saat awal pendiriannya. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan ketentuan-ketentuan: (1) penggunaan teknologi pengerjaan masa kini atau baru dapat dibenarkan atau diperbolehkan apabila teknologi pengerjaan yang asli sudah tidak memungkinkan; (2) teknologi pengerjaan masa kini atau baru dapat diterapkan setelah melalui penelitian dan uji kelayakan; (3) penggunaan teknologi pengerjaan masa kini harus disertai dengan perekaman data, baik verbal maupun gambar dan foto.
Pemugaran dengan prinsip mempertahankan keaslian tata letak adalah melakukan perbaikan dengan mempertahankan lokasi dan keletakan benda cagar budaya terhadap lingkungan makro dan mikro sama seperti pada saat awal pendiriannya. Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan adalah (1) pengembalian keletakan benda cagar budaya ke tempat aslinya, dilakukan setelah diadakan penelitian terhadap kondisi benda cagar budaya dan lingkungannya; (2) perekaman data tentang kondisi keletakan benda cagar budaya beserta komponen dan unsur-unsur didalamnya sudah dihimpun dan dikumpulkan sebelum benda cagar budaya dipugar; (3) pengembalian keletakan material candi yang memiliki hiasan dilakukan dengan cara mencocokkan alur hiasan antara batu satu dengan lainnya.
Akhir dari penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat tiga tingkat keharusan dalam penerapan prinsip keaslian pada pemugaran benda cagar budaya, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penerapan prinsip keaslian dengan tingkat keharusan tinggi dicapai oleh prinsip keaslian bentuk dan tata letak. Penerapan prinsip keaslian dengan tingkat keharusan sedang dicapai oleh prinsip keaslian bahan. Penerapan prinsip keaslian dengan tingkat keharusan rendah terjadi pada penerapan keaslian pengerjaan. Secara ekstrim, penerapan prinsip keaslian pengerjaan dalam pemugaran benda cagar budaya dapat dikatakan tidak tercapai.
Melihat hasil penilaian terhadap penerapan setiap butir keaslian pada pemugaran candi Induk Utara Candi Plaosan Lor, dan juga yang terjadi pada banyak pemugaran benda cagar budaya berbahan batu lainnya, maka prinsip keaslian yang tepat untuk pemugaran benda cagar budaya dari batu adalah mempertahankan keaslian bentuk, bahan, dan tata letak. Keaslian pengerjaan dapat dikatakan selalu tidak tercapai mengingat bahwa teknologi pengerjaan yang baru dinilai lebih memenuhi kebutuhan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi benda cagar budaya dibandingkan dengan teknologi pengerjaan asli. Penggunaan teknologi pengerjaan yang baru membuat tujuan pemugaran sebagai suatu upaya pelestarian benda cagar budaya dapat tercapai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khilyatus Sholihah
"Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana proses pemugaran kedua Candi Borobudur selama periode tahun 1973-1983. Candi Borobudur merupakan cagar budaya nasional yang harus terjaga nilai budaya. Kerusakan yang menimpa Candi Borobudur yang diakibatkan oleh iklim tropis menaruh perhatian khusus Pemerintah Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah melibatkan tahapan pememilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sumber primer, berupa foto dan surat kabar, ditemukan di Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan kanal online Arsip Konservasi Borobudur. Sementara sumber sekunder berupa buku dan artikel jurnal ilmiah berasal dari Perpustakaan Universitas Indonesia, Jstor, dan beberapa website resmi lainnya. Hasil penelitian menggambarkan bahwa penyebab utama kerusakan Candi Borobudur adalah karena terkena air hujan yang masuk ke dalam tubuh candi, serta terkena paparan langsung sinar matahari. Pemerintah Indonesia Bersama UNESCO berhasil melakukan upaya pemugaran secara menyeluruh candi pada tahun 1973-1983. Kemudian dukungan para ahli dari dalam negeri serta pekerja dari komunitas lokal telah memainkan peran penting dalam mencegah kerusakan lebih lanjut pada Candi Borobudur.

This research aims to describe the restoration process of Borobudur Temple during the period of 1973-1983. Borobudur Temple is a national cultural heritage that must preserve its cultural value. The damage suffered by Borobudur Temple due to the tropical climate attracted special attention from the Indonesian Government. The research method used is the historical method involving the stages of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. Primary sources, such as photos and newspapers, were found in the Library of Universitas Indonesia, the National Library of the Republic of Indonesia, and the online channel of the Borobudur Conservation Archive. Meanwhile, secondary sources, such as books and scientific journal articles, were obtained from the Library of Universitas Indonesia, Jstor, and several other official websites. The research results indicate that the main causes of damage to Borobudur Temple are due to rainwater entering the temple’s structure and direct exposure to sunlight. The Indonesian Government, together with UNESCO, successfully carried out a comprehensive restoration of the temple from 1973 to 1983. Furthermore, the support of domestic experts and workers from the local community has played a crucial role in preventing further damage to Borobudur Temple.Keywords: Borobudur Temple, Cultural Heritage, National Cultural Heritage, World Cultural Heritage, UNESCO, The Significance of Borobudur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sugiyanti
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1992
726.1 SRI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Didiek Samsu W. T.
"Candi sebagai suatu bangunan suci pada dasarnya dicip_takan untuk menghadirkan suasana sakral yang diharapkan dapat menghubungkan dunia bawah (manusia) dengan dunia atas (dewa). Dalam hal ini kehadiran arca perwujudan yang menjadi inti suatu candi. Arca perwujudan merupakan bentuk nyata kehadiran sang dewa di tengah para pemujanya. Candi Tikus di trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, merupakan candi yang unik karena pada candi ini tidak ditemukan indikasi adanya arca perwujudan maupun arca lainnya. Di samping itu keletakannya juga agak unik karena nampaknya dibangun di bawah permukaan tanah. Bertitik tolak pada keunikan tersebut kerangka berfikir penulisan skripsi ini berdasar pada usaha untuk me_nanggapi lebih lanjut masalah fungsi yang sebenarnya dari candi Tikus: Kemudian dicoba pula untuk menelaah kronologi / umur bangunan ini dalam rangka menempatkan candi Tikus dalam bentangan sejarah Majapahit. Dengan menempatkan Trowulan sebagai suatu sistem dalam hal ini sistem perkotaan candi Tikus ditinjau seba_gai sub sistem kota Trowulan atau komponen kota Trowulan yang memiliki fungsi tersendiri. Pengamatan secara konjungtif pada bagian-bagian bangunan candi Tikus dengan penekanan terhadap aspek formalnya, diusahakan untuk dapat menghimpun gambaran tentang fungsi candi tersebut. Penjabaran dan perbandingan antara aspek-aspek teknologi dan arsitektur candi Tikus dengan candi-candi lainnya di Trowulan informasi mengenai perkiraan usia candi. Berdasarkan pengamatan terungkap bahwa tujuan penampilan susunan dan struktur bangunan candi Tikus ditekankan pada makna dan kegunaan air pada masyarakatnya. Dengan melihat bahwa unsur-unsur sakral tetap ditampilkan, maka dapat disimpu lkan bahwa candi Tikus merupakan bangunan suci bercorak petirtaan. Tinjauan teknologi arsitektur candi menampakkan adanya 2 tahap pendirian dan modifikasi pada bangunan. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa modifikasi terjadi antara abad XIV dan abad XV. Pendirian bangunan tahap I tentu sebelum kurun waktu tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Mrantasi
"Untuk menuju ke candi Pringapus dapat ditempuh dua jalan. Jalan yang pertama adalah jalan besar berasal, dari Parakan ke utara ke arah Ngadirejo. Setelah sampai di desa Petirejo 200 m sebelum sampai di Ngadirejo membelok ke kiri, jalannya menanjak dan berbatu. Dari jalan ini, setelah melewati dua wilayah Kelurahan yaitu Kelurahan Petirejo dan Kelurahan Sumberan dengan jarak 3 km, kita sampai ke Balai desa Pringapus. Dari Balai desa Pringapus ke arah utara 500 m, setelah melewati jembatan membelok ke kiri menuju candi Pringapus (gambar no:l).Jalan yang kedua bertolak dari pasar Ngadirejo ke utara, sampai ke pertigaan yang ada tugunya kita membelok ke arah barat _ 1 km..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ottyawati
"Awal dari sejarah kuno Indonesia dapat diketahui dari adanya prasasti yang ditemukan di Kalimantan Timur. Berdasarkan tulisannya, prasasti itu di duga herasal dari abad V M (lihat Soemadio 1977:30). Dengan adanya prasasti ini, boleh dikatakan bahwa sejarah kuno Indonesia ini dimulai pada abad 5 M. Yang paling menonjol dalam sejarah kuno Indonesia ini adalah pulau Jawa, disusul kemudian dengan Sumatra dan Bali. Sejarah pulau Jawa di jaman klasik, yang dimulai pada pertengahan abad VII dan diakhiri pada permulaan abad XVI, terbagi dalam dua periode besar, yaitu: (1) jaman Jawa Tengah dan (2) jaman Jawa Timur. Jaman Jawa Tengah berlangsung dari abad VII sampai abad X M, sedangkan jaman Jawa Timur ber langsung dari abad X sampai abad XVI M (Soekmono 1973). Jaman kuno Indonesia -- yang biasa disebut ja_man, Hindu - antara lain menghasilkan bangunan-bangun_an. Bangunan-bangunan yang di hasilkan pda jaman kuno Indonesia itu antara lain berupa rumah--rumah, pemandian, gapura dan bangunan-bangunan suci_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>